Kependekan dalam lingkungan Militer dan Kepolisian di Indonesia.

(1)

ABSTARK

Dawa, Wilhelmus. 2016. “Kependekan dalam Lingkungan Militer dan ...Kepolisian di Indonesia”. Skripsi Strata Satu (S1). Program Studi ...Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini mengkaji kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia. Kependekan terdiri dari lima jenis, yaitu singkatan, akronim, penggalan, kontraksi, lambang huruf. Ada dua masalah yang dibahas dalam penelitian, yakni (i) pola pembentukan kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia, dan (ii) referen yang ditunjuk oleh kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan pola pembentukan kependekan dan referen yang ditunjuk oleh kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia.

Objek penelitian yang berupa kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia berada dalam data yang merupakan bentuk panjang. Dalam pengumpulan data digunakan metode simak, yaitu menyimak kependekan yang digunakan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia dan dilanjutkan dengan teknik catat. Untuk menjawab kedua permasalahan, (i) peneliti menerapkan metode agih dengan teknik Bagi Unsur Langsung (BUL) dan dilanjutkan menggunakan teknik lesap. Permasalahan, (ii) diterapkan metode padan dilanjutkan dengan metode padan referensial. Hasil analisis data disajikan dengan dua teknik yaitu, (i) teknik informal menggunakan kata-kata biasa, (ii) teknik formal digunakan gambar, bagan, tabel, dan lambang fonetis.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, ditemukan satu pola pembentukan singkatan, yaitu pengekalan bunyi pertama setiap kata. Pola pembentukan akronim ditemukan 11 pola akronim yakni, (i) pengekalan bunyi pertama setiap kata, (ii) pengekalan dua bunyi pertama kata I dan suku pertama kata II, (iii) pengekalan dua bunyi pertama kata I dan tiga bunyi pertama kata II, (iv) pengekalan tiga bunyi pertama setiap kata, (v) pengekalan suku pertama kata I, kata II, dan bunyi pertama kata III, (vi) pengekalan suku pertama kata I, kata II, dan tiga bunyi pertama kata III, (vii) pengekalan suku pertama kata I, dua suku pertama kata II, dan tiga bunyi pertama kata IV, (viii) pengekalan suku pertama kata I dan suku terakhir kata II, kata III, (ix) pengekalan suku terakhir setiap kata (x), pengekalan bunyi pertama + bunyi terakhir kata I, tiga bunyi pertama bentuk dasar kata II, dan suku pertama kata ke III, (xi) pengekalan bunyi pertama + bunyi terakhir kata I dan bunyi pertama kata II, kata III, kata IV. Pola pembentukan kombinasi akronim dan singkatan ditemukan tiga pola yakni, (i) pengekalan suku pertama + bunyi terakhir kata I, suku kedua bentuk dasar kata II dan bunyi awal kata Kata III, kata IV, (ii) pengekalan suku pertama + bunyi terakhir kata I, suku kedua bentuk dasar kata II dan bunyi awal kata III, kata IV, (iii) pengekalan suku pertama kata I, bunyi pertama kata II, suku pertama kata III, dan bunyi pertama kata, V, kata VI. Pola pembentukan kombinasi akronim dan akronim ditemukan dua pengekalan, yaitu (i) pengekalan bunyi pertama + bunyi terakhir kata I, tiga bunyi awal kata II, kata IV dan empat bunyi pertama kata V, (ii) pengekalan tiga bunyi awal dari setiap kata. Pembentukan penggalan ditemukan tiga pola, yakni (i) pengekalan suku pertama


(2)

setiap kata, (ii) pengekalan tiga bunyi pertama setiap kata, (iii) pengekalan empat bunyi pertama setiap kata.

Peneliti menemukan referen yang ditunjuk oleh kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia, yaitu (i) jabatan, (ii) pangkat, (iii) gedung, (iv) kegiatan, (v) petunjuk, (vi) wilayah batas, (vii) orang, (viii) satuan, dan (ix) sekolah. Kata Kunci: Kependekan; singkatan, akronim, penggalan, referen.


(3)

ABSTRACT

Dawa, Wilhelmus. 2016. Abbreviation Forms in Military and Police Field in ...Indonesian. An Undergraduate Thesis. Indonesian Letter ...Study Program, the Faculty of Letters, Sanata Dharma ...University

This study discussed the abbreviation in military and police field in Indonesian. Abbreviation is divided into five types which are shortness, acronyms, fragments, contractions, and emblem letters. There are two problems in this research which are (i) the pattern formation of the abbreviation in military and police field in Indonesian, and (ii) the referent of the abbreviation in military and police field in Indonesian. This research aims to describe the pattern formations and the referents abbreviation in military and police field in Indonesian.

The object of this research is in the form of abbreviation in military and police field in Indonesia, is in the data which is a long form. In collecting the data, the researcher uses simak method that is finding the abbreviation in military and police field in Indonesian. Then, it is followed by catat method. To solved the first, the researcher applies agih method with Bagi Unsur Langsung (BUL) technique and is followed by lesap technique. To solved second problems the researcher uses padan method that is followed padan referensial method. The analized result is presented in two techniques which are, (i) informal technique using ordinary words, (ii) formal technique using pictures, charts, tables, and phonetic symbols.

Based on the results of the study, the researcher found one pattern formation of the shortness that is perpetuation of the first sound. In the pattern formation of Acronym, the researcher found 11 acronym patterns which are (i) the perpetuation of the first sound of every words, (ii) the perpetuation of the two- first sound of word I and the first syllable of the word II, (iii) the perpetuation of two- first sound of word I and the three- first sound of word II, (iv) the perpetuation of three- first sound of each word, (v) the perpetuation of the first syllable of word I, word II, and the first sound of word III, (vi) the perpetuation of the first syllable of word I, word II, and the three-first sounds of word III, (vii) the perpetuation of the first syllable of word I, the two-first syllables of word II and three - first sounds of word IV, (viii) the perpetuation of the first syllable of word I and the last syllable of word II and III, (ix) the perpetuation of the last syllable of every words, (x) the perpetuation of the first sound + the last sound of word I, the three – first sounds of the basic word of word II, and the first syllable of word III, (xi) the perpetuation of the first sound + the last sound of word I and the first sound of word II, III, and IV. For the pattern of generation in the acronym and shortness form combination, the researcher found three patterns namely: (i) perpetuation of the first syllable + the last sound of word I, the second syllable of the basic word of word II and the first sound of word III and IV, (ii) the perpetuation of the first syllable + the last sound of word I, the second syllable of the basic word of word I and the first sound of word III and IV, (iii) the perpetuation of the first syllable of word I + the first sound of word II, the first syllable of word III, and the first sound of word V and VI. For


(4)

the pattern of generation in the acronym and acronym combination the researcher found two patterns namely: (i) the perpetuation of the first sound + the last sound of word I, three-first sounds of word II and word III and the four-first sound of word VI, (ii) the perpetuation of the three –first sounds of every words. Last but not the least, for the pattern of generation in the fragment the researcher found three patterns namely: (i) the perpetuation of the first sound of every words, (ii) the perpetuation of the three – first sounds of every words, (iii) the perpetuation of the four – first sounds of every words

The researcher found that the referents that had been referred to in the short forms within the Indonesian military and police field namely: (i) position, (ii) grade, (iii) building, (iv) activity, (v) guide, (vi) border area, (vii) person, (viii) unit, and (ix) school.


(5)

KEPENDEKAN DALAM LINGKUNGAN MILITER

DAN KEPOLISIAN DI INDONESIA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata I (S1) Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh Wilhelmus Dawa NIM: 124114014

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2016


(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas penyertaan dan rahmat-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S-I) program Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun tugas akhir ini.

1. Drs. Hery Antono, M.Hum. selaku dosen pembimbing I yang penuh perhatian dan kesabaran dalam membimbing, mengarahkan, dan menyemangati sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan lancar.

2. Prof. Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum. selaku pembimbing II yang telah membantu memberikan masukan, bimbingan, dan arahan dalam penyusunan tugas akhir ini.

3. Segenap dosen Program Studi Sastra Indonesia USD: Drs. B. Rahmanto, M.Hum., Dr. P. Ari Subagyo, M.Hum. (selaku dosen pembimbing akademik penulis), S.E. Peni Adji, S.S., M.Hum., Dr. Y. Yapi Taum, M.Hum., Dra. F. Tjandrasih Adji, M.Hum, Drs. F.X. Santoso, M.S., serta dosen-dosen pengampu mata kuliah tertentu yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

4. Segenap staf Sekretariat Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma atas berbagai pelayanan dalam urusan akademik.


(11)

5. Segenap staf Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah membantu menyediakan buku-buku yang penulis perlukan.

6. Kedua orang yang saya kasihi dan cintai, Ayahanda Ndara Tondo, S.H dan Ibunda Stefania M.G. Kaka. Mereka tidak pernah lelah mendoakan, mengingatkan, membimbing, menasehati, dan selalu sabar menemani dalam proses belajar hingga saat ini. Untuk kakak Alfian Dawa, S.T., adik Delsiana Dawa, kakak ipar Jeni Leko, S.Pt., ponakan Alfariel Dawa, dan sepupu Guido Fredi Kaka yang selalu menyemangati, dan mendoakan hingga saat ini.

7. Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia angkatan 2012 yang telah bersama-sama berjuang hingga saat ini.

8. Keluarga Mahasiswa Katolik Sumba (KMKS) yang sejak awal menerima, berbagi, berjuang bersama, dan saling mendoakan. Semoga kita tetap menjadi keluarga teguh dan kukuh dalam segala perjuangan hidup.

9. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam menyusun tugas akhir ini yang tidak disebutkan namanya satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak mengandung kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun perbaikan karya dari berbagai pihak sangat diharapkan. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 11 Mei 2016


(12)

Satu-satunya cara melakukan pekerjaan yang luar biasa adalah dengan mencintai apa yang saat ini tengah Anda kerjakan (Steve Jobs)

Karya sederhana ini kupersembahkan kepada : Bapak Ndara Tondo, S.H dan Ibu Stefania M.G. Kaka Program Studi Sastra Indonesia Segenap pembaca skripsi ini


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA... v

KATA PENGANTAR... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN... viii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR GAMBAR... xiii

DAFTAR BAGAN... iv

DAFTAR TABEL... v

ABSTRAK... xvi

ABSTARCT... xviii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang... 1

1.2Rumusan Masalah... 6

1.3Tujuan Penelitian... 6

1.4Manfaat Hasil Penelitian... 7

1.5Tinjauan Pustaka... 7


(14)

1.6.1 Poses Morfologis... 11

1.6.2 Jenis-jenis Kependekan... 11

1.6.2.1Singkatan... 11

1.6.2.2Akronim... 12

1.6.2.3Penggalan... 13

1.6.2.4Lambang Huruf... 14

1.6.2.5Kontraksi... 15

1.6.3 Referen... 15

1.7Metode dan Teknik Penelitian... 17

1.7.1 Metode Pengumpulan Data... 17

1.7.2 Metode Analisis Data... 18

1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data... ..20

1.8Sistematika Penyajian... 20

BAB II POLA PEMBENTUKAN KEPENDEKAN DALAM LINGKUNGAN MILITER DAN KEPOLISIAN DI INDONESIA... 22

2.1 Pengantar...22

2.2 Pola Singkatan... 22

2.3 Pola Akronim...25

2.3.1 Pengekalan Bunyi Pertama dari Setiap Kata... 26

2.3.2 Pengakalan Dua Bunyi Pertama Kata I dan Suku Pertama Kata II.... 27

2.3.3 Pengekalan Dua Bunyi Pertama kata I dan Tiga Bunyi Pertama Kata II... 28

2.3.4 Pengekalan Tiga Bunyi Pertama Setiap Kata... 29 2.3.5 Pengekalan Suku Pertama Kata I, Kata II,


(15)

dan Bunyi .Pertama Kata III... 29

2.3.6 Pengekalan Suku Pertama Kata I, Kata II, dan Tiga Bunyi Pertama ... Kata III... 30

2.3.7 Pengekalan Suku Pertama Kata I, Dua Suku Pertama Kata II, dan Tiga ... Bunyi Pertama Kata IV... 31

2.3.8 Pengekalan Suku Pertama Kata I dan Suku Terakhir Kata II, Kata III... 32

2.3.9 Pengekalan Suku Terakhir Kata dari Setiap Kata... 33

2.3.10 Pengekalan Bunyi Pertama + Bunyi Terakhir Kata I, Tiga Bunyi Pertama ... Bentuk Dasar Kata II, dan Suku Pertama Kata III... 34

2.3.11Pengekalan Bunyi Pertama + Bunyi Terakhir Kata I dan Bunyi ...Pertama Kata II, Kata III, Kata IV... 35

2.4 Pola Kombinasi Akronim dan Singkatan... 38

2.4.1 Pengekalan Suku Pertama + Bunyi Terakhir Kata I, Suku Kedua ...Bentuk Dasar Kata II dan Bunyi Awal Kata III, Kata IV... 38

2.4.2 Pengekalan Suku Pertama + Bunyi Terakhir Kata I, Bentuk Dasar Kata II ...dan Bunyi Awal Kata III, Kata IV... 39

2.4.3 Pengekalan Suku Pertama Kata I, Bunyi Pertama Kata II, Suku ...Pertama Kata III, dan Bunyi Pertama Kata V, Kata VI... 40

2.5 Pola Kombinasi Akronim dan Akronim... 42

2.5.1 Pengekalan Bunyi Pertama + Bunyi Terakhir Kata I, Tiga Bunyi ...Awal Kata II, Kata III dan Empat Bunyi Pertama Kata VI... 43

2.5.2 Pengekalan Tiga Bunyi Awal Setiap.Kata... 44

2.6 Pola Penggalan... 45

2.6.1 Pengekalan Suku Pertama Setiap Kata... 45

2.6.2 Pengekalan Tiga Bunyi Pertama Setiap Kata... 46


(16)

BAB III REFEREN YANG DITUNJUK OLEH KEPENDEKAN

DALAM LINGKUNGAN MILITER DAN KEPOLISIAN DI INDONESIA… 49

3.1 Pengantar... 49

3.2 Kependekan yang Menunjuk Referen Jabatan... 49

3.3 Kependekan yang Menunjuk Referen Pangkat... 53

3.4 Kependekan yang Menunjuk Referen Gedung ... 59

3.5 Kependekan yang Menunjuk Referen Kegiatan... 60

3.6 Kependekan yang Menunjuk Referen Petunjuk... 62

3.7 Kependekan yang Menujuk Referen Wilayah Batas... 64

3.8 Kependekan yang Menunjuk Referen Orang... 65

3.9 Kependekan yang Menunjuk Referen Satuan... 67

3.10 Kependekan yang Menunjuk Referen Sekolah... 69

BAB III PENUTUP... 74

4.1 KESIMPULAN... 74

4.2 SARAN... 75

DAFTAR PUSTAKA... 77

LAMPIRAN... 79


(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Segi Tiga Semantis dari Odgen dan Richards... 4

Gambar 2: Kependekan yang Menunjuk Referen Sekolah... 4

Gambar 3: Kependekan yang Menunjuk Referen Satuan... 5

Gambar 4: Segi Tiga Semantis dari Odgen dan Richards... 16

Gambar 5: Segi Tiga Semantis dari Lyons... 16

Gambar 6: Kependekan yang Menunjuk Referen Jabatan... 52

Gambar 7: Kependekan yang Menunjuk Referen Pangkat... 58

Gambar 8: Kependekan yang Menunjuk Referen Gedung... 60

Gambar 9: Kependekan yang Menunjuk Referen Kegiatan... 62

Gambar 10: Kependekan yang Menunjuk Referen Petunjuk... 63

Gambar 11: Kependekan yang Menunjuk Referen Wilayah Batas... 65

Gambar 12: Kependekan yang Menunjuk Referen Orang... 66

Gambar 13: Kependekan yang Menunjuk Referen Satuan... 68


(18)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1: Proses Morfologis Pemendekan... 11

Bagan 2: Proses Pembentukan Singkatan Berasal dari Dua Kata, Tiga Kata, ...dan Empat Kata... 25

Bagan 3: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Tiga Kata dan Empat Kata... 27

Bagan 4: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Dua Kata... 28

Bagan 5: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Dua Kata... 28

Bagan 6: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Dua Kata... 29

Bagan 7: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Tiga Kata... 30

Bagan 8: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Tiga Kata... 31

Bagan 9: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Empat Kata... 32

Bagan 10: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Tiga Kata... 33

Bagan 11: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Dua Kata... 34

Bagan 12: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Tiga Kata... 35

Bagan 13: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Empat Kata... 36

Bagan 14: Proses Pembentukan Akronim + Singkatan ...Berasal dari Empat Kata... 39

Bagan 15: Proses Pembentukan Akronim + Singkatan ...Berasal dari Empat Kata... 40

Bagan :16 Proses Pembentukan Akronim + Singkatan ...Berasal dari Enam Kata... 41

Bagan 17: Proses Pembentukan Akronim + Akronim ...Berasal dari Enam Kata... 43

Bagan 18: Proses Pembentukan Akronim + Akronim ... Berasal dari Empat Kata... 44

Bagan 19: Proses Pembentukan Penggalan Berasal dari Satu Kata... 46

Bagan 20: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Satu Kata... 47


(19)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Singkatan dalam Lingkungan Militer dan Kepolisian di Indonesia... 24 Tabel 2. Akronim dalam Lingkungan Militer dan Kepolisian di Indonesia... 36 Tabel 3. Kombinasi Akronim dan Singkatan dalam Lingkungan Militer

dan Kepolisian di Indonesia... 42 Tabel 4. Kombinasi Akronim dan Akronim dalam Lingkungan Militer

dan Kepolisian di Indonesia... 45 Tabel 5. Penggalan dalam Lingkungan Militer dan Kepolisian di Indonesia... 47 Tabel 6. Referen yang Ditunjuk Oleh Kependekan dalam Lingkungan Militer dan Kepolisian di Indonesia... 70


(20)

ABSTARK

Dawa, Wilhelmus. 2016. “Kependekan dalam Lingkungan Militer dan

...Kepolisian di Indonesia”. Skripsi Strata Satu (S1). Program Studi ...Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini mengkaji kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia. Kependekan terdiri dari lima jenis, yaitu singkatan, akronim, penggalan, kontraksi, lambang huruf. Ada dua masalah yang dibahas dalam penelitian, yakni (i) pola pembentukan kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia, dan (ii) referen yang ditunjuk oleh kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan pola pembentukan kependekan dan referen yang ditunjuk oleh kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia.

Objek penelitian yang berupa kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia berada dalam data yang merupakan bentuk panjang. Dalam pengumpulan data digunakan metode simak, yaitu menyimak kependekan yang digunakan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia dan dilanjutkan dengan teknik catat. Untuk menjawab kedua permasalahan, (i) peneliti menerapkan metode agih dengan teknik Bagi Unsur Langsung (BUL) dan dilanjutkan menggunakan teknik lesap. Permasalahan, (ii) diterapkan metode padan dilanjutkan dengan metode padan referensial. Hasil analisis data disajikan dengan dua teknik yaitu, (i) teknik informal menggunakan kata-kata biasa, (ii) teknik formal digunakan gambar, bagan, tabel, dan lambang fonetis.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, ditemukan satu pola pembentukan singkatan, yaitu pengekalan bunyi pertama setiap kata. Pola pembentukan akronim ditemukan 11 pola akronim yakni, (i) pengekalan bunyi pertama setiap kata, (ii) pengekalan dua bunyi pertama kata I dan suku pertama kata II, (iii) pengekalan dua bunyi pertama kata I dan tiga bunyi pertama kata II, (iv) pengekalan tiga bunyi pertama setiap kata, (v) pengekalan suku pertama kata I, kata II, dan bunyi pertama kata III, (vi) pengekalan suku pertama kata I, kata II, dan tiga bunyi pertama kata III, (vii) pengekalan suku pertama kata I, dua suku pertama kata II, dan tiga bunyi pertama kata IV, (viii) pengekalan suku pertama kata I dan suku terakhir kata II, kata III, (ix) pengekalan suku terakhir setiap kata (x), pengekalan bunyi pertama + bunyi terakhir kata I, tiga bunyi pertama bentuk dasar kata II, dan suku pertama kata ke III, (xi) pengekalan bunyi pertama + bunyi terakhir kata I dan bunyi pertama kata II, kata III, kata IV. Pola pembentukan kombinasi akronim dan singkatan ditemukan tiga pola yakni, (i) pengekalan suku pertama + bunyi terakhir kata I, suku kedua bentuk dasar kata II dan bunyi awal kata Kata III, kata IV, (ii) pengekalan suku pertama + bunyi terakhir kata I, suku kedua bentuk dasar kata II dan bunyi awal kata III, kata IV, (iii) pengekalan suku pertama kata I, bunyi pertama kata II, suku pertama kata III, dan bunyi pertama kata, V, kata VI. Pola pembentukan kombinasi akronim dan akronim ditemukan dua pengekalan, yaitu (i) pengekalan bunyi pertama + bunyi terakhir kata I, tiga bunyi awal kata II, kata IV dan empat bunyi pertama kata V, (ii) pengekalan tiga bunyi awal dari setiap kata. Pembentukan penggalan ditemukan tiga pola, yakni


(21)

(i) pengekalan suku pertama setiap kata, (ii) pengekalan tiga bunyi pertama setiap kata, (iii) pengekalan empat bunyi pertama setiap kata.

