Perancangan Informasi Dusun Harja Melalui Media Buku

(1)

(2)

(3)

(4)

DATA RIWAYAT HIDUP

1. Data Pribadi

a. Nama Lengkap : Mochammad Zehan Muttoharie Zaehap b. Tempat Tanggal Lahir : Bandung,

15 Desember 1994 c. Agama : Islam

d. Alamat : Kp. Karang Pasundan I RT.03 RW.13 Kec.Ujung Berung Kab.Bandung e. Telepon : 089620949449

f. Email : zehanmz@gmail.com

2. Data Keluarga a. Nama orang tua

Ayah : Drs. Dedi Djamaludin Ibu : Mimin Mintarsih b. Agama orang tua

Ayah : Islam

Ibu : Islam

c. Pekerjaan orang tua Ayah : PNS

Ibu : Ibu Rumah Tangga

d. Anak ke : 2 (Dua) dari 2 (Dua) bersaudara g. Alamat : Kp. Ciloa RT.01 RW.02

Kec.Cihaurbeuti Kab.Ciamis

3. Pendidikan

a. Sekolah Dasar : SDN 1 Sukahaji 2000 b. Sekolah Menengah Pertama : SMPN 1 Cihaurbeuti 2006 c. Sekolah Menengah Kejuruan : SMAN 1 Cihaurbeuti 2009


(5)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN INFORMASI DUSUN GIRI HARJA MELALUI MEDIA BUKU

DK 38315 / Tugas Akhir Semester II 2015-2016

oleh:

Mochammad Zehan MZ NIM. 51912121

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur khadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia yang telah diberikan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Pengantar Tugas Akhir dengan judul “ Perancangan Informasi Dusun Giri Harja Melalui Media Buku “ ini dijadikan syarat guna memenuhi tugas mata kuliah Tugas Akhir. Penulis menyadari bahwa laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, mengingat keterbatasan waktu, kemampuan dan pengetahuan penulis. Penulis sangat mengharapkan saran serta kritik demi perbaikan.

Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan semua pembaca.

Bandung, 10/Agustus/2016 Penulis,


(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ORIGINALITAS ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR DIAGRAM ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1 Latar Belakang ... ... 1

I.2 Identifikasi Masalah ... 2

I.3 Rumusan Masalah ... 2

I.4 Batasan Masalah ... 3

I.5 Tujuan dan Manfaat Perancangan ... 3

BAB II. DUSUN GIRI HARJA ... 4

II.1 Giri Harja ... 4

II.1.1 Sejarah Giri Harja ... 4

II.1.2 Dalang Wayang Golek Giri Harja ... 6

II.2 Padepokan Dalang Giri Harja ... 8

II.2.1 Bentuk Wayang Golek ... 9

II.2.2 Sumber Cerita Wayang Golek ... 10

II.2.3 Pengrajin Lukisan Giri Harja... 11

II.2.4 Keunikan Lukisan Giri Harja ... 12

II.3 Analisa Permasalahan ... 12

II.4 Kondisi Khalayak Saat Ini ... 13


(8)

BAB III. STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP DESAIN ... 15

III.1 Strategi Perancangan ... 15

III.1.1 Khalayak Sasaran Perancangan ... 15

III.1.2 Tujuan Komunikasi ... 16

III.1.3 Pendekatan Komunikasi ... 16

III.1.4 Materi Pesan ... 17

III.1.5 Strategi Kreatif ... 18

III.1.6 Strategi Media ... 18

III.1.7 Strategi Distribusi... 19

III.2 Konsep Visual ... 20

III.2.1 Format Desain ... 21

III.2.2 Tata Letak (Layout) ... 21

III.2.3 Tipografi ... 22

III.2.4 Ilustrasi ... 23

III.2.5 Warna ... 24

BAB IV. MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI ... 25

IV.1 Media Utama ... 25

IV.2 Media Pendukung ... 31

DAFTAR PUSTAKA ... 37


(9)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Kusrianto, Adi (2009) : Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Penerbit Andi

Salmun. (2008). Padalangan di Pasindan. Bandung : ANDIRA PUTRA Solichin. (2013). Gatra Wayang Indonesia. Jakarta: SENA WANGI.

Way, Wilsen (2014) : Human Interest Photography. Jakarta: Elex Media Komputindo

Laporan Ilmiah

Firmansyah, Adi. (2010). Perancangan Media Informasi Tentang Wayang Golek Untuk Anak-Anak. Bandung : Universitas Komputer Indonesia.

Hurryah, Imam Miftahul. (2012). Wayang Golek Panakawan dalam Bentuk Seni Grafis. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Lukman, Muhammad. (2014). Perancangan Buku Essai Foto Realita Kehidupan Pengamen Waria di Daerah Binong-Bandung. Bandung : Universitas Komputer Indonesia.

Magdalena. (2010). Book Design Pengenalan Tokoh Wayang Golek untuk Anak. Bandung : Universitas Kristen Maranatha.

Santoso, Bhangga Adi Putra. (2011). Perancangan Serial Animasi “Wayang Mahabhrata” Sebagai Media Pelestaria Kesenia Wayang Indonesia Dengan Konsep Genre Action Comedy. Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

Sumber Situs Web

Dadan Sunarya. 2011. Latar Belakang Giri Harja. Diambil dari:

http://putragiriharja3.blogspot.co.id/2011_07_01_archive.html (20 Desember 2015)


(10)

BAB I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Kebudayaan merupakan salah satu warisan dari leluhur masa lalu yang masih dijaga dan diyakini oleh masyarakatnya. Pengetahuan untuk mengerti dan memahami kebudayaan sangat penting sekali untuk dipelajari dan dipahami oleh masyarakat pada umumnya, terutama bagi generasi muda, yang merupakan penerus bangsa yang seharusnya mengenal kebudayaan asli daerahnya, terutama budaya Sunda, dikarenakan ini merupakan warisan budaya yang harus tetap dijaga dan dipelihara.

Kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia. Selain mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia, kesenian juga mempunyai fungsi lain. Misalnya, mitos berfungsi menentukan norma untuk perilaku yang teratur serta meneruskan adat dan nilai-nilai kebudayaan. Secara umum, kesenian dapat mempererat ikatan solidaritas suatu masyarakat.

