PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP KOMPETENSI KIMIA DITINJAU DARI KECERDASAN EMOSIONAL SISWA DI SMK NEGERI KABUPATEN KARANGANYAR

(1)

commit to user

RINGKASAN TESIS

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL

TERHADAP KOMPETENSI KIMIA

DITINJAU DARI KECERDASAN EMOSIONAL SISWA DI SMK NEGERI KABUPATEN KARANGANYAR

Oleh : Bambang Asihno NIM. S.810809203

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011


(2)

commit to user

i

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL

TERHADAP KOMPETENSI KIMIA

DITINJAU DARI KECERDASAN EMOSIONAL SISWA DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI

KABUPATEN KARANGANYAR

T E S I S

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan

Oleh : Bambang Asihno NIM. S.810809203

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011


(3)

commit to user

ii ABSTARK

Bambang Asihno, S810809203.2011. Pengaruh Model Pembelajaran

Kontekstual dan Pembelajaran Konvensional Terhadap Kompetensi Kimia Ditinjau Dari Kecerdasan Emosional Siswa Di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kabupaten Karanganyar. Tesis,Program Studi Teknologi Pendidikan,Program Pasca Sarjana Uiversitas Sebelas Maret Surakarta.

Pembimbing I Prof.Dr.H.Mulyoto,M.Pd, Pembimbing II Prof.Dr.Samsi

Haryanto,M.Pd.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Perbedaan pengaruh penerapan model pembelajaran kontekstual dan pembelajaran konvensional terhadap kompetensi kimia dalam membedakan larutan elektrolit dan nonelektrolit serta menggunakan satuan konsentrasi untuk membuat larutan, (2) Perbedaan pengaruh antara siswa yang mempunyai kecerdasan emosional tinggi dengan siswa yang mempunyai kecerdasan emosional rendah terhadap kompetensi kimia dalam membedakan larutan elektrolit dan non elektrolit serta menggunakan satuan konsentrasi untuk membuat larutan, dan (3) Adanya interaksi antara model pembelajaran dengan kecerdasan emosional siswa terhadap kompetensi kimia dalam membedakan larutan elektrolit dan non elektrolit serta menggunakan satuan konsentrasi untuk membuat larutan.

Metode Penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen.Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas XI kelompok Teknologi Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Sekabupaten Karanganyar pada tahun pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 23 kelas.Sampel diambil secara cluster random sampling dengan penundian diperoleh sampel sebanyak 5 kelas. Instrumen yang digunakan untuk pengumpul data adalah tes kognitif dan angket.Sebelum instrumen digunakan dilakukan uji coba instrumen terlebih dahulu di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Karanganyar. Uji validitas instrumen tes digunakan product momen, dari 60 butir soal tes kognitif yang dikatakan valid 48 butir soal.Reliabilitas tes kognitif digunakan KR-20 diperoleh hasil ril = 0,9332. Uji validitas angket untuk

aspek afektif diukur dengan product momen,dari 40 butir pertanyaan yang dikatakan valid sejumlah 33 butir pertanyaan. Reliabilitas angket aspek afektif menggunakan Alpha diperoleh ril = 0,8691. Untuk angket kecerdasan emosi uji

validitas menggunakan product momen,78 butir pertanyaan yang dikatakan valid sebanyak 63 butir.Reliabilitas angket kecerdasan emosi menggunakan Alpha, diperoleh ril = 0,953.

Pengujian hipotesis menggunakan Analisis Variansi (Anava) dua jalan dengan sel tak sama, pada taraf signifikansi 5%. Sebelum pengujian hipotesis dilakukan uji kesetaraan atau keseimbangan dan pengujian persyaratan anava yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.Uji kesetaraan dilakukan dengan uji t diperoleh hasil t hitung = -0,04 sehingga t hitung = -0,04 > -1,658, serta t hitung =

-0,04< 1,658 dan t hitung = -0,04 berada pada daerah penerimaan Ho artinya dua

kelompok setara atau seimbang.Uji normalitas menggunakan metode


(4)

commit to user

iii

kelompok kontrol diperoleh Lmaks = 0,091 dan L tabel = 0,113. Karena Lmaks < L tabel

maka sampel berada pada populasi distribusi normal.Uji homogenitas menggunakan Uji Bartlett, uji homogenitas untuk kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol diperoleh harga 恐 ퟨabel 0,03 serta 恐a 0,384 ,karena

恐 ퟨabel 恐a maka Ho diterima artinya sampel ada pada populasi yang

homogen.

Hasil penelitian diperoleh (1) Pembelajaran kontekstual memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap penguasaan kompetensi kimia dibanding dengan pembelajaran konvensional dengan Fhitung = 200,739 > F tabel = 3,84, (2)

Tingkat kecerdasan emosional tinggi yang dimiliki siswa mempunyai pengaruh yang lebih baik dibanding dengan siswa yang memiliki tingkat kecerdasan emosional rendah, dengan Fhitung = 41,133 > F tabel = 3,84 ,dan (3) Pembelajaran

kontekstual pada siswa yang memiliki tingkat kecerdasan emosional tinggi mempunyai pengaruh yang lebih baik terhadap penguasaan kompetensi kimia dengan Fhitung = 6,807 > F tabel = 3,84.


(5)

commit to user

iv ABSTRACT

Bambang Asihno, S810809203. 2011. The Effect of Contextual and Conventional Learning Models on Chemistry Competency Viewed From the Student Emotional Quotient in Public Vocational High School of Karanganyar Regency. Thesis, Education Technology Study Program, Postgraduate Program of Surakarta Sebelas Maret University. Supervisor1st by Prof.Dr.H.Mulyoto,M.Pd. Supervisor 2nd by Prof.Dr.Samsi Haryanto,M.Pd

This research aims to find out: (1) the difference of contextual and conventional learning models application effect on the chemistry competency in differentiating electrolyte solution from non-electrolyte one as well as using the concentration unit in preparing solution, (2) the difference of effect between the students with high emotional quotient and the ones with low emotional quotient on the chemistry competency in differentiating electrolyte solution from non-electrolyte one as well as using the concentration unit in preparing solution, and (3) the presence of interaction between learning model and student emotional quotient on the chemistry competency in differentiating electrolyte solution from non-electrolyte one as well as using the concentration unit in preparing solution.

The research method employed was an experimental research. The population of research was all Technology group XI graders of Public Vocational High Schools throughout Karanganyar Regency in the school year of 2010/2011 consisting of 23classes. The sample was taken using cluster random sampling with lottery obtaining 5 classes as the sample. The instruments employed for collecting data were cognitive test and questionnaire. Before the instrument was used, the instrument trial was carried out first in SMK Negeri 2 Karanganyar. The test instrument validity examination was done using product moment showing that out of 60 items of cognitive test, 48 of them are valid. The reliability of cognitive test was examined using KR-20 indicating that ri1 = 0.9332. The questionnaire

validity test for affective aspect was measured using product moment indicating that out of 40 items, 33 items were valid. The reliability of affective aspect questionnaire was examined using Alpha obtaining ri1 = 0.8691. For the emotional

quotient questionnaire, the validity test was carried out using product moment, indicating that out of 78 items, 63 were valid. The reliability of emotional quotient questionnaire was examined using Alpha obtaining ri1 = 0.953.

The hypothesis testing was done using a two-way variance analysis (Anava) with different cell at significance level of 5%. Before the hypothesis testing, the equilibrium and anava requirement tests were carried out including normality and homogeneity tests. The equilibrium test was done using t test providing tstatistic = -0.04 so that tstatistic = -0.04 > -1.658 as well as tstatistic = -0.04 <

1.658 and tstatistic = -0.04 lies in Ho acceptance area meaning that both groups are

equal or in equilibrium. The normality test was done using Lilliefors, for the experiment group it can be found Lmax = 0.085 and Ltable = 0.103, while for the

control group it can be found Lmax = 0.091 and Ltable = 0.113. Since Lmax <Ltable,

the sample is in normally distributed population. The homogeneity test was done using Bartlett test; the homogeneity test for experimental group with control


(6)

commit to user

v

group obtains xstatistic2 = 0.03 and xtable2 = 0.384, since xstatistic2 < xtable2 , Ho is supported meaning that the sample is in homogenous population.