Peneliti menemukan referen yang ditunjuk oleh kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia, yaitu (i) jabatan, (ii) pangkat, (iii) gedung, (iv) kegiatan, (v) petunjuk, (vi) wilayah batas, (vii) orang, (viii) satuan, dan (ix) sekolah.


(22)

ABSTRACT

Dawa, Wilhelmus. 2016. Abbreviation Forms in Military and Police Field in ...Indonesian. An Undergraduate Thesis. Indonesian Letter ...Study Program, the Faculty of Letters, Sanata Dharma ...University

This study discussed the abbreviation in military and police field in Indonesian. Abbreviation is divided into five types which are shortness, acronyms, fragments, contractions, and emblem letters. There are two problems in this research which are (i) the pattern formation of the abbreviation in military and police field in Indonesian, and (ii) the referent of the abbreviation in military and police field in Indonesian. This research aims to describe the pattern formations and the referents abbreviation in military and police field in Indonesian.

The object of this research is in the form of abbreviation in military and police field in Indonesia, is in the data which is a long form. In collecting the data, the researcher uses simak method that is finding the abbreviation in military and police field in Indonesian. Then, it is followed by catat method. To solved the first, the researcher applies agih method with Bagi Unsur Langsung (BUL) technique and is followed by lesap technique. To solved second problems the researcher uses padan method that is followed padan referensial method. The analized result is presented in two techniques which are, (i) informal technique using ordinary words, (ii) formal technique using pictures, charts, tables, and phonetic symbols.

Based on the results of the study, the researcher found one pattern formation of the shortness that is perpetuation of the first sound. In the pattern formation of Acronym, the researcher found 11 acronym patterns which are (i) the perpetuation of the first sound of every words, (ii) the perpetuation of the two- first sound of word I and the first syllable of the word II, (iii) the perpetuation of two- first sound of word I and the three- first sound of word II, (iv) the perpetuation of three- first sound of each word, (v) the perpetuation of the first syllable of word I, word II, and the first sound of word III, (vi) the perpetuation of the first syllable of word I, word II, and the three-first sounds of word III, (vii) the perpetuation of the first syllable of word I, the two-first syllables of word II and three - first sounds of word IV, (viii) the perpetuation of the first syllable of word I and the last syllable of word II and III, (ix) the perpetuation of the last syllable of every words, (x) the perpetuation of the first sound + the last sound of word I, the three – first sounds of the basic word of word II, and the first syllable of word III, (xi) the perpetuation of the first sound + the last sound of word I and the first sound of word II, III, and IV. For the pattern of generation in the acronym and shortness form combination, the researcher found three patterns namely: (i) perpetuation of the first syllable + the last sound of word I, the second syllable of the basic word of word II and the first sound of word III and IV, (ii) the perpetuation of the first syllable + the last sound of word I, the second syllable of the basic word of word I and the first sound of word III and IV, (iii) the perpetuation of the first syllable of word I + the first sound of word II, the first syllable of word III, and the first sound of word V and VI. For the pattern of


(23)

generation in the acronym and acronym combination the researcher found two patterns namely: (i) the perpetuation of the first sound + the last sound of word I, three-first sounds of word II and word III and the four-first sound of word VI, (ii) the perpetuation of the three –first sounds of every words. Last but not the least, for the pattern of generation in the fragment the researcher found three patterns namely: (i) the perpetuation of the first sound of every words, (ii) the perpetuation of the three – first sounds of every words, (iii) the perpetuation of the four – first sounds of every words

The researcher found that the referents that had been referred to in the short forms within the Indonesian military and police field namely: (i) position, (ii) grade, (iii) building, (iv) activity, (v) guide, (vi) border area, (vii) person, (viii) unit, and (ix) school.


(24)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Objek penelitian dalam skripsi ini adalah kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia. Kependekan adalah hasil proses penanggalan satu atau beberapa bagian leksem atau kombinasi leksem sehingga jadilah bentuk baru yang berstatus kata (Kridalaksana 1989: 159). Kependekan terdiri dari lima jenis, yaitu singkatan, akronim, penggalan, kontraksi dan lambang huruf (Kridalaksana, ibid).

Dua organisasi yang banyak menggunakan kependekan dalam berkomunikasi adalah militer dan kepolisian. Militer adalah sebuah organisasi yang diberi otoritas oleh organisasi di atasnya (negara) untuk menggunakan kekuatan yang mematikan (lethal force) agar membela dan mempertahankan negara dari ancaman aktual ataupun hal-hal yang dianggap ancaman (Sugono, dkk., eds., 2008: 1091). Kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara yang bertugas memelihara keamanan dan ketertiban umum, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan masyarakat (Sugono, dkk., eds., 2008: 915).

Pada awalnya, Kepolisian Republik Indonesia adalah bagian dari ABRI (Angkatan Bersenja Republik Indonesia). Namun sejak dikeluarkan Undang-undang Kepolisian Nomor 2 Tahun 2002, status Kepolisian Republik Indonesia sudah tidak menjadi bagian dari ABRI. Hal ini dikarenakan adanya perubahan paradigma dalam


(25)

sistem ketatanegaraan yang menegaskan pemisahan lembaga TNI (Tentara Nasional Indonesia) dan Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan peran dan fungsinya masing-masing (Anonim, 2015: 2).

Dalam lingkungan militer dan kepolisian, bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk berkomunikasi dan berinteraksi, baik dalam situasi yang formal maupun tidak formal. Penggunaan bahasa yang sesuai dengan pemakaiannya di ragam militer dikenal dengan cirinya yang ringkas dan bersifat tegas. Untuk keperluan itu digunakan berbagai kependekan. Orang dari luar militer dan kepolisian sering sukar memahami singkatan dan akronim itu, tetapi kalangan..militer..dan..kepolisian..dapat..memahaminya..(Http://Rifalutfiya.blogspot. co.id/ragam-bahasa).

Dalam bahasa, kependekan selaras dengan prinsip ekonomi. Prinsip ekonomi menganjurkan agar teks itu singkat tanpa harus merusak dan meruduksi pesan. Teks yang singkat dengan mengandung pesan yang utuh akan menghemat waktu dan tenaga dalam pemahamannya. Sebagai wacana yang terbatasi oleh ruang, wacana jurnalistik dikontruksi tidak melanggar prinsip itu (bdk. Baryadi 2002:50)

Kependekan itu misalnya : (1) AAL

(2) Bareskrim (3) Kapt

Kependekan dalam contoh (1) merupakan singkatan. Singkatan ialah bentuk singkat yang terdiri atas satu huruf atau lebih (Pedoman Umum Ejaan yang


(26)

Disempurnakan, 2009:18). Singkatan dieja huruf demi huruf (lihat Hara, 2013). Singkatan AAL merupakan kependekan Akademi Angkatan Laut

Kependekan contoh (2) merupakan akronim. Akronim ialah kependekan dari dua kata atau lebih yang diperlakukan sebagai sebuah kata (Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan, 2009: 19). Contoh (2) di atas merupakan kata yang dapat digunakan dalam kalimat. Bareskrim merupakan kependekan dari Badan Reserse dan Kriminal. Akronim Bareskrim dapat disebut sebagai kata karena mengandung makna dan konsep yang jelas (Chaer, 1990:32).

Kependekan dalam contoh (3) Kapt merupakan penggalan dari kata utuh Kapten. Kependekan tersebut biasanya digunakan dalam ragam tulis, misalnya untuk menulis nama: Kapt. Joko.

Kependekan tersebut memperlihatkan bahwa ada setidaknya tiga pola pembentukan singkatan dan akronim dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia. Hal Kedua yang akan dibahas adalah referen yang diacu oleh kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia.

Kata atau leksem mengandung makna atau konsep. Makna atau konsep bersifat umum; sesuatu yang dirujuk, yang berada di luar dunia bahasa, bersifat tertentu. Hubungan antara kata dengan maknanya bersifat arbiter. Artinya tidak ada hubungan wajib antara deretan fonem pembentuk kata itu dengan maknanya. Namun, hubungannya bersifat konvensional (Chaer, 1990: 32)

Menurut Odgen dan Ricards (dikutip Baryadi 2007:4) hubungan antara bahasa, pikiran dan realitas dapat dijelaskan melalui segi tiga semantis. Perhatikan gambar berikut.


(27)

Thought or Reference

Symbol - - - - - Referent Stands for

(an imputed relation) *TRUE

Gambar 1: Segi Tiga Semantis dari Odgen dan Richards

Gambar di atas memperlihatkan bahwa simbol melambangkan pikiran (dapat dibaca bahasa) dan karena itu di antara keduanya terdapat hubungan kausal. Di antara simbol dan pikiran terdapat hubungan langsung yang ditunjukan dengan garis lurus. Pikiran menunjuk referen dan karena itu di antara keduanya terdapat hubungan kausal juga. Antara simbol dan referen terdapat hubungan tidak langsung yang ditunjukan dengan garis putus-putus, tetapi hubungan antara simbol dan referen merupakan hubungan yang benar. Hubungan antara simbol dan referen harus melalui pikiran atau referensi.

Contoh kependekan yang menunjuk pada referen dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia.

Sekolah


(28)

Gambar 2: Kependekan yang Menunjuk Referen Sekolah

Contoh AAL (Akademi Angkatan Laut) menunjuk simbol dan mengacu pada referen „sekolah‟ dengan perantara konsep sekolah. Dalam hal ini AAL tidak memiliki hubungan langsung dengan referen (ditunjukkan dengan garis putus-putus). Hubungan antara simbol yang berupa kependekan dan referen „sekolah‟ harus melalui konsep dalam pikiran yaitu sekolah

Satuan

Bareskrim- - - - „satuan‟

Gambar 3: Kependekan yang Menunjuk Referen Satuan

Pada contoh Bareskrim (Badan Reserse dan Kriminal) menunjukan simbol dan mengacu pada referen „satuan‟ dengan perantara konsep satuan dalam kepolisian. Dalam hal ini Bareskrim tidak memiliki hubungan langsung dengan referen (ditunjukkan dengan garis putus-putus). Hubungan antara simbol yang berupa kependekan dan referen „satuan‟ harus melalui konsep dalam pikiran yaitu jenis satuan.

Kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia dipilih menjadi objek penelitian ini didasarkan alasan sebagai berikut. Pertama, kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia banyak menggunakan pola pemendekan yang unik dan beragam. Ada yang berupa singkatan, akronim, dan penggalan. Kedua, dari hasil pemendekan yang berupa singkatan, akronim, penggalan


(29)

ditemukan referen yang ditunjuk. Ketiga, dunia militer dan kepolisan di Indonesia memiliki hubungan yang menyatu dengan masyarakat sehingga komunikasi tersebut penting diteliti. Kempat, sejauh penelusuran yang dilakukan peneliti, apalagi setelah keluarnya UU No. 2 Tahun 2002, belum ada peneliti yang mengkaji topik ini.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan dalam latar belakang, masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebgai berikut.