Di provinsi Jawa Barat, khususnya kabupaten Bandung terdapat sebuah kampung yang dikenal dengan menghargai tradisi seni dan budaya, yaitu Giri Harja. Giri Harja adalah nama tempat yang didirikan oleh dalang Abah Sunarya pada tahun 1920-an, di Kelurahan Jelekong, Kecamatan Bale Endah, Kabupaten Bandung Selatan. Dusun Giri Harja atau kampung Giri Harja, lebih dikenal oleh sebagian masyarakat yaitu kampung Jelekong, kampung penghasil karya seni terutama dibidang seni murni yaitu seni lukis. Namun jika berkunjung ke dusun Giri Harja tidak hanya melihat karya seni lukis, adapun karya-karya yang dihasikan oleh para seniman dan pengrajin dusun Giri Harja seperti wayang golek dan seni lukis.

Seiring perkembangan jaman media informasi yang memuat tentang dusun Giri Harja dikalangan generasi muda, baik itu sebagai media informasi, atau sebagai media pengetahuan dan pemahaman tentang seni dan budaya masih sangat kurang. Hal ini menyebabkan sebagian masyarakat khususnya Generasi muda


(11)

tidak mengenal dusun Giri Harja. Salah satu media yang sudah ada, akan tetapi masih kurang atau jarang saat ini yaitu media informasi melalui buku, baik melalui media cetak maupun digital. Hal tersebut membuat kurangnya pengetahuan dan informasi mengenai pengenalan seni dan budaya, khususnya seni dan budaya dari Jawa Barat yang berada di dusun Giri Harja yaitu wayang golek pada masyarakat saat ini. Padahal dengan mengetahui tentang seni dan budaya yang ada di dusun Giri Harja, masyarakat diharapkan mendapat suatu pemahaman yang baik. Karena dalam setiap seni dan budaya mengandung nilai keindahan dan nilai baik bagi kehidupan khususnya seni dari wayang golek dan seni lukis yang ada di dusun Giri Harja.

I.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat di identifikasi masalah sebagai berikut:

 Kurangnya media informasi yang memuat tentang dusun Giri Harja baik itu sebagai media informasi, atau sebagai media pengetahuan dan pemahaman tentang seni dan budaya

 masyarakat khususnya generasi muda tidak mengenal dusun Giri Harja.  Salah satu media yang sudah ada, akan tetapi masih kurang atau jarang

saat ini, baik melalui media cetak maupun digital. Hal tersebut membuat kurangnya pengetahuan dan informasi mengenai pengenalan seni dan budaya, khususnya seni dan budaya dari Jawa Barat yang ada di dusun Giri Harja yaitu wayang golek dan seni lukis pada masyarakat saat ini..

I.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang diuraikan diatas, maka pembahasan dalam rumusan masalah adalah sebagai berikut :

“Bagaimana cara mengenalkan dan menginformasikan tentang dusun Giri Harja

bagi masyarakat umum, agar masyarakat mengetahui bagaimana gambaran dan suasana di dusun Giri Harja sebagai salah satu kampung yang masih membudayakan karya seni.”


(12)

I.4 Batasan Masalah

Dalam perancangan ini, agar pembahasan tidak menyimpang dari pokok perumusan masalah diatas, maka masalah akan difokuskan kepada karya pengrajin dan lingkungan di dusun Giri Harja, sebagai gambaran dari suasana dusun Giri Harja untuk masyarakat khususnya generasi muda agar lebih mengenal dusun Giri Harja Sebagai kampung seni dan budaya yang ada di Jawa Barat.

I.5 Tujuan dan Manfaat Perancangan

 Adapun tujuan dari perancangan ini adalah agar generasi muda mengenal kesenian budaya khas Jawa Barat, khususnya kesenian yang ada di dusun Giri Harja.

 Manfaat yang didapat dari perancangan ini ialah agar generasi muda mendapat pengetahuan dan pemahaman tentang kesenian dan budaya. Dengan pengetahuan dan pemahaman tersebut diharapkan generasi muda dapat melestarikan seni dan budaya khas Jawa Barat tersebut dan membagi pengetahuan kepada generasi berikutnya.


(13)

BAB II. DUSUN GIRI HARJA

II.1 Giri Harja

Giriharja adalah nama tempat di Kelurahan Jelekong Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung. Desa ini adalah sebuah kampung seni yang memiliki para dalang wayang golek yang terkenal dan para pengrajin lukisan. Para sesepuh dalang dan seniman dahulu melestarikan, memperjuangkan dan mengembangkan kesenian tradisi Sunda. Khususnya Wayang Golek Purwa, yang mencapai puncak kesuksesan pementasan di pertunjukan wayang golek di berbagai daerah dan beberapa Negara. Selain nama desa, Giri Harja juga dipakai sebagai nama kelompok kesenian Wayang Golek Purwa keluarga kelompok Dalang. Salah satu kelompok kesenian wayang golek yang terkenal yaitu Giri Harja 3 yang dipimpin oleh Alm. H. Asep Sunandar Sunarya. Para seniman-seniman dari Giri Harja ingin dan sedang mengembangkan kemampuan secara maksimal di dalam berkeseniannya. Selain belajar secara tradisional, banyak di antara para seniman yang memperoleh pendidikan secara formal di bidang seni, seperti di lembaga pendidikan STSI, UPI dan UNPAD di Bandung. Tingkat seni mereka sudah diakui di masyarakat Sunda maupun di bidang resmi (festival, binojakrama) dan di luar negeri. Periset, mahasiswa atau wartawan yang tertarik dengan wayang golek Sunda dari mancanegara maupun dalam negeri sering mengunjungi Giri Harja sebagai pusat unggulan observasi maupun informasi tak terelakan. (Giriharja, 2015 : Para.3)

