Pengaruh Kebijakan Modal Kerja Terhadap Return On Investment Pada Industri Rokok Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

(1)

PENGARUH KEBIJAKAN MODAL KERJA

TERHADAP RETURN ON INVESTMENT

PADA INDUSTRI ROKOK

YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

TESIS

Oleh :

ENCIK LATIFAH HANUM

057017004 /AKT

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2 0 0 8

SE

K O LA

H

P A

S

C

A S A RJA NA


(2)

PENGARUH KEBIJAKAN MODAL KERJA

TERHADAP RETURN ON INVESTMENT

PADA INDUSTRI ROKOK

YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains

Dalam Program Ilmu Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh :

ENCIK LATIFAH HANUM

057017004 /AKT

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2 0 0 8


(3)

Judul Tesis : PENGARUH KEBIJAKAN MODAL KERJA TERHADAP RETURN ON INVESTMENT PADA INDUSTRI ROKOK YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Nama : Encik Latifah Hanum Nomor Pokok : 057017004

Program Studi : Ilmu Akuntansi

Menyetujui : Komisi Pembimbing,

(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak) (Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa., M.Sc)


(4)

Tanggal Lulus : 15 Agustus 2008 Telah diuji pada


(5)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak Anggota : 1. Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak

2. Drs. Rasdianto, M.Si, Ak

3. Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak 4. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak


(6)

ABSTRAK

ENCIK LATIFAH HANUM, 2008, Pengaruh Kebijakan Modal Kerja Terhadap

Return On Investment (ROI) Pada Industri Rokok yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia Tahun 1998 - 2006, dengan komisi pembimbing : Ade Fatma Lubis (Ketua) dan Hasan Sakti Siregar (Anggota)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kebijakan modal kerja berpengaruh terhadap Return On Investment (ROI) pada Industri Rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Obyek yang diambil berjumlah 4 (empat) perusahaan pada emiten industri rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode penelitian antara tahun 1998 sampai dengan tahun 2006. Metode analisis yang digunakan adalah Regresi Linier Berganda (Multiple Linear Regression).

Pengumpual data yang dilakukan adalah melalui studi dokumentasi yang bersumber dari data yang terdapat pada Indonesian Capital Market Directory maupun berasal

dar

hal ini desain asosiatif yang digunakan adalah desain asosiatif kausal yaitu adanya hubungan sebab akibat antara satu variabel dengan variabel yang lain. Penelitian ini merupakan penelitian sensus dimana semua populasi dijadikan sampel pada seluruh industri rokok yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 1998 sampai dengan 2006 (selama 9 tahun) pada populasi perusahaan rokok yang terdapat di Bursa Efek Indonesia. Populasi industri rokok yang tredapat di Bursa Efek Indonesia mulai 1998 hingga 2006 terdapat 4 (empat) perusahaan rokok. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari current ratio, working capital turnover ratio, current

assets to total assets dan current liabilities to total assets ratio sedangkan variebel

dependen return on investment. Metode analisi yang digunakan adalah Regresi Linier Berganda (Multiple Linear Regression)

Hasil analisis menunjukkan bahwa dari beberapa unsur – unsur modal kerja seperti

current ratio, working capital turnover ratio, current assets to total assets dan current liabilities to total assets ratio secara simultan terdapat pengaruh yang

signifikan terhadap tingkat profitabilitas yang diwakili oleh Return on Investment. Secara parsial menunjukkan hanya variabel current ratio dan working capital

turnover ratio dengan variasi yang terjelaskan yang dinyatakan dalam Adjusted R2

sebesar 36,9 % sedangkan sisanya sebesar 63,1 % dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan oleh model penelitian ini.

Hasil penelitian berdasarkan uji hipotesis menunjukkan bahwa diantara beberapa unsur kebijakan modal kerja yang paling dominan mempengaruhi tingkat Return on Investment pada industri rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia adalah current


(7)

keuangan harus mampu dan tanggap untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi di perusahaan terutama yang menyangkut pengelolaan modal kerja yang dimulai dari perencanaan, penyusunan, pelaksanaan dan pengawasan modal kerja itu sendiri dan juga bagi investor dalam melakukan keputusan investasi perlu mempertimbangkan faktor – faktor modal kerja.

Kata kunci : Modal Kerja, Rasio Lancar, Tingkat Pengembalian Keuntungan, Tingkat Perputaran Modal Kerja,


(8)

ABSTRACT

ENCIK LATIFAH HANUM, 2008, Influence of Policy of Working Capital to Return On Investment (ROI) the Cigarette Industry which Listed in Indonesia Stock Exchange in 1998 - 2006, with counsellor commission ; Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak ( Chief) and Hasan Sakti Siregar ( Member)

This research aim to to know do policy of working capital have an effect on to Return On Investment (ROI) at Cigarette Industry which listed in Indonesia Stock Exchange. Emiten in popullation Cigarette Emiten the taken amount to 4 (four) emiten the cigarette industry listed in Indonesia Stock Exchange with period of research between of 1998 up to year of 2006. Analysis method the used is Multiple Linear Regression. The data used in this research from the documenation study on Indonesian Capital

Market Directory an

this case associatif design the used is causal associatif that is existence of causality between one variable with other variable. This research is cencus type where all populations in the cigarette industry listed in Indonesia Stock Exchange from 1998 until 2006 (during 9 year). The variable used in this research consist of current ratio (X1), working capital turnover ratio (X2), current assets to total assets (X3), current liabilities to total assets ratio (X4) is while dependen varible is return on investment (Y). Method analysis used is Multiple Linear Regression Analysis.

The result indicate that from some working capital policy as of current ratio, working capital turnover ratio, current assets to total assets and current liabilities to total assets ratio simultanly there are the influence significant to the profitability represented by Return on Investment. Partially show only variable current ratio and working capital turnover ratio with explained by variation the expressed in Adjusted R2 equal to 36,9 % is while the rest equal to 63,1 % influenced by other variable which is not explained by this research model.

Research result pursuant to hypothesis test indicate that between some element policy of the working capital is most dominant influence the Return on Investment at the cigarette industry of listed in Indonesia Stock Exchange is current ratio and working capital turnover ratio. Thereby for finance manager and investor have to can and listen carefully to see changes that happened in company especially concerning management of the working capital started from planning, compilation, execution and observation of itself working capital as well as for investor in doing decision of invesment require to consider the factor - working capital factor.


(9)

Keyword : working capital, current ratio, return on investment, working capital turn over.


(10)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Dengan kerendahan hati, tulus dan ikhlas penulis menyampaikan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, kerena dorongan rahmat, karunia dan RidhoNya yang berkelimpahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

Dalam penyelesaian tesis ini tentu saja penulis banyak menemui kesulitan-kesulitan, kendala-kendela dan hambatan-hambatan, akan tetapi berkat bantuan, bimbinan, petunjuk dan masukan dari berbagai pihak lainnya penulis dapat menyelesaikannya.Dengan ini segala kerendahan hati, tulus dan ikhlas penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTMH, Sp. A(K), selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti dan menyelesaikan Sekolah Pascasarjana.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc, Selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, yang senantiasa dengan sabar dan secara berkesenambungan meningkatkan layanan pendidikan di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MBA, MAFIS, Ak, selaku Ketua Program Studi Ilmu Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Sekaligus Ketua Komisi Dosen Pembimbing Utama yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang konstruktif dalam membimbing penulis sejak awal sehingga selesainya tesis ini.

4. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak, selaku Anggota Komisi Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang konstruktif dalam membimbing penulis sejak awal hingga selesainya tesis ini.

5. Bapak Drs. Rasdianto, M.Si, Ak, Selaku Anggota Komisi Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang konstruktif dalam membimbing penulis sejak awal hingga selesainya tesis ini.

6. Bapak Drs. Jainul Bahri Torong, M.Si, Ak, selaku Anggota Dosen

Pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang konstruktif dalam membimbing penulis sejak awal hingga selesainya tesis ini.

7. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak, selaku Anggota Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang konstruktif dalam membimbing penulis sejak awal hingga selesainya tesis ini.

8. Rekan-rekan mahasiswa di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang tidak mungkin penulissebutkan namanya satu persatu.


(11)

Disamping itu, teristimewa penulis mengucapkan terima kasih kepada keluarga tercinta yaitu Ayahanda O.K H. Rachtan Effendi Amin dan Ibunda Hj. Ramlah serta saudara penulis Kakanda Rodhiah, Zurriah, Hisyamuddin Amir, O.K M. Aman dan O.K M. Amin juga Adinda O.K M. Ajad Mulia, Indah Muliani, Boby Hendra Gunawan dan O.K M. Ridho dan Ananda M. Wahyu sampurna, M. Reza Fachrie, T. Mahjura Azzahra dan Anisa Riski Mulia yang senantiasa memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh kesempurnaan baik dari segi penyajian dan dari segi penyusunannya. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yangbersifat membanggundari para pembaca guna penyempurnaan skripsi ini pada masa yang akan datang.

Akhir kata penulis mengucapkan semoga tesis ini bermanfaat bagi para pembaca, khususnya bagi rekan mahasiswa/i.

