Analisis Modal Kerja Pengaruhnya Terhadap Return On Investment (ROI) Pada PT. Industri Telekomunikasi (Persero) Cabang Bandung

(1)

1 1.1 Latar Belakang Penelitian

Perekonomian pada masa sekarang ini mengalami pertumbuhan yang sangat cepat. Sumber ekonomi yang dimanfaatkan secara maksimal baik pada sektor produksi maupun jasa. Dilain pihak dengan adanya perdagangan bebas yang ada sekarang ini menimbulkan persaingan yang sangat ketat, sehingga setiap perusahaan harus mengantisipasi dan menghadapi segala situasi dan kondisi agar mampu bertahan dan terus maju dalam memenangkan persaingan usaha. Dalam mencapai tujuan, perusahaan harus mampu memaksimalkan nilai perusahaan untuk kemakmuran para pemegang saham dan juga para karyawannya. Oleh karena itu para manajer perusahaan harus mampu mengantisipasi segala perubahan situasi dan kondisi baik yang ada dalam perusahaan maupun diluar perusahaan yang dapat mempengaruhi jalannya perusahaan.

Modal kerja merupakan salah satu bagian unsur-unsur modal yang memegang peranan penting dalam operasi perusahaan untuk menciptakan keuntungan yang memadai bagi terjadinya kontiunitas perusahaan, modal kerja sangat berkaitan dengan efesiensi. Pada hakekatnya suatu perusahaan didirikan untuk mendapatkan laba yang sebesar-besarnya agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin, namun laba yang besar bukanlah ukuran bahwa perusahaan tersebut telah bekerja secara


(2)

efesiensi. Tingkat efesien baru akan telihat setelah laba yang didapat dibandingkan jumlah asset yang digunakan untuk mendapatkan laba. Masalah pokok yang dihadapi oleh setiap perusahaan adalah masalah dana, karena dana digunakan untuk membiayai usahanya. Kebutuhan dana diperlukan baik untuk modal kerja atau modal investasi.

Modal kerja yang sehat dapat dilihat dari tingkat profitabilitas, asumsi dari tingkat profitabilitas ini menyarankan untuk memelihara aktiva lancar dengan utang lancar. Dengan kata lain profitabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba.

Profitabilitas dapat diukur dengan menggunakan rupiah absolute, analisis profitabilitas dilakukan untuk mengevaluasi kinerja laba perusahaan selama periode tertentu. Pengukuran terhadap profitabilitas akan memungkinkan bagi perusahaan untuk mengevaluasi jumlah aktiva lancar dengan utang lancar dari pemilik perusahaan untuk dapat menjalankan perusahaan. Suatu perusahaan haruslah berada dalam keadaan yang menguntungkan atau profitable. Adapaun rasio-rasio yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas, yaitu antara lain : Gross profit margin, Net profit margin, Return on investmen, Return on equity, Profit margin, dan Return on Asset.

Jika perusahaan ingin mengetahui kinerja keuangannya, maka perusahaan dapat melakukan pengukuran melalui analisis rasio profitabilitas. Dalam perhitungan rasio profitabilitas biasanya dicari hubungan timbal balik antara rasio yang terdapat


(3)

dalam laporan keuangan dengan laba rugi, ataupun hubungan timbal-balik antara laporan laba rugi dengan neraca, guna memperoleh berbagai indikasi yang bermanfaat dalam tingkat efesiensi dan profitabilitas perusahaan yang bersangkutan. pada penelitian ini penulis menghitung dengan menggunakan return on investmen, dimana rasio ini mampu menilai kemampuan perusahaan menggunakan rat-rata assetnya dalam menghasilkan laba atau juga untuk membandingkan laba usaha dengan total assetnya.

PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero) Bandung adalah suatu badan usaha milik Negara (BUMN) yang bergerak dibidang industri telekomunikasi sebagai pemasok utama pembangunan jaringan telefon nasional yang diselenggarakan oleh PT. Telkom dan Indosat. PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero) Bandung memantapkan langkah transformasi mendasar dari kompetensi berbasis manufaktur keenginering solution. Hal ini membentuk PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero) Bandung menjadi semakin berkembang dalam kemajuan teknologi dan karakteristik serta perilaku pasar. Berbekal pengalaman dan kompetensi dibidang telekomunikasi, PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero) Bandung telah menggariskan kebijakan-kebijakan organisasi yang mendukung perubahan orientasi bisnis dan budaya kerja perusahaan yang berkemampuan untuk bersaing di pasar. Fokus utama PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero) Bandung untuk menjalankan perusahaannya, PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero). memerlukan modal kerja, karena modal kerja merupakan salah satu unsur aktiva yang


(4)

sangat penting. Karena tanpa modal kerja PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero) Bandung. tidak dapat memenuhi kebutuhan dana untuk menjalankan aktivitasnya. Masa perputaran modal kerja yakni sejak kas ditanamkan pada elemen-elemen modak kerja hingga menjadi kas lagi, adalah kurang dari satu tahun atau berjangka pendek. Masa perputaran modal kerja ini menunjukkan tingkat efesiensi penggunaan modal kerja, dan tentunya investasi pada modal kerja semakin kecil.

Menurut Bambang Riyanto (2001:57) menyatakan bahwa:

“Setiap perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk membelanjai dan membiayai kegiatan operasional perusahaan sehari-hari, misalnya untuk membelikan persekot bahan baku, membayar upah buruh, gaji karyawan dan lain sebagainya, dimana dana yang telah dikeluarkan itu dapat masuk kembali lagi kedalam perusahaan. Uang yang masuk berasal dari penjualan hasil produksi dan segera dikeluarkan kembali untuk membiayai operasi selanjutnya. Dengan modal kerja yang cukup, akan memungkinkan perusahaan untuk melakukan kegiatan produksi yang optimal”.

Tabel 1.1

Perkembangan Modal Kerja dan Return On Investment (ROI) pada PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero) Bandung.

Periode Tahun 2000 – 2007

Tahun Modal Kerja Return On Investment (ROI)

Rp Perkembangan % Perkembangan

2000 258.993,03 - 28,0 -

2001 502.670,04 55,48 5,93 (22,07)

2002 350.462,33 (12,97) 6,29 56,97

2003 329.625,29 (5,95) 5,81 (57,08)

2004 435.657,07 32,17 4,46 (1,36)

2005 452.773,77 3,93 2,43 (2,03)

2006 452.583,3 (0,04) 0,98 (1,45)

2007 413.909,2 (8,55) 0,16 (0,82)


(5)

Untuk lebih jelas mengenai perkembangan Modal Kerja dan Profitabilitas

dalam hal ini Return On Investment (ROI), maka dapat dilihat dari grafik dibawah ini:

Perkembangan Modal Kerja dan Return On Investment (ROI) pada PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero) Bandung.

Periode Tahun 2000 – 2007

Berdasarkan tabel dan grafik diatas terlihat bahwa modal kerja dan return on investmen (ROI) pada PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero) Bandung dari tahun 2000-2007 mengalami fluktuasi. Dimana pada tahun 2001 modal kerja meningkat menjadi Rp 502. 670,04 dan kemudian kembali mengalami peningkatan pada tahun 2005 sebesar Rp 452.773,77, peningkatan pada modal kerja tersebut disebabkan oleh, meningkatnya modal kerja, piutang usaha, dan persediaan. Sedangkan pada return on investmen (ROI) mengalami peningkatan pada tahun 2001 sebesar 5,93%, dan kemudian cenderung kembali mengalami peningkatan pada tahun 2002 sebesar 6,29%. Peningkatan pada return on investmen (ROI) tersebut disebabkan oleh meningkatnya laba bersih, dan menurunnya aktiva lancar maupun

-600 -500 -400 -300 -200 -100 0 100 200 2 0 0 0 2 0 0 1 2 0 0 2 2 0 0 3 2 0 0 4 2 0 0 5 2 0 0 6 2 0 0 7 T in g k a t K e n a ik a n d a n P e n u ru n a n

M odal Kerja ROI


(6)

utang lancar. Pada tahun 2003 modal kerja mengalami penurunan sebesar Rp 329.625,29, dan kemudian cenderung mengalami penurunan pada tahun 2007 sebesar Rp 413.909,2. Penurunan pada modal kerja tersebut disebabkan oleh menurunnya kas, penjualan tunai, dan meningkatnya piutang usaha. Sedangkan return on investmen (ROI) pada tahun 2005 mengalami penurunan sebesar 2,43%, dan kemudian cenderung kembali mengalami penurunan pada tahun 2006 sebesar 0,98%, dan pada tahun 2007 menurun sebesar 0,16%. Penurunan tersebut disebabkan oleh penurunan pada laba bersih, dan meningkatnya aktiva lancar dan utang lancar.

Menurut Bambang Riyanto (2001:94) menyatakan bahwa:

“Semakin besar modal kerja berarti perusahaan harus berusaha untuk mempertahankan persediaan kas yang sangat besar, karena semakin besar kas berarti makin banyak uang tunai yang menganggur sehingga akan merperkecil profitabilitasnya”.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul “ Analisis Modal Kerja Pengaruhnya Terhadap Return On Investment (ROI) pada PT.Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero) Bandung.

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah

Dalam menjalankan kegiatan usahanya setiap perusahaan harus selalu menjaga efisiensi dalam modal kerja dan juga return on investmen (ROI) begitu juga dengan PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero) Bandung yang ingin terus


(7)

mempertahankan efesiensi modal kerja dan juga tingkat return on investmennya (ROI). Namun pada kenyataanya yang terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, dimana pada tahun 2001 dan 2004 terjadi peningkatan pada modal kerja, peningkatan pada modal kerja tersebut disebabkan karena, meningkatnya kas, piutang usaha dan persediaan. Sedangkan return on investmen (ROI) sendiri mengalami peningkatan pada tahun 2001 dan 2002, dimana peningkatan pada return on investment (ROI) tersebut disebabkan oleh meningkatnya laba bersih, menurunnya aktiva lancar maupun utang lancar. Pada tahun 2003 modal kerja mengalami penurunan, dan kemudian cenderung kembali mengalami penurunan pada tahun 2007, dimana penurunan pada modal kerja tersebut disebabkan oleh, menurunnya kas, meningkatnya piutang usaha. Sedangkan return on investmen (ROI) pada tahun 2005 mengalami penurunan, dan kemudian cenderung kembali menurun pada tahun 2006 dan 2007, dimana penurunan pada return on investmen (ROI) tersebut disebabkan oleh menurunnya laba bersih, meningkatnya aktiva lancar maupun utang lancar.

