Pendahuluan Polisi, Militer Dan Politik: Model Pemisahan Kepolisian Dari Militer.

POLISI, M ILITER DAN POLITIK: M odel Pemisahan Kepolisian dari M iliter Oleh: Muradi  Abstract: This paper has two purposes. First, it discusses the position of the Police in political change, relation between the military and the regime. In democratic transition countries, the police position has been in dilemma; had trapped in military structures and confused to response the political changing. In developing countries, the police were faced those as difficulties situations, some of them are trying to fight and taken a risk to support the new regime, and the others are just waiting and hopes the political changing will push them to better situation; not under the military structures and not underpresure by the authoritarian regimes. However, relation between the Police and the Military during authoritarian and military regime was very hard for the Police, not only as a puppet by the Military, but also became an avant guard for protecting the ruling government. Second, this paper also discusses of the model of disassociation the Police from the Military, and its problems. Kata Kunci : Transisi Demokrasi, Rejim Politik, Kepolisian, Militer, Pemisahan.

I. Pendahuluan

Kompleksitas hubungan antara kepolisian dan militer di negara-negara berkembang yang tengan menjalani proses transisi demokrasi politik membuat proses Reformasi Sector Keamanan RSK berjalan tersendat dan cenderung tidak berjalan. Bahkan proses tersebut membutuhkan asistensi dari sejumlah negara donor untuk memperkuat institusi kepolisiannya dalam memosisikan diri dalam perubahan politik dan paska pemisahan dengan militer. Hal tersebut terutama terjadi di negara-negara Afrika, Asia-Pasifik,dan Amerika Selatan. Kebanyakan para perw ira kepolisian di negara-negara tersebut kurang mampu memosisikan diri dalam perubahan politik yang terjadi, dan cenderung terjebak dalam ‘romantika profesional’ yang menegaskan bahw a tugas kepolisian adalah menjaga keamanan  Staf Prngajar Jurusan Ilmu Pemerintahan, FISIP UNPAD, Bandung. Menyelesaikan sarjananya di Jurusan Ilmu Sejarah,UNPAD 2000, M.Si dari Magister Ilmu Politik, FISIP UI 2003, dan M.Sc dari Program Strategic Studies, S.Rajaratnam School of International Studies, Nanyang Technological University NTU, Singapora 2008. Tengah menyelesaikan program Doktoral PhD pada Flinders Asia Centre, School of International Studies, Faculty of Social and Behavioral Sciences, Flinders University, Australia. Alamat: Jl. Saturnus Utara No.47, Kompleks Margahayu Raya, Bandung. Phone Fax: 022 7561828. Email: muradi_clarkunpad.ac.id , www.muradi.wordpress.com . dan keamanan, dan diharamkan berpolitik. Dalam situasi demokrasi normal,hal tersebut menjadi sebuah keharusan bahw a institusi keamanan harus menjauhkan diri dari dinamika politik praktis, namun di negara dengan situasi yang belum kondusif, di mana kepolisiannya menjadi kepanjangan tangan penguasa dan dibaw ah control militer, maka hal tersebut patut untuk diindahkan. Kepolisian harus pula membangun posisi taw ar agar institusi tersebut dapat diposisikan sebagaimana mestinya. Dengan situasi yang rumit tersebut, kepolisian juga dihadapkan pada ofensifitas otoritas militer yang menginginkan agar kepolisian tetap berada di baw ah struktur militer. Dengan dalih ikatan masa lalu dan karakteristik polisi pejuang, membuat sikap inferioritas pimpinan kepolisian makin menguat. Hal yang dibutuhkan oleh kepolisian adalah kondusifitas untuk menekankan pentingnya dukungan public dan situasi politik yang tepat guna melepaskan ikatan dan bayang- bayang militer dan menjadi kepolisian professional. Tulisan ini akan membahas bagaimana proses dan posisi kepolisian pada perubahan politik,berbagai kendala dan permasalahan yang mengikutinya. Tulisan ini juga akan membahas bagaimana model-model pemisahan kepolisian dari militer serta derajat dukungan politik yang mengikutinya.

II. Polisi dan Rejim Politik