PERANCANGAN SIGN SYSTEM TAMAN SATWA TARU JURUG
commit to user
i
PERANCANGAN SIGN SYSTEM
TAMAN SATWA TARU JURUG
Diajukan Guna Melengkapi Persyaratan dalam Mencapai Gelar Sarjana Seni Rupa Jurusan
Desain Komunikasi Visual
Disusun oleh: FIKI ARISTANTIE
NIM C0706023
JURUSAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
(2)
commit to user
ii
Pengantar Karya Tugas Akhir dengan judul
PERANCANGAN SIGN SYSTEM
TAMAN SATWA TARU JURUG
Telah disetujui dan dipertahankan di hadapan tim penguji, dalam sidang Tugas Akhir
Pada tanggal 11 April 2011
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Hermansyah Mutaqin, S.Sn Arif Iman Santoso, S.Sn
NIP. 19711115 200604 1001 NIP.19790327 2005001 1102
Mengetahui, Koordinator Tugas Akhir
Arif Iman Santoso, S.Sn NIP. 19790327 2005001 1102
(3)
commit to user
iii
Disahkan dan dipertanggungjawabkan pada Sidang Tugas Akhir Jurusan Desain Komunikasi Visual Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret Surakarta 2011
Pada Tanggal :
Ketua Sidang Tugas Akhir:
Andreas Slamet Widodo, S.Sn, M.Hum NIP. 19751201 200112 1002
( ...)
Sekretaris Sidang Tugas Akhir : Esty Wulandari, S. Sos, M.Si NIP. 19791109 200801 2015
( ...)
Pembimbing Tugas Akhir I Hermansyah Mutaqin, S.Sn NIP. 19711115 200604 1001
( ...)
Pembimbing Tugas Akhir II Arif Iman Santoso, S.Sn NIP. 19790327 2005001 1102
( ...)
Mengetahui Dekan
Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Drs. Sudarno, MA NIP. 19530314 198506 1001
Ketua Jurusan Studi Desain Komunikasi Visual
Drs. Edi Wahyono Hardjanto, M.Sn NIP. 19510713 198203 1001
(4)
commit to user
iv
Karya ini kupersembahan pada: Kedua orang tua tercinta yang terus bekerja keras untuk membiayai kuliah saya
(5)
commit to user
v
“Berbuatlah sesuatu maka Anda akan menjadi seseorang. Atau diam saja, Anda juga
(6)
commit to user
vi
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kemudahan dan melimpahkan hikmahnya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan Konsep Pengantar Karya Tugas Akhir ini, dengan judul
PERANCANGAN SIGN SYSTEM TAMAN SATWA TARU JURUG,
sebagaimana yang telah diwajibkan sebagai syarat gelar kesarjanaan Seni Rupa Jurusan Desain Komunikasi Visual Fakultas Sastra dan Seni Rupa.
Laporan ini dibuat berdasarkan atas penelitian dan wawancara langsung dengan pihak-pihak yang bersangkutan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan objek wisata Taman Satwa Taru Jurug.
Dengan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sangat mendalam kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan baik secara materiil maupun spiritual. Oleh karena sudah selayaknya bila dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih dan rasa hormat kepada :
1. Drs. Sudarno, MA selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa dan seluruh
jajaran ruang lingkup Fakultas Sastra dan Seni Rupa;
2. Drs. Edi Wahyono Hardjanto, M.Sn. Selaku Ketua Jurusan Desain Komunikasi
Visual Fakultas Sastra dan Seni Rupa;
3. Andreas Slamet Widodo, S.Sn, M.Hum. selaku Ketua Penguji Tugas Akhir yang
telah memberikan pengarahannya;
4. Esty Wulandari, S.Sos, M.Si, selaku Sekretaris Penguji Tugas Akhir yang telah
memberikan pengarahannya;
5. Hermansyah Muttaqin,S.Sn, selaku Pembimbing Akademik serta pembimbing 1
yang telah memberikan pengarahan dan bimbingannya;
6. Arif Iman Santoso, S.Sn, Selaku Koordinator Tugas Akhir serta pembimbing II
yang telah memberikan pengarahan dan bimbingannya;
7. Seluruh Staff Pengajar Jurusan Desain Komunikasi Visual UNS yang telah
bersedia memberikan bekal ilmu dan bimbingan kuliah;
8. Seluruh Staff Administrasi Jurusan Desain Komunikasi Visual UNS atas segala
(7)
commit to user
vii
melakukan observasi di Taman Satwa Taru Jurug;
10.Semua pihak yang telah membantu terselesainya tugas akhir ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Pengantar Karya Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan Pengantar Karya Tugas Akhir ini. Semoga Pengantar Karya Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Atas perhatian dan kerjasamanya penulis ucapkan terimakasih.