The result of research shows that (1) the contextual learning gives better effect on the chemistry competency mastery compared with the conventional one with Fstatistic = 200,739 > Ftable = 3.84, (2) the high emotional quotient the students

have has better effect compared with the low emotional quotient, with Fstatistic =

41,133 > Ftable = 3.84, and (3) the contextual learning in the students with high

emotional quotient has better effect on the chemistry competency mastery with


(7)

commit to user

vi

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL

TERHADAP KOMPETENSI KIMIA

DITINJAU DARI KECERDASAN EMOSIONAL SISWA DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI

KABUPATEN KARANGANYAR

T E S I S Oleh :

BAMBANG ASIHNO NIM. S.810809203

Telah Disetujui oleh Tim Pembimbing

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I Prof.Dr.H.Mulyoto,M.Pd. ... 23 Februari 2011 NIP.194307121973011001

Pembimbing II Prof.Dr.Samsi Haryanto,M.Pd ... 23 Februari 2011 NIP. 194404041976031001

Mengetahui

Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan

Prof.Dr.H.Mulyoto,M.Pd NIP.194307121973011001


(8)

commit to user

vii

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL

TERHADAP KOMPETENSI KIMIA

DITINJAU DARI KECERDASAN EMOSIONAL SISWA DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI

KABUPATEN KARANGANYAR T E S I S

Oleh :

BAMBANG ASIHNO NIM. S.810809203

Telah Disetujui oleh Tim Penguji

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Ketua Prof.Dr.Sri Yutmini,M.Pd. ... Maret 2011 NIP.-

Sekretaris Dr.Nunuk Suryani,M.Pd ... Maret 2011 NIP.196611081990032001

Anggota Prof.Dr.H.Mulyoto,M.Pd ... Maret 2011 NIP.194307121973011001

Anggota Prof.Dr.Samsi Haryanto,M.Pd ... Maret 2011 NIP.194404041976031001

Mengetahui

Surakarta , Maret 2011

Direktur Ketua Program Studi

Program Pasca Sarjana Teknologi Pendidikan

Prof. Drs.Suranto,M.Sc,Ph.D Prof.Dr.H.Mulyoto,M.Pd.


(9)

commit to user

viii

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini saya:

Nama : Bambang Asihno

NIM : S.810809203

Program Studi : Teknologi Pendidikan

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual dan Pembelajaran Konvensional Terhadap Kompetensi Kimia Ditinjau Dari Kecerdasan Emosional Siswa Di SMK Negeri Kabupaten Karanganyar adalah betul-betul karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi.

Sepanjang sepengetahuan saya ,dalam tesis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar,maka saya bersedia menerima sanksi akademik,berupa pencabutan gelar yang saya peroleh dari tesis ini.

Surakarta, 18 Februari 2011 Yang Membuat pernyataan


(10)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Rasa syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kekuatan,hidayah ,dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dengan lancar yang selanjutnya hasil penelitian dituangkan dalam bentuk tesis sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai derajad magister pada Program Studi Teknologi Pendidikan Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Perencanaan penelitian sampai tersusunya tesis ini tidak lepas dari berbagai pihak yang turut membantu,baik langsung maupun dukungan moril. Maka pada kesempatan ini penulis sampaikan ucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Prof. Drs. Suranto,M.Sc.Ph.D selaku Direktur Program Pasca Sarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin pada penyusunan tesis.

2. Prof.Soenarwan semula menjadi pembimbing I , kemudian kedudukan

sebagai pembimbing I digantikan karena beliau sakit (semoga beliau tetap diberi kesehatan serta kekuatan iman ) yang telah member inspirasi sehingga tesis dapat terselesaikan dengan baik.

3. Prof,Dr.Mulyoto,M.Pd. selaku Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan sekaligus Pembimbing I selalu member bantuan secara teknis maupun moril sehingga tesis dapat terselesaikan.

4. Prof.Dr.Samsi Haryanto,M.Pd selaku Pembimbing II, dengan kesabaran


(11)

commit to user

x

5. Para Dosen Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret yang telah memberi bekal berharga kepada penulis smoga dari ketulusannya dapat dicatat sebagai amal baik beliau amin.

6. Drs.Sri Suranto,M.Pd selaku Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah raga

Kabupaten Karanganyar atas dukungannya dalam melakukan penelitian di wilayah Kabupaten Karanganyar.

7. Drs. Wahyu Widodo,S.T selaku Kepala SMK Negeri 2 Karanganyar atas ijinya melakukan uji coba instrument penelitian yang meliputi instrument kognitif, instrument afektif dan instrument kecerdasan emosi.

8. Drs Supriyono,M.Hum selaku Kepala SMK Negeri Jatipuro atas ijinnya untuk melakukan penelitian dengan pembelajaran konvensional.

9. Dra.Hj.Suliyastuti,M.M selaku Kepala SMK Negeri Jumantono atas ijinnya untuk melakukan penelitian dengan pembelajaran kontekstual.

Penulis menyadari tesis ini masih jauh dari sempuran oleh sebab itu penulis dengan lapang dada menerima saran dan kritik yang bersifat membangun sehingga dapat dijadikan bekal untuk melakukan pengembangan profesi berkelanjutan.

Akhirnya harapan penulis semoga tesis ini dapat memberikan sumbang sih dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Amin………

Surakarta , 18 Februari 2011


(12)

commit to user

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………i

ABSTRAKSI………...ii

ABSTRACT………iv

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING………..vi

HALAMAN PENGESAHAN TESIS………...vii

HALAMAN PERNYATAAN………. viii

KATA PENGANTAR………....ix

DAFTAR ISI………...xi

DAFTAGAMBAR……….xv

DAFTAR TABEL……….xvi

DAFTAR LAMPIRAN……….. xviii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………...1

B. Identifikasi Masalah………... 6

C. Pembatasan Masalah………...7

D. Rumusan Masalah………...8

E. Tujuan Penelitian………9


(13)

commit to user

xii

BAB II. KAJIAN TEORI,KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori……… 11

1. Pembelajaran Kontekstual……….11

2. Pembelajaran Konvensional………. 21

3. Kecerdasan Emosi………..24

4. Kompetensi Kimia………...30

B. Penelitian yang Relevan………....33

C. Kerangka Berfikir……….35

1. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual dan Pembelajaran Konvensional terhadap Kompetensi Kimia……35

2. Pengaruh Antara Siswa yang Mempunyai kecerdasan Emo Sional Tinggi dengan Siswa yang Mempunyai Kecerdasan Emosional Rendah Terhadap Kompetensi Kimia………. 37

3. Interaksi Antara Model Pembelajaran Kontekstual,Pembe Lajaran Konvensional dan Kecerdasan Emosional Siswa Terhadap Kompetensi Kimia……….39

D. Hipotesis………...41

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian………...42

1. Tempat Penelitian………..42

2. Waktu Penelitian………42

B. Metode Penelitian……….43


(14)

commit to user

xiii

2. Desain Analisis data………..44

3. Variabel Penelitian………....45

4. Prosedur Penelitian………48

C. Populasi,Sampel dan Sampling ………50

1. Populasi Penelitian ………50

2. Sampel Penelitian………..51

3. Sampling………51

D. Data dan Teknik Pengumpulan Data………54

1. Data………54

2. Teknik Pengumpulan Data ………56

E. Uji Coba Instrumen ………..61

1. Tes Kompetensi Kimia ………...61

2. Instrumen Afektif………..66

3. Instrumen Kecerdasan Emosi………68

F. Teknik Analisa Data………...70

1. Uji Persyaratan Analisis ………71

2. Uji Hipotesis………..75

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ………..81

1. Data Nilai Kompetensi Kimia dengan Pembelajaran Kon tekstual………...83

2. Data Nilai Kompetensi Kimia dengan Pembelajaran Kon Vensional ………... 85


(15)

commit to user

xiv

3. Data Nilai Kompetensi Kimia dengan Pembelajaran Kon

Tekstual Pada Siswa yang Memiliki Kecerdasan Emosi

onal rendah……… 87

4. Data Nilai Kompetensi Kimia dengan Pembelajaran Kon Tekstual Pada Siswa yang Memiliki Kecerdasan Emosi onal Tinggi……… 88