Medan, Agustus 2008


(12)

RIWAYAT HIDUP

N a m a : Encik Latifah Hanum

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir : Belawan, 15 Januari 1977

Agama : Islam

Anak Ke : 6 (enam) dari 9 (sembilan) bersaudara

Nama Ayah : H. Rachtan Effendi Amin

Nama Ibu : Hj. Ramlah

Alamat : Jl. Kapten Raden Sulian Lor. Kesenian

No:24B Belawan

Telepon : 061-6943081 / 08173033466

LATAR BELAKANG PENDIDIKAN

1. Tahun 2008 Pendidikan Sekolah Pascasarjana (S2) Program Magister Sains Akuntansi Universitas Sumatera Utara Medan

2. Tahun 2004 Lulus Pendidikan Sarjana (S1) Jurusan Akuntansi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Medan

3. Tahun 1996 Lulus Sekolah Menengah Atas Negeri Labuhan Deli Medan 4. Tahun 1993 Lulus Sekolah Menengah Pertama Negeri 24 Medan


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK……….. i

ABSTRACK………. ii

KATA PENGANTAR………. iii

RIWAYAT HIDUP……….. v

DAFTAR ISI………... vi

DAFTAR TABEL………. viii

DAFTAR GAMBAR………. ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB I PENDAHULUAN………. 1

1.1. Latar Belakang Masalah………. 1

1.2. Rumusan Masalah………... 6

1.3. Tujuan Penelitian……… 6

1.4. Manfaat Penelitian... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS... 8

2.1. Tinjauan Teori... 8

2.1.1.Modal Kerja... 8

A. Hubungan Rasio Lancar (Current Ratio) dengan Return On Investment……….. 10 B. Hubungan Rasio Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turnover Ratio) terhadap Return On Investment... 11 C. Hubungan Rasio Jumlah Aktiva Lancar terhadap Total Aktiva (Current Assets to Total Assets Ratio) dengan Return On Investment. 11 D. Hubungan Rasio Jumlah Hutang Lancar terhadap Total Aktiva (Current Liabilities to Total Assets Ratio) terhadap Return On Investment... 12 2.1.2.Pembelanjaan Modal Kerja... 15

2.1.3.Manajemen Modal Kerja... 16

2.1.4.Profitabilitas Perusahaan……….. 19

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu……… 24

2.3. Kerangka Konseptual………. 27

2.4. Hipotesis Penelitian……… 31

BAB III METODE PENELITIAN……… 32

3.1. Rancangan Penelitian………. 32


(14)

3.3. Variabel Penelitian... 33

3.3.1. Klasifikasi Variabel... 33

3.3.2. Operasionalisasi Variabel... 33

3.4. Lokasi dan Waktu Penelitian... 36

3.5. Teknik Pengumpulan Data... 36

3.6. Metode dan Teknik Analisis Data... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….. 39

4.1. Deskripsi Data Penelitian Industri Rokok... 39

4.2. Hasil Penelitian... 43

4.2.1. Uji Asumsi Klasik... 43

4.2.1.1. Pengujian Normalitas Data... 43

4.2.1.2. Pengujian Multikolinearitas………. 45

4.2.1.3. Pengujian Heteroskedastisitas………... 46

4.2.1.4. Pengujia Autokorelasi………. 47

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian... 49

4.3.1. Pengujian Hipotesis... 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……… 56

5.1. Kesimpulan... 56

5.2. Saran... 58


(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu……… 26

3.1 Tabel Operasionalisasi Variabel... 35

4.1 Deskripsi Data Penelitian Industri Rokok……… 41

4.2 Hasil Pengujian One Sample Kolmogorov Smirnov Test………… 46

4.3 Pengujian Multikolinieritas……… 47

4.4 Pengujian Heteroskedastisitas (Statistik)……… 48

4.5 Nilai Durbin-Watson……… 48

4.6 Pengujian Goodness of Fit………... 50

4.7 Uji F... 51


(16)

DAFTAR GAMBAR

Tabel Judul Halaman


(17)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Industri rokok nasional yang notabene memiliki karakteristik padat modal dan padat tenaga kerja tersebut terus berkembang ditengah persaingan yang semakin tajam. Kondisi itu bukan tanpa alasan, pada saat makro ekonomi masih menghadapi kelesuan seperti rendahnya laju perekonomian yang hanya sekira 6 -7 %, tingkat inflasi yang menembus dua digit (diatas 10%), jumlah pengangguran mencapai sekitar 60 juta orang, industri rokok secara positif memberikan kontribusi baik di daerah maupun nasional dengan menyerap tenaga kerja dan memberikan kontribusi pemasukan terhadap pajak yang tidak sedikit. Perkembangan tersebut salah satunya dapat terlihat dari sisi total produksi industri rokok nasional yang rata-rata per tahun dapat mencapai 220 miliar batang. Bila dihitung, jumlah produksi ini tentu menunjukkan produktivitas yang tergolong sangat tinggi pada ukuran sebuah produk yang bukan barang primer. Salah satu masalah utama yang dihadapi pemilik perusahaan ialah menyediakan modal kerja yang diperlukan untuk menunjang kegiatan-kegiatan operasional perusahaan yang selalu mengalami perubahan dari periode yang satu ke periode berikutnya. Oleh karena itu seorang manajer keuangan harus mampu dan tanggap untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi di perusahaan terutama yang menyangkut pengelolaan modal kerja yang dimulai dari perencanaan, penyusunan, pelaksanaan dan pengawasan modal kerja itu sendiri.


(18)

Berikut disajikan rasio modal kerja dengan Return on Investment (ROI) pada perusahaan industri rokok di Bursa Efek Indonesia terdapat pada lampiran 1.

Berdasarkan data menunjukkan bahwa PT. BAT Indonesia sejak tahun 1998 struktur kekayaannya mengalami sedikit penurunan sebesar 1.5 %. Perputaran modal kerja dari tahun 1998 sampai dengan tahun 1999 mengalami sedikit kenaikan namun pada tahun 1999 sampai dengan tahun 2001 mengalami penurunan. Sedangkan nilai ROI secara terus menerus semakin meningkat. PT. BAT Indonesia, Tbk pada tahun 2005 rasio struktur kekayaan mengalami kenaikan sedangkan return on investment juga mengalami peningkatan, tahun 2006 rasio struktur kekayaan mengalami kenaikan dan ROI mengalami kenaikan juga, rasio perputaran modal kerja pada tahun 2005 mengalami peningkatan dan return on investment mengalami peningkatan, pada tahun 2006 rasio perputaran modal kerja mengalami kenaikan dan return on

investment mengalami kenaikan juga, rasio lancar pada tahun 2006 mengalami

peningkatan dan return on investment mengalami peningkatan, pada tahun 2006 rasio lancar kenaikan dan return on investment juga mengalami kenaikan. Hal yang sama juga dapat dilihat pada perusahaan yang sejenis terhadap perubahan struktur kekayaan, perputaran modal kerja, rasio lancar dan ROI.

Salah satu masalah utama yang dihadapi oleh pemimpin atau pemilik perusahaan ialah menyediakan modal kerja yang diperlukan untuk menunjang kegiatan-kegiatan operasional perusahaan yang selalu mengalami perubahan dari periode yang satu ke periode berikutnya. Oleh karena itu seorang manajer keuangan harus mampu dan tanggap untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi di


(19)

perusahaan terutama yang menyangkut pengelolaan modal kerja yang dimulai dari perencanaan, penyusunan, pelaksanaan dan pengawasan modal kerja itu sendiri.

Kinerja keuangan menyangkut keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan menggunakan beberapa kriteria diantaranya ROI (Return

on Ivestment), ROE (Return on Equity), BEP (Break Even Point), Economic Value Added (EVA) dan sebagainya. Menurut Sawir (2005:129) Modal kerja adalah

keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari. Sedangkan menurut Sukarno (2000:57) modal kerja merupakan asset perusahaan yang diputar atau digerakkan secara terus-menerus sejalan dengan tujuan perusahaan.

Penelitian terdahulu yang membahas modal kerja dan mempunyai kaitan dengan penelitian ini diantaranya oleh Nurak (2002 : 29) mengemukakan kesimpulan dari penelitian Lanu bahwa kebijakan modal kerja cukup dominan mempengaruhi Return on Assets (ROA) dan relevan dalam proses pengambilan keputusan manajemen. Proses hirarki kebijaksanaan modal kerja sangat kuat dipengaruhi oleh adanya perubahan permintaan sebagai salah satu faktor ekstern. Apabila permintaan bertambah, berarti ada peluang pasar secara otomatis tercipta kesempatan produksi. Hal ini dapat dilakukan dengan perencanaan besarnya investasi pada aktiva lancar. Selanjutnya pertimbangan sumber pendanaannya atau cara pembelanjaannya. Keberhasilan pengelolaan modal kerja untuk memperoleh ROI banyak dipengaruhi


(20)

oleh kegiatan intern kurang dari 50 %, namun keduanya saling tergantung dan menunjang.

Commanor et al. dalam Martono (2002) mengemukakan bahwa dalam mempelajari persaingan industri, hal yang perlu diperhatikan adalah besarnya hambatan untuk keluar masuk industri (barrier to entry). Penggunaan rasio intensitas modal (capital intensiveness) yang diukur dari total aktiva terhadap penjualan sebagai (indicator barrier to entry).

Rasio leverage keuangan merupakan salah satu rasio yang banyak dipakai untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan. Rasio leverage memberikan implikasi penting dalam pengukuran rasio finansial perusahaan.

Modal kerja adalah nilai aktiva atau harta yang dapat segera dijadikan uang kas yang digunakan perusahaan untuk operasional perusahaan sehari-hari. Ini menunjukkan bahwa modal kerja merupakan salah satu unsur aktiva yang sangat penting dalam perusahaan.

Kegiatan kegiatan yang dibiayai oleh modal kerja antara lain adalah pembelian material/ bahan baku, upah dan gaji karyawan serta berbagai macam biaya yang diharapkan dapat kembali dalam waktu singkat melalui hasil penjualan. Uang yang masuk dan bersumber dari hasil penjualan barang tersebut akan dikeluarkan kembali guna membiayai operasi perusahaan selanjutnya. Dengan demikian dana tersebut akan berputar secara terus menerus setiap periodenya sepanjang hidup perusahaan.


(21)

Martono dan Harjito (2001:2) menyatakan bahwa perusahaan memiliki 3 macam tujuan utama yang saling berkaitan :

1. Mencapai atau memperoleh laba maksimal untuk kemakmuran pemilik

perusahaan.

2. Menjaga kelangsungan hidup perusahaan (going concern)

3. Mencapai kesejahteraan masyarakat sebagai tanggung jawab sosial perusahaan. Profitabilitas menurut Riyanto (2001:37) dan Harahap (2004:304) adalah: menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya.

Kondisi kebijakan modal kerja yang ditunjukkan oleh Rasio Lancar (Current

Ratio), Rasio Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over), Rasio Aktiva

Lancar Terhadap Total Aktiva (Current Asset to Total Asset), Rasio Hutang Lancar Terhadap Total Aktiva (Current Liabilities to Total Asset) dan kondisi Return On

Investment (ROI) yang dialami oleh Industri Rokok yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia.

Penelitian ini merupakan penelitian replikasi yang dilakukan dari penelitian sebelumnya seperti Nurak (2001), Abdul Raheman dan Mohamed Nasr (2007), Khouri et al (1999) dan Weny dan Murtanto (2001). Adapun yang membedakan penelitian dengan penelitian sebelumnya adalah periode penelitian lebih panjang yang mempertimbangkan pengaruh distorsi krisis moneter terhadap laporan keuangan emiten yang merupakan dasar dilakukannya replikasi penelitian ini.


