Latar Belakang Efektivitas Model Up Flow Biofilter Multimedia Filter Dalam Mengolah Air Limbah Domestik Pada Kegiatan Pariwisata Di Kawasan Danau Batur Desa Songan, Kintamani, Bangli.

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pariwisata di Indonesia merupakan sektor yang paling penting dalam meningkatkan devisa negara. Begitu pula dengan pariwisata di Provinsi Bali yang terkenal dengan pariwisata budayanya tentu menunjang disetiap lini kehidupan masyarakatnya. Menurut data statistik tahun 2015 jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Bali dari bulan Juni 2015 sampai bulan Juli 2015 mengalami peningkatan sebanyak 6,39 dengan jumlah data perhitungan statistik sebesar 382.683 orang BPS Provinsi Bali, 2015. Setiap bagian dari sektor pariwisata tersebut baik dari layanan jasa, sarana prasarana, akses jangkauan, fasilitas, maupun pengembangan potensi baru dari pariwisata itu sendiri perlu ditingkatkan. Sehingga dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan domestik maupun internasional datang ke Bali dapat terealisasi dengan baik. Dua komoditi atau potensi besar pariwisata di Bali yaitu pariwisata yang berpijak pada potensi budaya seperti adat, sejarah, kesenian, dan lain-lainnya dari suatu daerah serta pariwisata yang mengembangkan sumber daya alam SDA sebagai potensi wisata seperti keindahan alam, panorama asli daerah, dan lain- lain. Pengembangan SDA sebagai potensi wisata banyak kita jumpai di Bali, seperti di Kabupaten Bangli, SDA yang menjadi komoditi utama terletak di Kecamatan Kintamani yaitu dengan luas wilayah 36,692 atau 70,45 dari luas total Kabupaten Bangli Pokja Sanitasi, 2013. Kekayaan SDA di wilayah Kintamani yang meliputi hutan, gunung, dan danau menjadi media dalam memperoleh sumber kehidupan bagi masyarakat sekitar baik dalam pertanian, perikanan, dan industri pariwisata Peningkatan potensi pariwisata berbasis alam tersebut juga menyebabkan peningkatan yang sangat signifikan dalam hal sarana dan fasilitas wisata di sekitar Danau Batur seperti peningkatan jumlah hotel, villa, restoran, dan jasa layanan yang berkaitan dengan pariwisata tersebut. Danau Batur memiliki luas sebesar 1.667 Ha Pokja Sanitasi, 2013 dengan fasilitas pendukung pariwisata tercatat sebanyak 22 buah usaha yang meliputi hotel melati I dan II, pondok wisata, dan villa, sedangkan untuk restoran dan rumah makan berjumlah 38 buah Handayani, et al 2011. Berbicara tentang perkembangan fasilitas pariwisata seperti hotel, villa, restoran, pondok wisata, dam lainnya. Diharapkan mampu meningkatkan perekonomian, kesejahteraan, dan tingkat sosial masyarakat sekitar. Namun pada kenyataannya, manfaat ekonomi yang diperoleh dari sektor pariwisata sering diiringi dengan timbulnya masalah lingkungan, dimana pencemaran lingkungan akibat aktivitas pariwisata khususnya di daerah Danau Batur sudah mulai menghawatirkan. Dilihat dari laju sedimentasi yang diendapkan di Danau Batur mencapai 0,943 mmhari, maka akan menyebabkan sedimen tersebut terakumulasi di perairan Danau Batur Arthana, 2013. Idealnya sesuai dengan regulasi pemerintah Provinsi Bali No. 16 Tahun 2016 mengenai baku mutu air limbah dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang baku mutu air limbah domestik. Dari standar dan regulasi baku mutu limbah domestik yang meliputi limbah dapur dan toilet diwajibkan mentaati peraturan yang telah berlaku. Akan tetapi berdasarkan hasil pengamatan di kawasan Danau Batur masih ada beberapa penggerak pariwisata perhotelan dan restoran belum melakukan pengelolaan limbah domestik secara optimal sesuai dengan baku mutu yang telah di tetapkan. Kurangnya optimalisasi penerapan sistem pengelolaan limbah yang baik dapat menjadi dampak negatif terhadap keberlangsungan dan ekosistem Danau Batur. Berdasarkan data kualitas air Danau Batur menunjukan bahwa beberapa parameter telah melampaui baku mutu diantaranya BOD 5 8,72ppm, NH 3 0,86 ppm, dengan volume limbah hotel dan restotan sebesar 4.595 m 3 per tahun Handayani et al, 2011. Danau Batur merupakan perairan yang bersifat tertutup tanpa ada jalur air yang keluar dari kawasan danau, sehingga cenderung meningkatan sedimentasi sangat cepat. Beberapa masalah yang dapat ditimbulkan oleh buangan limbah cair domestik antara lain : a merusak keindahanestetika, karena pemandangan menjadi tidak sedap dan berbau busuk; b menimbulkan kerusakan lingkungan; c merusak dan membunuh kehidupan di dalam air; dan d membahayakan kesehatan. Masuknya air limbah domestik ke dalam lingkungan perairan akan mengakibatkan perubahan-perubahan besar dalam sifat fisika, kimia, dan biologis perairan tersebut seperti suhu, kekeruhan, konsentrasi oksigen teralrut, zat hara, dan produksi dari bahan beracun. Tingkat dan luas pengaruh yang ditimbulkan terhadap organisme perairan tersebut sangat tergantung dari jenis dan jumlah bahan pencemar yang masuk ke perairan Santoso, 2014. Untuk itu masalah pengelolaan limbah membutuhkan penanganan secara komperhensif dan menyeluruh dengan melibatkan pelaku-pelaku pariwisata dan masyarakat sekitar sebagai pengerak dalam penyelamatan lingkungan Danau Batur. Ada satu cara pengelolaan limbah secara sederhana yaitu sistem biofilter up flow dengan kombinasi pemanfaatan material lokal yang mudah di peroleh seperti batu vulkanik, kerikil vulkanik, dan arang kayu. Metode ini menggunakan bahan yang ada di lingkungan sekitar sehingga lebih murah dan mudah. Namun demikian metode ini belum pernah dilakukan pengujian sebelumnya. Pengaplikasian multimedia filter dalam model biofilter up flow diharapkan metode ini akan menghasilkan alternatif yang bermanfaat bagi lingkungan. Biofilter up flow berfungsi sebagai media penyaring air limbah sebelum dibuang ke badan air. Melalui media ini, sebagai akibatnya air limbah domestik yang masuk dalam proses biofilter kandungan DO Disolved Oksygen, TSS Total Suspended Solid, dan pH Power Of Hydrogen akan berkurang konsentrasinya. Penyaringan dengan sistem aliran dari bawah keatas akan mengurangi kecepatan partikel yang terdapat pada air buangan dan partikel yang tidak terbawa aliran keatas akan mengendap didasar bak filter. Sistem biofilter anaerob-aerob ini sangat sederhana, operasinya mudah dan tanpa memakai bahan kimia serta tanpa membutuhkan energi. Proses ini cocok digunakan untuk pengolahan limbah dengan kapasitas yang tidak terlalu besar Suyasa, 2015.

1.2 Perumusan Masalah