5. Data Kompetensi Kimia dengan Pembelajaran Konven sional Pada Siswa yang Memiliki Kecerdasan Emosional rendah……….. 90

6. Data Kompetensi Kimia dengan Pembelajaran Konven sional Pada Siswa yang Memiliki Kecerdasan Emosional tinggi……… 92

B. Pengujian Persyaratan Analisis……… 94

1. Uji Normalitas Data………. 95

2. Uji Homogenitas……….. 99

C. Pengujian Hipotesis………103

1. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Terhadap kompetensi Kimia………104

2. Pengaruh Tingkat Kecerdasan Emosional Siswa Terhadap Kompetensi Kimia……… 105

3. Interaksi Pengaruh Antara Model pembelajaran dan Tingkat Kecerdasan Emosional Siswa terhadap Kom petensi Kimia……… 106


(16)

commit to user

xv

D. Pembahasan Hasil Penelitian………..111

E. Keterbatasan Penelitian……… 116

BAB V PENUTUP A. Simpulan ……… 118

B. Implikasi ……… 119

C. Saran………. 121

DAFTAR PUSTAKA………. 122


(17)

commit to user

xvi

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1 : Data Hasil Tes Kompetensi Kimia………...3

2. Tabel 2 : Jadwal Kegiatan Penelitian……….43

3. Tabel 3 : Rincian Jumlah Populasi……….50

4. Tabel 4 : Rangkuman Hasil analisis Tingkat Kesukaran Soal………...62

5. Tabel 5 : Hasil Analisis Daya Beda Soal……….. 64

6. Tabel 6 : Rangkuman Data Kompetensi Kimia……… 83

7. Tabel 7 : Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Kompetensi Kimia Pada Pembelajaran Kontekstual………. 84

8. Tabel 8 : Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Kopetensi Kimia Pada Pem belajaran Konvensional………. 85

9. Tabel 9 : Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Kompetensi Kimia dengan Pembelajaran Kontekstual Pada Siswa yang Memiliki Kecer dasan Emosi Rendah………. 87

10. Tabel 10 : Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Kompetensi Kimia dengan Pembelajaran Kontekstual Pada Siswa yang Memiliki Kecer dasan Emosi Tinggi………89

11. Tabel 11 : Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Kompetensi Kimia dengan Pembelajaran Konvensional Pada Siswa yang Memiliki Kecer dasan Emosi Rendah………..91


(18)

commit to user

xvii

12. Tabel 12 : Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Kompetensi Kimia dengan Pembelajaran Konvensional Pada Siswa yang Memiliki Kecer dasan Emosi Tinggi………93

13. Tabel 13 : Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Normalitas……….95

14. Tabel 14 : Rangkuman Data Hasil Perhitungan Uji Homogenitas

Pada Metode Pembelajaran………..100

15. Tabel 15 : Rangkuman Data Hasil Perhitungan Uji Homogenitas

Pada Kecerdasan Emosional……….101

16. Tabel 16 : Rangkuman Data Hasil Perhitungan Uji Homogenitas

Pada Interaksi Model Pembelajaran dan Kecerdasan Emosi

Terhadap Kompetensi Kimia………103

17. Tabel 17 : Rangkuman Hasil Perhitungan Anava Dua Jalan dengan Sel

Tak Sama……… 104

18. Tabel 18 : Rerata Masing-Masing Sel………. 108

19. Tabel 19 : Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Lanjut Pasca Anava

dengan Metode Scheffe………. 108 20. Tabel 20 : Aspek Kecerdasan Emosi ( dari Bar-On) yang Belum Terwakili


(19)

commit to user

xv

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 1 : Kerangka Berfikir Antara Model Pembelajaran,Kecerdasan

Emosi dengan Kompetensi Kimia………...40

2. Gambar 2 : Rangkuman Faktorial 2 x 2 ………44

3. Gambar 3 : Sebaran Nilai Kompetensi Kimia Pada Pembelajarn

Kontekstual……….85

4. Gambar 4 : Sebaran Nilai Kompetensi Kimia Pada Pembelajaran

Konvensional……….. 86

5. Gambar 5 : Sebaran Nilai Kompetensi Kimia dengan pembelajaran

Kontekstual Pada Siswa yang Memiliki Kecerdasan

Emosi Rendah……… 88

6. Gambar 6 : Sebaran Nilai Kompetensi Kimia dengan pembelajaran

Kontekstual Pada Siswa yang Memiliki Kecerdasan

Emosi Tinggi………...90

7. Gambar 7 : Sebaran Nilai Kompetensi Kimia dengan pembelajaran

Konvensional Pada Siswa yang Memiliki Kecerdasan

Emosi Rendah……….92

8. Gambar 8 : Sebaran Nilai Kompetensi Kimia dengan pembelajaran

Konvensional Pada Siswa yang Memiliki Kecerdasan


(20)

commit to user

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 : Uji Kesataraan Data Awal ………126

2. Lampiran 2 : Instrumen Uji Coba Koqnitif……… 134

3. Lampiran 3 : Instrumen Uji Coba Afektif……….. 161

4. Lampiran 4 : Instrumen Uji Coba Kecerdasan Emosi ………166

5. Lampiran 5 : Analisis Hasil Uji Coba Kognitif Kimia………...174

6. Lampiran 6 : Analisis Hasil Uji Coba Afektif………194

7. Lampiran 7 : Analisis Hasil Uji Coba Kecerdasan Emosi………..204

8. Lampiran 8 : Data Hasil Penelitian……….216

9. Lampiran 9 : Deskripsi Data Hasil Penelitian……….238

10. Lampiran 10 : Uji Persyaratan Analisis………..255

11. Lampiran 11 : Uji Hipotesis………301

12. Lampiran 12 : Uji Lanjut Pasca Anava………...315

13. Lampiran 13 : Instrumen Penelitian Tes Kognitif Kimia………... 330

14. Lampiran 14 : Instrumen Penelitian Tes Afektif………349

15. Lampiran 15 : Instrumen Penelitian Psikomotor………356

16. Lampiran 16 : Instrumrn penelitian kecerdasan Emosi...……….. 374

17. Lampiran 17 : RPP Model Kontekstual………..382

18. Lampiran 18 : RPP Model Konvensional………...403


(21)

commit to user

1 BAB I

PENDAHULUAN

Berdasarkan Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,bab II pasal 3 mengamanatkan bahwa Pendidikan nasional harus dapat mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dengan tujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Supaya fungsi dan tujuan pendidikan nasional dapat terwujud maka penyelenggaraan pendidikan berprinsip (1) Demokratis,berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tingi hak asasi manusia,nilai keagamaan,nilai kultural dan kemajemukan bangsa.(2)Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna.(3) Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. (4) Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.(5) Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat. (6) Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.

Prinsip penyelenggaraan pendidikan yang disebutkan di atas selain untuk mewujudkan tujuan pendidikan juga dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan pendidikan yang sedang terjadi yaitu peningkatan mutu pendidikan di Indonesia.

Dalam upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional banyak hal yang sudah dilakukan oleh pemerintah antara lain : (1) Penyediaan dana bantuan, berupa BOS;BOM ataupun block grant. (2) Sertifikasi guru dan dosen


(22)

commit to user

2 (3)Akreditasi sekolah (4) Standarisasi Pendidikan Nasional (5) Reformasi dibidang pendidikan (6) Perubahan kurikulum.

Salah satu dari reformasi pendidikan yang dilakukan adalah penyelenggaraan pendidikan, penyelenggaraan pendidikan menuntut suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. di mana dalam proses tersebut harus ada pendidik yang memberikan keteladanan dan mampu membangun kemauan, serta mengembangkan potensi dan kreativitas peserta didik. Prinsip tersebut menyebabkan adanya pergeseran paradigma proses pendidikan, dari paradigma pengajaran menjadi paradigma pembelajaran.