1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka penulis membatasi masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana perkembangan modal kerja pada PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero) Bandung.


(8)

2. Bagaimana perkembangan return on investment (ROI) pada PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero) Bandung.

3. Seberapa besar pengaruh modal kerja terhadap return on investment (ROI) pada PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero) Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud penelitian

Maksud penulis melakukan penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data dan informasi mengenai modal kerja dan juga return on investment (ROI).

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui perkembangan modal kerja pada PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero) Bandung.

2. Untuk mengetahui perkembangan return on investment (ROI) pada PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero) Bandung.

3. Untuk menganalisis pengaruh modal kerja terhadap return on investment (ROI) pada PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero) Bandung.


(9)

1.4 Kegunaan Penelitian

Dengan penelitian ini penulis mengharapkan agar hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai kajian yang bermanfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis. Adapun penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.4.1 Kegunaan akademis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan pengetahuan tentang masalah yang akan diteliti, khususnya mengenai analisis modal kerja pengaruhnya terhadap return on investment (ROI), sehingga dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai kesesuaian antara fakta dilapangan dengan teori yang ada pada mata kuliah. Selain itu, penelitian ini diharapkan juga dapat menjadi bahan referensi dan informasi tambahan bagi yang membutuhkannya.

1.4.2 Kegunaan praktis a. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan masukan bagi pihak manajemen perusahaan agar lebih hati-hati dalam mengambil suatu keputusan.

b. Bagi Pihak Lain

Dapat menjadi refensi dan tambahan informasi mengenai analisis modal kerja pengaruhnya terhadap return on investment (ROI). Selain itu juga memberikan informasi yang berguna untuk penelitian selanjutnya.


(10)

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penulis melakukan penelitian di PT. Industri Telekomunikasi Indonesia . (Persero) Jl. Mohaammad Toha No.77 Bandung. Sedangkan waktu penelitian ini dimulai sejak bulan Maret sampai dengan selesai.

Tabel 1.2

Lokasi dan Waktu Penelitian

No Uraian

Februari Maret April

I II III IV I II III IV I II III IV

1 Pengajuan Judul

2 Penulisan UP

3 Pengumpulan data

4 Pengolahan data


(11)

11 2.1 KAJIAN PUSTAKA

2.1.1 Modal Kerja

2.1.1.1 Pengertian Modal Kerja

Adanya modal kerja yang cukup sangat penting bagi perusahaan, karena dengan adanya modal kerja yang cukup tersebut akan memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi dengan seekonomis mungkin dan perusahaan tidak mengalami kesulitan atau menghadapi bahaya-bahaya yang timbul karena adanya krisis atau kekacauan.

Menurut Agus Surtono (2001:385) menyatakan bahwa :

“Modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar diatas utang lancar”.

Menurut Garrison (2001:793) yang diterjemahkan oleh Totok Budisantoso menyatakan bahwa :

Modal kerja adalah “Kelebihan aktiva lancar diatas kewajiban lancar”. Sedangkan Menurut Munawir (2004:115) menyatakan bahwa :

“Konsep Konsep kualitatif menitik beratkan pada kualitas modal kerja, dalam konsep ini pengertian modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap utang jangka pendek (net working capital)”.


(12)

Dari pendapat-pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar diatas utang lancar atau kewajiban lancar, serta memiliki konsep-konsep kualitatif.

2.1.1.2 Konsep Modal Kerja

Pengertian modal kerja diatas masih bersifat umum, sehingga masih mengalami kesulitan menetapkan elemen-elemen modal kerja. Menurut Martono dan Agus Harjito (2003:72) ada tiga konsep modal kerja antara lain :

1. Konsep kuantitatif

Konsep ini menitik beratkan quantum yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan perusahaan dalam membiayai operasinya yang bersifat rutin, atau menunjukkan jumlah dana yang tersedia untuk tujuan operasi jangka pendek. Dalam konsep ini menganggap bahwa modal kerja adakah jumlah aktiva lancar (gross working capital).

2. Konsep kualitatif

Konsep ini menitik beratkan pada kualitas modal kerja, dalam konsep ini pengertian modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap utang jangka pendek (net working capital), yaitu jumlah aktiva lancar yang berasal dari pinjaman jangka panjang maupun dari para pemilik modal. Konsep ini bersifat kualitatif karena menunjukkan tersedianya aktiva lancar yang lebih besar daripada utang lancarnya (utang jangka pendek), serta menjamin


(13)

kelangsungan operasi dimasa mendatang dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman jangka pendek dengan jumlah aktiva lancarnya.

3. Konsep fungsional

Konsep ini menitik beratkan fungsi dana yang dimiliki dalam rangka menghasilkan laba sesuai dengan usaha pokok perusahaan, tetapi tidak semua dana digunakan untuk menghasilkan laba periode ini (current income) ada sebagian dana yang digunakan untuk memperoleh atau menghasilkan laba dimasa mendatang.

2.1.1.3 Pentingnya Modal Kerja

Tersedianya modal kerja yang segera dapat dipergunakan dalam operasi tergantung pada sifat dari aktiva lancar yang dimiliki. Tetapi modal harus cukup jumlahnya dalam arti harus mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran atau operasi perusahaan.

Menurut Munawir (2004:116-117) menyatakan bahwa:

“ Dengan modal kerja yang cukup akan menguntungkan bagi perusahaan, disamping memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi secara ekonomi dan efisien serta perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan, juga akan memberikan beberapa keuntungan lain, yaitu :

1. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari aktiva lancar.


(14)

2. Memungkinkan untuk dapat membayar semua keawjiban-kewajiban tepat pada waktunya.

3. Menjamin dimilikinya kredit standing perusahaan semakin besar dan memungkinkan bagi perusahaan untuk menghadapi bahaya-bahaya atau kesulitan keuangan yang mungkin terjadi.

4. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk melayani para konsumennya.

5. Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang lebih menguntungkan kepada para pelanggannya.

6. Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan untuk meperoleh barang atau jasa yang diperlukan.

Untuk menentukkan jumlah modal kerja yang dianggap cukup bagi suatu perusahaan, terngantung atau dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut :

1. Sifat atau tipe dari perusahaan.

2. Waktu yang diperlukan untuk memproduksi atau memperoleh barang atau jasa yang akan dijual.

3. Syarat pembelian bahan-bahan atau barang dagangan. 4. Tingkat perputaran persediaan.


(15)

2.1.1.4Faktor-faktor Yang Memperngaruhi Modal Kerja

Modal kerja didefinisikan sebagai selisih antara aktiva lancar dikurangi utang lancar, oleh karena itu, jumlah modal kerja akan naik atau turun bila dipengaruhi oleh transaksi-transaksi yang berkaitan dengan rekening lancar sekaligus rekening tidak lancar. Jadi , sumber (kenaikan) dan penggunaan modal kerja timbul dari berbagai macam transaksi atau kejadian, sehingga setiap transaksi hanya akan mempengaruhi modal kerja bila transaksi tersebut mempengaruhi rekening lancar.

Menurut Dwi Prastowo dan Rifka Julianty (2005:86) menyatakan bahwa : Ada dua transaksi yang berkaitan dengan modal kerja yaitu:

1. Transaksi yang mempengaruhi modal kerja.

a. Rekening aktiva lancar, misalnya : pembelian surat berharga secara tunai dan penagihan piutang dagang.

b. Rekening utang lancar, misalnya : menerima wesel sebagai pelunasan utang dagang.

c. Rekening aktiva tidak lancar, misalnya menukarkan tanah dengan peralatan pabrik

d. Rekening utang jangka panjang, misalnya; menerbitkan saham untuk melunasi utang obligasi.

e. Rekening aktiva lancar dan utang lancar, misalnya; melunasi utang dagang dan membeli barang dagangan secara kredit.


(16)

f. Rekening aktiva lancar dan utang jangka panjang, misalnya; membeli tanah Syarat dengan menerbitkan saham baru.

2. Transaksi yang tidak mempengaruhi modal kerja.

a. Rekening aktiva lancar dan aktiva tidak lancar, misalnya; pembelian gedung secara tunai dan penjualan secara kredit jangka pendek.

b. Rekening utang lancar dan aktiva tidak lancar, misalnya; pembelian mesin secara kredit jangka pendek.

c. Rekening aktiva lancar dan utang jangka panjang, misalny; penerbitan utang obligasi secara tunai dan penerbitan kembali saham secara tunai. d. Rekening utang lancar dan utang jangka panjang, misalnya; pelunasan

wesel jangka pendek dengan wesel jangka panjang.

2.1.1.5Sumber dan Penggunaan Modal Kerja 1. Sumber Modal Kerja

Menurut Bambang Riyanto (2001:345) menyatakan bahwa : “Maksud dari utama dari analisa sumber penggunaan dana adalah untuk mengetahui bagaimana dana digunakan dan bagaimana kebutuhan dana tersebut dibelanjakan”.

Sumber-sumber modal tersebut antara lain sebagai berikut : a. Berkurangnya aktiva tetap

Berkurangnya aktiva tetap kemungkinan karena dijual. Penjualan aktiva tetap akan menambah uang kas, sehingga menambah modal kerja, sehingga merupakan aliran kas masuk yang akan menambah modal kerja perusahaan.