II.1.1 Sejarah Giri Harja

Pertama kali dinamakan Giri Harja yaitu ketika pada masa keemasan alm. Abah Sunarya, menamakan grup wayang golek yang dipimpinnya dengan nama Pusaka Giri Harja. Secara turun menurun, kepiawaian memainkan wayang golek secara tidak langsung terwariskan kepada anak-anaknya. Dalang wayang golek jaman dulu Abeng Sunarya atau biasa dikenal juga dengan sebutan Abah Sunarya (alm), lahir di Manggahang, Bandung 2 Januari 1920. Ayahnya, Juhari bin Artasim, adalah seorang dalang wayang golek. Abeng atau Abah Sunarya belajar dalang dari ayahnya (1938), kemudian setelah ayahnya meninggal, belajar kepada dalang


(14)

Atmaja di Cigebar. Tahun 1940, Abah Sunarya pindah ke Tegal Lega agar berdekatan dengan dalang R.U Partasuanda untuk belajar lebih lanjut. Tahun 1944, mulai tampil sebagai dalang dan namanya kian dikenal. Tahun 1950-an, Abah Sunarya sudah menjadi salah seorang dalang wayang golek terkenal. Pada tahun 1970-an dan tahun 1980-an, Abah Sunarya berkali-kali diundang untuk mendalang di luar negri, di Prancis dan Swedia (1985). Disamping sebagai dalang, Abah Sunarya juga membuat wayang golek. Pada tahun 1957, Abah Sunarya mendirikan Padepokan Pusaka Giri Harja sebagai tempat kursus pedalangan wayang golek purwa. Padepokan itu terletak di kampung Jelekong, Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung. Banyak muridnya yang kemudian menjadi dalang yang berhasil, diantaranya adalah anak-anaknya sendiri. Abeng Sunarya pernah menjadi anggota pengurus Yayasan Pedalangan dan Pepadi Kabupaten Bandung.( Iden Sunarya, 2016)

Gambar II.1 Abah Sunarya

Sumber: http://sukaseni1.blogspot.co.id/2014/10/sejarah- nama-grup-wayang-golek/abah-sunarya.jpg


(15)

II.1.2 Wayang Golek Giri Harja

Gambar II.2 Dalang Asep Sunandar Sunarya Sumber: http://intisari-

online.com//media/images/12260_asep_sunarya_pernah_ingin_jadi_presiden_1.jpg (diakses pada 10/2/2016)

Dalam wawancara Dadan Sunandar mengatakan Seorang Dalang wayang golek memiliki peran yang penting bagi kehidupan masyarakat dan banyak membawa perubahan. Para dalang dengan media wayang golek biasanya memberi pelajaran tentang nilai moral dan membawa pesan-pesan untuk kehidupan yang lebih baik bagi para penontonnya.

Dalang yang terkenal dimasyarakat umum yaitu Alm H. Asep Sunandar Sunarya. seorang dalang wayang golek yang dikenal sebagai pendobrak jagat wayang golek di Indonesia. Asep Sunandar Sunarya lah yang menciptakan si Cepot, tokoh wayang dengan muka merah menyala dengan satu gigi, yang rahang bawahnya bisa digerak-gerakkan jika berbicara. Selain si Cepot, karakter wayang lainnya dibuat sedemikian rupa supaya bisa melakukan hal-hal yang unik, misalnya buta (raksasa) yang kepalanya bisa terbelah atau bisa menggendong wayang anak kecil. Kreatifitas dan inovasinya banyak dipujian dan mampu membawa seni wayang golek dan juga tokoh si Cepot menjadi sangat populer.


(16)

Gambar II.3 Wayang golek Cepot ( Astrajingga ) Sumber: https://aslisunda.files.wordpress.com/2010/05/cepot.jpg

(diakses pada 10/2/2016)

Asep Sunandar lahir pada 3 September 1955 di Jelekong, Kecamatan Bale Endah, Kabupaten Bandung. Nama kecilnya Sukana, anak ketujuh dari tiga belas bersaudara, anak seorang dalang terkenal pada masa itu, Abah Sunarya. Minatnya terhadap wayang golek sudah tumbuh sejak kecil. Sejak remaja Asep sudah berambisi menjadi dalang. Maka sejak tamat SMP Asep Sunandar mengikuti pendidikan dalang di RRI Bandung. Meski ayahnya seorang dalang legendaris di kampungnya, Asep Sunandar memilih belajar juga pada Cecep Supriadi di Karawang.

Namanya semakin terkenal sejak menjadi juara dalang pinilih I Jawa Barat pada tahun 1978 dan 1982. Pada tahun 1985, Asep Sunandar meraih juara umum dalang tingkat Jawa Barat dan meraih Bokor Kencana. Pengakuan terhadapnya tidak hanya datang dari Jawa Barat dan Indonesa, tetapi juga dari luar negeri. Asep pernah menjadi dosen luar biasa di Institut International De La Marionnete


(17)

di Charleville Prancis. Tempat padepokannya, Padepokan Giri harja, pada tahun 1987 diresmikan menjadi Pusat Belajar Seni Pedalangan oleh Menteri Penerangan pada waktu itu. Tidak seperti dalang-dalang sebelumnya, Asep Sunandar tidak hanya mendalang di tempat-tempat khusus,Asep Sunandar juga mensosialisasikan wayang golek yang inovatif ke kampus-kampus, hotel, serta televisi. Usahanya membuahkan hasil, wayang golek menjadi lebih populer di berbagai tempat. Penampilannya sangat disukai baik oleh anak muda maupun orang tua sehingga popularitas Asep Sunandar makin naik. Tidak hanya diundang di dalam negeri, tetapi juga pernah melanglang buana ke berbagai negara. Pada 31 Maret 2014, Asep Sunandar meninggal dunia di RS Al Ihsan, Bale Endah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Beliau meninggal akibat serangan jantung yang dideritanya. (Dadan Sunandar, 2016)

