Proses-proses yang terjadi pada udara dalam

28 pada hygrometer . Sedangkan titik B diperoleh dengan menarik garis lurus secara horizontal menuju garis melengkung yang menunjukkan kelembaban relatif 100. b. Proses pendinginan dan penurunan kelembaban atau cooling and dehumidifying titik B-C Pada Gambar 2.21, proses ini merupakan penurunan panas sensibel dan penurunan panas laten ke udara. Pada proses ini, temperatur bola kering, temperatur bola basah, entalpi, volume spesifik, temperatur titik embun, dan kelembaban spesifik mengalami penurunan. Sedangkan kelembaban relatif nilainya tetap pada nilai 100. Pada proses ini udara didinginkan oleh evaporator hingga mendekati suhu kerja evaporator. Uap air yang terkandung di udara mengalami proses pengembunan sehingga berubah menjadi air. Proses pengembunan ini mengakibatkan tingkat kelembaban spesifik pada udara menjadi berkurang. Titik C pada proses ini merupakan kondisi udara setelah melewati evaporator atau dapat disebut juga sebagai udara keluaran evaporator. Titik C ini diperoleh dengan menggambar garis menurun mengikuti garis saturasi dari titik B hingga titik suhu sama dengan suhu udara keluar evaporator. c. Proses pemanasan sensibel atau sensible heating titik C-D Pada Gambar 2.21, proses ini merupakan penambahan panas sensibel ke udara. Pada proses ini, terjadi peningkatan temperatur bola kering, temperatur bola basah, entalpi, dan volume spesifik. Sedangkan temperatur titik embun dan kelembaban spesifik tetap konstan. Namun kelembaban relatif mengalami penurunan. Proses ini menunjukkan kondisi udara keluaran evaporator yang melewati kondensor sehingga temperatur udara menjadi naik. Titik D pada proses ini merupakan kondisi udara yang telah melewati kondensor. Titik D ini diperoleh dengan menggambar garis horizontal ke kanan, sejajar dengan garis specific humidity hingga garis suhu menunjukkan nilai suhu keluaran kondensor. d. Proses pendinginan dan menaikkan kelembaban atau evaporative cooling titik D-A 29 Pada Gambar 2.21, proses ini menunjukkan proses evaporative cooling . Proses ini terjadi karena udara keluaran kondensor didinginkan dan dinaikkan tingkat kelembabannya dengan cara dilewatkan melalui humidifier . Proses ini menyebabkan perubahan temperatur bola kering, temperatur bola basah dan kelembaban spesifik. Pada proses ini, terjadi penurunan temperatur kering dan volume spesifik. Selain itu, terjadi peningkatan temperatur bola basah, titik embun, kelembaban relatif dan kelembaban spesifik. Selisih nilai specific humidity titik A dengan titik D merupakan jumlah kandungan uap air di udara yang berhasil dinaikkan oleh proses evaporative cooling ini.

2.1.7.3 Perhitungan pada

psychrometric chart Dari data-data yang ada pada psychrometric chart dapat dihitung a laju aliran volume air yang diembunkan, b pertambahan kandungan uap air, c laju aliran massa udara, dan d debit aliran udara. a. Laju aliran volume air yang diembunkan Laju aliran volume air yang diembunkan dapat dihitung menggunakan Persamaan 2.9: t V V a ir a ir    , …2.9 dengan V air adalah laju aliran volume air, V air adalah jumlah air yang dihasilkan, dan t  adalah selang waktu yang dibutuhkan. b. Pertambahan kandungan uap air Pertambahan kandungan uap air pada proses penghasilan air aki lihat Gambar 2.21 dapat dihitung dengan Persamaan 2.10: b a W W W    , …2.10 dengan W  adalah pertambahan kandungan uap air, W a adalah kelembaban spesifik udara sebelum masuk evaporator, dan W b adalah kelembaban spesifik udara setelah keluar evaporator. c. Laju aliran massa udara yang berhasil diembunkan Laju aliran massa udara dapat dihitung dengan Persamaan 2.11: 30 b a a ir b a a ir uda r a W W t m W W m m        , …2.11 dengan uda r a m  adalah laju aliran massa udara, a ir m  adalah laju aliran massa air yang dihasilkan, W a adalah kelembaban spesifik udara sebelum masuk evaporator, dan W b adalah kelembaban spesifik udara setelah keluar evaporator, m air adalah massa air aki yang dihasilkan, t  adalah selang waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan air aki. d. Debit aliran udara Debit aliran udara dapat dihitung menggunakan Persamaan 2.12: uda r a uda r a uda r a uda r a uda r a m m Q        , …2.12 dengan Q udara adalah debit aliran udara, uda r a m  adalah laju aliran massa udara, uda r a  adalah massa jenis udara, dan uda r a  adalah volume spesifik udara.

2.2 Tinjauan Pustaka

Yaningsih dkk, 2015 melakukan penelitian dengan menguji pengaruh penggunaan refrigeran terhadap unjuk kerja unit desalinasi berbasis pompa kalor dengan menggunakan proses humidifikasi dan dehumidifikasi. Pada penelitian ini refrigeran yang digunakan adalah HCR-134a , HCR-12 dan HFC-134a . Temperatur air laut dikondisikan pada temperatur konstan sebesar 45 ᵒ C. Kompresor dioperasikan pada putaran konstan sebesar 1.200 rpm , laju aliran volumentrik air laut dijaga sebesar 300 ljam , dan air laut dalam sistem ini disirkulasi ulang. Hasil penelitian ini menunjukkan unit desalinasi berbasis pompa kalor dengan menggunakan proses humidifikasi dan dehumidifikas dengan menggunakan refrigeran HCR-134a menghasilkan produksi air tawar sebesar 25,6 literhari dan COP aktual 5.5, lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan refrigeran HCR-12 dan HFC-134a berturut-turut adalah 24,4 literhari , 22,1 literhari dan 5,4 dan 5,2. Air tawar hasil proses desalinasi memiliki nilai salinitas 715 ppm .