Surakarta, 11 April 2011 Penulis,
(8)
commit to user
viii
HALAMAN SAMPUL ………... i
HALAMAN PERSETUJUAN ……….. ii
HALAMAN PENGESAHAN ………... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ……… iv
HALAMAN MOTTO ………. v
KATA PENGANTAR ……… vi
DAFTAR ISI ………... viii
DAFTAR GAMBAR ……….. xii
DAFTAR TABEL ………... xiii
DAFTAR BAGAN ……….. xiv
ABSTRAK ……… xv
BAB I PENDAHULUAN ………. 1
A. Latar Belakang Masalah ……… 1
B. Rumusan Masalah……… 3
C. Tujuan Perancangan ………... 3
D. Target Audience ………..……….. 3
E. Metode Pengumpulan Data………....……….………..……….… 4
BAB II KAJIAN TEORI .……….. 6
A. Signage………... 6
1. Pengertian Sign System ...……….... 7
2. Sejarah Sign System………. 7
3. Jenis-Jenis Sign ……… 8
4. Copy Wording……… 10
5. Fungsi Sign System……… 10
6. Faktor-Faktor Penting Dalam Membuat Sign……… 11 B. Warna dalam Sign System……… 16
C. Tipografi ……… 20
(9)
commit to user
ix
A. Identifikasi Obyek Perancangan ……… 28
1. Sejarah Taman Satwa Taru Jurug………..………... 28
2. Visi dan Misi Taman Satwa Taru Jurug ………... 32
3. Struktur Organisasi dan Tata Kerja ……….. 33
4. Potensi Taman Satwa Taru Jurug ………. 36
5. Sign System Taman Satwa Taru Jurug Saat Ini ……… 39
B. Komparasi ………. 41
1. Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka ……….. 41
2. Taman Safari Indonesia ……… 47
C. Analisis SWOT……….. 50
D. Positioning………. 55
BAB IV KONSEP PERANCANGAN……… 56
A. Metode Perancangan ……….. 56
B. Konsep Kreatif ………... 57
C. Standar Visual Perencanaan Desain ………. 57
1. Bentuk Signage ……… 57
2. Ilustrasi ……… 58
3. Warna ……….. 58
4. Tipografi……….... 59
D. Perancangan Sign System………... 60
1. Papan Informasi………... 61
2. Papan Larangan dan Peringatan………... 63
3. Papan Himbauan……… 64
E. Prediksi Biaya ……… 65
BAB V VISUALISASI KARYA ………. 71
(10)
commit to user
x
B. Saran ……… 121
DAFTAR PUSTAKA
(11)
commit to user
xi
Gambar 3.1 Sign System Taman Satwa Taru Jurug ….……… 39
Gambar 3.2 Sign System Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka …… 46
(12)
commit to user
xii
Tabel 2.1 Ukuran Simbol……….. 12
Tabel 2.2 Ukuran Tinggi Huruf……… 12
(13)
commit to user
xiii
1. Struktur Organisasi dan Tata Kerja Taman Satwa Taru Jurug ……… 34
2. Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kebun Binatang Gembira Loka …….. 44
(14)
commit to user
xiv
TAMAN SATWA TARU JURUG Fiki Aristantie1
Hermansyah Mutaqin, S.Sn 2 Arif Iman Santoso, S.Sn 3
ABSTRAK
Fiki Aristantie. 2011 . Perancangan Sign System Taman Satwa Taru Jurug ini
dilakukan dengan latar belakang kebutuhan sign system kini cukup penting
keberadaannya dan tidak hanya digunakan untuk lalu lintas dan tanda bangunan, tetapi juga berkembang menjadi tanda di tempat-tempat umum seperti tempat wisata.