II.2 Padepokan Giri Harja

Di dalam media publikasi seperti media cetak dan artikel di internet, keluarga seni Giri Harja juga dianggap sebagai „Dinasti Sunarya‟. Sampai sekarang, di Giri Harja sudah ada empat generasi seniman, Dalang dan Nayaga. Di antaranya ada juga Tokoh Budaya yang terkenal dan terpopuler, seperti Dalang H.Asep Sunandar Sunarya, Dalang H (alm), Ade Kosasih Sunarya (alm), Dadan Sunarya dan lainnya. Wayang merupakan kesenian yang khas di Indonesia khususnya di pulau Jawa. Isinya menggambarkan perbuatan baik dan buruk. Dalam wawancara Iden Sunarya megatakan Kehadiran Padepokan Seni Padalangan Giri Harja merupakan salah satu ikon dari kampung seni itu. Bangunan permanen dengan bentuk atap gunungan khas wayang golek itu berdiri megah di Jalan Raya Laswi, lintas kawasan Bandung-Majalaya, Jawa Barat, yang dilengkapi dengan pelataran parkir luas. Dalang kondang Asep Sunandar Sunarya (alm) merencanakan bangunan itu menjadi Pesantren Padepokan Seni Padalangan yang mencetak dalang-dalang handal sekaligus sebagai bentuk pelestarian dan pewarisan seni wayang golek kepada generasi muda. (Iden sunarya, 2016)


(18)

Gambar II.4 Pesantren Budaya Giri Harja Sumber: Dokumen Pribadi (2016)

II.2.1 Bentuk Wayang Golek

Media utama pergelaran wayang golek adalah boneka yang terbuat dari kayu (umumnya jenis kayu yang ringan), ditatah/diukir, dicat, diberi busana dan karakter sesuai dengan ketentuan dan kebutuhan. Boneka kayu yang menyerupai manusia dengan stilasi disana-sini itu disebut juga Wayang Golek, dengan demikian nama benda peraga dan nama jenis pertunjukannya itu sendiri sama yakni Wayang Golek. (Hari, 2012)

Bentuk dari wayang golek sebenarnya dapat dipisah-pisah menjadi 3 (tiga) bagian yaitu bagian kepala beserta leher, tangan, dan badan. Ketiga bagian tersebut dibuat secara terpisah untuk kemudian disambungkan sehingga bentuknya tampak utuh seperti “manusia”. Bagian leher dan kepala disambungkan oleh bamboo yang telah diraut kurang lebih sebesar jari kelingking sehingga wayang tersebut dapat menengok ke kiri dan ke kanan seperti manusia. Bagian bawah dari bambu itu diruncingkan, menembus badan wayang sampai ke bawah dan akhirnya berfungsi sebagai kaki yang akan ditancapkan pada batang pisang sehingga dapat berdiri


(19)

kokoh. Dari bagian pinggang ke bawah dipasang kain yang berbentuk sarung sehingga tangan Dalang yang memegang bambu tadi tidak tampak dari luar.

Bagian tangan dibuat terpisah terutama pada sendi bahu dan sedi siku. Sendi-sendi itu dihubungkan dengan benang/tali sehingga wayang tersebut dapat bergerak menyerupai manusia. Bagian tangan tokoh-tokoh wayang tertentu diberi kelat bahu (hiasan pangkal lengan) atau gelang. Demikian juga pada bagian-bagian tubuh wayang yang penuh dengan manik-manik, anting telinga, badong (hiasan punggung), keris dan sebagainya. Adapun bentuk badan raut wajah, pakaian, hiasan, disesuaikan dengan karakter dan kedudukan tokoh wayang yang bersngkutan. (Hari, 2012)

II.2.2 Sumber Cerita Wayang Golek

Cerita pada pertunjukan Wayang Golek Giri Harja sama seperti cerita pada pertunjuakan wayang golek sunda umumnya bersumber kepada kitab Arjuna Sasrabahu, Ramayana, dan Mahabarata, yaitu kitab-kitab yang berasal dari kebudayaan Hindu di India. Namun cerita yang paling banyak digemari masyarakat adalah Mahabarata, bahkan dari lakon induk ini telah lahir berpuluh-puluh cerita sempalan/carangan yang merupakan hasil kreatifitas para dalang.


(20)

II.2.3 Pengrajin Lukisan Giri Harja

Gambar II.5 Pengrajin Lukisan Sumber: Dokumen Pribadi (2016)

Sejak Tahun 1960, ratusan warga di dusun Giri Harja Kecamatan Bale Endah Kabupaten Bandung memilih untuk berprofesi sebagai pelukis, karena penghasilan sebagai pelukis cukup menjanjikan pada masa itu. Penduduk Dusun Giri Harja mengaku mendapat keahlian tersebut dengan belajar dari pendahulu mereka secara turun-temurun. Setiap lukisan yang dibuat bukan hanya untuk menyalurkan keahlian, tetapi juga untuk mendapatkan penghasilan. Harga setiap lukisan bervariasi, mulai dari puluhan ribu hingga puluhan juta rupiah, tergantung pada besar lukisan, cat yang digunakan, tingkat kesulitan, hingga nama pembuat lukisan itu sendiri.


(21)

II.2.4 Keunikan Lukisan Giri Harja

Gambar II.6 Lukisan pengrajin Sumber: Dokumen Pribadi (2016)

Selain itu, lukisan dari dusun Giri Harja juga memiliki keunikan dilihat dari tema lukisan. Di Giri Harja memang terdapat banyak ragam tema lukisan, yang paling mencolok dan yang paling banyak ditemukan adalah lukisan yang bertemakan naturalistis seperti pemandangan pedesaan atau binatang. Beberapa warga di Dusun Giri Harja mengatakan bahwa lukisan bertema naturalistis tersebut memang menjadi ciri khas lukisan jelekong dan sudah diwariskan secara turun-temurun. Sampai saat ini, pelukis dari Giri Harja tetap mempertahankan kekhasannya tersebut.

II.3 Analisa Permasalahan

Dalam menganalisa masalah, untuk melengkapi data dilakukan penyebaran kuesioner terhadap masyarakat yang berada dikawasan kota Bandung. Berikut ini adalah data terkait mengenai respon masyarakat terhadap dusun Giri Harja.


(22)

Diagram II.1 Hasil Kuisioner Sumber: Dokumen Pribadi (2016)

Dari hasil kuisioner diatas menunjukan bahwa masnyarakat sebagian besar tidak mengetahui dusun Giri Harja.