1.2.1 Apa saja pola pembentukan kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia?

1.2.2 Apa saja referen yang ditunjuk oleh kependekan dalam lingkungan militer dan .kepolisian di Indonesia

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan pola-pola pembentukan kependekan dan menentukan jenis referennya dalam lingkungan militer dan kepolisian. Tujuan penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut:

1.3.1 Mendeskripsikan pola pembentukan kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia

1.3.2 Mendeskripsikan referen yang ditunjuk oleh kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia


(30)

1.4 Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini berupa deskripsi kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia. Hasil penelitian tersebut memberikan manfaat teoretis maupun manfaat praktis. Manfaat teoritis hasil penelitian ini memberikan sumbangan teoretis bagi cabang linguistik yaitu, morfologi. Dalam morfologi menyumbang proses pembentukan kependekan, yaitu dari bentuk panjuang menjadi bentuk pendek. Bidang semantik, yaitu kependekan tersebut ternyata memiliki referen juga . Bidang sosiolinguistik, yaitu bahasa berupa kependekan digunakan dalam komunitas tertentu dalam hal ini militer dan kepolisian di Indonesia. Hasil penelitian ini juga memberikan sumbangan praktis bagi para jurnalistik yang akan menggunakan kependekan dalam tulisannya dan komunikasi praktis yang berhubungan dengan militer dan kepolisian di Indonesia.

1.5 Tinjauan Pustaka

Jalu dalam skripsinya yang berjudul “Pola Pembentukan dan Jenis Referen Slogan Kota dan Kabupaten di Jawa Tengah” (2015), membahas tentang pola slogan kota dan jenis referennya. Tentang pola slogan, ditemukan dua pola pembentukan, yaitu kata dan kalimat. Kata memiliki dua jenis yakni kata ulang dan akronim. Untuk akronim ditemukan 14 pola pembentukan. Adapun tentang referen yang diacu oleh slogan kota dan Kabupaten di Jawa Tengah, ditemukan 12 jenis referen.

Hara dalam skripsinya yang berjudul “Penggalan dan Kontraksi dalam Tuturan Berbahasa Indonesia Anak Muda di Sumba Tengah, Nusa Tenggara Timur” (2013), membahas tentang pola-pola pembentukan penggalan dan pola pembentukan


(31)

kontraksi dalam tuturan berbahasa Indonesia anak muda Sumba Tengah. Untuk penggalan ditemukan tujuh pola pembentukan, yakni (i) penggalan yang berupa pengekalan silabel pertama dari suatu kata, (ii) penggalan berupa pengekalan silabel terakhir dari suatu kata, (iii) penggalan yang berupa penggalan fonem terakhir dari suatu kata, (iv) penggalan yang berupa fonem pertama dari suatu kata, (v) penggalan yang berupa penganggalan silabel terakhir suatu kata, (vi) penggalan yang berupa pengekalan silabel tengah dan terakhir dari suatu kata, (vii) penggalan yang berupa pengekalan penanggalan dua fonem terakhir dalam suatu kata. Adapun tentang kontraksi ditemukan lima pola pembentukan, yakni (i) kontraksi dengan meringkas diftong dalam suatu kata, (ii) kontraksi dengan meringkas vokal tinggi menjadi vokal rendah dari suatu kata, (iii) kontraksi dengan meringkas dua silabel pertama dalam suatu kata, (iv) kontraksi dengan meringkas silabel pertama dalam suatu kata, (v) kontraksi dengan meringkas silabel terakhir dalam suatu kata.

Suratmi (1997) dalam hasil penelitiannya yang berjudul “Akronim Bahasa Indonesia dalam surat kabar karian Kompas” menjelaskan bahwa akronim dalam surat kabar harian kompas dapat diteliti atas pola pembentukannya. Pola pembentukan itu terbagai atas tujuh pola, yaitu (i) akronim berunsur bunyi pertama kata utama; (ii) akronim berunsur suku kata kata utama; (iii) akronim berunsur gabungan antara bunyi pertama kata utama dengan suku kata utama: (iv) akronim berunsur gabungan antara bunyi pertama kata utama dengan „bagian lain‟ kata utama; (v) akronim berunsur gabungan antara suku kata utama dengan „bagian lain‟ kata uatama; (vi) akronim berunsur bagian „bagian lain‟ kata uatama; (vii) akronim berunsur bunyi pertama, dan „bagian lain‟ kata utama.


(32)

Topik tentang kependekan juga pernah diteliti oleh Permana (2006) dalam skripsinya yang berjudul “Kependekan dalam Wacana Rubrik “Operator Menjawab” di Surat Kabar Suara Pembaruan”. Hasil dari penelitian ini ditemukan pola-pola 15 pola pembentukan singkatan, yaitu (i) pengekalan konsonan huruf pertama dari setiap suku kata, (ii) pengekalan konsonan huruf pertama setiap kata, (iii) pengekalan konsonan huruf pertama suku kata pertama dan huruf pertama dan terakhir suku kata kedua dari suatu kata, (iv) pengekalan dua huruf pertama dari suatu kata, (v) pengekalan tiga huruf pertama dari suatu kata, (vi) pengekalan empat huruf pertama dari suatu kata.

Selanjutnya, (vii) pengekalan konsonan huruf pertama suku kata pertama dan penggalan suku-suku terakhir suatu kata, (viii) pengekalan konsonan huruf pertama tiap kata dan sufiks-nya, (ix) penggunaan monoftong pada suku kata kedua dari suatu kata, (x) persamaan huruf dalam penggunaan singkatan, (xi) penggunan prefiks di- dan pengekalan konsonan huruf pertama suku kata pertama dan huruf pertama dan terakhir suku kata, (xii) penggunaan monoftong dari suku kata pertama dari suatu kata, (xiii) pengekalan konsonan huruf pertama suku terakhir dari suatu kata, (xiv) pengekalan konsonan huruf pertama, suku kata pertama dan huruf pertama suku kata kedua dan penggalan suku-suku terakhir dan sufiks-nya dari suatu kata, (xv) pengekalan konsonan huruf pertama suku kata pertama dan monoftong suku kata kedua.

Dalam hal pembentukan akronim ditemukan dua pola pembentukan, yakni (i) pengekalan tiga huruf pertama dari kata pertama dan pengekalan dua huruf pertama kata ketiga, (ii) pengekalan suku kata terakhir kata pertama dan huruf pertama kata


(33)

kedua. Penggalan ditemukan sembilan pola pembentukan, yaitu (i) penggalan suku kata pertama dari suatu kata, (ii) penggalan suku kata terakhir dari suatu kata, (iii) penggalan tiga huruf pertama dari suatu kata, (iv) pengekalan empat huruf pertama dari suatu kata, (v) pengekalan konsonan huruf pertama dari suku kata pertama dan pengekalan suku-suku terakhir dari suatu kata, (vi) pengekelan konsonan huruf pertama suku kata pertama dan kedua dan penggalan suku-suku kata terakhir dari suatu kata, (vii) pengekalan konsonan huruf pertama suku kata pertama dan kedua dan penggalan suku-suku terakhir dan sufiks-nya, (viii) pengekalan konsonan huruf pertama suku kata kedua dan huruf pertama suku kata ketiga, (ix) pengekalan konsonan huruf pertama dan terakhir dan suku kata kedua dan penggalan kata selanjutnya. Lambang huruf ditemukan satu pola pembentukan, yakni lambang huruf yang menandai mata uang.

Dari tinjauan pustaka tersebut, dapat disimpulkan dalam dua hal. Pertama, kependekan banyak dijumpai dalam berbagai bidang terutama dalam lingkungan militer dan kepolisian. Kedua, peneliti yang mengkaji tentang kependekan dalam militer dan kepolisian di Indonesia serta menentukan referen belum pernah dilakukan. Atas dasar tinjauan pustaka itulah, penelitian ini layak dilakukan.

1.6 Landasan Teori

Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini meliputi teori tentang morfologi dan semantik. Dalam cabang ilmu morfologi meliputi proses morfologis yang menghasilkan bentuk kependekan, yaitu singkatan, akronim, penggalan, lambang huruf, dan kontraksi. Dalam cabang ilmu semantik yaitu referen.


(34)

1.6.1 Proses Morfologis

Proses morfologis adalah proses pengubahan bentuk panjang menjadi bentuk kependekan. Ada tiga komponen yang terlibat dalam proses morfologis, yaitu (i) masukan, (ii) proses dan (iii) hasil. Masukan adalah bentuk panjang, proses merupakan cara pengubahan bentuk panjang, hasil berkaitan dengan kependekan (Baryadi, 2011: 25). Proses morfologis tersebut dapat ditunjukkan dengan bagan tersebut.

Masukan Proses Hasil

Bagan 1: Proses Morfologis Pemendekan

1.6.2 Jenis-jenis Kependekan

Kependekan terdiri dari penyingkatan, pengakroniman, pemenggalan, pengkotraksian, dan pelambangan huruf. Kelima jenis pemendekan tersebut menghasilkan lima jenis kependekan, yaitu singkatan, penggalan, akronim, kontraksi, dan lambang huruf (Kridalaksana 1989: 161:163)

1.6.2.1 Singkatan

Singkatan adalah hasil pemendekan yang berupa huruf demi huruf atau gabungan huruf, baik yang dieja huruf demi huruf maupun tidak dieja huruf demi huruf (Kridalaksana, 1989 : 162). Berikut ini dikemukakan contohnya.

(4) DIY ( Daerah Istimewa Yogyakarta)

(5) SPP (Sumbangan Penyelanggara Pendidikan)


(35)

(6) TNI ( Tentara Nasioanl Indonesia) Yang tidak dieja huruf demi huruf;

(7) dll. (dan lain-lain) (8) dng (dengan)

(9) dst. (dan seterusmya)

Dari beberapa contoh singkatan yang dieja dan tidak dieja di atas, dapat dijelaskan proses pemendekan menurut pola pembentukannya. Contoh (4) DIY merupakan kependekan yang berasal dari tiga kata, yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta, (5) SPP merupakan kependekan yang berasal dari tiga kata, yakni Sumbangan Penyelenggara Pendidikan, dan contoh (6) TNI merupakan kependekan dari empat kata, yaitu Tentara Nasional Indonesia merupakan proses pemendekan dengan pengekalan bunyi pertama dari setiap kata.