(17)

b. Bertambanya utang jangka panjang

Apabila perusahaan menjual obligasi, maka uang kas perusahaan akan bertambah, jika kas bertambah, maka modal kerja akan bertambah.

c. Bertambahnya modal sendiri

Jika perusahaan berbentuk Perseroaan terbatas (PT), modal sendiri dapat berupa saham biasa, saham preferen, cadangan-cadangan dan laba ditahan. Perusahaan yang menjual sahamnya untuk menambah modal sendiri akan mendapatkan uang kas sebagai sumber modal kerja

d. Bertambahnya keuntungan dari operasi perusahaan

Keunutungan (laba) yang diperoleh dari kegiatan operasi perusahaan merupakan sumber modal kerja, karena keuntungan tersebut akan menambah kas. Keuntungan yang menambah tersebut adalah keuntungan yang ditahan atau keuntungan yang tidak dibagi kepada pemilik perusahaan (para pemegang saham). Oleh karena itu, apabila ada kenaikan laba ditahan maka didalamnya terdapat tambahan kas yang merupakan sumber modal kerja.

2. Penggunaan Modal Kerja

Pemakaian atau penggunaan modal kerja akan menyebabkan perubahan bentuk maupun jumlah aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan, tetapi penggunaan aktiva lancar tidak selalu diikuti dengan berubahnya atau turunnya jumlah modal kerja yang dimiliki oleh perusahaan. Misalnya penggunaan aktiva


(18)

lancar untuk melunasi atau membiayai utang lancar, maka penggunaan aktiva lancar ini mengakibatkan penurunan jumlah modal kerja, karena penurunan aktiva lancar tersebut diimbangi dengan penurunan utang lancar dalam jumlah yang sama.

Menurut Bambang Riyanto (2001:348) mengatakan bahwa: Perubahan-perubahan yang efeknya memperkecil dana atau kas yang sering dikatakan sebagai penggunaan dana adalah sebagai berikut :

a. Bertambahnya aktiva tetap

Aktiva tetap yang bertambah dapat disebabkan karena ada pembelian, selain itu aktiva tetap juga memerlukan uang kas dalam pembelian, sehingga bertambahnya aktiva tetap merupakan unsur yang memperkecil kas atau sebagai penggunaan modal kerja.

b. Berkurangnya utang jangka panjang

Apbila perusahaan membeli kembali obligasi yang telah jatuh tempo atau melunasi utang jangka panjangnya, maka uang kas perusahaan akan berkurang. Dalam hal ini utang jangka panjangpun merupakan penggunaan modal kerja.

c. Berkurangnya modal sendiri

Sepertinya halnya obligasi, jika perusahaan membeli kembali saham biasa atau saham preferen, maka diperlukan sejumlah kas. Oleh karena itu, saham yang berkurang berarti modal sendiri perusahaan akan berkurang.


(19)

Berkurangnya modal sendiri tersebut memerlukan kas yang merupakan penggunaan modal kerja.

d. Adanya pembayaran deviden kas

Deviden yang dibayar kepada para pemegang saham dapat berupa saham, property maupun kas. Deviden yang dibayar dalam bentuk kas akan mengurangi kas perusahaan. Oleh karena itu devenisi kas ini merupakan penggunaan modal kerja

e. Adanya kerugian

Kerugian yang diderita perusahaan akibat dari biaya yang dikeluarkan lebih besar dari pendapatan yang diterima. Kerugian ini harus ditutup dengan kas oleh perusahaan.

2.1.1.6Jenis-Jenis Modal Kerja

Dalam menjalankan usahanya setiap perusahaan harus menyediakan modal kerja yang memadai, sebab akan menjamin kelangsungan operasi perusahaan tersebut. Dengan adanya operasi perusahaan tersebut, maka perusahaan akan mengalami perubahan-perubahan yang nantinya akan mempengaruhi kebutuhan modal yang diperlukan. Penetapan besarnya modal kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan berbeda-beda, yaitu bergantung pada jenis perusahaan. Berikut ini ada beberapa klasifikasi modal kerja menurut Bambang Riyanto (2001:61) yang


(20)

mengutip pernyataan W. B. Taylor dalam bukunya Financial Politicies of Bussines Enterprise, adalah sebagai berikut :

1. Modal Kerja Permanen (Permanen Working Capital)

Yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk menjalankan fungsinya, atau dengan kata lain modal kerja yang harus terus-menerus diperlukan untuk kelancaran usaha.

2. Modal Kerja Variabel (Variabel Working Capital)

Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan.

2.1.1.7 Komponen Modal Kerja

Mengingat pentingnya modal kerja bagi suatu perusahaan, maka perlu diadakan suatu pengelolaan terhadap modal kerja, sehingga akan membantu memperlancar operasi perusahaan. Setiap komponen atau elemen perlu dikelolah secara efesien agar dapat mempertahankan likuiditas badan usaha pada tingkat yang aman.

Berdasarkan gross working capital, maka modal kerja merupakan current asset perusahaan. Jadi yang diartikan modal kerja adalah jumlah aktiva lancar yang dimiliki perusahaan untuk menjalankan operasinya sehari-hari.

Menurut Lukas Setia Atmaja (2001:365) adalah sebagai berikut :

“Modal kerja atau working capital sering juga disebut gross working capital atau modal kerja kotor, didefenisikan sebagai item-item pada aktiva lancar”.


(21)

Item-item pada aktiva lancar tersebut adalah sebagai berikut : 1. Kas (cash)

Kas merupakan unsur modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Tersedianya uang kas yang cukup akan lebih menguntungkan bagi perusahaan jika sewaktu-waktu harus mengadakan transaksi dengan pihak ketiga yang nantinya menghasilkan keuntungan. Disamping itu dengan tersedinya uang kas yang cukup akan mampu mengatasi kesulitan-kesulitan dalam keadaan darurat. Yang dimaksud dengan uang kas adalah uang tunai yang tersedia diperusahaan maupun yang berada di bank. Uang kas dapat digunakan untuk operasi perusahaan sehari-hari, memiliki barang dan jasa yang diharapkan juga dapat memenuhi kewajiban perusahaan.

2. Surat Berharga (security)

Perusahaan dapat menggunakan kelebihan dananya untuk membeli surat berharga. Pembelian ini bertujuan untuk menjaga likuiditas, dan juga merupakan investasi yang bersifat sementara, yaitu apabila perusahaan membutuhkan uang tunai untuk memenuhi kewajiban yang mendesak, perusahaan dapat segera menjual kembali surat-surat berharga tersebut.

3. Piutang (account receivable)

Piutang dapat timbul jika perusahaan menjual secara kredit. Penjualan kredit dimaksudkan untuk memperbesar volume penjualan, dimana penjualan kredit tidak segera menghasilkan penerimaan kas, tetapi menimbulkan piutang yang


(22)

kemudian pada hari jatuh tempo pembayaran piutang tersebut akan terjadi penerimaan kas.

4. Persediaan (inventory)

Persediaan ini merupakan bagian-bagian yang ada pada perusahaan pada suatu saat akan dijual. Bagi suatu perusahaan, persediaan merupakan elemen modal kerja yang utama yang selalu dalam keadaan berputar, dimana secara terus-menerus mengalami perubahan. Penentuan besarnya persediaan barang atau alokasi modal dalam persediaan merupakan masalah penting karena mempunyai efek yang langsung terhadap keuntungan perusahaan. Oleh karena itu perusahaan harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

2.1.2 Modal Kerja Bersih

Seperti yang dikemukan oleh Lukman Syamsuddin (2007:2009) bahwa modal kerja adalah selisih antara aktiva lancar dengan utang lancar. Selama aktiva lancar melebihi utang lancar, maka berarti perusahaan miliki net working capital (modal kerja bersih) tertentu, dimana jumlah ini sangat ditentukan oleh jenis usaha dari masing-masing perusahaan.

Sedangkan menurut Bambang Riyanto (2004:94) menyatakan bahwa : “Modal kerja bersih adalah persediaan asset lancar dan kewajiban lancar” Sedangkan menurut Sundjaga dan Barlian (2004:158) menyatakan bahwa :


(23)

Net working capital adalah selisih antara aktiva lancar dengan pasiva lancar perusahaan dimana:

1. Jika aktiva lancar melebihi utang lancar, perusahaan mempunyai modal kerja bersih positif. Secara umum modal kerja bersih merupakan bagian dari aktiva lancar yang dibiayai dengan dana jangka panjang dan saham, yaitu terdiri dari utang jangka panjang dan saham, maka kelebihannya dibayar dengan dana jangka panjang.

2. Jika aktiva lancar lebih kecil daripada pasiva lancar, perusahaan mempunyai modal kerja bersih negatif, dengan kata lain modal kerja merupakan aktiva tetap yang dibiayai dengan pasiva lancar.

21.3 Profitabilitas

2.1.2.1Pengertian Profitabilitas

Dewi Astuti (2004: 36) juga mendefinisikan profitabilitas sebagai berikut: “Profitabilitas yaitu mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba”.

Bambang Riyanto (2001: 35) mendefinisikan profitabilitas sebagai berikut: “Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama suatu periode tertentu”.

Menurut Lukman Syamsudin (2007:63) menyatakan bahwa :

Return on investment atau yang sering disebut juga “return on total assets” adalah merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan. Semakin tinggi rasio ini, maka akan semakin baik suatu perusahaan”.

Dari pengertian diatas maka analisis yang digunakan didalam perhitungan return on investment adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut :


(24)

Sumber : Lukman Syamsuddin (2007: 63) Dimana:

ROI = Return on invesment Net Profit After Tax = Laba bersih setelah pajak Total Assets = Total aktiva

Dari beberapa pengertian profitabilitas tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa profitabilitas dalam hal ini Return On Investment (ROI) adalah kemampuan sebuah perusahaan dalam memperoleh atau menghasilkan laba dalam hubungannya dengan penjualan dan investasi dalam satu periode tertentu.

2.1.2.2Analisis Rasio

Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Rasio keuangan hanya menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Dengan penyederhanaan ini kita dapat membandingkannya dengan rasio lain sehingga kita dapat memperoleh informasi dan memberikan penilaian.