II.4 Kondisi Khalayak Saat ini

Bedasarkan hasil pengumpulan data melalui Observasi dan Kuisioner yang dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2016. Masyarakat sebagian besar belum mengetahui dusun Giri Harja, hal ini perlunya sebuah media penyampaian agar masyarakat mengetehui dusun Giri Harja, karena di dusun Giri Harja banyak informasi tentang kesenian dan kebudayaan khususnya seni dan budaya Jawa Barat bagi pengetahuan dan wawasan bagi generasi muda.

II.6 Solusi Perancangan

Dari data hasil penyebaran kuisioner maupun studi literatur tentang Dusun Giri Harja, kurangnya pengetahuan dan pengalaman masyarakat Khususnya para generasi muda tentang dusun Giri Harja. Maka dari itu solusi yang diajukan

Mengetahui 26%

Tidak Mengetahui

74%

Pengetahuan Masyarakat


(23)

adalah membuat media pengenalan dan informasi yang belum ada. Baik secara visual maupun audio visual, agar pengetahuan generasi muda tentang kesenian budaya khas Jawa Barat khususnya yang ada di Giri Harja semakin luas. Dengan mengetahui hal tersebut diharapkan para generasi muda dapat melestarikan seni dan budaya dari Jawa Barat tersebut.


(24)

BAB III. STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP DESAIN

III.1 Strategi Perancangan

Strategi perancangan media informasi ini adalah memperlihatkan gambaran dari suasana dusun Giri Harja, yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenai kesenian serta nilai-nilai dalam kesenian yang ada di dusun Giri Harja dengan mengaplikasikan informasi ilustrasi dalam buku melalui foto.

Seperti yang telah dikemukakan Arbain Rambey (2010) foto bertujuan utama untuk menyampaikan pendapat atau opini secara sekaligus, fakta dan peristiwa hanyalah pelengkapnya. Ia menganalisa dari pada melaporkan suatu gejala, peristiwa atau isue tertentu. Ia adalah rangkaian argumen yang menyatakan sudut pandang tertentu dari pewarta foto (dan/atau redaksi).

III.1.1 Khalayak Sasaran Perancangan

Sasaran untuk perancangan ini sebenarnya tidak spesifik, karena perancangan ini sendiri ditujukan kepada seluruh lapisan masyarakat. Namun untuk memudahkan penulis dalam perancangan, yang menjadi sasaran utama dalam perancangan ini dibagi secara geografis, demografi, psikografis.

a. Geografis

Target dari perancangan ini meliputi kawasan Bandung dan sekitarnya terutama bertempat tinggal di daerah perkotaan.

b. Segi Demografis  Usia : 16-22 tahun

 Jenis kelamin : Pria dan wanita

 Status ekonomi : Menengah kebawah dan menengah ke atas  Tingkat pendidikan : Minimal SMP


(25)

c. Segi Psikologis

Target dari perancangan ini adalah masyarakat yang memiliki rasa cinta terhadap seni dan budaya Indonesia khususnya kesenian wayang golek dan memiliki rasa ingin tahu tentang perkembangan seni dan budaya di Indonesia.

III.1.2 Tujuan Komunikasi

Dalam perancangan sebuah media informasi, tujuan berkomunikasi sangatlah penting agar masyarakat yang menjadi khalayak sasaran mendapatkan informasi yang tepat. Tujuan komunikasi dari perancangan media informasi ini adalah agar masyarakat mendapatkan informasi dan wawasan serta lebih mengetahui bagimana gambaran dan suasana di dusun Giri Harja jika masyarakat ingin berkunjung ke dusun Giri Harja, sehingga diharapkan masyarakat terutama generasi muda sebagai khalayak sasaran dapat mengatahui pentingnya menghargai seni dan budaya sekaligus menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk lebih mencitai seni dan budaya Indonesia.

III.1.3 Pendekatan Komunikasi

Untuk menyampaikan sebuah infromasi kepada masyarakat dibutuhkan sebuah komunikasi yang baik agar informasi yang disampaikan mampu diserap dan dimengerti masyarakat khususnya generasi muda sebagai khalayak sasaran.

Oleh karena itu dibutuhkan strategi pendekatan dalam berkomunikasi. Strategi pendekatan komunikasi yang akan digunakan dalam media informasi ini dibagi menjadi 2 bagian, diantaranya yaitu :

 Pendekatan Visual

Pendekatan visual yang digunakan adalah berupa foto hitam putih yang bercerita tentang suasana serta lingkungan dari dusun Giri Harja. Tehnik pengambilan dilakukan secara jurnalis yakni spontanitas tanpa adanya rekayasa dengan pengambilan foto dari beberapa sudut.


(26)

Gambar III.1 Referensi Visual

Sumber : https://s-media-cache-ak0.pinimg.com/564x/c5/18/ce/c518ce 08fb7f41bddc58b78e61b5551d.jpg

 Pendekatan Verbal

Untuk mendukung elemen visual, pendekatan verbal pada media informasi ini menggunakan kalimat lisan. Untuk judul “Giri Harja Kampung Sejuta Karya” judul ini dipilih karena sesuai dengan keadaan dari dusun Giri Harja yang dimana di dusun tersebut banyak para seniman dan pengrajin yang menghasilkan karya seni. Sedangkan pendekatan komunikasi yang akan digunakan untuk isi buku berupa teks. Fungsinya sebagai pendukung untuk menjelaskan isi cerita dari beberapa foto yang ada dalam buku dan menggunakan bahasa Indonesia yang formal, agar pesan yang disampaikan dapat diterima dan dipahami dengan mudah oleh khalayak sasaran.

III.1.4 Materi Pesan

Materi pesan akan disampaikan dalam perancangan buku ini adalah menggambarkan bagaimana khalayak sasaran bila berkunjung ke dusun Giri Harja, mulai dari pintu utama masuk dusun tersebut, lalu menampilkan suasana dusun Giri Harja mulai dari kehidupan masyarakat. Kemudian menampilkan


(27)

beberapa ke unikan yang ada di dusun Giri Harja, Galeri seni lukis, galeri wayang golek dan bagaimana para pengrajin menciptakan karyannya.