Guru sebagai ujung tombak atau pelaku pendidikan harus peka dan tanggap adanya pergeseran paradigma tersebut.Artinya guru harus mempersiapkan diri untuk siap menjadi agen pembaharu di tingkat sekolah atau pembelajaran di kelas.Pembelajaran yang tadinya berpusat pada guru harus bergeser menjadi pembelajaran berpusat pada peserta didik , pembelajaran yang semula menyampaikan materi bahan ajar harus bergeser menjadi pengajaran yang dapat memberikan pengalaman kepada peserta didik, pengajaran yang tadinya guru bertindak sebagai aktor harus bergeser menjadi pengajaran yang memposisikan guru sebagai fasilitator, pembelajaran yang tadinya kurang memperhatikan perbedaan individu harus bergeser menjadi pengajaran yang memperhatikan perbedaan individu, pengajaran yang tadinya monoton harus bergeser menjadi pengajaran yang variatif dan inovatif.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran di SMK Negeri Jumantono , pembelajaran kimia yang dilakukan masih bersifat monoton kurang bervariasi sehingga belum semua kecerdasan siswa yang mempunyai latar belakang berbeda tereksplor dengan baik, kurang optimal dalam mendayagunakan sumber-sumber belajar, berlangsung satu arah.Hal inilah salah satu penyebab rendahnya prestasi hasil belajar peserta didik dari tahun ke tahun.Data prestasi hasil tes kompetensi kimia pada khususnya kelas XI dapat kita lihat sebagai berikut :


(23)

commit to user

3 Tabel 1 : Data Hasil Tes Kompetensi Kimia

Tahun Pelajaran Rata-rataPrestasi belajar

2007/2008 2008/2009 2009/2010

6,03 6,20 6,19 Sumber : Kurikulum SMK Negeri Jumantono.

Salah satu faktor yang dapat menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa adalah penerapan model pembelajaran oleh guru yang tidak inovatif,Untuk itu perlu adanya penerapan model pembelajaran yang inovatif salah satunya adalah model pembelajaran kontekstual.Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang mendorong siswa untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa.Dan juga mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka dalam konteks kehidupan pribadi,kehidupan sosial,dan kehidupan budaya. Dalam pembelajaran kontekstual menurut Sanjaya yang ditulis oleh Sugiyanto (2007:4) melibatkan tujuh komponen pokok yaitu(1)konstruktivisme(proses membangun dan menyusun pengetahuan baru) ,(2) bertanya, (3) Menemukan (inquiri), (4) masyarakat belajar, (5) pemodelan (modeling), (6) Refleksi dan (7) Penilaian sebenarnya.Dalam rangka untuk menemukan hubungan antar konsep atau menemukan konsep sendiri (inquiri) yang dipelajari maka guru harus pandai membuat suatu desain pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk rasa ingin tahu ,menciptakan suatu kerja sama sehingga aktivasi siswa dalam pembelajaran serta interaksi antar siswa dan dengan sumber belajar meningkat. Untuk mengimplementasikan hal tersebut dapat digunakan dengan kerja laboratorium atau eksperimen.

Salah satu kompetensi kimia yang ada dikelas XI SMK adalah membedakan larutan elektrolit dan non elektrolit serta membuat larutan dengan menggunakan satuan konsentrasi .Kompetensi adalah pernyataan tentang pengetahuan,keterampilan dan sikap yang harus dikuasai peserta didik serta tingkat penguasaan yang diharapkan dicapai dalam mempelajari suatu mata pelajaran (Center for Civic education,1997:2)Supaya


(24)

commit to user

4 kompetensi ini dikuasai siswa dengan baik maka akan lebih tepat menerapkan pembelajaran kontekstual dengan kerja laboratorium, sehingga interaksi antara siswa dengan siswa serta interaksi antara siswa dengan jenis sumber belajar dan partisipasi siswa akan meningkat yang selanjutnya akan berpengaruh pada hasil belajar siswa.Berdasarkan kompetensi yang dipelajari maka hasil belajar dapat berupa aspek koqnitif ,aspek psikomotor dan aspek afektif.Aspek koqnitif meliputi aspek yang berkaitan dengan kemampuan berfikir, kemampuan memperoleh pengetahuan, pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan dan penalaran. Aspek psikomotor meliputi aspek yang berkaitan dengan kemampuan melakukan pekerjaan dengan melibatkan anggota badan,kemampuan yang berkaitan dengan gerak fisik.Aspek afektif aspek yang berkaitan dengan perasaan ,emosi,sikap,derajat penerimaan atau penolakan terhadap suatu objek.

Selain faktor model pembelajaran,faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kesuksesan seseorang menurut Steven J.Stein(2002: 30) adalah kecerdasan emosional siswa. Kecerdasan Emosional menurut Reuven Bar-On merupakan serangkaian kemampuan ,kompetensi dan kecakapan non koqnitif,yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan.Pembelajaran merupakan proses interaksi antara individu dengan sumber belajar serta interaksi antar individu siswa dengan individu siswa atau dengan guru.Dalam kaiatanya interaksi tersebut dibutuhkan kecerdasan emosional yang merupakan kemampuan-kemampuan non kognitif yang dapat membantu kecakapan kognitif antara lain kemampuan untuk mengenal dan mengendalikan diri sendiri (kesadaran diri-sendiri); kemampuan menyampaikan secara jelas pikiran dan perasaan pikiran kita; membela diri dan mempertahankan pendapat(sikap asertif); sikap kemandirian; aktualisasi diri; kemampuan bergaul; kemampuan untuk memahami perasaan dan pikiran orang lain; kemampuan untuk menjadi anggota masyarakat yang dapat bekerja sama dan yang bermanfaat bagi kelompok masyarakatnya; kemampuan menciptakan hubungan yang saling menguntungkan; kemampuan untuk bersikap lentur dan realistis; kemampuan untuk melihat sesuatu sesuai dengan kenyataan; kemampuan untuk tahan menghadapi stress; kemampuan untuk menahan atau menunda keinginan untuk bertindak; kemampuan untuk mempertahankan sikap positif yang realistis; kemampuan untuk mensyukuri kehidupan; menyukai diri sendiri dan orang lain; dan untuk bersemangat serta bergairah dalam melakukan setiap kegiatan.


(25)

commit to user

5 Makalah ini merupakan intisari dari penelitian penulis yang berjudul ”Pengaruh model pembelajaran kontekstual dan Pembelajaran Konvensional terhadap Kompetensi Kimia Ditinjau Dari Kecerdasan Emosional Siswa.” Isi Makalah ini adalah membahas

A. Pengertian Pembelajaran Kontekstual,Pembelajaran Konvensional,

Kompetensi,dan Kecerdasan Emosi. B. Metodologi Penelitian yang digunakan. C. Hasil Uji coba instrumen

D. Hasil Penelitian E. Analisa Data. F. Pengujian Hipotesis

G. Kesimpulan.

Dalam makalah ini akan menjawab pertanyaan sebagai berikut :

1. Apakah ada perbedaan pengaruh penerapan model pembelajaran

kontekstual dan pembelajaran konvensional terhadap kompetensi kimia dalam membedakan larutan elektrolit dan non elektrolit serta menggunakan satuan konsentrasi untuk membuat larutan?

2. Apakah ada perbedaan pengaruh antara siswa yang mempunyai kecerdasan

emosional tinggi dengan siswa yang mempunyai kecerdasan emosional rendah terhadap kompetensi kimia dalam membedakan larutan elektrolit dan non elektrolit serta menggunakan satuan konsentrasi untuk membuat larutan?

3. Apakah ada interaksi pengaruh antara model pembelajaran dengan

kecerdasan emosional siswa terhadap kompetensi kimia dalam

membedakan larutan elektrolit dan non elektrolit serta menggunakan satuan konsentrasi untuk membuat larutan?