Net Profit After Tax ROI =


(25)

a. Pengertian Analisis Rasio

Suatu rasio mengungkapkan hubungan antara suatu jumlah dengan jumlah lainnya atau perbandingan antara satu pos dengan pos lainnya. Suatu rasio akan menjadi bermanfaat bila rasio tersebut memang memperlihatkan suatu hubungan yang mempunyai makna.

Menurut Dwi Prastowo dan Rifka Julianty (2005: 76) menyatakan bahwa: “Analisis rasio merupakan analisis yang dapat menyingkapi hubungan dan sekaligus menjadi dasar perbandingan yang menunjukkan kondisi atau kecenderungan tidak dapat dideteksi bila kita hanya melihat komponen-komponen rasio itu sendiri”.

Data pokok yang digunakan sebagai input dalam analisis rasio adalah laporan laba rugi dan neraca perusahaan. Dengan kedua laporan ini akan dapat ditentukan sejumlah rasio dan selanjutnya rasio ini dapat digunakan untuk menilai beberapa aspek tertentu dari operasi perusahaan.

b. Fungsi Analisis Rasio

Analisis rasio pada dasarnya merupakan suatu alat analisis laporan keuangan yang umum digunakan untuk menilai keadaan keuangan perusahaan di masa lalu, saat ini, dan kemungkinannya di masa depan. Hasil analisis rasio akan memberikan pengukuran relatif dari hasil operasi perusahaan.

Menurut Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty (2005: 76) menyatakan bahwa: “Analisis rasio berfungsi untuk menilai efektivitas keputusan yang diambil perusahaan dalam rangka menjalankan aktivitas usahanya”.


(26)

c. Klasifikasi Rasio

Menurut Sutrisno (2000: 327), analisis rasio yang digunakan untuk menganalisis laporan keuangan yang diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Rasio Likuiditas, yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan asumsi bahwa semua aktiva lancar dikonversikan ke dalam kas. Meliputi cash ratio, current ratio, dan acid ratio atau quick ratio.

2. Rasio Leverage, yang digunakan untuk mengukur seberapa besar kebutuhan dana perusahaan yang dibiayai oleh hutang. Meliputi debt to total assets ratio, debt to equity ratio, dan time interest earned.

3. Rasio Aktivitas, yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber dananya. Meliputi inventory turnover, receivable turnover, fixed asset turnover, dan other asset turnover.

4. Rasio Keuntungan (profitabilitas), yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam mendapatkan keuntungan. Meliputi profit margin, return on investment (ROI), return on equity (ROE), return on asset (ROA), dan earning per share.

5. Rasio Penilaian, yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai kepada para investor atau pemegang saham. Meliputi price earning ratio (PER), dan market to book value ratio.


(27)

Menurut Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty (2005: 80) jika dilihat dari sumber dari mana rasio itu dibuat, maka analisis rasio dapat diklasifikasikan menjadi tiga golongan sebagai berikut:

1. Rasio Neraca, yaitu rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca. Meliputi current ratio, cash ratio, acid test ratio, current assetsto total assets ratio, dan sebagainya.

2. Rasio Laporan Laba Rugi, yaitu rasio yang disusun dari data yang berasal dari laporan laba rugi. Meliputi gross profit margin, net profit margin, operating income margin, dan sebgainya.

3. Rasio Antar Laporan, yaitu rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca dan laporan laba rugi. Meliputi assets turnover, inventory turnover, receivable turnover, dan sebagainya.

d. Keunggulan Analisis Rasio

Menurut Sofyan Syafri Harahap (2007: 298) analisis rasio memiliki keunggulan dibanding teknik analisis lainnya. Adapun keunggulan tersebut adalah:

1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan;

2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dan informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit;


(28)

4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi (Z-score);

5. Menstandarisir ukuran perusahaan ;

6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau “time series”;

7. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang.

e. Keterbatasan Analisis Rasio

Di samping keunggulan yang dimiliki analisis rasio diatas, teknik ini juga memiliki beberapa keterbatasan yang harus disadari sewaktu penggunaannya agar kita tidak salah dalam penggunaannya.

Menurut Sofyan Syafri Harahap (2007: 298), adapun keterbatasan analisis rasio itu adalah:

1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya.

2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik ini seperti:

a. Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung taksiran dan judgementyang dapat dinilai bisa atau subjektif;

b. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai perolehan (cost) bukan harga pasar;


(29)

c. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio; d. Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa diterapkan

berbeda oleh perusahaan yang berbeda.

3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio.

4. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron.

5. Dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama. Oleh karenanya dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan.

3.1.2.3Kelebihan dan Kekurangan Return On Investment (ROI)

Rasio return on investment (ROI) banyak digunakan oleh pemakai laporan keuangan terutama bagi investor dan kreditor. Karena dengan return on investment mereka dapat mengetahui keadaan perusahaan dan melihat posisi perusahaan tersebut dengan perusahaan lain yang sejenis.

Menurut Munawir (2002:91-92) menyatakan bahwa : 1. Kelebihan dari analisa return on inevestment adalah :

a. Sebagai salah satu kegunaannya yang prinsipil ialah sifatnya yang menyeluruh. Apabila perusahaan sudah menjalankan praktek akuntasi yang baik maka, manajemen dengan menggunakan teknik analisa return


(30)

on investment dapat mengukur tingkat efisiensi penggunaan modal yang bekerja, produksi dan juga penjualan.

b. Apabila perusahaan dapat mempunyai data industri sehingga diperoleh data rasio industri angka dengan analisa return on investment ini dapat dibandingkan efesiensi penggunaan modal perusahaannya dengan perusahaan lain yang sejenis sehingga dapat diketahui apakah perusahaanya ada dibawa atau diatas rata-rata.

c. Analisa return on investmentpun dapat digunakan untuk mengukur efesiensi tindakan-tindakan yang dilakukan oleh divisi atau bagian, yaitu dengan mengalokasikan semua biaya dan modal kedalam bagian yang bersangkutan.

d. Analisa return on investment juga dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas dari masing-masing produk yang dihasilkan oleh peruahaa. e. Return on investment selain berguna untuk keperluan control, juga

berguna untuk keperluan perencanaa.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kelebihan return on investment adalah dapat mengukur keefesiensian penggunaan modal yang bekerja dalam menghasilkan laba, berguna untuk keperluan perencanaan apakah aktiva lancarnya dikurangi atau ditambah untuk meningkatkan rentabilitas perusahaan, dan dapat membandingkan efesiensi penggunaan modal perusahaannya dengan perusahaan lain.


(31)

2. Kelemahan dari return on investment adalah sebagai berikut :

a. Salah satu kelemahan yang prinsipil adalah kesukarannya dalam menbandingkan rate of return suatu perusahaan dengan perusahaana lain yang sejenis, karena kadang-kadang praktek akuntasi tiap perusahaan berbeda-beda.

b. Terletak pada adanya fluktuasi nilai uang (daya belinya).

c. Dengan menggunakan analisa rate of return saja tidak dapat memberikan gambaran atau mencerminkan struktur modal maupun perubahannya. Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kekurangan return on investment adalah kesukarannya dalam membandingkan rate of return tiap perusahaan, tidak dapat menjelaskan penyebab fluktuasi nilai uang (daya beli), dan tidak dapat memberikan struktur modal.

3.1.3 Hubungan modal kerja dengan Profitabilitas

Modal kerja merupakan bagian dari aspek likuiditas Sedangkan return on investment merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur efesiensi penggunaan modal dalam suatu perusahaan. Pada kenyataan setiap perusahaan selalu memperhatikan profitabilitasnya, dimana setiap perusahaan ingin memdapatkan laba yang sebanyak-banyaknya tanpa harus memperhatikan resiko yang akan terjadi. Oleh


(32)

karena itu setiap perusahaan harus memperhatikan benar-benar dalam mengelola atau mengatur modal kerja yang ada dengan seefisien mungkin.

Modal kerja merupakan unsur yang berperan dalam menghasilkan pendapatan. Ketidaktepatan dalam menentukan jumlah modal kerja yang dibutuhkan akan mengakibatkan kegiatan perusahaan terganggu, dan jika hal ini terus-menerus berlangsung, maka akan mempengaruhi kelangsungan kegiatan perusahaan. Penerapan modal kerja yang tepat akan lebih mendorong pencapaian pertumbuhan dan perluasan kegiatan perusahaan.

Dalam hal ini profitabilitas perusahaan dapat dilihat dari suatu perbandingan antara laba bersih setelah pajak (net profit after tax) dengan total aktiva (totalassets). Perbandingan ini sering disebut dengan return on investmen (ROI) atau juga sering disebut return on total assets.

Menurut Lukman Syamsuddin (2007: 63) menyatakan bahwa:

“Return on invesment (ROI) atau yang sering juga disebut dengan return on total assets adalah merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan. Semakin tinggi rasio ini, maka akan semakin baik keadaan suatu perusahaan”.

Menurut Bambang Riyanto (2001:94) menyatakan bahwa “

“Semakin besar modal kerja berarti perusahaan harus berusaha untuk mempertahankan persediaan kas yang sangat besar, karena semakin besar kas berarti makin banyak uang tunai yang menganggur sehingga akan merperkecil profitabilitasnya”.


(33)

2.1.4 Studi Empiris

Tabel 2.2

Studi Empiris dan Penelitian Terdahulu Penelitian dan

Judul

Variabel dan Alat Analisis

Subjek

Penelitian Kesimpulan Persamaan Perbedaan

Usep Doni Pengaruh Modal Kerja Terhadap ROA X=Modal Kerja Y=Rentabilitas Ekonomi (ROI) Alat analisis: Korealsi person, Koefisien Determinasi, dan Uji t .

PT. INTI (persero) Bandung

Modal Kerja tidak mempunyai pengaruh yang terhadap ROA,sisanya dipengaruhi oleh

factor-faktor lain.