Oleh karena itulah sebuah sign system perlu dirancang sebaik mungkin sehingga dapat
menjadi sign system yang efektif dalam menyampaikan pesan atau informasi, namun
tetap memiliki tingkat estetik yang tinggi, sehingga dapat menarik perhatian. Serta
harus memiliki kesinambungan antara signage yang ada, namun keseragaman yang
diciptakan tidak menimbulkan kejenuhan. Tujuannya untuk mempermudah pengunjung dalam menggunakan fasilitas yang disediakan oleh Taman Satwa Taru Jurug.
1
Mahasiswa jurusan Desain Komunikasi Visual Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan NIM C0706023
2
Dosen Pembimbing 1 3 Dosen Pembimbing
(15)
commit to user
xv
TAMAN SATWA TARU JURUG Fiki Aristantie1
Hermansyah Mutaqin, S.Sn 2 Arif Iman Santoso, S.Sn 3
ABSTRACT
Fiki Aristantie. 2011. Redesign Sign System Taman Satwa taru Jurug are held by some needs of the importance of sign system nowadays not only for traffic and building guides, but also for public area such as amusement/ theme park. Therefore it is important to create a good and communicative sign system so it can be effective in communicating information. Esthetic in design so it can distract attention from the audience. The syncronization between each signage is vital, but are not meant to make saturation in design. The purpose is to make the visitor comfort with Taman Satwa Taru Jurugs facilities.
1 The student of Visual Communication Design of Faculty of Letters and Fine Arts of Surakarta Sebelas Maret University with NIM C0706023
2
Dosen Pembimbing 1 3 Dosen Pembimbing
(16)
commit to user 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan jaman, pola hidup masyarakat kini bergerak ke
arah yang lebih praktis dan efisien. Salah satunya dapat dilihat dengan adanya sign
system yang telah berada di beberapa tempat seperti perkantoran, plaza, tempat wisata,
rumah sakit, dll. Sign system atau sistem tanda adalah perangkat unsur yang secara teratur
saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas petunjuk. Salah satu fungsi sign
system adalah untuk memudahkan pengunjung di suatu tempat untuk menuju ke suatu
tempat dengan cepat dan tepat. Selain itu sign system dapat menghemat waktu dan
tenaga, misalnya suatu gedung atau tempat wisata yang mempunyai sign system yang
benar tidak memerlukan tenaga untuk memberikan atau menunjukkan informasi
mengenai arah ke satu tempat kepada setiap pengunjung. Ketepatan sign system akan
membuat pengunjung puas karena tidak perlu tersesat dan menghemat waktunya.
Dapat dibayangkan betapa sulitnya bila lalu lintas tidak dilengkapi dengan rambu-rambu, dan begitu halnya dengan tempat wisata yang begitu luas, tidak diketahui nama
dan letaknya. Oleh karena itu sign system telah ramai dipraktekan di beberapa tempat
wisata di Surakarta pada khususnya walaupun keberadaannya masih kurang lengkap namun dirasa telah cukup memberikan informasi yang sesuai bagi para pengunjungnya.
Kebun binatang adalah suatu tempat atau wadah yang memiliki fungsi utama sebagai lembaga konservasi yang melakukan usaha perawatan dan penangkaran berbagai jenis satwa dalam rangka membentuk dan mengembangkan habitat baru, sebagai sarana
(17)
commit to user 2
perlindungan dan pelestarian alam, dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan, pengembangan ilmu pengetahuan, dan teknologi serta sarana rekreasi yang sehat (kepmenhutbun no 479/kpts- 11/1998).