III.1.5 Strategi Kreatif

Strategi kreatif yang akan ditampilkan pada buku ini adalah lebih mengutamakan tampilan gambar pada foto, baik dari sudut pengambilan gambar indoor maupun oudoor dengan menampilkan berbagai ekspresi sesuai dengan keadaan yang terjadi. Pengambilan foto akan dilakukan secara spontanitas atau tanpa adanya rekayasa menggunakan kamera Canon EOS 60D yang dipasangkan dengan berbagai lensa, seperti lensa tele, lensa wide, dan lensa kit. Hal ini dikarenakan untuk menjangkau foto dari berbagai macam jarak fokus, pengambilan foto dilakukan saat rutintas kegiatan keseharian yang ada di dusun Giri Harja. kemudian foto ini menampilkan beberapa visual ekspresi sesuai apa yang terjadi saat melakukan pemotretan. Setelah foto didapatkan, lalu foto diedit kedalam media komputer dengan menggunakan software Adobe Photosop Lightroom 5 untuk mempertajam hasil gambar seperti warna, cahaya, dan kesan dalam foto yang akan di sampaikan kepada pembaca. Terdapat juga beberapa media pendukung untuk mendapatkan perhatian khalayak sasaran.

III.1.6 Strategi Media Media utama

Menurut KBBI, Buku adalah lembar kertas yang berjilid yang berisi tulisan atau kosong. Selain itu media buku lebih efektif karena tidak membutuhkan media lain sebagai perantara, dan buku merupakan gudang ilmu yang dikenal oleh masyarakat luas dari berbagai kalangan. Dalam perancangan ini media utama yang akan dipakai adalah buku foto yang berisi informasi ilustrasi dari dusun Giri Harja. Pengemasan informasi tidak hanya menggunakan satu media saja, ada media pendukung yang menjadi pelengkap untuk memperkenalkan buku kepada masyarakat.


(28)

Media Pendukung

Media pendukung merupakan suatu media tambahan atau media promosi dari perindustrian buku, yang berfungsi sebagai rangsangan komunikasi untuk membeli atau memiliki buku ini.

Media pendukung antara lain:  Poster

Media poster ini dibuat sebagai media informasi dan media promosi bahwa buku akan segera terbit.

 Flyer

Flyer berfungsi sebagai media infomasi dan media pendukung.  Buku catatan (notes)

Buku catatan merupakan bagian dari merchandise yang berguna untuk mencatat hal-hal yang penting.

 X-Banner

X-banner berfungsi sebagai media informasi dan media promosi bahwa buku essai akan segera terbit. X-banner akan menampilkan visual media utama dan tulisan singkat tentang informasi waktu beredar waktu.

 Stiker

Stiker berfungsi sebagai media promosi yang akan ditempelkan dibeberapa tempat umum sekaligus sebagai merchandise gratis.

 Pembatas buku

Pembatas buku merupakan bagian dari merchandise dan salah satu bagian dari buku yang berguna untuk pembaca sebagai pengingat halaman yang sudah di baca.

 T-Shirt

T-shirt merupakan bagian dari Gimmick yang akan dipakai saat mempromosikan Buku.

III.1.7 Strategi Distribusi

Pendistribusian media ini adalah melalui penjualan atau distribusi di toko-toko buku besar seperti Gramedia. Hal ini untuk lebih memudahkan masyarakat dalam mencari buku. Karena toko buku Gramedia sudah sangat terkenal di masyarakat,


(29)

sehingga masyarakat di mudahkan untuk mendapatkan buku ini. Pendistribusian didukung media online sebagai media promosi dan secara geografis diutamakan di daerah Jawa Barat khususnya di daerah Bandung.

Tabel III.1 Strategi Distribusi Sumber : Dokumen Pribadi (2016)

No Media Jadwal peluncuran Lokasi

1 Buku September 2016 Toko Buku

2 Poster

Juni 2016 Juli 2016 Agustus 2016

Toko Buku, Taman Kota Bandung.

3 Flyer

Juni 2016 Juli 2016 Agustus 2016

Toko Buku, Taman Kota Bandung, Sekolah, Perguruan Tinggi. 4 Buku catatan

(Notes) September 2016 Toko Buku

5 X-Banner September 2016 Toko Buku

6 Stiker Cutting September 2016 Toko Buku 7 Pembatas buku September 2016 Toko Buku 8 Baju (T-shirt) September 2016 Toko Buku

III.2 Konsep Visual

Dalam suatu perancangan, agar perancangan dapat dilakukan dengan baik maka perlu didukung dengan keilmuan desain komunikasi visual. Dalam perancangan ini perlu mengkonsepkan beberapa hal seperti fokus perancangan (informasi yang ingin disampaikan pada gambar atau visual), huruf, warna , layout, konsep visual yang akan di tampilkan. Konsep yang digunakan dalam perancangan buku ini buku ini adalah menggunakan konsep buku foto album, yang dimana dalam isi dari tiap halaman buku terdapat foto dan beberapa teks dan kutipan sebagai sebagai pendukung untuk menjelaskan isi cerita dari beberapa foto yang ada dalam buku.


(30)

III.2.1 Format Desain

Format desain yang digunakan dalam buku mengenai “Giri Harja Kampung

Sejuta Karya” menampilkan format desain buku foto. Buku berbentuk Landscape,

dengan ukuran 20x25 cm, menggunakan kertas art paper 150 gram, dan buku di hardcover.