(26)

commit to user

6


(27)

commit to user

6 BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembelajaran Kontekstual,Pembelajaran Konvensional ,

Kompetensi , dan Kecerdasan Emosi.

Kata kunci dari penelitian penulis yang berjudul ”Pengaruh model pembelajaran kontekstual dan Pembelajaran Konvensional terhadap Kompetensi Kimia Ditinjau Dari Kecerdasan Emosional Siswa.” adalah (1) Pembelajaran Kontekstual (2) Pembelajaran Konvensional (3) Kompetensi ( 4 ) Kecerdasan Emosi.

Pembelajaran Kontekstual. Pembelajaran kontekstual menurut Trianto (2010:107) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan enam komponen utama pembelajaran kontekstual yakni : (1) kontruktivisme, (constructivisme), (2)bertanya(questioning), (3)inkuiri (inquiry),(4) masyarakat belajar (learning community), (5) pemodelan (modeling), dan (6) penilaian autentik (authentic assessment).

Nurhadi (2003) yang ditulis oleh Sugiyanto(2007:1) Pembelajaran Kontekstual adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa.Dan juga mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sendiri-sendiri. Masih menurut sugiyanto untuk mencapai tujuan dalam pembelajaran kontekstual maka pembelajarannya harus meliputi tujuh komponen berikut : (1) membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, (2) Melakukan pekerjaan yang berarti, (3) melakukan pembelajaran yang diatur sendiri, (4) melakukan kerja sama, (5) membantu individu untuk


(28)

commit to user

7 tumbuh dan berkembang, (6) berfikir kritis dan kreatif untuk mencapai standar yang tinggi, dan (7) menggunakan penilaian autentik.

Direktorat Pembinaan SMK ( 2008: 32) mengatakan Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) disingkat CTL merupakan suatu proses belajar yang holistik yang bertujuan membantu peserta didik untuk memahami makna materi pembelajaran yang dipelajari dengan mengaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan peserta didik sehari-hari( konteks pribadi, sosial dan kultural). Komponen CTL menurut Direktorat Pembinaan SMK ada tujuh : (1) merumuskan masalah (inquiry), (2) bertanya (questioning), (3) konstruktivisme, (4) masyarakat belajar (learning community), (5) penialian yang sebenarnya(authentic assessment), (6) pemodelan ( modeling), (7) refleksi (reflection).

Menurt Akhmad Sudrajat (http://akhmadsudrajat. wordpress. Com /2008/01/29/ pembelajaran-kontekstual/ ), Pembelajaran Kontekstual adalah Merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks lainnya. Masih menurut Akhmad Sudrajat Pembelajaran kontekstual juga dapat diartikan Suatu konsep

belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong pebelajar membuat hubungan antara materi yang diajarkannya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

Mengenai pembelajaran kontekstual Arif Rohman (2009:184) berpendapat bahwa Pembelajaran kontekstual.( contextual teaching and learning) merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami materi pembelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari ( konteks pribadi, sosial dan kultural),sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang


(29)

commit to user

8 secara fleksibel dapat diterapkan dari suatu permasalahan /konteks ke permaslahan /konteks lainya. Masih menurut Arif Rohman Komponen dalam pembelajaran kontekstual meliputi : (1) Membuat hubungan yang bermakna (making meaning ful connections), (2) Melakukan pekerjaan yang signifikan ( doing significant work),(3) Pembelajaran mandiri( selft-regulated learning),(3) Bekerja sama ( collaborating),(4) Berfikir kritis dan kreatif ( critical and creative thinking),(4) Pendewasaan individu (nurturing individual), (5) Pencapain standar yang tinggi (reaching high standards), dan (6) Menggunaka penilaian autentik ( using authentic assessment).

Sementara Johnson B.Elaine (2007: 58) mengatakan Contextual Teaching and Learning adalah sistem pengajaran yang merangsang otak untuk menyusun pola yang menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademik dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa.

Pembelajaran kontekstual dalam penelitian penulis adalah proses belajar yang bersifat holistik untuk membantu peserta didik dalam memahami makna materi dengan cara mengaitkan antara materi pengetahuan yang telah dimiliki maupun pengetahuan yang sedang dipelajari dengan kehidupan nyata yang ada disekitar atau dialami oleh peserta didik, dengan melibatkan komponen-komponen seperti : (1) konstruktivisme, (2) inkuiri, (3) masyarakat belajar, (4) bertanya, (5) pemodelan, dan (6) penilaian autentik.

Pembelajaran Konvensional. Menurut Rooijakkers yang ditulis

Dwijastuti (2001:60) menjelaskan bahwa pembelajaran konvensional merupakan pendekatan pembelajaran satu arah yang berpusat pada guru.Dalam prakteknya guru sebagai sumber informasi utama yang mengambil peranan sentral dalam pembelajaran. Oleh sebab itu pembelajaran konvensional banyak dilaksanakan dengan metode ceramah, pembelajaran berjalan dengan satu arah, pemanfaatan sumber-sumber belajar yang ada di sekitar kita kurang apalagi pemanfaatan tehnologi sebagai pengajaran.Menurut Neil yang ditulis Dwijastuti (2001: 58) menyebut pembelajaran konvensional sebagai pendekatan pembelajaran yang

menekankan hubungan stimulus respons teramati.Kondisi ini kurang


(30)

commit to user

9 sebagai seorang ilmuwan ditinggalkan. Peserta didik dianggap sebagai botol kosong yang harus diisi oleh guru dengan informasi sebanyak –banyaknya. Orientasi guru dalam pembelajaran konvensional ini terletak pada tercapainya tujuan belajar bukan pada proses pembelajaran sehingga peserta didik menjadi pasif.

Pembelajaran Konvensional oleh Winkel (1991:178) disebut dengan pembelajaran dengan prosedur didaktik. Kegiatan guru dikelompokkan dalam tiga pola yaitu pola narasi, pola perundingan bersama dan pola pemberian tugas. Narasi merupakan pemaparan materi pembelajaran oleh guru yang dilakukan secara ceramah, materi yang disajikan berupa konsep, hukum atau dalil, perundingan bersama dilaksanakan hanya sesekali serta diakhiri dengan pemberian tugas –tugas , begitu pola pembelajaran secara konvensional yang dilakukan secara mekanitis, sehingga membuat peserta didik cepat mengalami kejenuhan dalam pembelajaran.

Woolfok & Nicolich(1984:240) berpendapat bahwa:

The conventional approach is appropriate for teaching the concepts,certain problem arise. ( Pendekatan konvensional sesuai untuk mengajarkan konsep,masalah yang timbul).

Menurut Muhibbun Syah ( 1995:203) Ceramah adalah sebuah metode mengajar yang paling klasik,tetapi masih dipakai orang dimana-mana hingga sekarang. Metode ceramah ialah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Metode ceramah sebuah cara melaksanakan pengajaran yang dilakukan guru secara monolog dan hubungan satua arah. Aktivitas siswa menyimak sesekali mencatat. metode ceramah mempunyai ciri khas sebagai berikut : (1) Sifat materi Informative,factual,(2) Tujuan untuk pemahaman dan pengetahuan,(3) Keunggulannya lebih banyak materi yang tersaji,(4) Kelemahannya siswa pasif. Menurut Hassibuan (2004:13)metode ceramah adalah cara penyampaian materi bahan pelajaran dengan komunikasi lisan. Masih menurut Hasibuan ,langkah-langkah dalam metode ceramah adalah (1) Rumuskan tujuan pembelajaran (2) Susun bahan ceramah. (3) Penyampaian


(31)

commit to user

10 bahan. (4) Adakan rencana penilaian.Metode ceramah menjadi pilihan dalam pengajaran jika (1) Untuk menyampaikan informasi. (2)Bila bahan ceramah langka.(3) Kalau organisasi sajian harus disesuaikan dengan sifat penerima.(4) Bila perlu membangkitkan minat.(5) Kalau bahan cukup diingat sebentar.(6) Untuk memberi pengantar atau petunjuk bagi format lain.