Sign system di sebuah kebun binatang merupakan salah satu prasarana fisik yang sebaiknya harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh oleh pihak pengelola dengan tujuan agar masyarakat yang berkunjung ke kebun binatang bisa mendapat informasi yang jelas dan terarah selama berkeliling areal kebun binatang yang sangatlah luas.
Selain menyediakan informasi bagi pengunjung, sign system pada sebuah kebun binatang
juga harus dirancang semenarik mungkin agar dapat menarik perhatian pengunjung.
Dengan adanya sign system selain memberi nilai tambah bagi interior Taman Satwa Taru
Jurug, pengunjung tidak akan lagi kesulitan menemukan tempat dan informasi yang mereka perlukan terutama tentang satwa yang mereka cari dan tidak ingin melewatkan satwa-satwa lain tentunya.
Sign system yang ada di Taman Satwa Taru Jurug sangat terbatas jumlahnya.
Selain itu, kondisi sign yang ada saat ini sangat memprihatinkan, kotor, tidak terawat,
patah bahkan sudah tidak terbaca sehingga banyak pengunjung yang kebingungan menemukan lokasi yang mereka cari. Sebagai kebun binatang satu-satunya yang berada di daerah Surakarta dengan luas area kebun lebih dari 14 hektar tentunya Satwa Taru
Jurug sangat membutuhkan sign system yang tepat dan lengkap serta menarik untuk
menarik minat pengunjung dan memudahkan pengunjung pergi ke tempat yang
diinginkan. Oleh karena itu, tugas ini berjudul Perancangan Sign System Taman Satwa
(18)
commit to user 3
B. Rumusan Masalah
Dari uraian-uraian di atas maka didapatkan masalah yang harus dihadapi yaitu
bagaimana merancang sign system (tema, bentuk komunikasi, gaya pendekatan) yang
menarik, komunikatif dan informatif agar bisa dipahami oleh pengunjung Taman Satwa Taru Jurug?
C. Tujuan Perancangan
Dari rumusan masalah yang didapatkan, maka tujuan perancangannya adalah
menciptakan suatu sign system yang informatif dan memiliki daya tarik visual tinggi
dengan tema, bentuk komunikasi dan gaya pendekatan yang menarik, efektif dan jelas kepada pengunjung agar dapat memanfaatkan semua fasilitas yang diberikan oleh Taman Satwa Taru Jurug.
D. Target
Audience
Guna berhasilnya proses perancangan sign system, target ditentukan melalui
beberapa pertimbangan sebagai berikut :
1. Segmentasi Geografis
Mencakup wilayah karesidenan Surakarta dan sekitarnya.
2. Segmentasi Demografis
a. Umur : 7 tahun ke atas
b. Jenis kelamin : laki-laki dan perempuan
c. Pendidikan : semua lapisan pendidikan
(19)
commit to user 4
3. Segmentasi Psikografis
Target audiencenya secara umum adalah masyarakat yang menyukai hiburan atau
pergi berwisata ke tempat yang murah dan mudah dijangkau. Dan untuk memperlancar
perancangan sign system, target audiencenya ditujukan kepada mereka yang memiliki
keingintahuan terhadap segala sesuatu yang ada di sekitar mereka serta masyarakat urban yang terbiasa membaca informasi lewat tanda/ rambu.
E. Metode Pengumpulan Data
Guna mewujudkan validitas data, penulis menggunakan beberapa teknik untuk mengumpulkan data antara lain :
1. Library Research
Pengkajian bahan dokumen dari sumber-sumber yang bisa dipercaya dan sumber pustaka yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan.
2. Wawancara
Pengumpulan data dengan melakukan wawancara kepada pihak yang bersangkutan dengan mengajukan pertanyaan secara langsung untuk memperoleh data yang diperlukan.
3. Survey
Melakukan kunjungan langsung ketempat yang dijadikan obyek penelitian dalam hal ini adalah kebun binatang Taman Satwa Taru Jurug.