Variabel yang diteliti beda yaitu: Modal Kerja dengan ROA

Perbedaan pada variabel X

Melan Meliana

Pengaruh Modal Kerja Terhadap Return On Investment (ROI).

X= Modal Kerja

Y= Return On Investmen (ROI)

Alat analisis:

Normalitas, Regresi Sederhana, Korelasi, Koefisien Determinasi dan Uji Hipotesis PT. Ultraya Milk Industry and trading company, Bandung Tbk.

Pengaruh Modal Kerja terhadap Return On Investmen

(ROI) berdistribusi normal, hubungan korelasinya sangat

kuat.

Variabel yang diteliti sama yaitu Modal Kerja dengan Return On Investment (ROI) Perbedaan pada indikator yang digunakan. Riska Diana Pengaruh Modal Kerja Terhadap Tingkat Likuiditas.

X= Modal Kerja

Y= Likuiditas

Alat analisis:

Regresi Sederhana, Korelasi Pearson, Koefisien

Determinasi, Uji t.

PT. Bita Enarcon Enginering Bandung.

Terdapat pengaruh modal kerja tarhdap likuiditas.

Variabel X yang digunakan dalam penelitian ini adalah sama.

Terdapat perbedaan pada Indikator yang digunakan. Bintang Dwi Ramadhan Pengaruh Modal Kerja Terhadap Rentabilitas Perusahaan .

X= Modal Kerja

Y= Rentabilitas

Alat analisis:

Regresi Sederhana, Uji Asumsi Klasik, Koefisien Determinasi, Uji t.

PT. Pos Indonesia (persero).

Terdapat pengaruh yang siginikan antara modal kerja dengan rentabilitas perusahaan.

Variabel X yang digunakan dalam penelitian ini adalah sama

Terdapat beberapa Indikatoryang berbeda digunakan


(34)

3.2 Kerangka Pemikiran

Setiap perusahaan dalam menjalankan aktivitas operasionalnya tentu membutuhkan dana yang cukup agar kontiunitas perusahaan dapat berjalan dengan baik. Disamping itu pengelolaan keuangan secara efektif dan efesien pun menjadi salah satu kunci didalam keberhasilan suatu perusahaan untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Perusahaan adalah suatu unit kegiatan produksi yang mengolah sumber-sumber ekonomi untuk menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan agar dapat memuaskan kebutuhan masyarakat.

Dalam menjalankan usahanya perusahaan memerlukan modal yang tidak sedikit, karena modal merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam pembelanjaan, selain itu dengan adanya modal maka akan bisa menentukan keberhasilan suatu usaha. Kebutuhan modal akan semakin besar sesuai dengan jumlah kegiatan dan ruang lingkup perusahaan.

Dalam penentuan besarnya modal kerja yang dibutuhkan, kesalahan atau ketidaktepatan yang terjadi akan mengakibatkan aktivitas perusahaan terganggu. Apabila hal ini dibiarkan secara terus-menerus, maka akan mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan. Dengan demikian pengelolaan aktiva lancar melalui perkembangan modal kerja merupakan salah satu aspek penting yang dibutuhkan oleh perusahaan. Implementasi modal kerja yang baik akan sangat mendorong pencapaian perkembangan dan perluasan didalam kegiatan perusahaan.


(35)

Menurut Agus Sartono (2001:385) menyatakan bahwa “

“Modal kerja diperlukan perusahaan untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan. Sehingga modal kerja dapat diartikan sebagai kelebihan aktiva lancar diatas utang lancar”.

Dari pengertian diatas, maka dapat dirumuskan sebagai berikut :

Agus Sartono (2001:385)

Pengelolaan aktiva lancar harus benar-benar tepat, karena kesalahan dalam pengelolaannya akan mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan. Hal yang penting dalam modal kerja tidak hanya pada aspek pertimbangan likuiditas, tetapi juga dalam aspek pertimbangan rentabilitas. Hal ini dikarenakan tujuan dari kegiatan perusahaan adalah mendapatkan laba, dan salah satu cara dengan meningkatkan perolehan laba adalah dengan meningkatkan efesiensi penggunaan dana perusahaan melalui modal kerja. Akan tetapi laba yang tinggi belum merupakan ukuran bahwa suatu perusahaan berjalan dengan baik dan efesien. Efesien suatu perusahaan baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan modal yang diperoleh untuk menghasilkan laba tersebut.

Menurut Lukman Syamsudin (2007 :63) menyatakan bahwa :

“Return on invesment (ROI) atau yang sering juga disebut dengan ‘return on total assets’ adalah merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan. Semakin tinggi rasio ini, maka akan semakin baik keadaan suatu perusahaan


(36)

Return on investement sering digunakan untuk mengukur efesiensi penggunaan modal dimana suatu perusahaan, dimana pengertian return on investment adalah perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut.

Menurut Lukman Syamsudin (2007:63) menyatakan bahwa :

“Analisis yang digunakan didalam perhitungan return on investment (ROI) adalah sebegai berikut :

Lukman Syamsudin (2007:63)

Dimana:

ROI = Return On Invesment

Net Profit After Tax = Laba bersih setelah pajak

Total Assets = Total aktiva

Apabila perusahaan menginginkan profitabilitasnya meningkat, maka salah satu cara yang dapat dilakukan perusahaan adalah dengan melihat keadaan aktiva lancarnya yang artinya sama dengan modal kerja.

ROI = Net Profit After Tax


(37)

Menurut Bambang Riyanto (2001:94) menyatakan bahwa “

“Semakin besar modal kerja berarti perusahaan harus berusaha untuk mempertahankan persediaan kas yang sangat besar, karena semakin besar kas berarti makin banyak uang tunai yang menganggur sehingga akan merperkecil profitabilitasnya”.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara modal kerja dengan profitabilitas, dimana modal kerja merupakan salah satu sumber perusahaan untuk menghasilkan keuntungan yang disebut profitabilitas. Maka penulis menggambarkan hubungan tersebut dalam skema kerangka pemikiran sebagai berikut :

Gambar 2.1 Skema Paradigma

Analisis Modal Kerja Pengaruhnya Terhadap Return On Investment (ROI)

Modal Kerja 1. Aktiva Lancar 2. Utang Lancar

(Agus Sartono, 2001:385)

Return On Investment

(ROI) 1. Laba Setelah Pajak (EAT) 2. Total Asset

(Lukman Syamsudin, 2007:63) Bambang Riyanto


(38)

3.3 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang diteliti dan perlu dibuktikan. Dari penelitian yang diperoleh, maka dapat diketahui hipotesis PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero) Bandung yaitu :

“Analisis modal kerja berpengaruh terhadap return on investment (ROI) pada PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero) Bandung”.


(39)

39 3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian yang menjadi fokus penulis dalam penelitian ini adalah analisis modal kerja pengaruhnya terhadap return on investment (ROI) pada PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero) Bandung selama periode tahun 2000-2007.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu teknik atau cara kerja untuk mencari, memperoleh, mengumpulkan serta mencatat data, baik berupa data primer maupun data sekunder yang dapat digunakan untuk keperluan menyusun karya ilmiah dan kemudian menganalisa faktor-faktor yang berhubungan pokok premasalahan sehingga nantinya akan didapat suatu pembenaran atas data yang diperoleh. Penelitian yang baik harus memenuhi syarat-syarat penelitian ilmiah atau scientific method yang memiliki pengertian yaitu penggunaan cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya dalam membentuk dan menghubungkan pernyataan teoritis tentang kejadian tertentu dan mempredikisikan kejadian yang belum diketahui.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan verifikatif dengan pendekatan kuantitatif.


(40)

Menurut Sugiyono (2007:13):

“Data Kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data kuantitatif yang diangkakan.”

Menurut Umi Narimawati (2008:21):

“Metode deskriptif adalah metode yang menggambarkan atau menguraikan hasil penelitian melalui pengungkapan berupa narasi, grafik, maupun gambar.”

Menurut Arikunto Suharsimi(2003:7):

”Penelitian verifikatif pada dasarnya ingin menguji kebenaran melalui pengumpulan data di lapangan.”

Menurut Umi Narimawati (2008:21):

“Metode verifikatif adalah metode pengujian hipotesis melalui alat analisis statistik.”

Berdasarkan pernyataan diatas bahwa metode deskriptif kuantitatif adalah metode yang berisi pengungkapan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data yang aktual, yakni dengan menyajikan data, menganalisis dan menginterpretasikannya. . Dalam penelitian ini metode deskriptif digunakan untuk menganalisis dan menjelaskan Modal Kerja terhadap Return On Investmen (ROI). Sedangkan pendekatan kuantitatif digunakan untuk menganalisis besarnya pengaruh Modal Kerja terhadap Return On Investmen (ROI).

Penelitian verifikatif adalah suatu jenis penelitian yang bertujuan menguji kebenaran hipotesis yang dilakukan melalui pengumpulan data-data dilapangan sehingga diketahui apakah hipotesis tentang pengaruh pengaruh Modal Kerja terhadap Return On Investmen (ROI) dapat diterima atau ditolak.


(41)

3.2.1 Desain Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian sangat perlu dilakukan perencanaan dan perancangan penelitian, agar penelitian dapat dikerjakan dengan sistematis.

Menurut M. Nazir (2003:84) :

”Desain penelitian yaitu semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian.”

Berdasarkan desain penelitian yaitu deskriftif kuantitatif, maka tahap-tahap yang akan dilakukan oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengumpulkan data-data mengenai mengenai Modal Kerja dan Return On Investmen (ROI).

2. Melakukan analisis mengenai Modal Kerja dan Return On Investmen (ROI). 3. Pengujian hipotesis untuk membuktikan hubungan atau pengaruh mengenai

Modal Kerja dan Return On Investmen (ROI). 4. Membuat kesimpulan terhadap hasil uji hipotesis.