(22)

Oleh karena itu maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan mengambil judul: “Pengaruh Kebijakan Modal Kerja Terhadap Return On

Investment (ROI) Pada Industri Rokok yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Tahun 1998 - 2006”.

1.2. Rumusan Masalah

“Apakah kebijakan modal kerja baik secara simultan maupun secara parsial berpengaruh terhadap Return On Investment (ROI) pada Industri Rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ?”.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui apakah kebijakan modal kerja baik secara simultan maupun secara parsial berpengaruh terhadap Return On Investment (ROI) pada Industri Rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai : 1) Peneliti Berikut nya

Sumbangan pemikiran bagi berbagai pihak yang berniat untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang masalah Modal kerja .


(23)

Menambah pegetahuan penulis tentang hubungan modal kerja terhadap Return On

Investment (ROI) pada Industri Rokok yang telah terdaftar di Bursa Efek

Indonesia.

3) Bagi Investor dan Perusahaan

Bahan pertimbangan bagi manajemen untuk pembuatan keputusan dalam rangka penetapan kebijaksanaan rencana investasi modal kerja pada Industri Rokok sejenis maupun perusahaan lainnya.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Teori

2.1.1. Modal Kerja

Pemahaman arti modal kerja sangat erat hubungannya dalam rangka menghitung kebutuhan modal kerja. Pengertian modal kerja yang berbeda-beda akan menyebabkan perhitungan kebutuhan modal kerja yang juga berbeda.

Sawir (2005:129) Modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, atau dapat pula sebagai dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari. Menurut Sundjaja & Berlian (2002:155) modal kerja adalah aktiva lancar yang mewakili bagian dari investasi yang berputar diri satu bentuk kebentuk lainnya dalam melaksanakan suatu usaha atau kas, surat-surat berharga yang mudah di uangkan (giro, cek, deposito), piutang dagang dan persediaan yang tingkat perputarannya tidak melebihi satu tahun atau jangka waktu normal perusahaan.

Menurut Sawir (2005:126) pengertian modal kerja ada 3 yaitu : 1. Konsep Kuantitatif

Berdasarkan pendekatan konsep kuantitatif, modal kerja merupakan jumlah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki suatu perusahaan pada suatu periode tertentu. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja bruto


(25)

2. Konsep Kualitatif

Konsep ini menitik beratkan kualitas modal kerja suatu badan usaha/ perusahaan. modal kerja menurut konsep kualitatif merupakan selisih jumlah aktiva lancar setelah dikurangi dengan hutang lancar pada suatu periode waktu tertentu. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja bersih (Net Working

Capital).

3. Konsep Fungsional

Konsep fungsional menekankan pada aspek fungsi modal kerja yang dimiliki perusahaan dalam menghasilkan pendapatan (laba) dari usaha pokok perusahaan.

Modal kerja adalah aktiva jangka pendek yang digunakan untuk keperluan sehari – hari oleh perusahaan. Kebijakan modal kerja adalah sebuah keputusan yang diambil oleh manajer. Besar kecilnya modal kerja yang disediakan oleh perusahaan terutama tergantung terhadap sikap manajemen terhadap laba dan resiko.

Dalam manajemen modal kerja ada dua prinsip mendasar dari pendanaan operasional (Horne, 2005:313), yaitu :

a. Kemampuan memperoleh laba berbanding terbalik dengan likuiditas b. Kemampuan memperoleh laba searah dengan resiko.

Weston (1999:332), merumuskan tiga alternatif pada pembiayaan aktiva lancar tersebut sebagai pola pembiayaan yang bersifat konservatif, agresif, dan moderat. Pola pembiayaan yang bersifat konservatif dicirikan dengan sikap


(26)

manajemen yang mempertahankan tingkat aktiva lancar yang tinggi. Asumsinya yang mendasari adalah semakin tinggi likuiditasnya.

Pola pembiayaan agresif adalah sebaliknya, pola ini dicirikan oleh sikap manajemen yang menjaga tingkat aktiva lancar serendah mungkin sepanjang dapat mendukung penjualan, dengan proporsi yang tinggi antara hutang lancar dari keseluruhan hutang. Strategi ini akan menghasilkan tingkat modal kerja rendah bahkan negatif dan kemampuan memperoleh laba yang tinggi.Konsekuensinya adalah resiko yang tinggi.

Pola pembiayaan moderat berada diantara kedua pola tersebut. Kebijakan ini berusaha untuk mempertemukan masa jatuh tempo aktiva dan kewajiban dengan setepat-tepatnya sehingga pendanaan aktiva akan dilakukan dengan instrumen pendanaan yang memiliki masa jatuh tempo kurang lebih sama. Metode pembiayaan ini merupakan model yang paling ideal sehingga sering digunakan pedoman pembelanjaan dalam perusahaan.

A. Hubungan Rasio Lancar (Current Ratio) terhadap ROI

Current Ratio adalah perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar.

Rasio ini menunjukkan berapa besar hutang lancar yang dijamin oleh aktiva lancar.

% 100 Lancar Hutang

Lancar Aktiva

Ratio

Current = x

Semakin besar rasio ini maka semakin kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya. Salah satu unsur kebijakan modal kerja berasal dari aktiva lancar berupa kas, piutang dan persediaan. Mengelola modal kerja berarti


(27)

mengelola aktiva lancar. Aktiva lancar biasanya dikaitkan dengan hutang lancar. Oleh sebab itu dalam memahami pengertian modal kerja berkaitan pula dengan hutang lancar. Dengan kondisi tertentu aktiva lancar mampu menghasilkan keuntungan (profitabilitas) bagi pemilik perusahaan.

B. Hubungan Rasio Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turnover Ratio) terhadap ROI

Rasio perputaran modal kerja merupakan perbandingan antara penjualan dengan jumlah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki suatu perusahaan pada suatu periode tertentu. (Abdullah , 2005:71), dapat dihitung dengan rumus :

% 100 kerja Modal Penjualan Total Kerja Modal Perputaran

Tingkat = ×

Semakin besar rasio perputaran modal kerja maka semakin baik suatu perusahan dimana persentase modal kerja yang ada mampu menghasilkan jumlah penjualan tertentu. Selain itu semakin besar rasio ini menunjukkan efektifnya pemanfaatan modal kerja yang tersedia dalam meningkatkan profitabilitas perusahaan.

C. Hubungan Rasio Jumlah Aktiva Lancar terhadap Total Aktiva (Current Assets to Total Assets Ratio) terhadap ROI

Rasio jumlah aktiva lancar terhadap total aktiva merupakan perbandingan jumlah aktiva lancar terhadap total aktiva yang terdapat diperusahaan yang dinyakan dalam persen (Sawir, 2005 :144). Dapat dihitung dengan rumus :

% 100 Aktiva Total Lancar Aktiva Jumlah Aktiva Total Terhadap Lancar Aktiva


(28)

Semakin besar rasio semakin baik karena menunjukkan tersedianya kas, piutang dan persediaan yang merupakan harta lancar yang paling likuid dibanding dengan keseluruhan aktiva yang dimiliki perusahaan. Adanya aktiva yang likuid dapat digunakan sewaktu – waktu dapat membiayai kebutuhan operasional perusahaan dalam rangka menghasilkan laba.

D. Hubungan Rasio Jumlah Hutang Lancar terhadap Total Aktiva (Current Liabilities to Total Assets Ratio) terhadap ROI

Rasio jumlah hutang lancar terhadap total aktiva merupakan perbandingan jumlah hutang lancar terhadap total aktiva yang terdapat diperusahaan yang dinyatakan dalam persen (Barlian & Sundjaja, 2001:78). Dapat dihitung dengan rumus :

% 100 Aktiva

Total

Lancar Hutang

Jumlah Aktiva

Total terhadap Lancar

Hutang

Rasio = ×

Rasio ini menekankan pentingnya pendanaan hutang bagi perusahaan dengan jalan menunjukkan besarnya aktiva perusahaan yang dibiayai dengan hutang jangka pendek. Semakin besar persentase pendanaan berasal dari ekuitas pemegang saham maka dari sudut kreditur bermakna makin besar perlindungan bagi pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio ini maka semakin besar resiko keuangan yang dapat mengganggu capaian profitabilitas perusahaan. Semakin kecil rasio ini maka semakin baik atau semakin kecil resiko keuangan.


(29)

Kesimpulannya, pengertian modal kerja adalah nilai aktiva atau harta yang dapat segera dijadikan uang kas yang digunakan perusahaan untuk operasional perusahaan sehari-hari.

Pembagian Modal Kerja

Sawir (2005:132) modal kerja dibagi kedalam dua bagian pokok yaitu : a. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)

Modal kerja permanen adalah modal kerja yang secara teratur harus ada pada perusahaan untuk mendukung operasi-operasi yang dijalankan perusahaan. Modal kerja permanen juga dapat di bagi 2 yaitu:

1) Modal Kerja Primer (primary working capital).

Modal Kerja Primer yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya.

2) Modal Kerja Normal (normal working capital).

Modal kerja normal adalah modal kerja yang diperlukan oleh perusahaan untuk mendukung operasi-operasi normal perusahaan yang sering dikaitkan dengan luas produksi dari perusahaan tersebut. Operasi normal menghasilkan produksi normal. Apabila perusahaan misalnya selama 4 atau 5 bulan rata-rata perbulannya mempunyai produksi 1000 unit maka dapat di katakana luas produksi normalnya adalah 1000 unit. Apabila kemudian ternyata selama 4 atau 5 bulan berikutnya luas produksi rata-rata perbulannya 2000 unit, maka luas produksi normalnya berubah menjadi 2000 unit.


(30)

b. Modal Kerja Variabel (Variabel Working Capital)

Modal kerja variabel adalah modal kerja yang jumlahnya berubah - ubah sesuai dengan perubahan keadaan.

Modal kerja variabel dapat dibedakan atas:

1) Modal Kerja Musiman (Seasonal Working Capital)

Modal kerja musiman yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan fluktuasi musim.

2) Modal Kerja Siklis (Cyclical Working Capital)

Modal kerja siklis yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi konjungtur.

3) Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital)

Modal kerja darurat yaitu modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya (misalnya : adanya pemogokan buruh, banjir, perubahan keadaan ekonomi yang mendadak).