1.6.2.2 Akronim

Akronim adalah kependekan yang berupa gabungan huruf atau suku kata atau bagian lain dari bentuk dasar dan dilafalkan sebagai sebuah kata yang sedikit banyak memenuhi kaidah fonotaktik dalam bahasa Indonesia (Kridalaksana, 1989: 162). Berikut ini contohnya :

(10) ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) (11) Gakopad (Gabungan Koperasi Angkatan Darat) (12) ASI (Air Susu Ibu)


(36)

Pada contoh (10) ABRI merupakan kependekan yang berasal dari empat kata yaitu Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, bunyi [a] berasal dari kata angkatan, bunyi [be] secara ortografis ditulis hurf B berasal dari kata bersenjata, bunyi [er] secara ortografis ditulis huruf R berasal dari kata republik, dan bunyi [i] berasal dari kata Indonesia. Pemendekannya adalah pengekalan bunyi pertama dari setiap kata. Contoh (11) Gakopad merupakan kependekan yang berasal dari empat kata Gabungan Koperasi Angkatan Darat, bunyi [ga] berasal dari gabungan, bunyi [kop] berasal dari kata koperasi, bunyi [a] berasal dari kata angkatan, dan bunyi [de] secara ortografis di tulis huruf D berasal dari kata darat. Pemendekannya adalah pengekalannya pada suku pertama kata I, tiga bunyi pertama kata II, dan bunyi pertama kata III, kata IV. Contoh (12) ASI merupakan kependekan yang berasal dari tiga kata, yaitu Air Susu Ibu, bunyi [a] berasal dari kata air, bunyi [es] secara ortografis ditulis huruf S berasal dari kata susu, dan bunyi [i] berasal dari kata ibu. proses pemendekannya adalah pengekalan bunyi pertama setiap kata.

1.6.2.3 Penggalan

Penggalan adalah proses pemendekan yang mengekalkan salah satu bagian dari kata (Kridalaksana, 1989: 162). Berikut ini contohnya.

(13) Purn (purnawirawan) (14) Bu (ibu)


(37)

Pembentukan penggalan di atas dilakukan dengan cara menanggalkan bentuk dasar. Contoh (13) Purn merupakan kependekan berasal dari satu kata yaitu Purnawirawan. Penggalan Purn merupakan hasil kependekan dengan cara mengekalkan empat bunyi pertama. Contoh (14) Bu merupakan kependekan dari kata Ibu. Penggalan bu merupakan hasil pemendekan dengan cara mengekalkan suku kata terakhir Bu dari kata Ibu. Contoh (15) Pak merupakan kependekan yang berasal dari kata Bapak. Penggalan Pak merupakan hasil pemendekan dengan cara mengekalkan suku kata terakhir Pak dari kata Bapak.

1.6.2.4 Lambang Huruf

Lambang huruf adalah proses pemendekan yang menghasilkan satu huruf atau lebih yang mengambarkan konsep dasar kuantitas, satuan, dan unsur (Kridalaksana, 1989: 162). Perhatikan contohnya.

(16) G (gram) (17) Cm (centi meter) (18) Rp (rupiah)

Contoh (16) G merupakan kemendekan dengan cara menanggalkan satu huruf dan menjadi lambang huruf yang menandai satuan dasar ukuran berat berasal dari kata Gram, contoh (17) Cm merupakan kemendekan dengan cara menanggalkan dua huruf dan menjadi lambang huruf yang menandai satuan ukuran panjang berasal dari kata centi meter, dan contoh (18) Rp merupakan kemendekan dengan cara menanggalkan dua huruf berasal dari kata Rupiah dan menjadi lambang huruf yang menandai mata uang negara Indonesia.


(38)

1.6.2.5 Kontraksi

Kontraksi adalah kependekan yang dihasilkan dengan meringkas bentuk dasar (Kridalaksana, 1989: 162). Berikut ini contohnya.

(19) Tak (tidak) (20) Takkan (tidak akan)

Contoh (19) tak merupakan kependekan yang dihasilkan dengan cara meringkas tiga huruf dari kata tidak dan contoh (20) takkan merupakan kependekan yang dihasilkan dengan meringkas lima huruf dari kata tidak akan.

1.6.3 Referen

Rerefen adalah benda atau orang yang diacu oleh kata atau untaian kata di kalimat atau konteks tertentu. Referen merupakan konsep yang lazimnya berhubungan dengan suatu hal yang berada di luar bahasa (Wijana, 2008:4).

Bentuk kebahasan memiliki konsep dalam pikiran manusia yang disebut (thought), dan konsep ini lazim berhubungan dengan sesuatu atau hal yang ada di luar bahasa yang disebut referen (referent). Disebut lazim karena tidak semua kata yang memiliki makna memiliki referen. Makna bersifat umum dan tidak tertentu, sedangkan referen bersifat tertentu. Referen adalah sesuatu yang diacu oleh konsep bentuk bahasa yang bersangkutan. Bentuk bahasa berhubungan secara langsung dengan konsep pikiran (makna) (Chaer,1990: 31).

Menurut Odgen dan Ricards dikutip (Baryadi, 2007:4-6) hubungan antara bahasa, pikiran dan realitas dapat dijelaskan melalui segi tiga semantis. Perhatikan gambar berikut.


(39)

Thought or Reference

Symbol - - - - - Referent Stands for

(an imputed relation) *TRUE

Gambar 4: Segi Tiga Semantis dari Odgen dan Richards

Gambar 4 di atas menunjukan bahwa simbol mengacu kepada sesuatu referen dengan perantara konsep . Dalam hal ini hubungan antara symbol dan referen tidak memiliki hubungan yang langsung (yang ditunjukkan dengan garis putus-putus), akan tetapi hubungan kedua hal tersebut harus melaui thougt or reference.

Sesuai perkembangan semiotika, oleh Lyons setiap unsur dari segitiga Odgen dan Rhicards itu diganti dengan nama lain. Istilah symbol diganti dengan sign, thought diganti dengan concept, dan referent diganti dengan significatum. Perhatikan gambar berikut.

Concept

Sign - - - Significatum Gambar 5: Segi Tiga Semantis dari Lyons

Gambar 5 di atas menunjukkan bahwa sign mengacu kepada sesuatu significatum dengan perantara concept anatara sign dan significatum tidak memiliki


(40)

hubungan langsung ditunjukan dengan garis putus-putus, tetapi harus melalui concept.

1.7 Metode dan Teknik Penelitian

Penelitian ini dilakukan tiga tahap, yakni (i) pengumpulan data, (ii) analisis data, (iii) penyajian hasil analisis data. Berikut diuraikan masing-masing tahap dalam penelitian ini.

1.7.1 Metode Pengumpulan Data

Objek penelitian ini adalah kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia. Objek ini berada dalam data yang berupa bentuk panjang. Data diperoleh dari sumber sumber online.

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode simak dengan teknik sadap dan teknik catat. Metode simak dilaksanakan dengan menyimak penggunaan kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia. Penerapan lebih lanjut menggunakan teknik catat dan sadap. Teknik catat adalah teknik yang digunakan dengan pencatatan dan teknik sadap dilanjuti dengan mencermati data-data yang berupa bentuk panjang dengan mengklasifikasi atau mengelompokkan pola pembentukan singkatan, akronim, penggalan (Sudaryanto, 1993; 135). Contoh data yang digunakan sebagai berikut

(21) AKP (Ajun Komisaris Polisi)

(22) ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) (23) MAYJEN (Mayor Jendral)


(41)

1.7.2 Metode Analisis Data

Langkah kedua adalah menganalisis data. Setelah data diklasifikasi, kemudian dianalisis dengan metode agih dan padan. Metode agih adalah metode analisis yang alat penentunya ada di dalam bahasa dan merupakan bagian dari bahasa yang diteliti (Sudaryanto, 1993:15). Teknik dasar yang dipakai dalam penelitian ini adalah teknik bagi unsur langsung (BUL). Teknik BUL adalah teknik dasar metode agih yang membagi satuan lingual data menjadi beberapa bagian (Sudaryanto, 1993:31). Misalnya, AMN memiliki unsur /A/M/N/. Bunyi [a] berasal dari kata akademi, bunyi [m] berasal dari kata militer, dan bunyi [n] berasal dari kata nasional.

Untuk menganalisis rumusan masalah yang pertama digunakan teknik lanjutan, yaitu teknik lesap. Teknik lesap adalah teknik analisis data dengan cara melesapkan, mengilangkan, menghapuskan, mengurangi satauan kebahasaan yang tidak dikekalkan. Kegunaan teknik lesap untuk mengetahui kadar keintian yang dianilisis (Sudaryanto, 1993: 37 ).

(24) AMN ( Akademi Militer Nasional)

(25) ALRI (Angkatan Laut Republik Indonesia) (26) Let (Letnan)

Kependekan dalam contoh (24) di atas merupakan singkatan. Singkatan AMN merupakan kependekan yang berasal dari tiga kata yaitu Akademi Militer Nasional. Bunyi [a] berasal dari kata Akademi, bunyi [m] berasal dari kata Militer, dan bunyi [n] dari kata Nasional. Kependekan dalam contoh (25) Akronim ALRI merupakan kependekan yang berasal dari empat kata yaitu Angkatan Laut Republik Indonesia. Bunyi [a] berasal dari kata Angkatan, bunyi [l] berasal dari kata Laut, bunyi [r]


(42)

berasal dari kata Republik, dan bunyi [i] berasal dari kata Indonesia. Contoh (26) merupakan penggalan. Penggalan Let merupakan kependekan yang berasal dari kata Letnan. Bunyi [let] berasal dari kata Letnan.

Dalam menganalisis rumusan masalah yang kedua, peneliti menggunakan metode padan. Metode padan ini alat penentunya di luar bahasa, terlepas dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993:13). Teknik dasar yang dipakai dalam metode ini teknik pilah unsur penentu atau PUP. Teknik lanjutannya digunakan metode padan referensial untuk menentukan identitas satuan kebahahasaan menurut referen yang ditunjuk (Sudaryanto, 1993;145). Misalnya seperti berikut:

(26) EKKT (Evaluasi Kemantapan dan Kesiapan Tugas) (27) Kasad (Kepala Staf Angkatan Darat)

(29) Jen (Jendral)

Singkatan EKKT dalam contoh (27) memiliki kepanjangan Evaluasi Kemantapan dan Kesiapan Tugas, mempunyai konsep yang berada dalam pikiran aktivitas atau pekerjaan dan menunjuk referen „kegiatan‟. Akronim Kasad dalam contoh (28) memiliki kepanjangan Kepala Staf Angkatan Darat mempunyai konsep yang berada dalam pikiran struktur organisai dan menunjuk referen „jabatan‟. Kasad adalah pemimpin tertinggi di lembaga TNI AD. Kependekan Jen dalam contoh (29) memiliki kepanjangan Jendral mempunyai konsep yang berada dalam pikiran dan menunjuk referen „pangkat‟. Jendral adalah jenis pangkat perwira tertinggi dalam militer.


(43)

1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data

Setelah tahap analisis data, tahap selanjutnya adalah tahap penyajian hasil analisis data. Analisis data dalam penelitian ini disajikan dengan menggunakan metode informal dan metode formal. Penyajian asil analisis data dengan metode informal mengunakan kata-kata biasa (Sudaryanto, 1993 45). Penyajian hasil analisis data dengan menggunakan metode formal, yaitu memanfaatkan, bagan, gambar, tabel dan lambang fonetis (Sudaryanto, ibid).

