c. Need for Affiliation n’Aff
Merupakan hasrat untuk diterima dan disukai oleh orang lain. Seseorang yang memiliki motivasi berafiliasi tinggi lebih menyukai
persahabatan, bekerja sama daripada persaingan dan saling pengertian.
5. Faktor-faktor Motivasi Berwirausaha
Winardi dalam Suryana, 2013 mengemukakan bahwa ada tiga faktor yang memotivasi individu untuk menjadi seorang wirausaha, yaitu :
a. Faktor Ekonomi Motivasi berwirausaha pada intinya didorong oleh perubahan
ekonomi, maka faktor-faktor yang memajukan pertumbuhan dan pengembangan
ekonomi juga
akan mempengaruhi
motivasi berwirausaha.
b. Faktor Non Ekonomi Faktor non ekonomi yang mempengaruhi motivasi berwirausaha
adalah adanya perbedaan kultur dan sosial pada tiap orang c. Faktor Mobilitas Sosial
Faktor mobilitas sosial mempengaruhi motivasi berwirausaha yang disebabkan
oleh adanya
pembagian-pembagian sosial
dalam melaksanakan fungsi perekonomian, seperti misalnya seseorang yang
memiliki orang tua yang bekerja sebagai wirausaha akan menjadi seorang wirausahawan juga.
Tak berbeda jauh dengan uraian diatas, Hafiza, dkk 2005 mengemukakan bahwa faktor yang memotivasi individu untuk
berwirausaha ada dua, yaitu : a. Kebebasan
Mereka yang memiliki motivasi berwirausaha tidak ingin bekerja untuk siapapun dan mereka bebas untuk mengatur jam
kerjanya sendiri. b. Uang
Uang merupakan alasan seseorang yang memiliki motivasi berwirausaha karena mereka bebas menentukan seberapa besar
uang yang ingin mereka dapatkan. Selain faktor diatas, terdapat beberapa faktor-faktor yang
mempengaruhi motivasi berwirausaha yang terdapat dalam model Theory of Planned Behavior dari Fishbein dan Ajzen dalam Menara, 2013 yakni:
kemandirian, tantangan ekonomi, kesadaran diri, kepercayaan diri, keamanan dan beban kerja, menghindari tanggung jawab, dan karir sosial.
C. Hubungan antara Kemandirian dan Motivasi Berwirausaha pada Lulusan Perguruan Tinggi di Bali
Banyaknya pengangguran di Bali khususnya pengangguran lulusan perguruan tinggi memberikan dampak buruk baik bagi diri sendiri, keluarga
maupun masyarakat. Untuk mengurangi jumlah pengangguran tersebut, lulusan perguran tinggi dapat mengolah dan mengembangkan potensi atau
sumber daya yang terdapat di Bali salah satunya dengan cara berwirausaha.
Dengan berwirausaha mendorong pengangguran dari lulusan perguruan tinggi untuk bertanggung jawab atas keberhasilan dan kegagalannya sendiri.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Heni 1999 mengemukakan bahwa sikap mandiri akan mendorong individu untuk belajar bertanggung
jawab atas perbuatannya sendiri. Hal ini menjelaskan bahwa dengan adanya kemandirian maka individu akan lebih bisa mempertanggung jawabkan
tindakan yang telah dilakukannya. Dalam penelitiannya juga mengemukakan bahwa dengan melihat kemandirian individu maka akan dapat menilai minat
individu terhadap berwirausaha. Jika individu memiliki minat yang tinggi terhadap berwirausaha maka motivasinya untuk berwirausaha pun akan tinggi.
Menurut Dwi 2012 motivasi berwirausaha adalah dorongan teknis yang sangat kuat dalam diri individu untuk mempersiapkan diri dalam
bekerja, memiliki kesadaran bahwa wirausaha bersangkut paut dalam dirinya, sehingga individu memberikan perhatian dan senang dengan kegiatan
berwirausaha secara mandiri, percaya diri, berorientasi pada masa depan, disertai dengan hasrat untuk berprestasi di bidangnya berdasarkan
kemampuan, kekuatan, dan ketrampilan yang dimilikinya. Kemandirian merupakan faktor penting yang mempengaruhi motivasi
berwirausaha pada pengangguran lulusan perguruan tinggi di Bali. Individu yang memiliki sikap mandiri mempunyai tingkat ketergantungan yang relatif
rendah sehingga lebih memiliki motivasi berwirausaha dan keberanian untuk berwirausaha hingga mampu menciptakan lapangan kerja bagi dirinya dan
juga orang lain Widayati, 2015.