Kebutuhan Modal Kerja

Kebutuhan modal kerja harus direncanakan dengan seksama oleh manajer keuangan karena kesalahan didalam manajemen modal kerja akan menyebabkan kesalahan yang fatal bagi perusahaan. Kebijakan modal kerja menurut merupakan keputusan mendasar sehubungan denga jumlah setiap kategori aktiva lancar yang ditambah dan bagaimana aktiva lancar tersebut akan dibiayai. Kebijakan modal kerja


(31)

ini menyangkut penentuan besar kecilnya jumlah aktiva lancar yang akan di pertahankan oleh perusahaan.

Untuk menentukan jumlah modal kerja yang diperlukan oleh suatu perusahaan terdapat sejumlah faktor yang perlu dianalisa. Djarwanto (2001:89) menyatakan besarnya modal kerja yang di butuhkan perusahaan tergantung pada beberapa hal yaitu :

a. Sifat umum atau tipe perusahaan.

b. Waktu yang diperlukan untuk memproduksi atau mendapatkan barang dan

ongkos produksi per unit atau harga beli perunit barang tersebut. c. Syarat pembelian dan penjualan

d. Tingkat perputaran persediaan e. Tingkat perputaran piutang

f. Pengaruh konjungtur (business cycle)

g. Derajat resiko kemungkinan menurunnya harga jual aktiva jangka pendek h. Pengaruh musim

i. Credit rating dari perusahaan.

2.1.2. Pembelanjaan Modal Kerja

Sawir (2005:138) menjelaskan ada 3 (tiga) pilihan kebijakan bagi manajemen perusahaan untuk membelanjai modal kerjanya, yaitu :


(32)

Kebijakan modal kerja konservatif adalah kebijakan dimana perusahaan memodali sebagian modal kerja variabelnya dengan modal permanen, sedangkan modal kerja permanen dan aktiva tetap dibelanjai oleh modal permanen.

2. Kebijakan Modal Kerja Moderat

Perusahaan dapat pula mengambil kebijakan modal kerja moderat dalam membelanjai modal kerjanya dimana dalam hal ini modal kerja variabel yang dimiliki oleh perusahaan dimodali dengan sumber dana jangka pendek dan modal kerja permanen serta aktiva tetap dimodali dari sumber dana jangka panjang. 3. Kebijakan Modal Kerja Agresif

Kebijakan modal kerja agresif adalah bila semua modal kerja dibelanjai dengan modal kerja jangka pendek, tetapi sebahagian dari modal kerja permanennya di belanjai dengan sumber modal kerja jangka pendek.

2.1.3. Manajemen Modal Kerja

Menurut Weston & Copeland (1999:327) mengemukakan manajemen modal kerja mengacu pada semua aspek pengelolaan aktiva lancar dan kewajiban lancar. manajemen modal kerja adalah kegiatan yang mencakup semua fungsi manajemen atas aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek yang terdapat dalam perusahaan agar mampu membiayai pengeluaran atau operasi perusahaan sehari-hari. Oleh karena itu seorang manajer diharapkan mampu mengelola agar pemenuhan modal kerja dapat berjalan dengan baik.


(33)

Menurut Weston & Copeland (1999 :324), Pengelolaan modal kerja menjadi penting karena menyangkut beberapa aspek yaitu sebagai berikut :

1. Beberapa penelitian telah memberikan indikasi bahwa sebagian besar waktu manajer keuangan dihabiskan dalam kegiatan internal perusahaan dari hari ke hari dan ini merupakan bagian dari manajemen modal kerja.

2. Lebih separuh dari total aktiva perusahaan merupakan aktiva lancar sebagai bagian investasi yang besar dan mudah diuangkan, maka aktiva lancar memerlukan perhatian yang seksama dari menajer keuangan.

3. Hubungan antara tingkat pertumbuhan penjualan dan kebutuhan akan permodalan aktiva lancar adalah dekat dan langsung. Misalnya dalam piutang, jika jangka waktu penagihan piutang perusahaan 40 hari dan penjualan kreditnya Rp.1.000.000,00 sehari, berarti investasi perusahaan dalam piutang akan sebesar Rp.40.000.000,00.

4. Manajemen modal kerja terutama sangat penting bagi perusahaan kecil.

Walaupun perusahaan kecil ini dapat mengurangi investasi aktiva tetapnya melalui sewa-beli atau leasing peralatan dan mesin. Mereka tidak dapat menghindari kebutuhan akan kas, piutang dan persediaan. Karena perusahaan kecil memiliki akses (jalan masuk) ke pasar modal yang relatif sangat terbatas, maka penekanan harus ditujukan kepada kredit dagang dan pinjaman bank jangka pendek, keduanya mempunyai pengaruh pada modal kerja perusahaan melalui peningkatan kewajiban lancar.


(34)

Modal kerja sebaiknya tersedia dalam jumlah yang cukup agar memungkinkan perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis dan tidak mengalami kesulitan keuangan dengan menutupi kerugian-kerugian dan dapat mengatasi keadaan kritis atau darurat tanpa membahayakan keadaan keuangan perusahaan.

Perusahaan akan semakin kuat apabila telah dapat menafsirkan seberapa banyak kebutuhannya akan modal kerja. Djarwanto (2001:87) menyatakan manfaat dari tersedianya modal kerja yang cukup adalah :

1. Melindungi perusahaan dari akibat buruk berupa turunnya nilai aktiva lancar, seperti adanya kerugian kerena debitur tidak membayar kewajibannya, turunnya nilai persediaan karena harganya merosot.

2. Memungkinkan perusahaan untuk melunasi kewajiban-kewajiban jangka

pendeknya tepat pada waktu yang telah ditentukan.

3. Memungkinkan perusahaan untuk dapat membeli barang dengan tunai sehingga dapat memetik keuntungan berupa potongan harga.

4. Menjamin perusahaan memiliki credit standing dan dapat mengatasi peristiwa yang tidak dapat diduga sebelumnya seperti adanya kebakaran, pencurian, dan sebagainya.

5. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup guna

melayani permintaan konsumennya.

6. Memungkinkan perusahaan untuk dapat memberikan syarat kredit yang


(35)

7. Memungkinkan perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan dalam memperoleh bahan baku, jasa dan supplyer yang dibutuhkan.

8. Memungkinkan perusahaan untuk mampu bertahan dalam periode resesi atau depresi.

Sasaran yang ingin dicapai dari manajemen modal kerja (Sawir, 2005:133) adalah seperti yang diutarakan berikut ini :

1. Memaksimalkan nilai perusahaan dengan mengelola aktiva lancar sehingga tingkat pengembalian investasi marginal adalah sama atau lebih besar dari biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva-aktiva lancar tersebut.

2. Meminimalkan dalam jangka panjang biaya modal yang digunakan untuk

membiayai aktiva lancar.

3. Pengawasan terhadap arus dana dalam aktiva lancar dan ketersediaan dana dari sumber utang sehingga perusahaan selalu dapat memenuhi kewajiban keuangannya ketika jatuh tempo.

2.1.4. Profitabilitas Perusahaan

Profitabilitas perusahaan diindikasikan oleh earnings (laba). Menurut Gitman (2003 : 599): ”Profitability is the relationship between revenues and cost generated

by using the firm’s assets – both current and fixed – in productive activities”.

Sedangkan Brigham dan Houston (2001 : 89) mengatakan bahwa profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan”. Selain itu Brigham dan


(36)

Daves (2004 : 1007) mengatakan bahwa ”profitability ratios are a group of ratios

that shows the combined effects of liquidity, assets management, and debt on operations”. Hal tersebut menunjukkan rasio profitabilitas merupakan suatu

kelompok rasio yang menunjukkan aspek likuiditas, manajemen aktiva dan besarnya oparasional perusahaan yang dibiayai dari sumber hutang.

Dalam penelitian ini, rasio yang dipakai untuk mengukur profitabilitas adalah Return on Investment (ROI). Istilah lain dari ROI adalah Return on Assets (ROA). Gitman (2003: 65) mengatakan bahwa “Return on Total Assets (ROA) measures the

overall effectiveness of management in generating profits with its available assets; also called the return on investment (ROI)”. Berdasarkan defenisi tersebut bahwa

ROI istilah lainnya disebut ROA yang mengukur tingkat efektivitas manajemen dalam menghasilkan laba dengan pemanfaatan dari aktiva – aktiva yang dimiliki perusahaan.

Kemampulabaan (Profitabilitas) merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan manajemen. Rasio kemampulabaan akan memberikan gambaran dan jawaban akhir tentang tingkat efektivitas pengelolaan perusahaan. Laba (profit) maksimum adalah tujuan umum setiap perusahaan yang bersifat jangka pendek dan merupakan elemen terpenting agar kelanjutan dari perusahaan itu dapat terjamin, Selain tujuan yang bersifat jangka panjang yaitu kemampuan untuk bersaing

(survive), kemampuan untuk bertumbuh (growth), dan kemampuan untuk


(37)

Untuk mencapai tujuan perusahaan tersebut maka perlu dilakukan proses manajemen yang efektif dan efisien. Tingkat efisien tidak hanya dilihat dari sisi laba yang diperoleh, melainkan dengan cara membandingkan laba yang diperoleh tersebut dengan kekayaan atau modal yang dimiliki oleh perusahaan untuk menghasilkan laba tersebut.

Kondisi perusahaan dapat diketahui kekuatan dan kelemahannya melalui rasio profitabilitas. Rasio-rasio profitabilitas yang dipergunakan berhubungan dengan penilaian terhadap kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba. Terdapat beberapa pengukuran terhadap profitabilitas atau rentabilitas suatu perusahaan yang masing-masing dihubungkan dengan total aktiva, modal sendiri maupun nilai penjualan yang dicapai.

Weston & Copeland (1999:232) mendefenisikan profitabilitas (kemampulabaan) merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan. Sedangkan menurut Martono & Harjito (2001:18) menyatakan bahwa profitabilitas yaitu kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dari modal yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut.

Manager perusahaan diharapkan memiliki kemampuan didalam mengelola perusahaan untuk mendapatkan laba yang maksimum melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya dengan cara yang efisien. Efisiensi perusahaan dapat di peroleh dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan kekayaan atau modal yang menghasilkan laba tersebut.


(38)

Rasio profitabilitas perusahaan yang umum digunakan menurut Sawir (2005:18) adalah :

1. Margin Laba Kotor ( gross profit margin) 2. Margin Laba Bersih (Net Profit Margin) 3. Rentabilitas Ekonomis (Basic Earning Power)

4. Return On Investment (ROI)

5. Return On Equity (ROE)

Dari ukuran rasio profitabilitas diatas, penulis mengambil rasio ukur Return

On Investment (ROI) untuk melakukan penelitian .