Pembelajaran konvensional dalam penelitian penulis adalah pembelajaran dengan paradigma lama dimana guru menyampaikan informasi dengan metode ceramah, memberikan contoh ,dan diakhiri dengan pemberikan soal atau tugas.

Kompetensi. Menurut McAshan dan Mulyasa (2004:38) kompetensi

merupakan pengetahuan,keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dirinya sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif,afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya.

Depdiknas (2003:13) mengatakan kompetensi adalah kemampuan yang dapat dilakukan peserta didik yang mencakup pengetahuan,keterampilan,dan perilaku.

Menurut Surat Keputusan Menteri pendidikan Nasional Nomor 045 /U/2002 tentang kurikulum inti perguruan tinggi, mengatakan kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas,penuh tanggung jawab,yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas dibidang tertentu (pasal 1).

Sementara Association K.U. leven mendefinisikan kompetensi yang ditulis dalam : http://my.opera.com/winsolu/blog/pengertian-kompetensi , mengatakan bahwa kompetensi adalah pengintegrasian dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang memungkinkan untuk melaksanakan satu cara efektif.

Definisi kompetensi oleh RobertA.Roe (2001) yang ditulis dalam : http://my.opera.com/winsolu/blog/pengertian-kompetensi, mengatakan bahwa: “Competence is defined as the ability to adequately perform a task, duty or role. Competence integrates knowledge, skills, personal values and attitudes. Competence builds on knowledge and skills and is acquired through work

experience and learning by doing”.

(Kompetensi didefinisikan sebagai kemampuan untuk menampilkan performans suatu pekerjaan, tugas atau peran secara wajar. Kompetensi merupakan perpaduan


(32)

commit to user

11 antara pengetahuan ,keterampilan, nilai kepribadian dan sikap.Kompetensi dibentuk berdasarkan pengetahuan dan keterampilan dan dibentuk melalui pengalaman kerja dan belajar dengan tindakan. )

Depdiknas,Pembinaan SMK (2008: iv ) kompetensi adalah kemampuan bersikap,berfikir, dan bertindak secara konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan,sikap, dan keterampilan yang dimiliki oleh peserta didik.

Arif Rohman (2009:151) mengatakan kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki ,dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.

Pengertian kompetensi dalam penelitian penulis adalah seperangkat tindakan cerdas,penuh tanggung jawab yang meliputi perilaku kognitif,afektif dan psikomotor dan telah menjadi bagian dari dirinya sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam bidangnya.

B. Metodologi Penelitian yang digunakan.

Penulis melakukan penelitian di SMK Negeri sekabupaten Karanganyar kelas XI kelompok Teknologi Industri pada semester-1 tahun pelajaran 2010/2011. Waktu penelitian dimulai dari penyusunan proposal dan survei lapangan dilakukan selama 3 bulan dimulai bulan Juni sampai dengan bulan Agustus tahun 2010. Pengambilan data dilakukan selama 3 bulan dimulai bulan September sampai bulan November 2010. Analisa data dan pelaporan bulan Desember 2010 sampai dengan bulan Januari 2011.

Jenis penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian eksperimen dengan desaian analisa data faktorial 2 x 2 .

Populasi pada penelitian penulis adalah siswa kelas XI kelompok teknologi di SMK Negeri sekabupaten Karanganyar dengan jumlah 831 siswa yang mempunyai kompetensi fisika,kimia,biologi,kejuruan,kewirausahaan, dan lain-lain. Populasi targetnya adalah siswa kelas XI kelompok teknologi di SMK Negeri sekabupaten Karanganyar dengan jumlah 831 siswa yang mempunyai kompetensi kimia.


(33)

commit to user

12 Sampling yang digunakan penulis dalam penelitian adalah teknik multi stage cluster random sampling. Teknik cluster random sampling memandang satuan-satuan sampel tidak terdiri dari individu-individu melainkan dari kelompok – kelompok individu atau cluster (Sutrisno Hadi, 2004: 94).

Dari hasil sampling yang telah dilakukan, sampel dalam penelitian terdiri 74 siswa merupakan kelompok eksperimen dengan pembelajaran kontekstual dilaksanakan di SMK Negeri Jumantono dan 62 siswa merupakan kelompok kontrol dengan pembelajaran konvensional dilaksanakan di SMK Negeri Jatipuro dan 69 siswa sebagai kelompok uji coba instrumen di SMK Negeri 2 Karanganyar.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian meliputi (1) Tes kognitif kimia digunakan untuk memperoleh data kognitif kimia, (2) Angket pertama untuk memperoleh data afektif (3) Angket kedua untuk memperoleh data kecerdasan emosi. (4) Dokumen untuk .memperoleh data awal kompetensi kimia

C. Hasil Uji coba instrumen

Uji coba instrumen yang dilakukan meliputi(1) uji coba instrumen tes kognitif kimia (2) Uji coba instrumen afektif, dan (3) Uji coba instrumen kecerdasan emosi.Uji coba instrumen dilaksanakan di SMK Negeri 2 Karanganyar.

Uji coba instrumen tes kognitif kimia dari 60 butir soal setelah dilakukan pengolahan data dan dilakukana uji beda soal,tingkat kesukaran soal dan validitas butir soal diperoleh 48 butir soal dikatakan valid dan 12 butir soal dikatakan tidak valid, dengan reliabilitas 0,9332. Reliabilitas soal diukur dengan KR-20

Uji coba instrumen afektif dari 40 butir soal setelah dilakukan pengolahan data dan dilakukan validitas instrumen dengan produk momen yang dikatakan valid berjumlah 33 butir soal dan dilakukan uji reliabilitas dengan rumus Alph diperoleh harga reliabilitas 0,442 . Dikatakan instrumen reliabel karena harga r hitung lebih besar dari r tabel.

Uji coba instrumen kecerdasan emosi dari 78 butir soal setelah dilakukan pengolahan data dan dilakukan validitas instrumen dengan pproduk momen dan


(34)

commit to user

13 uji reliabilitas dengan rumus alpha , maka dikatakan instrumen dikatakan valid dan reliabel berjumlah 63 butir soal dengan harga reliabilitas 0,953 . Butir soal yang tidak valid berjumlah 15 butir soal.

D. Hasil penelitian

Data hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut :

1. Nilai kompetensi kimia dari 74 siswa, hasil mengikuti pembelajaran kontekstual dengan nilai tertinggi 100, nilai terendah 52,1 ,nilai rata-rata 78,58 dan standar deviasi 14,83.

2. Nilai kompetensi kimia dari 62 siswa, hasil pembelajaran konvensional dengan nilai tertinggi 83,3 nilai terendah 20,8 nilai rata-rata 51,44 dan standar deviasi 15,15.

3. Nilai kompetensi kimia dari 40 siswa yang mempunyai tingkat kecerdasan emosional rendah setelah mengikuti pembelajaran kontekstual dengan nilai tertinggi 97,9 nilai terendah 52,1 nilai rata-rata 70,4 dan standar deviasi 13,82.

4. Nilai kompetensi kimia dari 34 siswa yang mempunyai tingkat kecerdasan emosional tinggi setelah mengikuti pembelajaran kontekstual dengan nilai tertinggi 100 nilai terendah 72,9 nilai rata-rata 88,24 dan standar deviasi 16,49.

5. Nilai kompetensi kimia dari 29 siswa yang mempunyai tingkat kecerdasan emosional rendah setelah mengikuti pembelajaran konvensional dengan nilai tertingi 62,5 nilai terendah 20,8 nilai rata-rata 47,41 dan standar deviasi 12,41.

Nilai kompetensi kimia dari 33 siswa yang mempunyai tingkat kecerdasan emosional tinggi setelah mengikuti pembelajaran konvensional dengan nilai tertingi 83,3 nilai terendah 20,8 nilai rata-rata 55 dan standar deviasi 16,58.


(35)

commit to user

14

E. Analisa Data

Data yang diperoleh dilakukan uji persyaratan yang meliputi (1) Uji normalitas , dan (2 ) Uji homogenitas. Uji normalitas menggunakan uji lilifors. Hasil perhitungan dengan uji Lilifors dapat dilihat tabel sebagai berikut :

Tabel : Rangkuman Hasil Perhitungan Normalitas.

