Tujuan Sistem Pendukung Keputusan Komponen - Komponen Dan Arsitektur Sistem Pendukung

13 1. Mendukung proses pengambilan keputusan, menitik beratkan pada management by perception 2. Adanya interface manusia mesin dimana manusia user tetap memegang control proses pengambilan keputusan 3. Mendukung pengambilan keputusan untuk membahas masalah terstruktur, semi terstruktur dan tak struktur 4. Memiliki kapasitas dialog untuk memperoleh informasi sesuai dengan kebutuhan 5. Memiliki subsistem – subsistem yang terintegrasi sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi sebagai kesatuan item 6. Membutuhkan struktur data komprehensif yang dapat melayani kebutuhan informasi seluruh tingkatan manajemen

2.2.2 Tujuan Sistem Pendukung Keputusan

Tujuan Sistem Pendukung Keputusan yang dikemukakan oleh Keen dan Scott dalam buku Sistem Informasi Manajemen McLeod, 1998 mempunyai tiga tujuan yang akan dicapai adalah : 1. Membantu manajer membuat keputusan untuk memecahkan masalah semiterstruktur 2. Mendukung penilaian manajer bukan mencoba menggantikannya 3. Meningkatkan efektifitas pengambilan keputusan manajer daripada efisiensinya. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 14