Kelebihan Return On Investment (ROI) menurut Syamsuddin (2002:58) yaitu: 1. Selain ROI berguna sebagai alat kontrol, juga berguna untuk keperluan

perencanaan. Misalnya ROI dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan apabila perusahaan akan melakukan ekspansi. Perusahaan dapat mengistimasikan ROI yang harus melalui investasi pada aktiva tetap.

2. ROI dipergunakan sebagai alat mengukur profitabilitas dari masing-masing produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Dengan menerapkan sistem biaya produksi yang baik, maka modal dan biaya dapat dialokasikan ke dalam berbagai produk yang dihasilkan oleh perusahaan, sehingga dapat dihitung profitabilitas masing-masing produk.

3. Kegunaan ROI yang paling prinsip berkaitan dengan efisiensi penggunaan modal, efisiensi produksi dan efisiensi penjualan. Hal ini dapat dicapai apabila perusahaan telah melaksanakan praktek akuntansi secara benardalam artian


(39)

mematuhi prinsip-prinsip akuntansi yang ada. Apabila suatu perusahaan pada periode tertentu telah mencapai perputaran aktiva operasi (operating assets turn

over) sesuai standar/ target yang telah ditetapkan, akan tetapi ROI yang dicapai

masih dibawah standar, maka pihak manajemen perusahaan hendaknya lebih mencurahkan perhatian pada usaha peningkatan efisiensi sektor produksi dan penjualan.

Sedangkan kelemahan Return On Investment (ROI) menurut Syamsuddin (2002:59), yaitu sebagai berikut:

1. Sulit membandingkan rate of return suatu perusahaan dengan perusahaan lain, karena perbedaan praktek akuntansi antar perusahaan.

2. Analisa return on investment (ROI) saja tidak dapat dipakai untuk

membandingkan antara dua perusahaan atau lebih dengan memperoleh hasil yang memuaskan.

Menurut Syamsuddin (2002:57) ROI sering disebut juga dengan Return On

Total Assets dipergunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan keuntungan dengan penggunaan seluruh aktiva perusahaan yang dimiliki. ROI dapat dihitung dengan rumus :

% 100 x Aktiva

Total

Pajak Setelah Bersih

Laba


(40)

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang membahas modal kerja diantaranya oleh Nurak (2001 : 29) mengemukakan kesimpulan bahwa kebijkan modal kerja cukup dominan mempengaruhi Return on Assets (ROA) dan relevan dalam proses pengabilan keputusan manajemen. Proses hirarki kebijaksanaan modal kerja sangat kuat dipengaruhi oleh adanya perubahan permintaan sebagai salah satu faktor ekstern. Apabila permintaan bertambah maka ada peluang pasar secara otomatis tercipta kesempatan produksi. Hal ini dilakukan dengan perencanaan besarnya investasi pada aktiva lancar, selanjutnya pertimbangan sumber pendanaannya atau pembelanjaannya. Keberhasilan pengelolaan modal kerja untuk memperoleh ROI banyak dipengaruhi oleh kegiatan intern kurang dari 50 %, namun keduanya saling tergantung dan menunjang serta tidak terpisahkan.

Penelitian yang dilakukan oleh Abdul Raheman dan Mohamed Nasr (2007) pada tahun 1999 – 2004 pada Karachi Stock Exchange di Pakistan menunjukkan terdapat pengaruh modal kerja terhadap tingkat likuiditas perusahaan dan juga tingkat profitabilitas perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel average

collection period, inventory turn over in days, average payment period, cash convertion cycle dan current ratio. Hasilnya menunjukkan ada hubungan negatif

antara kebijakan modal dengan tingkat profitabilitas perusahaan.

Penelitian Khouri et al, (1999). yang membandingkan kebijakan Modal Kerja di Negara Kanada, The United States dan Australia dengan mengajukan quesioner dalam bentuk 35 pertanyaan yang menunjukkan adanya perbedaan kebijakan modal


(41)

kerja yang diambil perusahaan pada tiap negara tersebut. Selain itu menunjukkan bahwa kebijakan modal kerja banyak dipengaruhi oleh waktu (periode) dan kebijakan modal kerja banyak dipengaruhi oleh kultur yang ada pada tiap negara tersebut.

Selain itu Weny dan Mutranto (2001) menemukan bahwa pada perusahaan retail harus memperhatikan Cash Convertion Cycle yang merupakan merchandising

ratio suatu alat analisis yang menentukan berapa hari kas menetap dalam siklus

konversi kas. Selain itu keberhasilan strategi modal kerja bergantung pada kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva secara efektif dan pemanfaatan hutang secara maksimal untuk menghasilkan keuntungan.

Ringkasan dari hasil penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya dapat dilihat pada tabel 2.1 di bawah ini :


(42)

Tabel 2.1

Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu

Tahun Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian

Nurak (2001)

Pengaruh Kebijaksanaan

Modal Kerja Terhadap ROA pada

Perusahaan

Property/Real Estate yang Masuk Pasar Modal di Indonesia

Pembelanjaan Modal, Rasio Lancar, Perputaran Modal Kerja, Jumlah Aktiva Lancar terhadap ROA.

Menunjukkan rasio pembelanjaan modal kerja

memiliki korelasi terhadap profitabilitas (ROA).

Abdul Raheman

dan Mohamed Nasr (2007)

Working Capital Management and Profitability – Case of Pakistani Firms

Net Operating Activities, Average Collection Period, Inventory Turn Over in Days, Average Payment Period, Cash Convertion Cycle, Current Ratio, Sales, Debt Ratio dan ROI

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel average

collection period, inventory turn over in days, average

payment period, cash

convertion cycle dan current ratio ada hubungan negatif

antara kebijakan modal dengan tingkat profitabilitas perusahaan. Khouri, T. Nabil, Keith V. Smith & Peter I. Mac. Kay. (1999) Perbandingan Comparing Working Capital Practices in Canada, The United States and Australia. A Note.

Menggunakan

Kuisioner dengan 35 pertanyaan meliputi aspek Kebijakan Modal Kerja yang diambil juga Kebijakan

Piutang Usaha, Perputaran Persediaan,

Hutang dan Surat – surat berharga

Adanya perbedaan kebijakan modal kerja yang diambil perusahaan pada tiap negara tersebut. Selain itu menunjukkan bahwa kebijakan modal kerja banyak

dipengaruhi oleh waktu (periode) dan kebijakan modal kerja banyak dipengaruhi oleh kultur yang ada pada tiap negara tersebut.

Wenty dan Murtanto

(2001)

Pengukuran

Komprehensif atas Strategi Modal Kerja

Melalui Rasio Perdagangan (Merchandising Ratio) Pengelolaan Kas, Pengelolaan Piutang, Pengelolaan Persediaan, Pengelolaan Hutang Dagang

Cash Convertion Cycle merupakan merchandising ratio sebagai alat analisis yang menentukan berapa hari kas menetap dalam siklus konversi kas. Selain itu keberhasilan strategi modal kerja bergantung pada kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva secara efektif dan pemanfaatan


(43)

Tahun Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian

hutang secara maksimal untuk menghasilkan keuntungan.

2.3.Kerangka Konseptual

Tujuan mengelola modal kerja adalah untuk membiayai operasi perusahaan sehari – hari sehingga menghasilkan laba. Kebijakan modal kerja menyangkut penentuan besar kecilnya jumlah aktiva lancar yang akan dipertahankan oleh perusahaan. Nurak (2002 : 70) menyatakan bahwa kebijakan modal kerja dapat dilihat dari 4 (empat) aspek yang saling terkait secara serentak yaitu rasio cara pembelanjaan modal kerja, tingkat rasio lancar, tingkat perputaran modal kerja dan rasio jumla aktiva lancar terhadap jumlah aktiva.

Djarwanto (2001:141) mengemukakan perputaran modal kerja (working

capital turn over) adalah rasio antara penjualan dengan modal kerja. Perputaran

modal kerja ini menunjukkan jumlah rupiah penjualan bersih yang diperoleh bagi setiap rupiah modal kerja. perputaran modal kerja yang tinggi menunjukkan semakin besar kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba melalui penjualan dan akhirnya akan meningkatkan ROI.

Syamsudin (2001:209) mengemukakan bahwa rasio aktiva lancar terhadap total aktiva adalah rasio yang menunjukkan berapa bagian dari total aktiva yang tertanam dalam pos-pos yang lancar. Rasio aktiva lancar atas total aktiva yang tinggi menunjukkan bahwa baik profitabilitas maupun resiko yang dihadapi akan menurun ,


(44)

hal ini berarti ROI juga mengalami penurunan. Profitabilitas yang tinggi disebabkan karena aktiva lancar yang menghasilkan lebih sedikit dibanding dengan aktiva tetap.

Sundjaja & Barlian (2001:114) mengemukakan bahwa rasio hutang lancar terhadap total aktiva dapat menunjukkan persentase total aktiva yang dibiayai oleh pasiva lancar. Jika rasio hutang lancar terhadap total aktiva meningkat, laba meningkat karena perusahaan menggunakan banyak pembiayaan jangka pendek yang berdampak pada naiknya resiko perusahaan atas pembayaran jangka hutang lancarnya.

Menurut Sawir (2005:143), Ada 6 (enam) Rasio Kebijakan Modal Kerja yang mempengaruhi Return On Investment (ROI) yang meliputi :

1. Rasio Kecukupan Aktiva Lancar

Rasio kecukupan aktiva lancar perusahaan merupakan tolok ukur paling kasar untuk menunjukkan adannya dana likuid yang segera menjadi kas dan tersedia untuk membayar tagihan- tagihan.

2. Rasio kecukupan Quick Assets

Rasio kecukupan Quik assets berguna untuk melihat besarnya aktiva yang likuid dalam aktiva lancar yang dapat dengan segera menjadi kas yang meliputi kas dan piutang dalam perusahaan.

3. Rasio kecukupan kas

Rasio kecukupan kas berguna untuk melihat besarnya aktiva yang paling likuid yang terdapat dalam neraca yang terdiri dari kas dan efek (setara kas).


(45)

Rasio arus dana dari persediaan penting bagi perusahaan, artinya bila perusahaan tidak menjual persediaan, maka tidak ada piutang dan sebaliknya apabila piutang tidak dikumpulkan maka perusahaan akan kekurangan dana pada kas.