Dari pemaparan diatas maka dapat dikatakan bahwa desain penelitian merupakan semua proses penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam melaksanakan penelitian mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan penelitian yang dilakukan pada waktu yang talah ditetapkan


(42)

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Sesuai dengan judul penelitian ini, yaitu ” Analisis Modal Kerja dampaknya terhadap Return On Investmen (ROI)” maka dalam penelin ini terdapat 2 variabel, yaitu :

a. Variabel Independen ( Variabel Bebas )

Adalah variable yang mempengaruhi variable terikat dan menjadi penyebab atas sesuatu hal atau timbulnya masalah lain. Sesuai dengan pengertian tersebut, maka dalam penelitian ini yang merupakan variable bebas adalah Modal Kerja.

b. Variabel Dependen ( Variabel Terikat )

Adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Sesuai dengan pengertian tersebut, maka yang menjadi variabel terikat adalah Return On Investmen (ROI).

Untuk memperjelas variabel – variabel yang ada dalam penelitian ini, maka akan diuraikan secara operasional sebagai berikut:


(43)

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel Penelitian

Variabel Konsep Variabel Indikator Ukuran Sumber Skala

Variabel (X) Modal

Kerja

Modal Kerja adalah “Kelebihan Aktiva Lancat diatas Utang Lancar”.

(Agus Sartono,2001:385)

Modal Kerja 1. Aktiva Lancar 2. Utang Lancar Aktiva-Utang Lancar Rupiah Neraca Rasio Variabel (Y) (ROI)

Return On Investmen (ROI) “adalah merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan. Semakin tinggi rasio ini, maka akan semakin baik keadaan suatu perusahaan.

(Lukman Syamsudin,2007:63)

ROI :

1. Laba Setelah Pajak (EAT) 2. Total Asset Rumus : ROI = EAT Total Asset Persen (%) Neraca dan Laba Rugi Rasio

3.2.3 Metode Penarikan Sampel

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data yang bersifat kuantitatif, karena dinyatakan dengan angka-angka yang menunjukkan nilai terhadap variabel yang diwakilinya.


(44)

Bahan-bahan dan data-data yang dikumpulkan berupa data sekunder. Data sekunder berupa laporan keuangan PT. Industri Telekomunikasi Indoensia (Persero) Bandung. Periode Tahun 2001-2007.

a. Populasi

Menurut Sugiyono (2005:72) ”Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek / subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian datarik kesimpulannya.”

Berdasarkan pengertian populasi di atas dan judul yang diambil, maka dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah laporan keuangan tahunan (annual report) PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero) Bandung, khususnya yang menyangkut dengan data yang berhubungan dengan Modal Kerja dengan Return On Investmen (ROI).

b. Sampel

Menurut Sugiono (2005:73) ”Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.”

Jadi sampel merupakan bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel dapat dipelajari dan digunakan dalam pemilihan data. Penelitian ini menggunakan non probability purposive sampling.

Menurut Husein Umar (2007: 90), menerangkan bahwa:

Non probability sampling adalah dengan cara ini semua elemen popolasi belum tentu memiliki peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel karena misalnya ada bagian tertentu secara sengaja tidak dimasukan dalam pemilihan untuk mewakili populasi.


(45)

Menurut Husein Umar (2007: 92), menerangkan bahwa:

Purposive sampling adalah dalam hal ini pemilihan sampel berdasarkan pada karakteristik tertentu yang dianggap mempunyai hubungan dengan karakteristik populasi yang sudah diketahui sebelumnya”.

Sampel yang akan diambil dalam penelitian ini berasal dari laporan keuangan tahunan dalam kurun waktu 7 tahun terakhir, yaitu mulai tahun 2001 sampai dengan tahun 2007.

3.2.4 Jenis data diuraikan dan Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang diuraikan berupa data sekunder. Data sekunder berupa laporan keuangan PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero) Bandung. Periode Tahun 2001-2007.

Agar dapat mengumpulkan data yang dibutuhkan, maka penulis melakukan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Studi Pustaka (Library Research)

Suatu penelitian yang bersifat teoritis, dimana penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan mempelajari atau membaca pendapat para ahli dari berbagai buku pengetahuan dan literatur-literatur yang berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti untuk memperoleh landasan teori-teori yang dapat menunjang penelitian.


(46)

2. Studi Lapangan (Field Research)

Merupakan penelitian untuk mendapatkan data dari obyek yang akan diteliti melalui pengumpulan data dari sumber tertulis. Misalnya laporan keuangan yang telah diaudit atau produk yang dikeluarkan oleh perusahaan-perusahaan dari internet.

3.2.3 Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis

Analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang mudah dibaca dan diinterpretasikan.

Dalam penelitian ini, metode analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh modal kerja terhadap Return On investmen (ROI) yaitu dengan menggunakan metode statistik yang diolah dari laporan keuangan tahunan PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero) Bandung Dimana rumus dari Modal Kerja adalah sebagai berikut :

Sedangkan rumus Profitabilitas yaitu dengan menggunakan Return On Investmen (ROI) :

Net Profit After Tax ROI =

Total Asset


(47)

Y = a + b X

3.2.5.1 Metode Analisis

Karena variabel dependentnya dipengaruhi oleh suatu variabel independent, maka penulis menggunakan analisis regresi sederhana, analisis korelasi dan analisis deteminasi.

Adapun analisisnya yaitu sebagai berikut : a. Analisis Regresi Linier Sederhana

Analisis regresi digunakan untuk melakukan prediksi seberapa besar nilai variabel depemdent jika nilai variabel independent dirubah. Dalam analisa ini digunakan rumus regresi sederhana sebagai berikut :

Sumber : Sugiyono (2005:204) Keterangan :

Y = Return On Investmen (ROI) PT. Industri Telekomunikasi IndonesiaPersero) Bandung.

X = Modal Kerja PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero) Bandung. a = Satuan bilangan konstanta


(48)

Nilai a dan b dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Sumber : Sugiyono (2005 : 206)

dimana :

n = jumlah dari sampel

b. Analisis Korelasi

Pengertian analisis korelasi menurut Jonathan Sarwono (2006:37) adalah: “Analisis korelasional digunakan untuk melihat kuat lemahnya antara variabel bebas dengan tergantung.”

Selain pengertian diatas analisis korelasi juga digunakan untuk mengetahui derajat korelasi antara kedua variabel, sehingga digunakan analisis korelasi product moment yang bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat, analisis korelasi ini dapat pula dihitung dengan menggunakan program SPSS 14 for Windows, sehingga diperoleh rumus sebagai berikut :



   2 2 2 x x n xy x x y. a

  

 

   2 2 x x n y x xy n b


(49)

Sumber : Sugiyono (2005: 183) Dimana :

r = Koefisien korelasi

n = Jumlah sampel (banyak data dalam 1 tahun) x = Variabel independent (Modal Kerja)

y = Variabel dependen (Return On Investmen)

Koefisien korelasi (r), nilai korelasi dapat berkisar antara +1 dan -1 (-1≤ r ≤+1) artinya :

a. Jika r = +1, maka hubungan Modal Kerja dengan ROI sempurna secara positif dan jika mendekati +1 hubungannya sangat kuat dan positif.

b. Jika r = -1, maka hubungan Modal Kerja dengan ROI sempurna secara negatif dan jika mendekati -1 hubungannya sangat kuat dan negatif.

c. Jika r = 0, maka Modal Kerja dengan ROI tidak ada hubungan sama sekali antara variabel X dan variabel Y.

d. Jika r = 1 atau r = -1, telah terjadi hubungan linier sempurna yairu berupa garis lurus. Untuk r yang semakin mengarah ke 0, garis semakin tidak lurus.

Untuk mengetahui tingkat hubungan koefisien korelasi digunakan pedoman interpretasi korelasi sebagai berikut :

  

 

 

  2 2 2 2 xy y y n x x n y x xy n r


(50)

0 < r2 < 1

Tabel 3.2

Intepretasi Perhitungan Korelasi Interval Koefisien Tingkat Keeratan

0.80 – 1.00 Korelasi sangat kuat atau sempurna 0.60 – 0.79 Korelasi kuat

0.40 – 0.59 Korelasi sedang 0.20 – 0.39 Korelasi rendah

0.00 – 0.19 Tidak ada korelasi atau korelasi lemah Sumber : Sugiyono (2005

c. Analisis Koefisien Determinasi

Analisis determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar dampak perubahan variabel X terhadap variabel Y. Hasil analisis tersebut dinyatakan dalam persentase dan batas. Batas dan determinasi dinyatakan sebagai berikut :

Sedangkan untuk mengetahui nilai koefisien determinasi, maka dapat dihitung dengan menggunakan rumus :


(51)

Kd = r2 x 100%

Sumber : Jonathan Sarwono (2005 : 48)

Dimana :

Kd = Koefisien determinasi r = Koefisien korelasi Dimana apabila :

Kd = 0, berarti hubungan Modal Kerja dan ROI lemah. Kd = 1, berarti hubungan Modal Kerja dan ROI kuat.

1. Pengujian Hipotesis

Digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel yang memiiki hubungan yang erat atau saling mempengaruhi, antara variabel X dan variabel Y maka dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan hipotesis nol yang dikemukakan oleh sugiyono (2005), hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagi berikut:

H0 : ρ ≥ 0, tidak ada pengaruh Modal Kerja terhadap return on investmen (ROI) pada PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero) Bandung.

H1 : ρ < 0, ada pengaruh modal kerja terhadap return on investmen (ROI) pada PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero) Bandung.


(52)

t hitung =

2

1 2 r n r

  Dimana :

ρ : nilai korelasi dalam formulasi yang dihipotesiskan.

Untuk pengujian hipotesis tersebut maka data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan rumus :

Sumber : Sugiyono (2005 : 292) Keterangan:

t hitung = Probabilitas r = Koefisien korelasi n = Jumlah periode

Untuk menarik kesimpulan dari hipotesis di atas maka dilakukan dengan membandingkan nilai – nilai thitung dan ttabeldengan tingkat signifikan sebesar 0,05 ( α = 5% ). Kriteria penolakan dan penerimaan hipotesis H0 adalah sebagai berikut: a. Jika ttabel > thitung, maka H0 ada pada daerah penolakan, berarti H1 diterima atau

ada pengaruh.

b. Jika ttabel <thitug, maka H0 ada pada daerah penerimaan, berarti H1 ditolak atau tidak ada pengaruh.