Gambar III.2 Format Desain Buku Sumber : Dokumen Pribadi (2016)

III.2.2 Tata Letak (Layout)

Tata letak atau yang juga sering disebut dengan layout pada dasarnya adalah sebuah rancangan, secara fisik merupakan sketsa yang masih kasar untuk mengorganisir unsur-unsur grafis. Layout adalah merangkai unsur-unsur grafis tertentu menjadi suatu susunan yang enak dan menyenangkan untuk dilihat, tinggi nilai estetisnya dan mencapai tujuan dengan cepat dan tepat. Layout sebagai pengatur elemen-elemen dasar desain pada tempat yang sepatutnya untuk mencapai terjadinya komunikasi yang efektif, menyenangkan, dan tercapai suatu tujuan tertentu. layout pada buku foto ini mengacu pada teori penyusunan layout

dalam buku “Pengantar Desain Komunikasi Visual”, prinsip layout menurut Tom

Lincy (dalam Kusrianto, 2009) mengemukakan, ada beberapa patokan dasar yang dipakai untuk merancang sebuah layout sebagai berikut:

 Proporsi (Proportion)  Keseimbangan (Balancing)  Kontras (Contrast)

 Irama (Rhythm)  Kesatuan (Unity)


(31)

Gambar III.3 Tata letak (layout) Sumber: Dokumentasi pribadi (2016)

III.2.3 Tipografi

Menurut Danton Sihombing tipografi merupakan representasi visual dari sebuah bentuk komunikasi verbal dan merupakan properti visual yang pokok dan efektif (Sihombing, 2001: 58). Font yang akan digunakan pada perancangan media buku ini adalah font yang umum, sederhana, dan akrab di baca oleh masyarakat serta memberikan kesan ramah karena kemudahan dalam membaca huruf. Berdasarkan fungsinya, huruf dapat dipilih menjadi dua jenis, yaitu huruf teks (text type) dan huruf judul (display type). Tipografi adalah seni merancang, menyusun, dan mengatur tata letak huruf dan jenis huruf dengan pengaturan penyebarannya pada ruang-ruang yang tersedia, untuk menciptakan kesan khusus, sehingga akan menolong pembaca untuk mendapatkan kenyamanan membaca semaksimal mungkin. Adapun jenis font yang akan di aplikasikan adalah sebagai berikut:


(32)

Font untuk judul menggunakan font HelveticaNeuel Pro 85 Heavy :

Gambar III.4 FontHelveticaNeue LT Pro 85 Heavy Sumber : Dokumen Pribadi (2016)

Font untuk isi buku menggunakan font HelveticaNeue LT Pro 33 Extended :

Gambar III.5 Font HelveticaNeue LT Pro 33 Extended Sumber : Dokumen Pribadi (2016)

III.2.4 Ilustrasi

Teknik illustrasi yang digunakan pada media utama buku ini adalah teknik fotografi. Teknik fotografi secara keseluruhan adalah menulis dengan bantuan cahaya, atau lebih dikenal dengan menggambar dengan bantuan cahaya, atau merekam gambar melalui media kamera dengan bantuan cahaya. Fotografi juga merupakan gambar alat visual efektif yang dapat memvisualkan sesuatu lebih kongkrit dan akurat (Lukman, 2014, hal.31).


(33)

Gambar III. 6 Ilustrasi

Sumber : http://www.topdesignmag.com/wp-content/uploads/2010/12/513.jpg

III.2.5 Warna

Warna yang digunakan dominan warna hitam putih. Berdasarkan teori Gestalt, dengan warna hitam dan putih, kita akan lebih mudah dalam menentukan figure dan ground dari sebuah frame foto, sehingga segalanya akan kembali kepada fotografer dalam mengeksekusi sebuah momen yang ada, mana yang harus ditonjolkan dan mana yang harus menjadi latar. Tanpa adanya elemen warna yang mengganggu, kadang foto hitam putih justru lebih kuat membekas di benak yang melihatnya.

Sedangkan warna pada judul dan sebagian dalam konten halaman, menggunakan warna silver. Warna silver melambangan intelektual dan masa depan, hal ini agar seni dan budaya terus berkembang dan dipertahankan oleh generasi penerus dari masa ke masa.

Gambar III.7 Warna Sumber : Dokumen Pribadi (2016)


(34)

BAB IV MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI

IV.1 Media Utama

Media utama yang akan dipakai adalah buku. Selain itu media buku lebih efektif karena tidak membutuhkan media lain sebagai perantara, dan buku merupakan gudang ilmu yang dikenal oleh masyarakat luas dari berbagai kalangan. Media buku ini di desain menggunakan software grafis yaitu Adobe Photoshop CS6. Pengemasan informasi tidak hanya menggunakan satu media saja, ada media pendukung yang menjadi pelengkap untuk memperkenalkan kepada masyarakat.

Gambar IV.1 Media Utama (Buku) Sumber : Dokumentasi pribadi (2016)

Gambar IV.2 Cover Buku Sumber : Dokumentasi pribadi (2016)


(35)

Gambar IV.3 Isi Buku


(36)

Permulaan proses dimulai dengan pembuatan dan pengembangan storyline atau konsep isi dan informasi yang akan disampaikan di dalam buku. Lalu dilakukan pencarian data-data yang berhubungan untuk mendukung isi buku. Setelah data di dapat, proses selanjutnya adalah menyusun konsep pemotretan foto-foto yang akan di ambil. Setelah semua selesai, selanjutnya adalah proses pemotretan dilapangan dengan mengunakan media kamera DSLR Canon Eos 60D dengan lensa kit 18-55mm dan lensa tele 70-200mm. Tahap selanjutnya adalah proses editing di komputer meliputi pengaturan gelap, terang, dan warna foto dengan software Adobe Photoshop Lighroom 5 dan Adobe Photoshop CS6. Setelah proses tersebut selesai, foto disimpan dalam format JPEG dan memasuki tahap layout buku kembali menggunakan software Adobe photoshop CS6. Proses dengan ini meliputi pengaturan tata letak dan penambahan tipografi atau tulisan. Setelah semua proses editing dan penyusunan tata letak selesai, tahap akhir dilakukan proses pencetakan.

Adapun tahap-tahap penyusunan sebagai berikut:

 Dikarenakan pengambilan gambar dilakukan secara spontanitas tanpa adanya rakayasa, maka tahap awalnya adalah pembuatan dan menyusun daftar objek pemotretan yang akan dilakukan dilapangan.

Gambar IV.4 Daftar objek Pemotretan Sumber : Dokumentasi pribadi (2016)


(37)

 Setelah semua selesai, selanjutnya adalah proses pemotretan objek menggunakan kamera DSLR Canon EOS 60D.