5. Rasio Exposure dari kewajiban lancar.

Rasio Exposure dari kewajiban lancar digunakan untuk mengukur resiko dari kewajiban lancar. Dalam menentukan struktur modalnya, perusahaan melakukan pilihan pemakaian antara hutang jangka pendek atau hutang jangka panjang. 6. Rasio kecukupan modal kerja.

Rasio kecukupan modal kerja digunakan untuk melihat kekuatan modal kerja untuk membiayai kegiatan perusahaan sehari- hari.

Pihak perusahaan perlu berperan aktif dalam menentukan besarnya dana, cara mendapatkan dan mengalokasikannya pada berbagai jenis aktiva yang menghasilkan serta mengendalikannya sehingga diperoleh suatu kombinasi sumber dan penggunaan dana yang seimbang dan efisien. Tujuan mengelola modal kerja adalah membiayai operasi perusahaan sehari – hari sehingga menghasilkan laba. Laba tersebut dibandingkan dengan modal yang digunakan untuk menghitung tingkat profitabilitasnya.

Modal kerja adalah investasi perusahaan pada aktiva jangka pendek yaitu kas, sekuritas yang mudah dijual, persedian dan piutang. Modal kerja merupakan dana


(46)

yang digunakan untuk operasional sehari-hari dan wujud dari modal kerja tersebut adalah perkiraan-perkiraan yang ada dalam aktiva lancar. Manajemen modal kerja berkaitan erat dengan masalah pembelanjaan perusahaan, dimana hal ini ada kaitanya dengan jumlah dana aktiva lancar ataupun bagaimana proses pemenuhan kewajiban jangka pendek perusahaan. Namun, seringkali untuk persediaan yang ada di gudang sebagian masih merupakan hutang perusahaan kepada supplier atau pemasok, karena itu timbul pengertian modal kerja bersih atau net working capital yaitu selisih dari aktiva lancar dengan kewajiban lancar.

Kebijakan modal kerja menyangkut penentuan besar kecilnya jumlah aktiva lancar yang akan dipertahankan perusahaan. Kondisi kebijakan modal kerja yang ditunjukkan oleh Rasio Lancar (Current Ratio), Rasio Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over), Rasio Aktiva Lancar Terhadap Total Aktiva (Current

Asset to Total Asset), Rasio Hutang Lancar Terhadap Total Aktiva (Current Liabilities to Total Asset) dan kondisi Return On Investment (ROI). Sehingga

kerangka konseptual yang terbentuk sebagai berikut :


(47)

KEBIJAKAN MODAL KERJA

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual

Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang dapat diambil berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan masalah adalah :

”Kebijakan modal kerja baik secara simultan maupun secara parsial berpengaruh terhadap Return On Investment (ROI) perusahaan”

Return On Investment

(ROI) Current

Ratio

Current Assets to Total Assets Working Capital

Turnover

Current Liabilities to Total Assets


(48)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah desain asosiatif, yaitu untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain. Dalam hal ini desain asosiatif yang digunakan adalah desain asosiatif kausal yaitu adanya hubungan sebab akibat antara satu variabel dengan variabel yang lain. (Cooper and Schindler, dalam Budijanto dkk 2006 : 176 - 177).

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian SENSUS dimana semua populasi dijadikan sampel pada seluruh industri rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 1998 sampai dengan tahun 2006 (selama 9 tahun) pada populasi perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Populasi Industri Rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia mulai 1998 hingga tahun 2006 terdapat 4 (empat) perusahaan. Semua populasi diambil menjadi sampel penelitian yaitu:

a. PT. British American Tobacco Indonesia, Tbk (BATI), b. PT. Bentoel International Investama, Tbk (RMBA), c. PT. Gudang Garam, Tbk (GGRM),


(49)

3.3. Variabel Penelitian 3.3.1. Klasifikasi Variabel

Variabel – variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu : a. Rasio Return On Investment (Y)

Rasio Return On Investment (ROI) merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba setelah pajak dari seluruh aktiva atau modal yang dimilikinya (Abdullah 2005:57), atau dapat dilihat dengan rumus :

% 100 Aktiva Total

EAT

ROI = ×

b. Rasio Aktiva Lancar (X1)

Current Ratio adalah perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar.

Rasio ini menunjukkan berapa besar hutang lancar yang dijamin oleh aktiva lancar.

% 100 Lancar Hutang

Lancar Aktiva

Ratio

Current = x

Semakin besar rasio ini maka semakin kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya.


(50)

Rasio perputaran modal kerja merupakan perbandingan antara penjualan dengan jumlah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki suatu perusahaan pada suatu periode tertentu. (Abdullah , 2005:71), dapat dihitung dengan rumus :

% 100 kerja Modal Penjualan Total Kerja Modal Perputaran

Tingkat = ×

d. Rasio Jumlah Aktiva Lancar terhadap Total Aktiva (X3).

Rasio jumlah aktiva lancar terhadap Total aktiva merupakan perbandingan jumlah aktiva lancar terhadap total aktiva yang terdapat diperusahaan yang dinyakan dalam persen (Sawir, 2005 :144). Dapat dihitung dengan rumus :

% 100 Aktiva Total Lancar Aktiva Jumlah Aktiva Total Terhadap Lancar Aktiva

Rasio = ×

e. Rasio Jumlah Hutang Lancar terhadap Total Aktiva (X4)

Rasio jumlah hutang lancar terhadap total aktiva merupakan perbandingan jumlah hutang lancar terhadap total aktiva yang terdapat diperusahaan yang dinyatakan dalam persen (Barlian &Sundjaja, 2001:78). Dapat dihitung dengan rumus :

% 100 Aktiva Total Lancar Hutang Jumlah Aktiva Total terhadap Lancar Hutang


(51)

3.3.2. Operasionalisasi Variabel

Adapun operasionalisasi variabel terdapat pada tabel 3.1. berikut : Tabel 3.1

Tabel Operasionalisasi Variabel

No. Variabel Defenisi Sub

Variabel Indikator Skala

1. ROI (Y)

Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba setelah pajak dari seluruh aktiva atau modal yang

dimilikinya

Profitability 100%

Aktiva Total

EAT

× Rasio

2. Current

Ratio (X1)

Rasio yang menunjukkan besarnya hutang lancar yang dijamin oleh aktiva

lancar.

Liquidity 100%

Lancar Hutang Lancar Aktiva x Rasio 3. Working Capital Turn Over (X2) Perbandingan antara penjualan dengan jumlah keseluruhan aktiva lancar

yang dimiliki suatu perusahaan pada suatu

periode tertentu.

Liquidity 100%

kerja Modal Penjualan Total × Rasio 4. Current Assets to Total Assets (X3) Perbandingan jumlah aktiva lancar terhadap total

aktiva yang terdapat diperusahaan yang dinyakan dalam persen.

Liquidity 100%

Aktiva Total Lancar Aktiva Jumlah × Rasio 5. Current Liabilities to Total Assets (X4) Perbandingan jumlah hutang lancar terhadap total aktiva yang terdapat

diperusahaan yang dinyatakan dalam persen.

Leverage 100%

Aktiva Total Lancar Hutang Jumlah × Rasio

3.4. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah Bursa Efek Indonesia di Jakarta dengan jangka waktu penelitian dari 01 Maret sampai dengan Juni 2008


(52)

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah melalui studi

dokumentasi. Peneliti mengumpulkan berbagai data yang relevan dengan penelitian, terutama yang bersumber dari data yang terdapat pada Indonesian Capital Market Directory maupun berasal dari www.isx.co.id.

Metode dan Teknik Analisis Data 3.6.1. Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Model dasar analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah :

Y = f (X1, X2, X3, X4)

Model tersebut ditransformasikan dalam bentuk regresi linier berganda (Multiple Regression Analysis) dengan metode Ordinary Least Square (OLS) sebagai berikut :

Y

= α+ β

1X1

+ β

2X2

+ β

3X3

+ β

4X4

dimana :

Y = Return on Investment (ROI) X1 = Current Ratio

X2 = Working Capital Turnover Ratio

X3 = Current Assets to Total Assets

X4 = Current Liabilities to Total Assets Ratio

α

= Konstanta


(53)

Pengujian mengenai ada tidaknya pelanggaran terhadap asumsi-asumsi klasik yang merupakan dasar dalam model regeresi linier berganda. Hal ini dilakukan sebelum dilakukan pengujian terhadap hipotesis. Asumsi-asumsi klasik tersebut meliputi (Gujarati, alih bahasa Zain :1999) sebagai berikut :

1. Data terdistribusi secara normal (Normalitas Data)

2. Tidak terdapat multikolinieritas diantara atau semua variabel independen.

3. Tidak terdapat heteroskedastisitas, yaitu ragam error yang tidak konstan pada setiap variabel.

4. Tidak terjadi autokorelasi, yaitu korelasi antar error atau tidak dipengaruhi oleh unsur gangguan.

Uji Normalitas Data

Normalitas data dilakukan dengan Uji Kolmogorov-Smirnov. Dimana apabila nilai signifikansi < 0,05 maka distribusi data tidak normal dan sebaliknya.

Uji Multikoliniearitas

Multikolinieritas adalah terdapatnya lebih dari satu hubungan linier pasti

(sempurna). Dimana suatu keadaan yang satu atau lebih variabel bebasnya terdapat korelasi dengan variabel bebas lainnya. Adanya multikolinieritas dapat dilihat dari

tolerance value atau nilai Variance Inflation Factor (VIF), yaitu dengan rumus :

(Hair et al, 1998 :193)

  

 − =

k R VIF

2

1 1


(54)

R2/k = Koefesien determinasi (R2) berganda ketika Xk diregresikan dengan

variabel-variabel X lainnya.

Batas tolerance value adalah 0,01 dan batas VIF adalah 10. Apabila :

tolerance value < 0,01 atau VIF > 10 = terjadi multikolinieritas tolerance value > 0,01 atau VIF < 10 = tidak terjadi multikolinieritas Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas terjadi karena perubahan situasi yang tidak tergambarkan dalam spesifikasi model regresi atau terjadi jika residual tidak memiliki varians yang konstan. Perubahan yang tergambarkan dalam spesifikasi model regresi disebut

Homoskedastisitas. Asumsi kedua ini akan di uji dengan uji Glesjer yaitu untuk

memformalkan grafik dengan melakukan regresi FLS terhadap model regresi dan kembali melakukan regresi terhadap residual untuk menentukan koefesien kemiringan yang signifikan dan melakukan pengujian t, berikut : (Gujarati, dalam Zain, 1999 : 186).