1.8 Sistematika Penyajian

Secara garis besar laporan hasil penelitian ini disusun dalam empat bab sebagai berikut. Bab I berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, sistematika penelitian. Latar belakang menguraikan alasan mengapa penulis melakukan penelitian ini. Rumusan masalah menjelaskan masalah-masalah yang ditemukan dalam penelitian ini. Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan tujuan peneltian ini. Manfaat penelitian memaparkan manfaat yang bisa diambil dari hasil penelitian ini. Tinjauan pustaka mengemukakan pustaka yang pernah membahas tentang singkatan, akronim, dan penggalan. Landasan teori menyampaikan teori yang digunakan sebagai landasan penelitian. Metode penelitian merincikan teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan teknik penyampain hasil analisisis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini.


(44)

Pada BAB II berisi uraian pola-pola pembentukan kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia. Bab III referen yang ditunjuk oleh kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia.

Pada Bab IV berisi penutup yang terdiri dari kesimpulan hasil analisis data dan saran untuk peneliti selanjutnya mengenai hal-hal yang dikaji dalam penelitian ini.


(45)

BAB II

POLA PEMBENTUKAN KEPENDEKAN

DALAM LINGKUNGAN MILITER DAN KEPOLISIAN

DI INDONESIA

2.1 Pengantar

Kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia terdiri dari singkatan, akronim, dan penggalan. Jenis-jenis kependekan tersebut memiliki pola-pola dan proses pembentukan kependekan.

2.2 Pola Singkatan

Singkatan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia meliputi singkatan yang berasal dari dua kata, tiga kata, dan empat kata. Berikut ini beberapa contoh.

(30) AD (Angkatan Darat) (31) AL (Angkatan Laut) (32) AU (Angkatan Udara

(33) TNI (Tentara Nasional Indonesia) (34) AKP (Ajun Komisaris Polisi) (35) AAU (Akademi Angkatan Udara)

(36) KKAD (Kesatuan Komando Angkatan Darat) (37)AKBP (Ajun Komisaris Besar Polisi)


(46)

Kependekan yang berasal baik dari dua kata, tiga kata, empat kata dihasilkan dengan pengekalan bunyi pertama dari setiap kata. Contoh (30) AD merupakan kependekan dari Angkatan Darat. Bunyi [a] secara ortografis ditulis huruf A berasal dari kata Angkatan dan bunyi [de] secara ortografis ditulis huruf D berasal dari kata Darat. Contoh (31) AL merupakan kependekan dari Angkatan Laut. Bunyi [a] yang secara ortografis ditulis huruf A berasal dari kata Angkatan, bunyi [el] yang secara ortografis ditulis huruf L berasal dari kata Laut.

Pada contoh (32) AU merupakan kependekan dari Angkatan Udara. Bunyi [a] yang secara ortografis ditulis huruf A berasal dari kata Angkatan, bunyi [u] yang secara ortografis ditulis huruf U berasal dari kata Udara. Contoh (33) TNI yang berasal dari bentuk panjang Tentara Nasional Indonesia. Bunyi [te] yang secara ortografis ditulis dalam huruf T dari kata Tentara, bunyi [en] yang secara ortografis ditulis huruf N dari kata Nasional, dan bunyi [i] yang secara ortografis ditulis dalam huruf I dari kata Indonesia. Singkatan TNI merupakan hasil pengekalan bunyi pertama dari setiap kata Tentara Nasional Indonesia.

Pada contoh (34) terdapat singkatan AKP merupakan kependekan dari Ajun Komisaris Polisi. Bunyi [a] yang secara ortografis ditulis huruf A berasal dari kata Ajun, bunyi [ka] yang secara ortografis ditulis huruf K berasal dari kata Komisaris, dan bunyi [pe] yang secara otografis ditulis huruf P berasal dari kata Polisi. Contoh (35) terdapat singkatan AAU merupakan kependekan dari Akademi Angkatan Udara. Bunyi [a] yang secara ortografis ditulis huruf A berasal dari kata Akademi, bunyi [a] yang secara ortografis ditulis huruf A berasal dari kata Angkatan, dan bunyi [u] yang secara otografis ditulis huruf U berasal dari kata Udara.


(47)

Pada contoh (36) KKAD merupakan kependekan dari Komando Kesatuan Angkatan Darat. Bunyi [ka] secara ortografis ditulis huruf K berasal dari kata Komando, bunyi [ka] secara ortografis ditulis huruf K berasal dari kata Kesatuan, bunyi [a] ditulis huruf A berasal dari kata Angkatan, dan bunyi [de] ditulis huruf D berasal dari kata Darat. Contoh (37) AKBP merupakan kependekan dari Ajun Komisaris Besar Polisi. Bunyi [a] berasal dari kata Ajun, bunyi [ka] secara ortografis ditulis hurf K berasal dari kata Komisaris, bunyi [be] secara ortografis ditulis huruf B berasal dari kata Besar, dan bunyi [pe] secara ortografis ditulis huruf P berasal dari kata Polisi.

Hasil analisis data singkatan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia dapat dirangkum dalam tabel berikut.

Tabel 1. Singkatan dalam Lingkungan Militer dan Kepolisian di Indonesia

No Bentuk Panjang Proses Hasil

1 Angkatan Darat Pengekalan Bunyi Pertama dari Setiap Kata

AD

2 Angkatan Laut AL

3 Angkatan Udara AU

4 Tentara Nasional Indonesia TNI

5 Ajun Komisaris Polisi AKP

6 Akademi Angkatan Udara AAU

7 Kesatuan Komando Angkatan Darat

KKAD


(48)

Proses pembentukan kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia dapat dilihat pada bagan tersebut.

Masukan Proses Hasil

Bagan 2: Proses Pembentukan Singkatan Berasal dari Dua Kata, Tiga Kata, dan Empat Kata

2.3 Pola Akronim

Pola pembentukan akronim ditemukan 11 pola akronim yakni, (i) pengekalan bunyi pertama setiap kata, (ii) pengekalan dua bunyi pertama kata I dan suku pertama kata II, (iii) pengekalan dua bunyi pertama kata I dan tiga bunyi pertama kata II, (iv) pengekalan tiga bunyi pertama setiap kata, (v) pengekalan suku pertama kata I, kata II, dan bunyi pertama kata III, (vi) pengekalan suku pertama kata I, kata II, dan tiga bunyi pertama kata III, (vii) pengekalan suku pertama kata I, dua suku pertama kata II, dan tiga bunyi pertama kata IV, (viii) pengekalan suku pertama kata I dan suku terakhir kata II, kata III, (ix) pengekalan suku terakhir setiap kata (x), pengekalan bunyi pertama + bunyi terakhir kata I, tiga bunyi pertama bentuk dasar kata II, dan suku pertama kata ke III, (xi) pengekalan bunyi pertama + bunyi terakhir kata I dan bunyi pertama kata II, kata III, kata IV.

Bentuk Panjang (2 kata, 3 kata, 4

kata)

Pengekalan Bunyi


(49)

2.3.1 Pengekalan Bunyi Pertama dari Setiap Kata

Akronim dalam lingkungan militer dan kepolisian meliputi akronim yang berasal dari tiga kata dan empat kata. Berikut ini beberapa contoh data kependekannya.

(38)DOM (Daerah Operasai Militer) (39)BIN (Badan Intelejen Negara)

(40)AURI (Angkatan Udara Republik Indonesia) (41)ALRI (Angkatan Laut Rebuplik Indonesia)

Kependekan yang berasal baik dari tiga kata dan empat kata dihasilkan dengan pengekalan bunyi pertama setiap kata Contoh (38) DOM merupakan kependekan Daerah Operasi Militer. Bunyi [de] yang secara ortografis ditulis huruf D berasal dari kata Daerah, bunyi [o] yang secara ortografis ditulis huruf O berasal dari kata Operasi, dan bunyi [em] yang secara ortografis ditulis huruf M berasal dari kata Militer. Akronim DOM merupakan bentuk pengekalan bunyi pertama dari setiap kata Dareah Operasi Militer. Contoh (39) BIN merupakan kependekan dari Badan Intelejen Negara. Bunyi [be] secara ortografis ditulis huruf B berasal dari kata Badan, bunyi [i] secara ortografis ditulis huruf I berasal dari kata Itelejen, bunyi [n] secara ortografis ditulis huruf N berasal dari kata Negara.

Pada contoh (40) AURI merupakan kependekan dari Angkatan Udara Republik Indonesia. Bunyi [a] yang secara ortografis ditulis huruf A berasal dari kata Angkatan, bunyi [u] secara ortografis ditulis huruf U berasal dari kata Udara, bunyi [er] secara ortografis ditulis huruf R dari kata Republik, dan bunyi [i] secara ortografis ditulis huruf I berasal dari kata Indonesia. Contoh (41) terdapat akronim


(50)

ALRI yang berasal dari bentuk panjang Angkatan Laut Republik Indonesia. Bunyi [a] secara ortografis ditulis huruf A dari kata Angkatan, bunyi [el] secara ortografis ditulis huruf L dari kata Laut, bunyi [er] secara ortografis ditulis huruf R dari kata Republik, dan bunyi [i] secara ortografis ditulis huruf I dari kata Indonesia.

Proses pembentukan kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia dapat dilihat pada bagan tersebut.

Masukan Proses Hasil

Bagan 3: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Tiga Kata dan Empat Kata

2.3.2 Pengekalan Dua Bunyi Pertama Kata I dan Suku Pertama Kata II

Akronim dalam lingkungan militer dan kepolisian meliputi akronim yang berasal dua dari kata. Berikut ini beberapa contoh data kependekannya.

(42) Mako (Markas Komando) (43) Buser (Buru Sergap)

Kependekan berasal dari dua kata dihasilkan dengan pengekalan dua bunyi pertama kata I dan suku pertama kata II. Contoh (42) Mako merupakan kependekan dari Markas Komando. Bunyi [ma] berasal dari kata Markas dan bunyi [ko] berasal dari kata Komando. Contoh (43) Buser merupakan kependekan dari Buru Sergap. Bunyi [bu] berasal dari kata Buru, bunyi [ser] berasal dari kata Sergap.

Bentuk Panjang (3 kata, 4 kata)

Pengekalan Bunyi Pertama dari Setiap

kata


(51)

Proses pembentukan kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia dapat dilihat pada bagan tersebut.

Masukan Proses Hasil

Bagan 4: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Dua Kata

2.3.3 Pengekalan Dua Bunyi Pertama Kata I dan Tiga Bunyi Pertama Kata II Akronim dalam lingkungan militer dan kepolisian meliputi akronim yang berasal dari dua kata. Berikut ini beberapa contoh data kependekannya.

