45
Peristiwa 1. ciri-ciri lafal baku bahasa Indonesia;
2. fungsi lafal baku bahasa Indonesia; 3. faktor penunjang dan penghambat pertumbuhan lafal baku; dan
4. upaya pembakuan lafal bahasa Indonesia.
1. Ciri-Ciri Lafal Baku Bahasa Indonesia
Di atas, telah disinggung bahwa bahasa baku, baik ragam lisan mau- pun tulisan, selalu dikaitkan dengan bahasa sekolah yang juga disebut ra-
gam tinggi. Ragam bahasa tinggi ini lazim digunakan oleh mereka yang menganggap dirinya terpelajar. Salah satu ciri yang menonjol dari bahasa
kaum terpelajar yang menyangkut lafal adalah bahwa sistem bunyinya lebih kompleks dibandingkan dengan sistem bunyi bahasa kaum tak terpe-
lajar. Bahasa kaum terpelajar cenderung mempunyai khazanah bunyi yang lebih banyak. Oleh karena itu, kaum terpelajar cenderung membedakan
kata seni dari zeni, kata pak dari vak, kata sarat dari syarat, kata kas dari khas, dan kata teras rumah dari teras dalam arti inti. Sementara kaum
tidak terpelajar cenderung tidak membedakan pasangan-pasangan kata itu dalam berbicara.
Pada umumnya, aspek-aspek bunyi dan tekanan yang membedakan ragam bahasa baku ragam bahasa kaum terpelajar dengan ragam bahasa
tak baku ragam bahasa kaum tak terpelajar bersumber pada perbedaan sistem bunyi bahasa Indonesia dan bahasa ibu para penutur. Akibatnya,
terbentuklah ragam regional bahasa Indonesia yang lazim disebut logat atau aksen.
2. Fungsi Lafal Baku Bahasa Indonesia
Lafal merupakan perwujudan kata-kata dalam bentuk untaian-untaian bunyi. Lafal merupakan aspek utama penggunaan bahasa secara lisan.
Dalam hubungan itu, lafal baku dapat dipandang sebagai perwujudan ragam bahasa baku dalam bentuk untaian bunyi ketika berlangsung
komunikasi verbal secara lisan yang menuntut penggunaan ragam baku. Persoalannya adalah peristiwa komunikasi lisan apa saja yang menuntut
penggunaan ragam baku. Kridalaksana 1975 mencatat empat fungsi bahasa yang menuntut penggunaan ragam baku, yaitu 1 komunikasi
resmi, 2 wacana teknis, 3 pembicaraan di depan umum, dan 4 pembicaraan dengan orang yang dihormati. Dari empat fungsi bahasa
yang menuntut ragam baku itu, hanya dua yang terakhir yang langsung berkaitan dengan komunikasi verbal secara lisan. Dengan kata lain, lafal
baku perlu digunakan dalam pembicaraan di depan umum, seperti kuliah, ceramah, khotbah, pidato, atau dalam pembicaraan dengan orang yang
dihormati, seperti pembicaraan dengan atasan, guru, dan orang yang baru dikenal.
Ragam bahasa baku dianggap sebagai ragam bahasa yang baik dan cocok untuk keperluan komunikasi verbal yang penting serta menjadi
tolok ukur untuk pemakaian bahasa yang benar sesuai fungsinya. Dalam hubungan dengan fungsi sosial bahasa baku itu, Moeliono 1975 mencatat
empat fungsi pokok, yaitu a. fungsi pemersatu,
b. fungsi penanda kepribadian, c. fungsi penanda wibawa, dan
d. fungsi sebagai kerangka acuan.
Dengan demikian, lafal baku sebagai perwujudan bahasa baku secara fonetis mempunyai fungsi sosial sebagai
a. pemersatu, b. penanda kepribadian,
c. penanda wibawa, dan d. sebagai kerangka acuan.
3. Faktor Penunjang dan Penghambat Pertumbuhan Lafal Baku
Hal yang dimaksud dengan faktor pendukung pertumbuhan lafal baku adalah semua faktor yang dianggap memberikan dampak positif terhadap
kehadiran lafal baku bahasa Indonesia. Sebaliknya, faktor penghambat pertumbuhan lafal baku adalah semua faktor yang dianggap memberikan
dampak negatif terhadap pertumbuhankehadiran lafal baku bahasa Indonesia. Berikut ini adalah identi
fikasi beberapa isu atau masalah yang bertalian dengan lafal baku. Kemudian akan dilihat apa segi positifnya dan
Sumber: prasetya.barawijaya.ac.id
Gambar 2.10
Bahasa baku dianggap sebagai ragam bahasa yang baik dalam
situasi formal.
Di unduh dari : Bukupaket.com
Komunikatif dalam Berbahasa Indonesia untuk Tingkat Unggul Kelas XII
46
apa segi negatifnya. Masalah yang bertalian dengan lafal baku yang akan disorot dalam hubungan ini meliputi
a. isu persatuan dan kesatuan, b. isu pendidikan,
c. isu kesempatan kerja, d. isu keunggulan bahasa baku, dan
e. isu demokrasi dalam bahasa.
4. Upaya Pembakuan Lafal Bahasa Indonesia
Adanya ragam baku, termasuk lafal baku, untuk bahasa Indonesia merupakan tuntutan Sumpah Pemuda dan UUD 1945. Pengikraran bahasa
Melayu sebagai bahasa persatuan dengan nama bahasa Indonesia menuntut setiap orang Indonesia untuk dapat berkomunikasi satu sama lain, baik
secara lisan maupun tertulis. Penetapan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara berarti bahwa segala bentuk kegiatan dalam penyelenggaraan
kehidupan berbangsa dan bernegara dilakukan dalam bahasa Indonesia. Semua kegiatan komunikasi verbal dalam bahasa Indonesia itu, secara
lisan atau secara tertulis, hanya akan mencapai hasil yang baik jika ada semacam rujukan yang dimiliki bersama. Dalam hal ini, ragam baku bahasa
Indonesia. Untuk keperluan berbahasa lisan, tentu saja, dibutuhkan lafal baku. Upaya pembakuan lafal bahasa Indonesia, pada dasarnya, dapat
dilaksanakan dengan dua jalur, yaitu
a. jalur sekolah dan b. jalur luar sekolah.
5. Penutup