Apabila :

t hitung > t tabel = terjadi heteroskedastisitas

t hitung ≤ t tabel = tidak ada heteroskedastisitas

Uji Autokorelasi

Pengujian asumsi ketiga menggunakan uji Durbin Watson (Durbin-Watson

Test), yaitu menguji apakah terjadi korelasi serial atau tidak dengan menghitung nilai d statistik dengan rumus (Gujarati, dalam Zain, 1999 : 215) berikut :

(

)

= = = = − −

= t N

t t N t t t t e e e d 1 2 2 2 1


(55)

dimana :

d = nilai d

et = nilai residu dari persamaan regresi periode t

et-1 = nilai residu dari persamaan regresi periode t-1

3.6.2. Pengujian Hipotesis

Untuk membuktikan hipotesis maka digunakan alat uji sebagai berikut : 1. Uji F, dengan maksud menguji apakah secara simultan variabel bebas berpengaruh

terhadap variabel tidak bebas, dengan tingkat keyakinan 95 % (α=0,05). Urutan uji F meliputi :

a. Merumuskan hipotesis null dan hipotesis alternatif. H0 : β1 = β2 = β3 =β4 = 0

Ha : Paling sedikit ada satu βi ≠ 0 i = 1,2,3,4

b. Menghitung F-hitung dengan menggunakan rumus yaitu :

dimana : R2= koefesien determinasi n = jumlah sampel k = jumlah variabel bebas

Dengan kriteria tersebut, diperoleh nilai Fhitung yang dibandingkan dengan

Ftabel dengan tingkat resiko (level of significant) dalam hal ini 0,05 dan degree

of freedom = n-k-1.

c. Kriteria Pengujian :

dimana : Fhitung > Ftabel = H0 ditolak

Fhitung≤ Ftabel = H0 diterima

2. Uji Koefesien Determinasi (R2), melihat berapa proporsi variasi dari variabel bebas secara bersama-sama dalam mempengaruhi variabel tidak bebas, dengan formula (Gujarati, dalam Zain, 1995 : 207) sebagai berikut :

(

1

)

/ 1

/

2 2

− − −

=

k n R

k R F


(56)

dimana : JKR = jumlah kuadrat regresi (explained sum of squares)

JKY = jumlah total kuadrat (total sum of squares)

Dalam hasil output SPSS Version 15 maka yang menjadi patokan adalah

Adjusted R Square.

3. Uji-t statistik, untuk menguji pengaruh secara parsial antara variabel bebas terhadap variabel tidak bebas dengan asumsi bahwa variabel lain dianggap konstan, dengan tingkat keyakinan 95 % (α = 0,05).

Urutan Uji t :

a. Merumuskan hipotesis null dan hipotesis alternatif. H0 : β1 = β2 = β3 =β4 = 0

Ha : Paling sedikit ada satu βi ≠ 0 i = 1,2,3,4

b. Menghitung t-hitung dengan menggunakan rumus : Clave et al., (2001:534)

dimana : bi = koefesien regresi masing-masing variabel

Sbi = standar error masing-masing variabel

Dari perhitungan tersebut akan diperoleh nilai thitung yang kemudian

dibandingkan dengan ttabel pada tingkat keyakinan 95%.

c. Kriteria pengujian : t hitung>t tabel = H0 ditolak

t hitung≤t tabel = H0 diterima

i i hit

sb b

t =

Y R

Jk Jk R2 =


(57)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Data Penelitian Industri Rokok

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kebijakan modal kerja berpengaruh terhadap Return On Investment (ROI) pada Industri Rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah

Return on Investment, sedangkan variabel independen adalah Rasio Aktiva Lancar

(current ratio), Rasio Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over ratio), Rasio Jumlah Aktiva Lancar terhadap Total Aktiva (Current Assets to Total Assets

ratio) dan Rasio Jumlah Hutang Lancar terhadap Total Aktiva (Current Liabilities to Total Assets). Berdasarkan tabel 4.2 dibawah ini menunjukkan nilai maksimum, nilai

minimum, nilai rata – rata dan standar deviasi dari data. Hal ini secara ringkas terdapat pada Tabel 4.1 berikut :

Tabel 4.1 :

Deskripsi Statistik Industri Rokok Tahun 1998 - 2006 p

36 106.33 372.71 211.7489 65.53706 36 1.21 6.94 2.8508 1.57700 36 40.68 84.21 70.1417 9.40253 36 16.77 85.08 36.5489 12.15563 36 1.03 4.04 2.3775 .71547 36

CR WCTO CLTA CATA ROI

Valid N (listw ise)

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation


(58)

Berdasarkan Tabel 4.1, maka secara umum nilai manimum dari current ratio adalah 106, 33, nilai maksimum current ratio adalah 372,31 dengan rata – rata

current ratio yang diperoleh perusahaan rokok yang go publik dari tahun 1998 –

2006 sebesar 211,75 persen. Hal tersebut menunjukkan besarnya jumlah aktiva terutama aktiva lancar yang mampu melunasi kewajiban jangka pendek kepada pihak eksternal pada industri rokok. Nilai current ratio pada industri rokok dinilai stabil dan konstan dari tahun 1998 – 2006. Sedangkan penyimpangan dari rata – rata data

current ratio yang ada sebesar 65, 54 %.

Berdasarkan hal tersebut menunjukkan bahwa current ratio yang tinggi memberikan indikasi jaminan yang baik bagi kreditur jangka pendek dalam arti setiap perusahaan memiliki kemampuan untuk melunasi kewajiban – kewajiban finansial jangka pendek. Akan tetapi current ratio yang tinggi akan berpengaruh negatif terhadap kemampuan memperoleh laba (profitabilitas), karena sebagian modal kerja tidak berputar atau mengalami pengangguran (iddle money). Syamsuddin (2002:209) mengatakan bila rasio aktiva lancar atas total aktiva meningkat maka baik profitabilitas maupun resiko yang dihadapi akan menurun. Menurunnya profitabilitas disebabkan karena aktiva lancar menghasilkan lebih sedikit dibandingkan dengan aktiva tetap.

Nilai minimum dari working capital turnover ratio adalah 1,21, nilai maksimum working capital turnover ratio adalah 6,94 dengan rata – rata working

capital turnover ratio yang diperoleh perusahaan rokok yang go publik dari tahun


(59)

perputaran modal kerja pada industri rokok dari tahun 1998 – 2006. Sedangkan penyimpangan dari nilai rata – rata data yang ada sebesar 1,58 %. Dengan demikian apabila rasio tingkat perputaran modal kerja semakin tinggi maka akan mempunyai hubungan yang signifikan dengan nilai ROI perusahaan. Rasio tingkat perputaran modal kerja memiliki hubungan yang positif (searah) dengan ROI, artinya apabila rasio tingkat perputaran modal kerja mengalami kenaikan maka ROI juga akan mengalami kenaikan, sebaliknya apabila rasio tingkat perputaran modal kerja mengalami penurunan maka ROI juga akan mengalami penurunan.

Nilai manimum dari current liabilities to total assets ratio adalah 40,68, nilai maksimum current liabilities to total assets ratio ratio adalah 84,21 dengan rata – rata current liabilities to total assets ratio yang diperoleh perusahaan rokok yang go publik dari tahun 1998 – 2006 sebesar 70,14 persen. Hal tersebut menunjukkan besarnya persentase kewajiban lancar terhadap total kekayaan yang dimiliki pada industri rokok dari tahun 1998 – 2006 yang tidak melebihi 100 % yang akan menimbulkan masalah insolvabilitas terhadap klaim kewajiban jangka pendek. Sedangkan penyimpangan dari nilai rata – rata data yang ada sebesar 9,40 %. Jika rasio hutang lancar terhadap total aktiva meningkat, laba meningkat sebab perusahaan menggunakan lebih banyak pembiayaan jangka pendek yang lebih murah dan lebih banyak pembiayaan jangka panjang akan tetapi akan berdampak pada naiknya resiko perusahaan atas pembayaran jangka hutang lancarnya.

Persentase perbandingan antara total aktiva lancar berupa kas, piutang, persediaan yang terdapat pada komponen aktiva lancar terhadap total aktiva berupa


(60)

barang – barang modal berupa tanah, gedung yang sudah disusutkan dan lain sebagainya secara keseluruhan menunjukkan bahwa nilai manimum dari current

assets to total assets ratio adalah 16,77, nilai maksimum current assets to total assets ratio adalah 85,08 dengan rata – rata current assets to total assets ratio yang

diperoleh perusahaan rokok yang go publik dari tahun 1998 – 2006 sebesar 36,55 persen. Hal tersebut menunjukkan besarnya persentase aktiva lancar terhadap total kekayaan yang dimiliki pada industri rokok dari tahun 1998 – 2006 yang begitu besar. Hal tersebut berarti ketersediaan dana kas dan setara kas yang dapat dicairkan sewaktu – waktu rata – rata memiliki nilai yang relatif besar. Sehingga ketersediaan modal kerja cukup memadai. Sedangkan penyimpangan dari nilai rata – rata data yang ada hanya sebesar 12,16 %. Hubungan antara rasio aktiva lancar terhadap total aktiva dengan return on investment menunjukkan dimana apabila rasio aktiva lancar terhadap total aktiva semakin tinggi maka akan mempunyai hubungan yang signifikan dengan nilai ROI perusahaan.

Sedangkan persentase perbandingan antara laba bersih setelah pajak (net

income after taxes) terhadap total kekayaan yang dimiliki. Laba bersih merupakan

hasil operasi bersih perusahaan setiap tahunnya menunjukkan bahwa nilai minimum dari return on investment adalah 1,03, nilai maksimum return on investment adalah 4,04 dengan rata – rata return on investment yang diperoleh perusahaan rokok yang go publik dari tahun 1998 – 2006 sebesar 2,38 persen. Hal tersebut menunjukkan besarnya persentase ROI yang dihasilkan Sedangkan penyimpangan dari nilai rata – rata data yang ada hanya sebesar 0,72 persen. Dengan demikian kemampuan


(61)

manajemen perusahaan untuk menghasilkan laba dengan mempergunakan modal yang diperlukan dalam mengelola kegiatan usaha secara efektif. Seorang analis keuangan harus mengkaitkan rasio laba terhadap aktiva. Efisiensi bisa diketahui setelah membandingkan laba baik setelah pajak maupun sebelum pajak dengan kekayaan atau modal perusahaan sehingga menghasilkan laba yang optimum. Dengan demikian perusahaan dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya apabila membandingkan laba dengan aktiva yang ada.