(53)

Berikut ini gambar yang memperlihatkan daerah penerimaan dan penolakan H0 :

Gambar 3.1

Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho

Dalam gambar di atas akan terlihat daerah penerimaan dan daerah penolakan hipotesis.

Sedangkan untuk menganalisis data, penulis menggunakan program SPSS 14 for windows.

H0 diterima

-t t abel Uji t t t abel H0 ditolak


(54)

54 BAB IV

HASIL PEMBAHASAN PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan

PT. Industri Telekomunikasi adalah sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berada di bawah Pengelola Industri Telekomunikasi Strategis (BPIS) yang bergerak dalam bidang peralatan telekomunikasi. PT. INTI (Persero) merupakan salah satu badan yang berdiri sendiri dengan status perusahaan perseroan yang kemudian berkembang sebagai perusahaan telekomunikasi.

Sejak berdirinya hingga sekarang, PT. INTI (Persero) mengalami banyak perubahan selama perkembangannya. Untuk dapat mengetahui perubahan seiring dengan tahapan perkembangan yang lebih jelas, berikut ini diuraikan tahapan perkembangan PT. INTI (Persero) sebagai berikut:

Pada tahun 1926 didirikan laboratorium Pos, telepon dan telegrap (PTT) di Tegalega ( sekarang menjadi Jalan Moch.Toha No.77 Bandung), laboratorium ini merupakan bagian terpenting dari pertelekomunikasian di Indonesia. Setelah perang dunia kedua selesai, laboratorium tersebut ditingkatkan kedudukannya menjadi laboratorium telekomunikasi yang mencakup bidang telekomunikasi yaitu telepon, radio, telegram dan lain sebagainya.

Berdasarkan peraturan pemerintah N0.240 tahun 1961, Jawatan Pos, Telepon dan Telegrap (PTT) diubah status hukumnya menjadi Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi (PN POSTEL). Dari PN POSTEL ini, dengan


(55)

PP No.300 Tahun 1965 didirikan PN Telekomunikasi. Bagian Penelitian dan Bagian Perlengkapan yang semula terdapat pada PN POSTEL digabungkan dan berganti nama menjadi lembaga Administrasi, Bagian Penelitian dan Bagian Produksi.

Pada tanggal 25 Mei 1966 PN Telekomunikasi bekerja sama dengan perusahaan asing yaitu Siemens AG (Perusahaan Jerman Barat), yang pelaksanaannya dibebankan kepada Lembaga Penelitian dan Pengembangan Pos dan Telegraph (LPP POSTEL). Dalam melaksanakan kerja sama tersebut, pada tanggal 17 Februari 1968 dibentuk suatu bagian pabrik telepon, yang tugasnya memproduksi alat-alat telekomunikasi. Dalam organisasi LPP POSTEL harus ada “ industri” dan selanjutnya LPP POSTEL berubah menjadi Lembaga Penelitian dan Pengembangan Industri Pos dan Telekomunikasi (LPPI POSTEL).

Pada tanggal 22 Juni 1968, industri yang berpangkal pad pabrik telepon diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia yang diwakilkan pada Menteri Ekuin yang pada waktu itu dijabat oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Tanggal 1 sampai 3 Oktober 1970, diadakan rapat kerja sama Pos dan Telekomunikasi di Jakarta yang menghasilkan keputusan bahwa LPP POSTEL diberikan waktu kurang lebih empat tahun untuk mempersiapkan diri agar dapat berdiri sendiri dalam bidang keuangan, kepegawaian, dan peralatan.

Seiring dengan perkembangan perusahaan terutama pada bidang penelitian dan bidang industri, maka pada tahun 1971 dilakukan pemisahan tugas pokok sebagai berikut:


(56)

1. Lembaga Penelitian dan pengembangan yang memiliki tugas pokok dalam bidang pengujian, penelitian serta pengembangan sarana pos dan telekomunikasi baik dari segi teknologi maupun segi operasional.

2. Lembaga Industri, merupakan badan hukum uang berdiri sendiri dan mempunyai tugas utama memperoduksi sarana alat-alat telekomunikasi sesuai dengan kebutuhan nasional pada saat ini dan dinas yang akan datang. Tahun 1972 Lembaga Industri ini dikembangkan menjadi Proyek Industri Telekomunikasi.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia No.KM.32/R/Phb/73 tertanggal 8 Maret 1973, menetapkan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Dalam tubuh LLPI POSTEL, diresmikan bagian Industri Telekomunikasi Indonesia oleh Presiden Republik Indonesia tanggal 25 juni 1968 di Bandung. 2. Untuk keperluan di atas ditetapkan bentuk usaha dan bentuk hukum yang sebaik-baiknya yang mendapatkan fasilitas yang cukup dalam lingkungan lembaga penelitian serta industri pos dan telekomunikasi (LLPI POSTEL DITJEND POSTEL).

3. Tahun 1972, struktur organisasi formal LLPI POSTEL diubah menjadi Lembaga Penelitian dan Pengembangan POSTEL (LPP POSTEL).

Oleh karena itu dianggap tepat apabila Industri tersebut ditetapkan sebagai proyek Industri Telekomunikasi yang kemudian dipimpin oleh Kepala LPP POSTEL Ir. M Yunus sebagai Direktur utama PT. INTI (Persero).


(57)

Dengan dikeluarkannya Peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 34 tahun 1974 tentang Penyertaan modal negara untuk pendirian Perusahaan Perseroan dibidang Industri Telekomunikasi, maka proyek Industri Telekomunikasi di Departemen Perhubungan perlu dijadikan suatu badan pelaksanaan kegiatan produksi alat-alat perangkat telekomunikasi dalam usaha meningkakan telekomunikasi.

Untuk dapat memperlancar kegiatan produk tersebut dan berkembang secara wajar dengan kemampuan sendiri, maka dipandang perlu untuk menentukan bentuk usaha yang sesuai dengan kemampuan sendiri yaitu Perusahaan Perseroan (Persero).Sesuai dengan ketentuan dalam pasal 2 ayat 1 Peraturan Pemerintah No.12 Tahun 1969, maka penyertaan modal negara pendiri suatu Perusahaan Perseroan diatur dengan peraturan negara.

Berdasarkan pada Keputusan Menteri Negara Republik Indonesia No.Kep.1771/MK/IV/12/1974 tertanggal 28 Desember 1974, Akte Notaris Abdul Latif, Jakarta No.322 tertanggal 30 Desember 1974, Proyek Industri

Telekomunikasi ini diubah status hukumnya menjadi PT. Industri

Telekomunikasi Indonesia atau PT. INTI (Persero) dengan modal dasar perseroan sebesar Rp 3,2 Milyar dan modal perusahaan sebesar Rp 1,6 Milyar serta modal yang disetorkan sebesar Rp 900 juta.

Untuk pembangunan Telekomunikasi Indonesia di masa depan, PT. INTI (Persero) telah menyusun tahap-tahap pembangunan dalam menghadapi perubahan dari teknlogi analog ke teknologi digital.


(58)

Dari cikal bakal Laboratorium Penelitian & Pengembangan Industri Bidang Pos dan Telekomuniasi (LPPI-POSTEL), pada 30 Desember 1974 berdirilah PT Industri Telekomunikasi Indonesia (INTI) sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan misi untuk menjadi basis dan tulang punggung pembangunan Sistim Telekomunikasi Nasional (SISTELNAS).

Seiring waktu dan berbagai dinamika yang harus diadaptasi, seperti perkembangan teknologi, regulasi, dan pasar, maka selama lebih dari 30 tahun berkiprah dalam bidang telekomunikasi, INTI telah mengalami berbagai perubahan dan perkembangan.

Adapun perubahan dan perkembangannya adalah sebagai berikut :

a. Era 1974-1984

Fasilitas produksi yang dimiliki INTI antara lain adalah:

1. Pabrik Perakitan Telepon

2. Pabrik Perakitan Transmisi

3. Laboratorium Software Komunikasi Data

4. Pabrik Konstruksi & Mekanik

Kerjasama Teknologi yang pernah dilakukan pada era ini antara lain dengan Siemen, BTM, PRX, JRC, dan NEC.Pada era tersebut produk Pesawat Telepon Umum Koin (PTUK) INTI menjadi standar Perumtel (sekarang Telkom).


(59)

b. Era 1984 – 1994

Fasilitas produksi terbaru yang dimiliki PT. INTI pada masa ini, di samping fasilitas-fasilitas yang sudah ada sebelumnya, antara lain adalah Pabrik Sentral Telepon Digital Indonesia (STDI) pertama di Indonesia dengan teknologi produksi Trough Hole Technology (THT) dan Surface Mounting Technology (SMT).Kerjasama Teknologi yang pernah dilakukan pada era ini antara lain adalah:

a. Bidang sentral (switching), dengan Siemens.

b. Bidang transmisi dengan Siemens, NEC, dan JRC.

c. Bidang CPE dengan Siemens, BTM, Tamura, Shapura, dan TatungTEL.