2.2.3 Komponen - Komponen Dan Arsitektur Sistem Pendukung

Keputusan Sistem Pendukung Peputusan terdiri atas tiga komponen utama yaitu : 1. Dialog Interface Software  pemakai dengan sistem. 2. Database  mendukung sistem tersebut. 3. Model Base  memberikan kemampuan analis. Hubungan antara ketiga komponen Sistem Penunjang Keputusan ini dapat dilihat pada gambar dibawah: Gambar 2.2 Hubungan antara tiga komponen Sistem pendukung keputusan 1. Komponen Dialog User System Interface 1.1 Knowledge Base Bennott. • Apa yang diketahui User tentang keputusan, bagaimana cara menggunakan DSS; Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 15 • Pengetahuan apa yang harus dimiliki user agar dapat berinteraksi dengan sistem dalam berhubungan dengan area masalah dan dalam pembuat keputusan yang diperlukan; • Atau apa yang sudah dikuasai user contoh : manual, help options, dll. Teknik pelatihan penggunaan DSS, dapat dilakukan dengan melatih” user: − One on one tutorial  eksekutif senior. − Closes and lectures  user yang memerlukan training berjumlah banyak. − Intstruksi terprogram dan instruksi yang dibantu dengan komputer  bila DSS dipakai dalam jangka lama dan digunakan dalam memberikan layanan bagi banyak pemakai. − Manual book. − Command sequence file  berisi instruksi yang diprogramkan sebelumnya. 1.2 Action Language Bahasa Tindakan Apa yang dapat dilakukan user dalam berkomunikasi dengan sistem mengontrol DSS; atau opsi yang mengarahkan tindakan tersebut. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 16 Action language dapat dilakukan dengan : − Cara tanya jawab. − Menggunakan menu. − Bahasa perintah. − Pendekatan form input-output. 1.3 Presentation Language Bahasa Presentasi Presentasi alternatif dari respon sistem tersebut; atau apa yang dilihat oleh user laporan tercetak dari DSS. Contoh : printer, monitor, grafik, warna, audio output, animation, dll. Gambar 2.3 Subsystem Dialog 2. Komponen Data I. Dua jenis informasi yang dikelola secara internal a. Informasi dari record data entity b. Informasi dari dokumen konsep, gagasan, laporan, memo Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 17 II. Dua jenis yang dikelola secara eksternal a. Informasi yang didasarkan pada catatanrecord b. Informasi yang didasarkan pada dokumen eksternal Gambar 2.4 Jenis Informasi 3. Komponen Model Model didalam DSS dapat dianggap sebagai model base. Jenis-jenis model : 1. Model Strategis a. Digunakan oleh manajemen puncak untuk : 1 Membantu menetapkan tujuan organisasi. 2 Menetapkan sumber daya untuk meraih tujuan tersebut. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 18 3 Menetapkan kebijaksanaan untuk mengatur perolehan disposisi sumber daya tersebut contoh : perencanaan tujuan perusahaan, penentuan lokasi, perencanaan dampak lingkungan. b. Data yang dibutuhkan sebagian besar data eksternal dan subyektif. c. Cakrawala waktu untuk model tersebut biasanya diukur dalam tahun contoh : jangka waktu tanggung jawab perencanaan strategis manajemen puncak. d. Model tersebut bersifat deterministik dan deskriptif. 2. Model Taktis Diterapkan oleh manajemen menengah untuk membantu dalam mengalokasi dan mengontrol penggunaan sumber daya organisasi missal : perencanaan keungan, perencanaan keperluan pabrik, perencanaan promosi penjualan, penentuan tata letak gedungpabrik. a. Data yang dibutuhkan sebagian besar data internal dan beberapa data eksternal serta subyektif. b. Cakrawala waktu : 1 bulan sd 2 tahun. c. Model ini bersifat deterministik. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 19 3. Model Operasional a. Diterapkan untuk mendukung pembuatan keputusan jangka pendek misal : harian atau mingguan yang sering dijumpai pada tingkat organisasi bawah. b. Sifat deterministik. 4. Block dan Subroutine Bangunan Model a. Meliputi : pemrograman linier, analisis rangkaian waktu, analis regresi, dan Prosedur Sampling Monte Carlo. b. Dapat digunakan secara terpisah untuk mendukung keputusan atau digunakan secara bersama untuk merekronstruksi dan memelihara model yang lebih komprehensif. Masalah dalam Modeling Tradisional Dari sudut pandang historis, yang dialami organisasi berhubungan dengan model beragam. Ada yang berhasil ada yang gagal. Masalah-masalah yang mengarah kepada kegagalan antara lain : a. Sulitnya memperoleh input data untuk model. b. Sulitnya memahami cara menerapkan output dari model. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 20 c. Sulitnya menjaga agar model tetap up to date. d. Sedikitnya integrasi diantara model. e. Lemahnya interaksi antara model dengan pemakai. f. Kurangnya keyakinan user terhadap model yang digunakan, dengan demikian model tersebut tidak dipercaya. g. Sulitnya pemakai dalam menciptakan modelnya sendiri. Pendekatan SPK terhadap MODELLING Pendekatan SPK terhadap modeling berusaha untuk meminimalkan masalah tradisional dengan cara member penekanan bahwa suatu sistem Dialog, Data dan Model bekerja secara bersama- sama diperlukan untuk mendukung pembuatan keputusan. Cara tersebut antara lain : a. Menggunakan database yang diperlukan untuk memecahkan banyak masalah membangun, menggunakan, memelihara model. b. Output dari model ditempatkan dalam database, dengan demikian memungkinkan output tersebut diakses oleh model lain dan memberikan integrasi diantara model tersebut. c. Dialog yang dirancang dengan baik akan meningkatkan peluang atau kemampuan pemakai dalam mengembangkan modelnya sendiri, Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 21 mengoprasikan sistem dengan baik, menjaga agara tetap up to date dan menerapkan outputnya untuk mendukung suatu pembuat keputusan. d. Model dalam suatu SPK kemungkinan besar bisa digunakan, sebab didukung oleh komponen data dan dialog. Gambar 2.5 Komponen dari SPK 2.2.4 Tahapan Pengambilan Keputusan Alur proses pemilihan alternatif tindakan keputusan biasanya terdiri dari langkah-langkah berikut : 1. Tahap Penelusuran Intelligence Phase Suatu tahap proses seseorang dalam rangka pengambil keputusan untuk permasalahan yang dihadapi, terdiri dari aktivitas penelusuran, pendeteksian serta proses pengenalan masalah. Data masukan diperoleh, diuji dalam rangka mengidentifikasi masalah. 2. Tahap Perancangan Design Phase Tahap proses pengambil keputusan setelah tahap intellegence meliputi proses untuk mengerti masalah, menurunkan solusi dan menguji kelayakan solusi. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 22 Aktivitas yang biasanya dilakukan seperti menemukan, mengembangkan dan menganalisa alternative tindakan yang dapat dilakukan. 3. Tahap Pilihan Choice Phase Pada tahap ini dilakukan proses pemilihan diantara berbagai alternatif tindakan yang mungkin dijalankan. Hasil pemilihan tersebut kemudian diimplementasikan dalam proses pengambilan keputusan. 4. Tahap Implementasi Implementation Phase Pada tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari keputusan yang telah diambil. Pada tahap ini perlu disusun serangkaian tindakan yang terencana, sehingga hasil keputusan dapat dipantau dan disesuaikan apabila diperlukan perbaikan - perbaikan. Gambar 2.6 Proses Pengambilan Keputusan 2.3 MADM Multiple Attribute Decision Making adalah suatu metode yang digunakan untuk mencari alternatif optimal dari sejumlah alternatif dengan kriteria tertentu. Tahap Penelusuran Intelligence Phase Tahap Perancangan Design Phase Tahap Pilihan Choice Phase Tahap Implementasi Implementation Phase Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 23 Inti dari MADM adalah menentukan nilai bobot untuk setiap atribut, kemudian dilanjutkan dengan proses perankingan yang akan menyeleksi alternatif yang sudah diberikan. Pada dasarnya, ada 3 pendekatan untuk mencari nilai bobot atribut, yaitu pendekatan subyektif, pendekatan obyektif dan pendekatan integrasi antara subyektif obyektif. Masingmasing pendekatan memiliki kelebihan dan kelemahan. Variabel yang digunakan adalah Jumlah penghasilan Orangtua, Usia, Semester, Jumlah tanggungan Orangtua, jumlah saudara kandung, nilai IPK dan untuk himpunan fuzzynya adalah Rendah, Sedang, Tengah, Banyak, Banyak, Tinggi. Pada pendekatan subyektif, nilai bobot ditentukan berdasarkan subyektifitas dari para pengambil keputusan, sehingga beberapa faktor dalam proses perankingan alternatif bisa ditentukan secara bebas. Sedangkan pada pendekatan obyektif, nilai bobot dihitung secara matematis sehingga mengabaikan subyektifitas dari pengambil keputusan. Kusumadewi, 2007 . Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mnyelesaikan masalah MADM. antara lain : a. Simple Additive Weighting Method SAW b. Weighted Product WP c. ELECTRE d. Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution TOPSIS e. Analytic Hierarchy Process AHP

2.3.1 Algoritma MADM