4.2. Hasil Penelitian 4.2.1. Uji Asumsi Klasik

Pengujian terhadap ada tidaknya pelanggaran terhadap asumsi – asumsi klasik yang merupakan dasar dalam model regresi linier berganda. Hal ini dilakukan sebelum pengujian hipotesis meliputi :

4.2.1.1. Pengujian Normalitas Data

Uji normalitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Untuk menguji apakah data penelitian ini terdistribusi normal atau tidak dapat dideteksi melalui 2 cara yaitu analisis grafik dan analisis statistik (uji One sample Kolmogorov Smirnov). a. Analisis Grafik


(62)

1.0 0.8

0.6 0.4

0.2 0.0

Observed Cum Prob 1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

Expect

ed

Cum

P

rob

Dependent Variable: ROI

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Gambar 4.1 : Grafik Normalitas Data

Berdasarkan pada gambar 4.1 tersebut Ghozali (2001) menyatakan jika distribusi data adalah normal, maka terdapat titik-titik yang menyebar disekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonalnya. Hasil output tersebut terlihat bahwa data berdistribusi normal.

b. Uji Statistik

Uji Normalitas bertujuan untuk melihat apakah model regresi, variabel pengganggu atau residual berdistribusi normal. Untuk itu dilakukan uji one sample

Kolmogorov Smirnov Test. Adapun hasil pengujian terdapat pada tabel 4.2 berikut :


(63)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test 36 .0000000 .53523879 .142 .142 -.095 .853 .460 N Mean Std. Deviation Normal Parametersa,b

Absolute Positive Negative Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z As ymp. Sig. (2-tailed)

Unstandardiz ed Res idual

Test distribution is Normal. a.

Calculated from data. b.

Sumber : Output SPSS (Lampiran 2)

Pengujian dilakukan dengan pengujian antara variabel CR, WCTO, CLTA, CATA dan ROI dengan residualnya (unstandardized residual) sebagai daftar target

variabel test secara bersamaan yang tidak dilakukan secara individual (Ghozali, 2001

: 114). Dari hasil pengujian terlihat pada Tabel 4.2 tersebut terlihat besarnya nilai

Kolmogorov- Smirnov adalah 0.853 dan signifikan pada 0.460 Hal ini berarti H0

ditolak yang berarti data residual berdistribusi normal.

4.2.1.2. Pengujian Multikolinearitas

Pengujian multikolinearitas dilakukan untuk melihat apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi multikolinearitas. Cara mendeteksinya adalah dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF). Menurut Santoso (2002), pada umumnya jika VIF lebih besar dari 5, maka variabel tersebut mempunyai persoalan multikolinearitas dengan variabel bebas lainnya. Hal tersebut terdapat pada tabel 4.3. berikut :


(64)

Tabel 4.3 : Pengujian Multikolinieritas Model Collinearity Statistics

Constant Tolerance VIF

CR 0.478 2.091

WCTO 0.772 1.296

CLTA 0.617 1.621

CATA 0.614 1.630

Dependent Variabel : ROI

Sumber : Output SPSS (Lampiran 2)

Pada output SPSS pada tabel 4.3 tersebut menunjukkan bagian Coefficient, semua angka VIF jauh di bawah 5, hal ini menunjukkan tidak terjadi multikolinearitas. Sedangkan hasil perhitungan nilai tolerance juga menunjukkan tidak ada varibel independen yang nilainya kurang dari 0,1, yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari 95%. Hal ini berarti tidak terjadi multikolinearitas.

4.2.1.3. Pengujian Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yakni cara grafik dan cara statistik.

a. Grafik .

Dari grafik Scatterplot yang disajikan yang terdapat pada gambar 4.11 dibawah, terlihat titik-titik menyebar secara acak tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y.


(65)

Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. Adapun bentuk grafik Scatterplot terdapat pada gambar 4.2 berikut :

2 1 0 -1 -2 -3

Regression Studentized Residual 3 2 1 0 -1 -2 -3 R egressi on S tandardi zed P redi ct ed V al u e

Dependent Variable: ROI Scatterplot

Gambar 4.2 : Grafik Scatterplot Uji Heteroskedastisitas Sumber : Output SPSS (Lampiran 2)

b. Cara Statistik (Uji Glesjer)

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terdapat ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan kepengamatan lainnya. Jika variance dari satu residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap maka terjadi homoskedastisitas. Jika berbeda maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedastisitas. Menurut Ghozali (2005) jika variabel independen signifikan terjadi secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas.


(1)

Lampiran 2 : Output SPSS

Variables Entered/Removedb

CATA, WCTO, CLTA, CRa

. Enter Model 1 Variables Entered Variables Removed Method

All requested variables entered. a.

Dependent Variable: ROI b.

De scri ptive Statistics

36 106.33 372.71 211.7489 65.53706

36 1.21 6.94 2.8508 1.57700

36 40.68 84.21 70.1417 9.40253

36 16.77 85.08 36.5489 12.15563

36 1.03 4.04 2.3775 .71547

36 CR W CTO CLTA CA TA ROI

Valid N (lis twis e)

N Minimum Maximum Mean St d. Deviat ion

Model Summaryb

.664a .441 .369 .56836 1.197

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson Predictors: (Constant), CATA, WCTO, CLTA, CR

a.

Dependent Variable: ROI b.

ANOV Ab

7.904 4 1.976 6.117 .001a

10.014 31 .323

17.918 35 Regres sion Residual Total Model 1 Sum of

Squares df Mean S quare F Sig.

Predic tors: (Constant), CATA, W CTO, CLTA , CR a.

Dependent Variable: ROI b.


(2)

Coefficientsa

1.528 .737 2.072 .047

.005 .002 .436 2.247 .032 .478 2.091

.144 .069 .317 2.077 .046 .772 1.296

-.008 .010 -.128 -.747 .461 .617 1.621

-.004 .013 -.055 -.322 .749 .614 1.630

(Constant) CR WCTO CLTA CATA Model

1

B Std. Error

Unstandardized Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: ROI a.

1.0 0.8

0.6 0.4

0.2 0.0

Observed Cum Prob 1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

E

xpect

ed

C

um

P

rob

Dependent Variable: ROI


(3)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test 36 .0000000 .53523879 .142 .142 -.095 .853 .460 N Mean Std. Deviation

Normal Parametersa,b

Absolute Positive Negative Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z As ymp. Sig. (2-tailed)

Unstandardiz ed Res idual

Test distribution is Normal. a.

Calculated from data. b.

Coefficientsa

-.092 .392 -.235 .815

.000 .001 -.027 -.109 .914

-.036 .037 -.187 -.982 .334

.011 .007 .345 1.611 .117

-.004 .005 -.140 -.655 .517

(Constant) CR WCTO CLTA CATA Model 1

B Std. Error

Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig.

Dependent Variable: abs ut a.

De scri ptive Statistics

36 106.33 372.71 211.7489 65.53706

36 1.21 6.94 2.8508 1.57700

36 40.68 84.21 70.1417 9.40253

36 16.77 85.08 36.5489 12.15563

36 1.03 4.04 2.3775 .71547

36 CR W CTO CLTA CA TA ROI

Valid N (lis twis e)


(4)

2 1

0 -1

-2 -3

Regression Studentized Residual 3

2

1

0

-1

-2

-3

R

egressi

on

S

tandardi

zed

P

redi

ct

ed

V

a

lu

e

Dependent Variable: ROI Scatterplot


(5)

Tabel Distribusi t

df

Level of significance for one-tiled test

.10

.05

.025

.01

.005

.0005

Level of significance for two-tiled test

.20

.10

.05

.02

.01

.001

1

3.078

6.324

12.706

31.821

63.657

636.619

2

1.886

2.920

4.303

6.965

9.925

31.598

3

1.638

2.353

3.182

4.541

5.841

12.941

4

1.533

2.132

2.776

3.747

4.604

8.610

5

1.476

2.015

2.571

3.365

4.032

6.859

6

1.440

1.943

2.447

3.143

3.707

5.959

7

1.415

1.895

2.365

2.998

3.499

5.405

8

1.397

1.860

2.306

2.896

3.355

5.041

9

1.383

1.833

2.262

2.821

3.250

4.781

10

1.372

1.812

2.228

2.764

3.169

4.587

11

1.363

1.796

2.201

2.718

3.106

4.437

12

1.356

1.782

2.179

2.681

3.055

4.318

13

1.350

1.771

2.160

2.650

3.012

4.221

14

1.345

1.761

2.145

2.624

2.977

4.140

15

1.341

1753

2.131

2.602

2.947

4.073

16

1.337

1.746

2.120

2.583

2.921

4.015

17

1.333

1.740

2.110

2.567

2.898

3.965

18

1.330

1.734

2.101

2.552

2.878

3.922

19

1.328

1.729

2.093

2.539

2.861

3.883

20

1.325

1.725

2.086

2.528

2.845

3.850

30

1.310

1.697

2.042

2.457

2.750

3.646

40

1.303

1.684

2.021

2.423

2.704

3.551

60

1.296

1.671

2.000

2.390

2.660

3.460

120

1.289

1.658

1.980

2.358

2.617

3.373

1.282

1.645

1.960

2.326

2576

3.291

Sumber : diringkas dari Tabel III dalam Ronald A. Fisher dan Frank Yates :

Statistical Tables For Biological and Medical Research, diterbitkan oleh Oliver Boyd

Ltd. Edinburg dengan izin para penulis dan penerbit.


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Return on Investment dan Arus Kas Operasi Terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 59 82

Analisis Pengaruh Efektivitas Operasional Terhadap Return On Investment Pada Perusahaan Properti Dan Real Estat Di Bursa Efek Indonesia

1 33 127

Pengaruh Return On Investment (Roi) Dan Arus Kas Operasi Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

4 55 90

PENGARUH PERPUTARAN KOMPONEN MODAL KERJA TERHADAP RETURN ON ASSET (ROA) PADA PERUSAHAAN FARMASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 3 18

Pengaruh Roi (Return On Investment) Dan Arus Kas Operasi Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahan Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 1

Pengaruh Roi (Return On Investment) Dan Arus Kas Operasi Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahan Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Roi (Return On Investment) Dan Arus Kas Operasi Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahan Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 10

Pengaruh Roi (Return On Investment) Dan Arus Kas Operasi Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahan Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 22

Pengaruh Roi (Return On Investment) Dan Arus Kas Operasi Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahan Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 3 3

Pengaruh Roi (Return On Investment) Dan Arus Kas Operasi Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahan Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 9