(44) Akmil (Akademi Militer) (45) Mabes (Markas Besar)

Kependekan yang berasal dari dua kata dapat dihasilkan dengan pengekalan dua bunyi pertama kata I dan tiga bunyi pertama kata II. Contoh (44) Akmil merupakan kependekan dari kata Akademi Militer. Bunyi [ak] berasal dari kata Akademi dan bunyi [mil] berasal dari kata Militer. Contoh (45) Mabes merupakan kependekan dari Markas Besar. Bunyi [ma] berasal dari kata Markas dan bunyi [bes] berasal dari Besar.

Proses pembentukan kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia dapat dilihat pada bagan tersebut.

Masukan Proses Hasil

Bagan 5: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Dua Kata Bentuk Panjang

(2 kata)

Pengekalan Dua Bunyi Pertama Kata I dan Suku

Pertama Kata II

Akronim

Bentuk Panjang (2 kata )

Pengekalan Dua Bunyi Pertama Kata I dan Tiga

Bunyi Pertama Kata II


(52)

2.3.4 Pengekalan Tiga Bunyi Pertama Setiap Kata

Akronim dalam lingkungan militer dan kepolisian meliputi akronim yang berasal dari dua kata. Berikut ini beberapa contoh data kependekannya.

(46) Kompol (Komisaris Polisi) (47) Kombes (Komisaris Besar) (48) Polwan (Polisi Wanita)

Kependekan yang berasal dari dua kata dapat dihasilkan dengan pengekalan tiga bunyi pertama setiap kata. Contoh (46) Kompol merupakan kependekan dari Komisaris Polisi. Bunyi [kom] berasal dari kata Komisaris dan bunyi [pol] berasal dari kata Polisi. Contoh (47) Kombes merupakan kependekan dari Komisaris Besar. Bunyi [kom] berasal dari kata Komisaris, bunyi [bes] berasal dari kata Besar. Contoh (48) Polwan merupakan kependekan dari Polisi Wanita. Bunyi [pol] berasal dari kata Polisi, bunyi [wan] berasal dari kata Wanita.

Proses pembentukan kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia dapat dilihat pada bagan tersebut.

Masukan Proses Hasil

Bagan 6: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Dua Kata

2.3.5 Pengekalan Suku Pertama Kata I, Kata II, dan Bunyi .Pertama Kata III Akronim dalam lingkungan militer dan kepolisian meliputi akronim yang berasal dari tiga kata. Berikut ini beberapa contoh.

(48) Kodam (Komando Daerah Militer) Bentuk Panjang

(2 Kata)

Pengekalan Tiga Bunyi


(53)

(49) Korem (Komando Resort Militer)

Kependekan baik yang berawal dari tiga kata dapat dihasilkan dengan pengekalan suku pertama kata I, kata II, dan bunyi pertama kata III. Contoh (48) Kodam merupakan kependekan dari Komando Daerah Militer. Bunyi [ko] adalah suku pertama dari kata Komando, bunyi [da] adalah dua bunyi pertama dari kata Daerah, dan bunyi [em] secara ortografis ditulis huruf M dari kata Militer. Contoh (49) Kodam merupakan kependekan dari Komando Resort Militer. Bunyi [ko] adalah suku pertama dari kata Komando, bunyi [re] adalah dua bunyi dari kata Resort, dan bunyi [em] secara ortografis ditulis huruf M dari Militer.

Proses pembentukan kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia dapat dilihat pada bagan tersebut.

Masukan Proses Hasil

Bagan 7: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Tiga Kata

2.3.6 Pengekalan Suku Pertama Kata I, Kata II, dan Tiga Bunyi Pertama ...Kata III

Akronim dalam lingkungan militer dan kepolisian meliputi akronim yang berasal dari tiga kata. Berikut ini beberapa contoh data kependekannya.

(50) Koramil (Komando Rayon Militer) (51) Kodamar (Komando Daerah Maritim)

Kependekan yang berasal dari tiga kata dapat dihasilkan dengan pengekalan suku pertama kata I, kata II, dan tiga bunyi pertama kata III. Contoh (50) Koramil

Bentuk Panjang (3 kata)

Pengekalan Suku Pertama Kata I, Suku Pertama Kata

II, dan Bunyi Pertama Kata III


(54)

merupakan kependekan dari Komando Rayon Militer. Bunyi [ko] berasal dari kata Komando, bunyi [ra] berasal dari kata Rayon, bunyi [mil] berasal dari kata Militer. Contoh (51) Kodamar merupakan kependekan dari Komando Daerah Maritim. Bunyi [ko] berasal dari kata Komando, bunyi [da] berasal dari kata Daerah, bunyi [mar] berasal dari kata Maritim.

Proses pembentukan kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia dapat dilihat pada bagan tersebut.

Masukan Proses Hasil

Bagan 8: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Tiga Kata

2.3.7 Pengekalan Suku Pertama Kata I, Dua Suku Pertama Kata II, dan Tiga ...Bunyi Pertama Kata IV

Akronim dalam lingkungan militer dan kepolisian meliputi akronim yang berasal dari tiga kata. Berikut ini beberapa contoh data kependekannya.

(52) Kormabar (Komando Armada Kawasan Barat) (53) Koarmatim (Komando Armada Kawasan Timur)

Kependekan yang berasal dari lima kata dapat dihasilkan dengan pengekalan suku pertama kata I, dua suku pertama kata II, dan tiga bunyi pertama kata IV. Contoh (52) Koarmabar merupakan kependekan dari Komando Armada Kawasan Barat. Bunyi [ko] berasal dari Komando, bunyi [arma] berasal dari kata Armada, dan bunyi [bar] berasal dari kata Barat. Contoh (53) Koarmatim merupakan

Bentuk Panjang (3 Kata)

Pengekalan Suku Pertama Kata I, Suku Pertama Kata II, dan Tiga Bunyi Pertama

Kata III


(55)

kependekan dari Komando Armada Kawasan Timur. Bunyi [ko] berasal dari Komando, bunyi [arma] berasal dari kata Armada, dan bunyi [bar] berasal dari kata Timur.

Proses pembentukan kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia dapat dilihat pada bagan tersebut.

Masukan Proses Hasil

Bagan 9: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Empat Kata

2.3.8 Pengekalan Suku Pertama Kata I dan Suku Terakhir Kata II, Kata III Akronim dalam lingkungan militer dan kepolisian meliputi akronim yang berasal dari tiga kata. Berikut ini beberapa contoh data kependekannya.

(54) Bujukpur (Buku Petunjuk Tempur) (55) Bujuktis (Buku Petunjuk Taktis) (56) Bujuknik (Buku Petunjuk Teknik)

Kependekan yang berasal dari tiga kata dapat dihasilkan dengan pengekalan suku pertama kata I dan suku terakhir kata II, kata III. Contoh (54) Bujukpur merupakan kependekan dari Buku Petunjuk Tempur. Bunyi [bu] berasal dari kata Buku, bunyi [juk] berasal dari kata Petunjuk, bunyi [pur] berasal dari kata Tempur. Contoh (55) Bujuktis merupakan kependekan dari Buku Petunjuk Taktis. Bunyi [bu] berasal dari kata Buku, bunyi [juk] berasal dari kata Petunjuk, dan bunyi [tis] berasal dari kata Taktis. Contoh (56) Bujuknik merupakan kependekan dari Buku Petunjuk

Bentuk Panjang (4 Kata)

Pengekalan Suku Pertama Kata I, Dua Suku Pertama Kata II, dan Tiga Bunyi

Pertama Kata IV


(56)

Teknik. Bunyi [bu] berasal dari kata Buku, bunyi [juk] berasal dari kata Petunjuk, dan bunyi [nik] berasal dari kata Teknik.

Proses pembentukan kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia dapat dilihat pada bagan tersebut.

Masukan Proses Hasil

Bagan 10: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Tiga Kata

2.3.9 Pengekalan Suku Terakhir Kata dari Setiap Kata

Akronim dalam lingkungan militer dan kepolisian meliputi akronim yang berasal dari dua kata. Berikut ini beberapa contoh data kependekannya.

(57) Danton (Komandan Peleton) (58) Danyon (Komandan Batalyon)

Kependekan yang berasal dari dua kata dapat dihasilkan dengan pengekalan suku terakhir kata dari setiap kata. Contoh (57) Danton merupakan kependekan dari Komandan Peleton bunyi [dan] berasal dari kata Komandan, bunyi [ton] berasal dari kata Peleton. Contoh (58) Danyon merupakan kependekan dari Komandan Batalyon bunyi [ko] berasal dari kata Komandan, bunyi [ton] berasal dari Peleton.

Bentuk Panjang (3 Kata)

Pengekalan Suku Pertama Kata I, dan Suku Terakhir

Kata II, Kata III


(57)

Proses pembentukan kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia dapat dilihat pada bagan tersebut.

Masukan Proses Hasil

Bagan 11: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Dua Kata

2.3.10 Pengekalan Bunyi Pertama + Bunyi Terakhir Kata I, Tiga Bunyi Pertama

...Bentuk Dasar Kata II, dan Suku Pertama Kata III

Akronim dalam lingkungan militer dan kepolisian meliputi akronim yang berasal dari tiga kata. Berikut ini beberapa contoh data kependekannya.

(57) Kapolda (Kepala Kepolisian Daerah) (58) Kapolsek (Kepala Kepolisian Sektor)

Kependekan yang berasal dari tiga kata dapat dihasilkan dengan pengekalan bunyi pertama + bunyi terakhir kata I, tiga bunyi pertama bentuk dasar kata II, dan suku pertama kata ke III. Contoh (57) Kapolda merupakan kependekan dari Kepala Kepoilisian Daerah. Bunyi [ka] berasal dari kata Kepala, bunyi [pol] berasal dari kata Kepolisian, dan bunyi [da] berasal dari kata Daerah. Contoh (58) Kapolsek merupakan kependekan dari Kepala Kepolisian Sektor. Bunyi [ka] berasal dari kata Kepala, bunyi [pol] berasal dari kata Kepolisian, dan bunyi [sek] berasal dari kata Sektor.

Bentuk Panjang (2 Kata)

Pengekalan Suku Terakhir


(58)

Proses pembentukan kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia dapat dilihat pada bagan tersebut.

Input Proses Hasil

Bagan 12: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Tiga Kata

2.3.11 Pengekalan Bunyi Pertama + Bunyi Terakhir Kata I dan Bunyi Pertama ...Kata II, Kata III, Kata IV

Akronim dalam lingkungan militer dan kepolisian meliputi akronim yang berasal dari empat kata. Berikut ini beberapa contoh data kependekannya.