Proses selanjutnya yaitu dengan melakukan proses analisis data. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis SWOT. Metode ini digunakan untuk mengetahui apakah kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman yang terdapat pada kebun
(20)
commit to user 5
binatang Taman Satwa Taru Jurug sehingga dapat merancang sign system yang efektif
(21)
commit to user
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Signage
Signage adalah suatu bentuk komunikasi yang diperlukan dalam era modern ini sebagai sarana penyampaian informasi yang efektif, sehingga membantu mengatur kelancaran kehidupan masyarakat. Contoh nyata yang menggambarkan pentingnya keberadaan suatu tanda adalah rambu-rambu lalu lintas. Namun keberadaan tanda-tanda tersebut tidak hanya di jalan saja. Sarana publik dan bangunan penting seperti rumah sakit, tempat wisata dan gedung perkantoran juga membutuhkan adanya tanda.
Kebutuhan akan suatu sign system yang baik semakin berkembang, khususnya
dimana kerumunan massa membutuhkan informasi petunjuk arah. Hal ini dikarenakan
sign system mampu mengkomunikasikan informasi kepada masyarakat dengan cepat dan
biasanya relatif dengan biaya yang rendah. Selain itu, sign system juga merupakan suatu
bagian yang penting dari keseluruhan advertising dan program pencitraan suatu
perusahaan, karena membantu menciptakan suatu image yang mudah dikenal dan unik,
sehingga membantu perusahaan yang bersangkutan untuk bertahan di persaingan pasar. Untuk menjadi efektif, penandaan semestinya menjadi suatu sistem dari elemen-elemen yang saling berhubungan, dan dirancang pada saat yang bersamaan, sehingga
menjadi suatu kesatuan. Apabila hal tersebut dilakukan, maka sign system mampu
(22)
commit to user
Suatu sign system diharapkan mampu mengkomunikasikan informasi dengan baik
kepada semua orang, baik yang bergerak cepat ataupun lambat. Oleh karena itu, ukuran
huruf dalam sign system seharusnya disesuaikan dengan target audiencenya.
1. Pengertian Sign System
Yang dimaksud dengan sign system adalah kumpulan dari tanda-tanda individual
yang telah didesain untuk mengidentifikasikan atau mengarahkan lalu lintas dan atau suatu bangunan yang kompleks atau berkelompok. Hal-hal yang menyangkut tanda sebagai sebuah sistem harus berdasarkan elemen-elemen desain, seperti bahan, bentuk, warna, dan elemen desain lainnya.
Tanda-tanda yang dipakai di dalam sebuah sign system pada dasarnya
mengungkapkan makna aturan-aturan yang merupakan standar international, sehingga akan mudah untuk dipahami maksudnya oleh semua orang di seluruh dunia.
2. Sejarah Sign System
Sign system sebenarnya sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Sedangkan simbol mulai ada sejak awal abad ke-20, karena simbol dianggap penting untuk menyamakan persepsi di seluruh dunia, sehingga dapat dimengerti secara universal.
Perkembangan dari jenis-jenis sign dimulai setelah Perang Dunia II. Pada tahun
1909, di Paris diadakan konvensi bagi pengguna kendaraan bermotor international, yang akhirnya menghasilkan sistem tanda lalu lintas yang menunjukkan kondisi jalan yang berlubang, persimpangan jalan, jalan yang berliku, dan persimpangan jalur rel kereta api. Sistem ini pada awalnya diadopsi oleh beberapa negara di Eropa dan akhirnya dipakai oleh beberapa negara di dunia.
(23)
commit to user
Hal yang perlu mendapat perhatian khusus dalam pembuatan sign adalah
membuat dengan sederhana, namun mampu menyampaikan pesan, dan mampu berbicara lalu lintas budaya, sehingga dapat dimengerti oleh orang-orang dari latar budaya yang berbeda-beda.
3. Jenis-Jenis Sign
Dalam suatu sistem komunikasi visual, Sign mengalami perkembangan dan lima
macam dasar dari jenis-jenis tanda dengan kode yang mudah untuk diingat. Jenis-jenis tersebut antara lain :
a. Sign Petunjuk dan Informasi
Sign ini biasanya digunakan untuk menuntun audiencenya dengan
menginformasikan di mana suatu lokasi berada, juga di saat kantor-kantor atau toko-toko yang sedang buka atau tutup, dan informasi-informasi lainnya.
b. Sign Untuk Petunjuk Arah
Sign yang termasuk dalam kelompok ini mencakup arah panah yang mampu
mengarahkan pemakainya menuju ke suatu tempat, seperti seperti sebuah ruangan, toko, jalan, atau fasilitas lain.