No Populasi Yang diuji N α L

maks.

L

tabel Kesimpulan

1

Pembelajaran

Kontekstual 74 0,05 0,085 0,103

Populasi berdistribusi

Normal

2

Pembelajaran

Konvensional 62 0,05 0,091 0,113

Populasi berdistribusi Normal 3 Pembelajaran Kontekstual,Kecerdasan Emosi rendah

40 0,05 0,132 0,140

Populasi berdistribusi Normal 4 Pembelajaran Kontekstual,Kecerdasan Emosi Tinggi.

34 0,05 0,120 0,152

Populasi berdistribusi Normal 5 Pembelajaran Konvensional,Kecerdasan Emosi rendah

29 0,05 0,130 0,165

Populasi berdistribusi Normal 6 Pembelajaran Konvensional,Kecerdasan Emosi tinggi.

33 0,05 0,136 0,154

Populasi berdistribusi


(36)

commit to user

15 Uji selanjutnya dengan uji homogenitas dengan menggunakan uji Bartllet. Uji homogenitas untuk (1) pembelajaran kontekstual dengan pembelajaran konvensional diperoleh x2 = 0,03 serta tidak termasuk daerah kritis sehingga data dikatakan homogen (2) kelompok siswa yang kecerdasan emosi rendah dan kelompok siswa yang kecerdasan emosinya tinggi diperoleh harga diperoleh x2 = 0,717 serta tidak termasuk daerah kritis sehingga data dikatakan homogen. (3) kelompok interaksi antara model pembelajaran dengan kecerdasan emosi diperoleh harga x2 = 3,55 serta tidak termasuk daerah kritis maka dikatakan data dikatakan homogen.

F. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan uji anava dua jalan dengan sel tak sama. Hasil perhitungan anava dua jalan dengan sel tak sama dapat dilihat pada tabel dibawah ini .

Sumber Variansi JK dk RK Fhitung F tabel

Keputusan Uji ModelPembelajaran (A) 26497,527 1 26497,527 200,739 3,84 Ho di tolak

Kecerdasan Emosi(B) 5429,589 1 5429,587 41,133 3,84 Ho di tolak

Interaksi Antara Model

Pembelajaran dan

Kecerdasan Emosi(AB) 898,589 1 898,576 6,807 3,84 Ho ditolak

Galat 23289,62 132 176,437 - - -

Total 56115,324 135 - - - -

Karena Ho di tolak maka perlu dilakukan uji lanjut pasca anava dengan menggunakan metode Scheef. Rangkuman hasil metode scheef adalah sebagai berikut :


(37)

commit to user

16

Jenis Komparasi Nilai F F tabel Keputusan Uji Kesimpulan

Baris ( F1.-2.) 141,252 3,84 HoA ditolak Untuk

menentukan mana yang

lebih baik dilihat dari harga reratanya. Kolom ( F.1-.2) 24,1675 3,84 HoB ditolak

Sel (Interaksi) ( F11-21) 50,4053 2,36 HoAB ditolak

Sel (Interaksi) ( F12-22) 104,6178 2,36 HoAB ditolak

Sel (Interaksi) ( F11-12) 33,0034 1,96 HoAB ditolak

Sel (Interaksi) ( F21-22) 5,0531 1,40 HoAB ditolak

Hasil uji lanjut Ho ditolak maka untuk melihat mana yang lebih baik dilihat reraratanya. Rangkuman rerata masing-masing sel sebagai berikut :

Model Pembelajaran

Tingkat Kecerdasan Emosi Siswa Rerata

Marginal Rendah (Bo) Tinggi (B1)

Kontekstual (Ao) 70,4 ( N=40) 88,2 (N=34) 78,58

Konvensional (A1) 47,4 (N=29) 55 (N=33) 51,4


(38)

commit to user

17 BAB III

KESIMPULAN

Pertama pembelajaran kontekstual mempunyai pengaruh yang lebih baik terhadap penguasaan kompetensi kimia pada membedakan larutan elektrolit dan non elektrolit serta membuat larutan dengan satuan konsentrasi dibanding dengan pembelajaran konvensional.Indikator yang digunakan adalah rerata nilai kompetensi kimia pada pembelajaran kontekstual lebih tinggi dibanding dengan rerata nilai kompetensi kimia pada pembelajaran konvensional.

Kedua, tingkat kecerdasan emosional siswa mempunyai pengaruh terhadap penguasaan kompetensi kimia.Siswa dengan tingkat kecerdasan emosional tinggi mempunyai penguasaan kompetensi kimia pada membedakan larutan elektrolit dan non elektrolit serta membuat larutan dengan satuan konsentrasi lebih baik dibanding dengan siswa yang mempunyai tingkat kecerdasan emosional rendah.

Ketiga ada pengaruh interaksi antara model pembelajaran dan kecerdasan emosional siswa dengan penguasaan kompetensi kimia.Pembelajaran kontekstual pada siswa yang memiliki tingkat kecerdasan emosional tinggi mempunyai tingkat penguasaan kompetensi kimia pada membedakan larutan elektrolit dan non elektrolit serta membuat larutan dengan menggunakan satuan konsentrasi lebih baik dibanding dengan pembelajaran konvensional pada siswa yang memiliki tingkat kecerdasan emosional rendah. Indikator yang digunakan adalah rerata nilai kompetensi kimia. Rerata nilai kompetensi kimia yang diperoleh dalam pembelajaran kontekstual pada siswa yang tingkat kecerdasan emosionalnya tinggi lebih baik dibanding dengan rerata nilai kompetensi kimia yang diperoleh dalam pembelajaran konvensinal pada siswa yang tingkat kecerdasan emosionalnya rendah.


(1)

commit to user

12

Sampling yang digunakan penulis dalam penelitian adalah teknik multi stage cluster random sampling. Teknik cluster random sampling memandang satuan-satuan sampel tidak terdiri dari individu-individu melainkan dari kelompok – kelompok individu atau cluster (Sutrisno Hadi, 2004: 94).

Dari hasil sampling yang telah dilakukan, sampel dalam penelitian terdiri 74 siswa merupakan kelompok eksperimen dengan pembelajaran kontekstual dilaksanakan di SMK Negeri Jumantono dan 62 siswa merupakan kelompok kontrol dengan pembelajaran konvensional dilaksanakan di SMK Negeri Jatipuro dan 69 siswa sebagai kelompok uji coba instrumen di SMK Negeri 2 Karanganyar.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian meliputi (1) Tes kognitif kimia digunakan untuk memperoleh data kognitif kimia, (2) Angket pertama untuk memperoleh data afektif (3) Angket kedua untuk memperoleh data kecerdasan emosi. (4) Dokumen untuk .memperoleh data awal kompetensi kimia

C. Hasil Uji coba instrumen

Uji coba instrumen yang dilakukan meliputi(1) uji coba instrumen tes kognitif kimia (2) Uji coba instrumen afektif, dan (3) Uji coba instrumen kecerdasan emosi.Uji coba instrumen dilaksanakan di SMK Negeri 2 Karanganyar.

Uji coba instrumen tes kognitif kimia dari 60 butir soal setelah dilakukan pengolahan data dan dilakukana uji beda soal,tingkat kesukaran soal dan validitas butir soal diperoleh 48 butir soal dikatakan valid dan 12 butir soal dikatakan tidak valid, dengan reliabilitas 0,9332. Reliabilitas soal diukur dengan KR-20

Uji coba instrumen afektif dari 40 butir soal setelah dilakukan pengolahan data dan dilakukan validitas instrumen dengan produk momen yang dikatakan valid berjumlah 33 butir soal dan dilakukan uji reliabilitas dengan rumus Alph diperoleh harga reliabilitas 0,442 . Dikatakan instrumen reliabel karena harga r hitung lebih besar dari r tabel.