Gambar IV.5 Hasil Pemotretan Sumber : Dokumentasi pribadi (2016)

 Tahap selanjutnya, adalah proses editing foto di komputer menggunakan software Adobe Photoshop Lighroom 5 dengan mengatur pengaturan warna hitam putih, gelap, terang, dan mempertajam detail foto.

Gambar IV.6 Editing foto Sumber : Dokumentasi pribadi (2016)


(38)

 Setelah proses editing selesai, foto akan disimpan dengan format JPEG. Selanjutnya tahap layout atau tata letak foto menggunakan software Adobe photoshop CS6 dengan penambahan tulisan sebagai keterangan foto.

Gambar IV.7 Proses Layout Sumber : Dokumentasi pribadi (2016)

 Setelah tahap editing dan layout selesai, tahap selanjutnya adalah proses pencetakan media utama dan media pendukung.

Gambar IV.8 Hasil Akhir Sumber : Dokumentasi pribadi (2016)


(39)

Gambar IV.9 Hasil Akhir Cover dan Isi Buku Sumber : Dokumentasi pribadi (2016)

Gambar IV.10 Hasil Akhir Isi Buku Sumber : Dokumentasi pribadi (2016)


(40)

IV.2 Media Pendukung Poster

Media poster ini dibuat sebagai media informasi dan media promosi bahwa buku akan segera terbit. Poster ini akan diletakan didekat toko buku. Konsep poster akan menampikan visual media utama dan menampilkan tulisan sebagai informasi peluncuran buku.

Ukuran Poster : A3 (42 cm x 29,7 cm) Bahan : Art Paper 150 gram

Gambar IV.11 Poster


(41)

Flyer (Media Pendukung)

Flyer berfungsi sebagai media infomasi dan media pendukung. Flyer akan disebarkan ditempat keramaian seperti toko buku, angkutan umum, dan taman kota Bandung.

Ukuran : A5 (21 cm x 14,8 cm) Bahan : Art Paper 150 gram

Gambar IV.12 Flyer


(42)

Stiker (Media Pendukung)

Stiker berfungsi sebagai media promosi yang akan ditempelkan dibeberapa tempat umum sekaligus sebagai merchandise.

Ukuran : 10 cm x 16 cm Bahan : Oracal 651 Matte

Gambar IV.13 Stiker Cutting Sumber : Dokumentasi pribadi (2016)

T-shirt

T-shirt merupakan bagian dari Gimmick sekaligus merchandise yang akan dipakai saat mempromosikan Buku.

Bahan : Combad 30s Ukuran : L

Gambar IV.14 T-shirt


(43)

X-banner (Media Pendukung)

X-banner berfungsi sebagai media informasi dan media promosi bahwa buku akan segera terbit. X-banner akan menampilkan visual media utama dan tulisan singkat tentang informasi waktu beredar waktu. X-banner akan diletakkan didepan dan didalam toko buku.

Ukuran : 60 cm x 160 cm Bahan : Flexi Jerman

Gambar IV.15 X-banner


(44)

Buku Catatan (Notes)

Buku catatan merupakan bagian dari merchandise yang berguna untuk mencatat hal-hal yang penting.

Ukuran : 10,5 cm x 7,5 cm Bahan : Art Paper 260 gram

Gambar IV.16 Buku catatan (notes) Sumber : Dokumentasi pribadi (2016)  Pembatas Buku

Pembatas buku merupakan bagian dari merchandise dan salah satu bagian dari buku yang berguna untuk pembaca sebagai pengingat halaman.

Ukuran : 4 cm x 17 cm Bahan : Art Paper 260 gram


(45)

Gambar IV.17 Pembatas buku Sumber : Dokumentasi pribadi (2016)


(1)

31 IV.2 Media Pendukung

Poster

Media poster ini dibuat sebagai media informasi dan media promosi bahwa buku akan segera terbit. Poster ini akan diletakan didekat toko buku. Konsep poster akan menampikan visual media utama dan menampilkan tulisan sebagai informasi peluncuran buku.

Ukuran Poster : A3 (42 cm x 29,7 cm) Bahan : Art Paper 150 gram

Gambar IV.11 Poster


(2)

32  Flyer (Media Pendukung)

Flyer berfungsi sebagai media infomasi dan media pendukung. Flyer akan disebarkan ditempat keramaian seperti toko buku, angkutan umum, dan taman kota Bandung.

Ukuran : A5 (21 cm x 14,8 cm) Bahan : Art Paper 150 gram

Gambar IV.12 Flyer


(3)

33  Stiker (Media Pendukung)

Stiker berfungsi sebagai media promosi yang akan ditempelkan dibeberapa tempat umum sekaligus sebagai merchandise.

Ukuran : 10 cm x 16 cm Bahan : Oracal 651 Matte

Gambar IV.13 Stiker Cutting Sumber : Dokumentasi pribadi (2016)

T-shirt

T-shirt merupakan bagian dari Gimmick sekaligus merchandise yang akan dipakai saat mempromosikan Buku.

Bahan : Combad 30s Ukuran : L

Gambar IV.14 T-shirt


(4)

34  X-banner (Media Pendukung)

X-banner berfungsi sebagai media informasi dan media promosi bahwa buku akan segera terbit. X-banner akan menampilkan visual media utama dan tulisan singkat tentang informasi waktu beredar waktu. X-banner akan diletakkan didepan dan didalam toko buku.

Ukuran : 60 cm x 160 cm Bahan : Flexi Jerman

Gambar IV.15 X-banner


(5)

35  Buku Catatan (Notes)

Buku catatan merupakan bagian dari merchandise yang berguna untuk mencatat hal-hal yang penting.

Ukuran : 10,5 cm x 7,5 cm Bahan : Art Paper 260 gram

Gambar IV.16 Buku catatan (notes) Sumber : Dokumentasi pribadi (2016)

Pembatas Buku

Pembatas buku merupakan bagian dari merchandise dan salah satu bagian dari buku yang berguna untuk pembaca sebagai pengingat halaman.

Ukuran : 4 cm x 17 cm Bahan : Art Paper 260 gram


(6)

36 Gambar IV.17 Pembatas buku