Pada era ini, INTI memiliki reputasi dan prestasi yang signifikan, yaitu:

a. Menjadi pionir dalam proses digitalisasi sistem dan jaringan telekomunikasi di Indonesia.

b. Bersama Telkom telah berhasil dalam proyek otomatisasi telepon di hampir seluruh ibu kota kabupaten dan ibu kota kecamatan di seluruh wilayah Indonesia.

c. Era 1994 - 2000

Selama 20 tahun sejak berdiri, kegiatan utama INTI adalah murni

manufaktur.Namun dengan adanya perubahan dan perkembangan


(60)

jasa engineering.Pada masa ini aktivitas manufaktur di bidang switching, transmisi, CPE dan mekanik-plastik masih dilakukan. Namun situasi pasar yang berubah, kompetisi yang makin ketat dan regulasi telekomunikasi yang makin terbuka menjadikan posisi INTI dipasar bergeser sehingga tidak lagi sebagai

market leader. Kondisi ini mengharuskan INTI memiliki kemampuan sales force

dan networking yang lebih baik.Kerjasama teknologi masih berlangsung dengan

Siemens secara single-source.

d. Era 2000 - 2004

Pada era ini kerjasama teknologi tidak lagi bersifat single source, tetapi dilakukan secara multi source dengan beberapa perusahaan multinasional dari Eropa dan Asia. Aktivitas manufaktur tidak lagi ditangani sendiri oleh INTI, tetapi secara spin-off dengan mendirikan anak-anak perusahaan dan usaha patungan, seperti:Bidang CPE, dibentuk anak perusahaan bernama PT. INTI PISMA International yang bekerja sama dengan JITech International, bertempat di Cileungsi Bogor.

a. Bidang mekanik dan plastik, dibentuk usaha patungan dengan PT PINDAD bernama PT. IPMS, berkedudukan di Bandung.

b. Bidang-bidang switching, akses dan transmisi, dirintis kerja sama dengan beberapa perusahaan multinasional yang memiliki kapabilitas memadai dan adaptif terhadap kebutuhan pasar. Beberapa perusahan multinasional yang telah melakukan kerjasama pada era ini, antara lain:


(61)

a. SAGEM, di bidang transmisi dan selular b. MOTOROLA, di bidang CDMA

c. ALCATEL, di bidang fixed & optical access network d. Ericsson, di bidang akses

e. Hua Wei, di bidang switching & akses

e. Era 2005 - sekarang

Dari serangkaian tahapan restrukturisasi yang telah dilakukan, INTI kini memantapkan langkah transformasi mendasar dari kompetensi berbasis manufaktur ke engineering solution. Hal ini akan membentuk INTI menjadi semakin adaptif terhadap kemajuan teknologi dan karakteristik serta perilaku pasar.Dari pengalaman panjang INTI sebagai pendukung utama penyediaan infrastruktur telekomunikasi nasional dan dengan kompetensi sumberdaya manusia yang terus diarahkan sesuai proses transformasi tersebut, saat ini INTI bertekad untuk menjadi mitra terpercaya di bidang penyediaan jasa profesional dan solusi total yang fokus pada Infocom System & Technology


(62)

4.1.2 Struktur Organisasi PT. INTI (Persero)

Struktur organisasi perusahaan merupakan bangunan fungsi bagian-bagian manajemen yang tersusun dari suatu kesatuan hubungan yang menunjukkan tingkatan fungsi, tugas, wewenang dan tanggung jawab dalam manajemen perusahaan.

Penerapan struktur organisasi di lingkungan PT. INTI (Persero) berbentuk garis (lini) dan staf, dimana wewenang dari pimpinan dilimpahkan kepada satuan-satuan organisasi dibawahnya untuk semua bidang pekerjaan bantuan.secara umum struktur organisai PT. INTI (Persero) terdiri dari tiga bagian utama yaitu : Direksi, Divisi, dan Strategis Business Unit (SBU). Untuk lebih jelasnya struktur organisasi PT. INTI dan Divisi JIT dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan 4.2


(63)

Gambar 4.1

Struktur Organisasi PT. INTI (Persero)

Sumber : PT. INTI 2008

DIREKTUR

UTAMA

DIREKTUR OPERASI & TEKNIK

DIREKTUR ADM & KEUANGAN

DIREKTUR PEMASARAN

INTERNAL AUDIT

PUSPIBRO PUSAT PENGEMBANGAN BISNIS & PRODUK

DIVISI JTT

DIVISI JTS DIVISI

JIT

DEWAN DIREKSI

DIVISI JTP

SEK.PERUSAHAAN & SDM

DIV. KEUANGAN

PKBL


(64)

Sumber

Gambar 4.2 : Struktur Organisasi Divisi JIT Sumber :PT. INTI, 2008

DEPUTI

PEMASARAN SYSTEM

ENGINEERING

OPERASI & MP LOGISTIK PRODUKSI & PURNA JUAL

ADM & KEUANGAN

ADM. PEMASARAN

ADM. SE ADM. OPERASI PENGADAAN ADM. PROD UMUM & SDM

PENJUALAN TECHNICAL

SUPPORRT IMPL. PROYEK &MAINT GUDANG & DISTRIBUSI REPAIR & PRODUKSI BENDAHARA & PENAGIHAN PRODUCTION SUPPORT MAN. PROYEK

& RENLOG AKUNTANSI &

ANGGARAN POKLI: -ACC. MANJR -PEMASARAN POKLI : -S.E POKLI : -M.P POKLI : -SISFO -QM SISFO POKLI : -PURNA JUAL -O & M SUPORT

POKLI : -ADM KEUANGAN


(1)

iv ABSTRAK

Rosalia Do Rego, “Analisis Modal Kerja Pengaruhnya Terhadap Return On Investmen (ROI) Pada PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero) Bandung”

(dibawah bimbingan Lita Wulantika, SE, M.Si )

Modal kerja merupakan salah satu bagian unsur-unsur modal yang memegang peranan penting dalam operasi perusahaan untuk menciptakan keuntungan yang memadai bagi terjadinya kontiunitas perusahaan, dan juga modal kerja sangat berkaitan dengan efesiensi, karena modal kerja dibutuhkan untuk pembelian atau pembuatan suatu produk atau jasa.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan modal kerja dan return on investmen (ROI) pada PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero) Bandung, dan untuk mengetahuni pengaruh modal kerja terhadap return on investmen (ROI) PT. Industri Telekomunikasi Inodesia (Persero) Bandung. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Sedangkan data yang dikaji adalah laporan keuangan PT. INTI per periode 2000-2007. Proses analisis digunakan dengan menggunakan teknik analisis regresi linier sederhana.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa modal kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap return on investmen (ROI). Hal ini dapat dilihat dari perhitungan korelasi (r) = 0,544 dengan koefisien determinasi (KD) 29,5% yang berarti modal kerja berpengaruh negatif atau tidak searah dan sangat rendah terhadap tingkat return on investmen (ROI). Sedangkan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t dengan derajat kebebasan 5%, didapat nilai thitung = -1,586 Sedangkan ttabel = 1,943 dimana thitung < ttabel, yang artinya H0 ditolak dan H1 diterima. Ini berarti bahwa modal kerja tidak berpengaruh siginifikan terhadap return oninvestmen (ROI).


(2)

ANALISIS MODAL KERJA PENGARUHNYA

TERHADAP

RETURN ON INVESTMENT

(ROI) PADA

PT. INDUSTRI TELEKOMUNIKASI (PERSERO) BANDUNG

The Analysis Of Working Capital Influence

On Return On Investmen (ROI)

At PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero) Bandung.

SKRIPSI

Diajukan Untuk memenuhi salah satu syarat ujian sidang Guna memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Pada Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia

Oleh:

Rosalia Do Rego 2126704

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(3)

101

DAFTAR PUSTAKA

Agus Sartono. 2001. Manajemen Keuangan ; Aplikasi Dan Teori. BPFE-Yogyakarta; Yogyakarta.

Agnes Sawir. 2003. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. PT. Gramedia Pustaka Utama

Bambang Riyanto. 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. BPFE- Yogkarta; Yogyakarta.

Husein Umar. 2005. Metode Penelitian dan Akuntasi Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis. Edisi Baru 7. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Jonathan Sarwono. 2006. Panduan Cepat dan Mudah SPSS 14. Yogyakarta: Andi.

Jonathan Sarwono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kuliatatif. Yogkarta: Penerbit Graha Ilmu.

Lukman Syamsuddin. 2009. Manajemen Keuangan Perusahaan. PTRajaGrafindo Persada; Jakarta.

Mamduh M Hanafi dan Abdul Halim. Manajemen Keuangan. Yogyakarta : PT. BPFE

M Nazir. 2003. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia

S Munawir. 2004. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta : Liberty

Sugiyono. 2002. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2003. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2004. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2005. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.


(4)

102

Suad Husnan dan Enny Pujianti. 2001. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Yogyakarta : UPP-AMP YKPN Mada

Susan Irawati. 2006. Manajemen Keuangan. Bandung : Pustaka

Suad Husnan dan Enny Pujianti 2002. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi ketiga. Yogyakarta : UPP-AMP YKPN Mada

Umi Narimawati. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif: Teori dan Aplikasi. Bandun


(5)

103

Sumber Skripsi dan Jurnal:

Bintang Dwi Ramadhan. 2005. “Pengaruh Modal Kerja Terhadap Rentabilitas Perusahaan pada PT. Pos Indonesia (Persero)”. Skripsi. Bandung: FE WIDYATAMA.

Melan Meliana. 2007. “Pengaruh Modal Kerja Terhadap Return On Investmen (ROI) pada PT. Ulta Jaya Milk Industry And Trading Company Tbk”. Skripsi. Bandung: FE UNIKOM.

Riska Diana. 2008. “Pengaruh Modal Kerja Terhadap Tingkat Likuiditas pada PT. Bita Ernacon Enginering”. Skripsi. Bandung: FE UNIKOM.

Usep Doni. 2008. “Pengaruh Net Working Capital Terhadap Tingkat Profitabilitas Dengan pendekatan Return On Investmen (ROA) pada PT INTI (Persero) Bandung”. Skripsi. Bandung: FE UNIKOM.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. DATA PRIBADI

Nama : Rosalia Do Rego

Tempat / Tanggal Lahir : Dili (Timor Leste), 12 Januari 1984

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Katholik

Alamat : Jl. Pantai Kelapa

2. DATA PENDIDIKAN

Tahun 1991 – 1997 : SDN 14 Aimutin ( Dili )

Tahun 1997 – 2000 : SMP 2 Comoro ( Dili )

Tahun 2000 – 2003 : SMA 3 Balide ( Dili)