Uji coba instrumen kecerdasan emosi dari 78 butir soal setelah dilakukan pengolahan data dan dilakukan validitas instrumen dengan pproduk momen dan


(2)

commit to user

13

uji reliabilitas dengan rumus alpha , maka dikatakan instrumen dikatakan valid dan reliabel berjumlah 63 butir soal dengan harga reliabilitas 0,953 . Butir soal yang tidak valid berjumlah 15 butir soal.

D. Hasil penelitian

Data hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut :

1. Nilai kompetensi kimia dari 74 siswa, hasil mengikuti pembelajaran kontekstual dengan nilai tertinggi 100, nilai terendah 52,1 ,nilai rata-rata 78,58 dan standar deviasi 14,83.

2. Nilai kompetensi kimia dari 62 siswa, hasil pembelajaran konvensional dengan nilai tertinggi 83,3 nilai terendah 20,8 nilai rata-rata 51,44 dan standar deviasi 15,15.

3. Nilai kompetensi kimia dari 40 siswa yang mempunyai tingkat kecerdasan emosional rendah setelah mengikuti pembelajaran kontekstual dengan nilai tertinggi 97,9 nilai terendah 52,1 nilai rata-rata 70,4 dan standar deviasi 13,82.

4. Nilai kompetensi kimia dari 34 siswa yang mempunyai tingkat kecerdasan emosional tinggi setelah mengikuti pembelajaran kontekstual dengan nilai tertinggi 100 nilai terendah 72,9 nilai rata-rata 88,24 dan standar deviasi 16,49.

5. Nilai kompetensi kimia dari 29 siswa yang mempunyai tingkat kecerdasan emosional rendah setelah mengikuti pembelajaran konvensional dengan nilai tertingi 62,5 nilai terendah 20,8 nilai rata-rata 47,41 dan standar deviasi 12,41.

Nilai kompetensi kimia dari 33 siswa yang mempunyai tingkat kecerdasan emosional tinggi setelah mengikuti pembelajaran konvensional dengan nilai tertingi 83,3 nilai terendah 20,8 nilai rata-rata 55 dan standar deviasi 16,58.


(3)

commit to user

14

E. Analisa Data

Data yang diperoleh dilakukan uji persyaratan yang meliputi (1) Uji normalitas , dan (2 ) Uji homogenitas. Uji normalitas menggunakan uji lilifors. Hasil perhitungan dengan uji Lilifors dapat dilihat tabel sebagai berikut :

Tabel : Rangkuman Hasil Perhitungan Normalitas.

No Populasi Yang diuji N α L

maks.

L

tabel Kesimpulan

1

Pembelajaran

Kontekstual 74 0,05 0,085 0,103

Populasi berdistribusi

Normal

2

Pembelajaran

Konvensional 62 0,05 0,091 0,113

Populasi berdistribusi Normal 3 Pembelajaran Kontekstual,Kecerdasan Emosi rendah

40 0,05 0,132 0,140

Populasi berdistribusi Normal 4 Pembelajaran Kontekstual,Kecerdasan Emosi Tinggi.

34 0,05 0,120 0,152

Populasi berdistribusi Normal 5 Pembelajaran Konvensional,Kecerdasan Emosi rendah

29 0,05 0,130 0,165

Populasi berdistribusi Normal 6 Pembelajaran Konvensional,Kecerdasan Emosi tinggi.

33 0,05 0,136 0,154

Populasi berdistribusi


(4)

commit to user

15

Uji selanjutnya dengan uji homogenitas dengan menggunakan uji Bartllet. Uji homogenitas untuk (1) pembelajaran kontekstual dengan pembelajaran konvensional diperoleh x2 = 0,03 serta tidak termasuk daerah kritis sehingga data dikatakan homogen (2) kelompok siswa yang kecerdasan emosi rendah dan kelompok siswa yang kecerdasan emosinya tinggi diperoleh harga diperoleh x2 = 0,717 serta tidak termasuk daerah kritis sehingga data dikatakan homogen. (3) kelompok interaksi antara model pembelajaran dengan kecerdasan emosi diperoleh harga x2 = 3,55 serta tidak termasuk daerah kritis maka dikatakan data dikatakan homogen.

F. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan uji anava dua jalan dengan sel tak sama. Hasil perhitungan anava dua jalan dengan sel tak sama dapat dilihat pada tabel dibawah ini .

Sumber Variansi JK dk RK Fhitung F tabel

Keputusan Uji

ModelPembelajaran (A) 26497,527 1 26497,527 200,739 3,84 Ho di tolak Kecerdasan Emosi(B) 5429,589 1 5429,587 41,133 3,84 Ho di tolak

Interaksi Antara Model

Pembelajaran dan

Kecerdasan Emosi(AB) 898,589 1 898,576 6,807 3,84 Ho ditolak

Galat 23289,62 132 176,437 - - -

Total 56115,324 135 - - - -

Karena Ho di tolak maka perlu dilakukan uji lanjut pasca anava dengan menggunakan metode Scheef. Rangkuman hasil metode scheef adalah sebagai berikut :


(5)

commit to user

16

Jenis Komparasi Nilai F F tabel Keputusan Uji Kesimpulan

Baris ( F1.-2.) 141,252 3,84 HoA ditolak Untuk

menentukan mana yang

lebih baik dilihat dari harga reratanya. Kolom ( F.1-.2) 24,1675 3,84 HoB ditolak

Sel (Interaksi) ( F11-21) 50,4053 2,36 HoAB ditolak

Sel (Interaksi) ( F12-22) 104,6178 2,36 HoAB ditolak

Sel (Interaksi) ( F11-12) 33,0034 1,96 HoAB ditolak

Sel (Interaksi) ( F21-22) 5,0531 1,40 HoAB ditolak

Hasil uji lanjut Ho ditolak maka untuk melihat mana yang lebih baik dilihat reraratanya. Rangkuman rerata masing-masing sel sebagai berikut :

Model Pembelajaran

Tingkat Kecerdasan Emosi Siswa Rerata

Marginal Rendah (Bo) Tinggi (B1)

Kontekstual (Ao) 70,4 ( N=40) 88,2 (N=34) 78,58

Konvensional (A1) 47,4 (N=29) 55 (N=33) 51,4


(6)

commit to user

17

BAB III

KESIMPULAN

Pertama pembelajaran kontekstual mempunyai pengaruh yang lebih baik terhadap penguasaan kompetensi kimia pada membedakan larutan elektrolit dan non elektrolit serta membuat larutan dengan satuan konsentrasi dibanding dengan pembelajaran konvensional.Indikator yang digunakan adalah rerata nilai kompetensi kimia pada pembelajaran kontekstual lebih tinggi dibanding dengan rerata nilai kompetensi kimia pada pembelajaran konvensional.

Kedua, tingkat kecerdasan emosional siswa mempunyai pengaruh terhadap penguasaan kompetensi kimia.Siswa dengan tingkat kecerdasan emosional tinggi mempunyai penguasaan kompetensi kimia pada membedakan larutan elektrolit dan non elektrolit serta membuat larutan dengan satuan konsentrasi lebih baik dibanding dengan siswa yang mempunyai tingkat kecerdasan emosional rendah.

Ketiga ada pengaruh interaksi antara model pembelajaran dan kecerdasan emosional siswa dengan penguasaan kompetensi kimia.Pembelajaran kontekstual pada siswa yang memiliki tingkat kecerdasan emosional tinggi mempunyai tingkat penguasaan kompetensi kimia pada membedakan larutan elektrolit dan non elektrolit serta membuat larutan dengan menggunakan satuan konsentrasi lebih baik dibanding dengan pembelajaran konvensional pada siswa yang memiliki tingkat kecerdasan emosional rendah. Indikator yang digunakan adalah rerata nilai kompetensi kimia. Rerata nilai kompetensi kimia yang diperoleh dalam pembelajaran kontekstual pada siswa yang tingkat kecerdasan emosionalnya tinggi lebih baik dibanding dengan rerata nilai kompetensi kimia yang diperoleh dalam pembelajaran konvensinal pada siswa yang tingkat kecerdasan emosionalnya rendah.