(59) Kasad (Kepala Staf Angkatan Darat) (60) Kasal (Kepala Staf Angkatan Laut) (61) Kasau (Kepala Staf Angkatan Udara)

Kependekan yang berasal dari empat kata dapat dihasilkan dengan pengekalan bunyi pertama + bunyi terakhir kata I dan bunyi pertama kata II, kata III, kata IV. Contoh (59) Kasad merupakan kependekan dari Kepala Staf Angkatan Darat. Bunyi [ka] berasal dari kata Kepala, bunyi [es] secara ortografis ditulus hurf S berasal dari kata Staf, bunyi [a] berasal dari kata Angkatan, dan bunyi [de] secara ortografis ditulis huruf D berasal dari kata Darat. Contoh (60) Kasal merupakan kependekan dari Kepala Staf Angkatan Laut. Bunyi [ka] berasal dari kata Kepala, bunyi [es] secara ortografis ditulus hurf S berasal dari kata Staf, bunyi [a] berasal dari kata

Bentuk Panjang (3 Kata)

Pengekalan Bunyi Pertama + Bunyi Terakhir Kata I, Tiga Bunyi Pertama Bentuk Dasar Kata II, dan Suku

Pertama Kata III.


(59)

Angkatan, dan bunyi [el] secara ortografis ditulis huruf L berasal dari kata Laut. Contoh (61) Kasau merupakan kependekan dari Kepala Staf Angkatan Udara. Bunyi [ka] berasal dari kata Kepala, bunyi [es] secara ortografis ditulus hurf S berasal dari kata Staf, bunyi [a] berasal dari kata Angkatan, dan bunyi [de] secara ortografis ditulis huruf U berasal dari kata Udara.

Proses pembentukan kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia dapat dilihat pada bagan tersebut.

Input Proses Hasil

Bagan 13: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Empat Kata

Hasil analisis data singkatan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia dapat dirangkum dalam tabel berikut.

Tabel 2. Akronim dalam Lingkungan Militer dan Kepolisian di Indonesia

No Bentuk Panjang Proses Hasil

1 Daerah Operasi Militer 1. Pengekalan Bunyi Pertama dari Setiap Kata

DOM

2 Badan Intlejen Negara BIN

3 Angkatan Udara Republik Indonesia AURI 4 Angkatan Laut Republik Indonesia ALRI

5 Markas Komando 2. Pengekalan Dua Bunyi Pertama Kata I dan Tiga Bunyi Pertama Kata II

Mako

6 Buru Sergap Buser

Bentuk Panjang (4 Kata)

Pengekalan Bunyi Pertama + Bunyi Akhir Kata I dan

Bunyi Pertama Kata II, Kata III, Kata IV


(60)

7 Akademi Militer 3. Pengekalan Dua Bunyi Pertama Kata I dan Tiga Bunyi Pertama Kata II

Akmil

8 Markas Besar Mabes

9 Komisaris Polisi 4. Pengekalan Tiga Bunyi Pertama Setiap Kata

Kompol

10 Komisaris Besar Kombes

11 Polisi Wanita Polwan

12 Komando Daerah Militer 5. Pengekalan Suku Pertama Kata I, Kata II dan Bunyi Pertama Kata III

Kodam

13 Komando Resort Militer Korem

14 Komando Rayon Militer 6. Pengekalan Suku Pertama Kata I, Suku Pertama Kata II, dan Tiga Bunyi Pertama Kata III

Koramil

15 Komando Daerah Maritim Kodamar

16 Komando Armada Kawasan Barat 7. Pengekalan Suku Pertama Kata I, Dua Suku Pertama Kata II, dan Tiga Bunyi Pertama Kata IV

Koarmabar

17 Komando Armada Kawasan Timur

Koarmatim

18 Buku Petunjuk Tempur 8. Pengekalan Suku Pertama Kata I dan Suku Terakhir Kata II, Kata III

Bujukpur

19 Buku Petunjuk Taktis Bujuktis

21 Buku Petunjuk Teknik Bujuknik

22 Komandan Peleton 9. Pengekalan Suku Terakhir Setiap Kata

Danton

23 Komandan Batalyon Danyon

24 Kepala Kepolisian Daerah 10. Pengekalan Bunyi I+ Bunyi Terakhir Kata I, III Bunyi I Bentuk Dasar, dan Suku I Kata III

Kapolda


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2015. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 dan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tahun 2014 Tentang Kepolisian. Bandung: Penerbit Citra Umbara

Baryadi, Isodorus Praptomo. 2002. Dasar-dasar Analisis Wacana dalam Ilmu

Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Gondho Suli.

---. 2007. Teori Ikon Bahasa : Salah Satu Pintu Masuk ke Dunia Semiotika. Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma

---. 2011. Morfologi Dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma

Chaer, Abdul. 1990. Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta

Depertemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi

keempat. Jakarta: Penerbit Gramedia.

Hara, Tanta Rambu. 2013. “Penggalan dan Kontra Diksi dalam Tururan Berbahasa Indonesia Anak Muda Di Sumba Tengah, Nusa Tenggara Timur”. Skripsi pada Program Studi Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Jalu, Oktavianus. 2015. “Pola Slogan Kota dan Kabupaten di Jawa Tengah dan Jenis Referen Slogan Kota dan Kabupaten di Jawa Tengah”. Skripsi pada Program Studi Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta Kridalaksana, Harimurti. 1989 Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:

Penerbit Gramedia.

Pernama Andy. 2006. “Kependekan dalam Wacana Rubrik “Operator Menjawab” di Surat Kabar Suara Pembaruan”. Skripsi pada Program Studi Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Sudaryanto. 1993 Metode dan Teknik Pengumpulan Data. Yogyakarta: Penerbit ...Universitas Gadjah Mada Pers

Suratmi, M Goreti. 1997. “Akronim Bahasa Indonesia dalam Surat Kabar Kompas: Tinjauan terhadap Pola Pembentukan, Frase yang dibentuk, Proses Morfologis yang Menyertai dan Bidang Penggunaannya”. Skripsi pada Program Studi Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.


(2)

Wijana, I Dewa Putu dan Muhammmad Rohmadi. 2011. Semantik Teori dan Analisis. Surakarta. : Yusma Pustaka.

SUMBER ONLINE:

Http://id.Wikipedia.org/wiki/Singkatan dan akronim sipil militer diunduh pada 22 Agustus 2015. Pukul 21.30 WIB.

Http://Rifalutfiya.blogspot.co.id/ragambahasa diunduh pada 3 Februari 2016. Pukul -...11.11 WIB.


(3)

LAMPIRAN A

AU : Angkatan Udara AD : Angkatan Darat AL : Angkatan Laut

AAL: Akademi Angkatan Laut AAU: Akademi Angkatan Udara Abrip: Ajun Brigadir Polisi Abripda: Ajun Brigadir Polisi dua Abriptu: Ajun Brigadir Polisi satu AKBP: Ajun Komisaris Besar Polisi Akmil: Akademi Militer

AKP: Ajun Komisaris Polisi Akpol: Akademi Kepolisian

ALRI: Angkatan Laut Republik Indonesia AMN: Akademi Militer Nasional

AURI: Angkatan Udara Republik Indonesia AIPTU

B

Bareskrim Polri: Badan Reserse dan Kriminal Polri Bharada: Bhayangkara Dua

Bharaka: Bhayangkara Kepala Bharatu: Bhayangkara Satu BIN: Badan Intelijen Negara

Brigjen Pol.: Brigadir Jenderal Polisi Brigpol: Brigadir Polisi

Brimob: Brigade Mobil Bripda: Brigadir Polisi Dua Bripka: Brigadir Polisi Kepala Briptu: Brigadir Polisi Satu Bujuknik: Buku Petunjuk Teknik Bujukops: Buku Petunjuk Operasi Bujukpur: Buku Petunjuk Tempur Bujuktis: Buku Petunjuk Taktis Buser: Buru Sergap

C

Caba: calon bintara

Capa: calon perwira Capra: calon prajurit


(4)

D

Dabin: daerah binaan Danton: Komandan Peleton Danyon: Komandan Batalyon Dansat: Komandan Satuan

Danramil: komandan rayon militer

Dirjen Sospol: Direktur Jenderal Sosial Politik

Disada AL: Dinas Pengadaan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut Disada AU: Dinas Pengadaan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara DOM: Daerah Operasi Militer

E

EKKO: Evaluasi Kematapan dan Kesiapan Operasional EKKT: Evaluasi Kematapan dan Kesiapan Tugas

G

Gakopad: Gabungan Koperasi Angkatan Darat I

IPDA: Inspektur Polisi Dua IPTU

K KABEN: Komando Aksi Bela Negara Kapolda: Kepala Kepolisian Daerah Kapolres: Kepala Kepolian Resor

Kapolri: Kepala Kepolisian Republik Indonesia Kapolsek: Kepala Kepolisian Sektor

Kapt.: kapten

Kasad: Kepala Staf Angkatan Darat Kasal: Kepala Staf Angkatan Laut Kasat: Kepala Satuan

Kasat Reskrim: Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Kodim: Komando Distrik Militer

Korem: Komando Resort Militer Koramil: Komando Rayon Militer

KKAD: Kesatuan Komando Angkatan Darat Koarmabar: Komando Armada Kawasan Barat Koarmatim: Komando Armada Kawasan Timur Kodam: Komando Daerah Militer


(5)

Kodim: Komando Distrik Militer Kol.: kolonel

Kombes Pol.: Komisaris Besar Polisi Komjen Pol.: Komisaris Jenderal Polisi Kompol : Komisaris Polisi

Koramil: Komando Rayon Militer

L

Lattis : Latihan Taktis

Latgab : Latihan Gabungan Letda : letnan dua

Letjen : letnan jenderal Letkol : letnan kolonel Lettu : letnan satu

M

Mabes: markas besar

Mabes Polri: Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia Mako: markas komando

Marsdya: marsekal madya May.: mayor

Mayjen: Mayor Jenderal

P

Pacad: perwira cadangan Paban: perwira pembantu Pama: perwira pertama Pamen: perwira menengah PJR: patroli jalan raya Polda: kepolisian daerah Polres: Kepolisian Resor

Polresta: Kepolisian Resor Kota Polri: Kepolisian Republik Indonesia Polsek: Kepolisian Sektor

Polsekta: Kepolisian Sektor Kota PM: Polisi Militer


(6)

S

Sabhara: Samapta Bhayangkara Secaba: sekolah calon bintara Secapa: sekolah calon perwira Secatam: sekolah calon tamtama

Sepawamil: sekolah perwira wajib militer Serda: sersan dua

Serka: sersan kepala Serma: sersan mayor Serpas: pergeseran pasukan Sertu: sersan satu

Sesko TNI: Sekolah Staf dan Komando Tentara Nasional Indonesia Sesko AD: Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat

Sesko AL: Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut Sesko AU: Sekolah Staf dan Komando Angkatan Udara SPN: Sekolah Polisi Negara,

T

TNI: Tentara Nasional Indonesia Ton: peleton

W

Wakapolda: wakil kepala kepolisian daerah Wakapolres: wakil kepala kepolisian resor

Wakapolri: wakil kepala kepolisian republik Indonesia Wakapolsek: wakil kepala kepolisian sektor

Wakasad: Wakil Kepala Staf Angkatan Darat Wakasal: Wakil Kepala Staf Angkatan Laut Wakasat: Wakil Kepala Satuan

Wakasi: wakil kepala seksi

Y