(24)
commit to user
c. Sign Untuk Pengenal
Sign ini dipakai untuk menunjukkan suatu identitas, seperti sebuah kantor, toko, fasilitas, atau sebuah gedung.
d. Sign untuk Larangan dan Peringatan
Sign ini bertujuan untuk menginformaskan mengenai apa yang tidak boleh
dikerjakan atau dilarang. Selain itu, Sign ini juga menginformasikan agar
audience berhati-hati. Biasanya, dalam penerapannya dikombinasikan dengan kata-kata atau dipakai sebagai simbol-simbol.
e. Sign Untuk Pemberitahuan Resmi
Sign ini menunjukkan informasi tentang pemberitahuan resmi agar tidak
dikacaukan dengan tanda-tanda petunjuk (orientation sign).
(25)
commit to user 4. Copy Wording
Kriteria yang harus dipenuhi suatu copy pada sign system agar pesan yang dibawa
dapat dimengerti, antara lain :
a. Konsisten.
b. Pesan dibuat sesingkat mungkin agar dapat dibaca dengan cepat.
c. Berarti sama bagi semua pengamat.
d. Pernyataan secara positif.
Sangat penting untuk mempertahankan kekonsistenan penggunaan kata-kata di
semua jenis sign system.
5. Fungsi Sign System
Kebutuhan akan sign system yang efektif sangat besar. Sign system selalu
digunakan untuk mengenali, mengarahkan, dan memberi informasi secara cepat dan jelas. Namun kini kegunaan tersebut telah meluas dari sebelumnya, dan digunakan untuk menandai daerah teritori, melalui perbedaan bentuk dan fungsinya.
Kegunaan sign system menurut Phil Boines dan Catherine Dixon, dapat dibagi ke
dalam dua bagian, yaitu :
a. Sign sebagai pemberi informasi
Sign yang termasuk dalam kelompok ini biasanya untuk memberikan
pengarahan-pngarahan dan informasi yang terkait. Informasi yang dimuat dalam
sebuah sign system sebaiknya terbatas pada inti yang penting dan ditampilkan
secara konsisten. Sign tidak harus menjelaskan secara spesifik, tapi mampu
(26)
commit to user
sign system ini mempunyai dampak yang besar pada tampilannya. Perancangan sign system ini merupakan aktivitas yang rasional dengan melibatkan :
1) Analisa dan pengeditan informasi
2) Pengujian prototype untuk keterbacaan di dalam kondisi yang berbeda-beda.
3) Pengetahuan mengenai proses produksi.
b. Sign sebagai pengontrol
Sign di dalam kelompok ini lebih mengarah pada perilaku manusia, daripada
tujuan yang hendak dicapai. Penggunaan ekstensif dari simbol-simbol, atau piktogram telah diperdebatkan selama bertahun-tahun untuk membentuk suatu tanda international yang menyatukan perbedaan-perbedaan nasional.
(Boines 12)
Selain kedua fungsi di atas, sign system kini juga berfungsi sebagai dekoratif
atau penghias, misalnya banner dan flags. Biasanya, sign system jenis ini tidak
mengarahkan atau mengidentifikasikan pesan, namun lebih dipakai untuk
mempromosikan tempat/ event/ hal-hal yang lainnya.
6. Faktor-Faktor Penting Dalam Membuat Sign
a. Elemen Dasar
Saat membuat tanda-tanda dari sudut pandang fungsional, elemen-elemen dasar yang membentuk tanda tersebut adalah informasi, material, dan teknologi. Setiap dari elemen tersebut harus dipertimbangkan dalam hubungan khusus antara manusia, kegiatan, dan benda.
(27)
commit to user
1) Sebagai standar penentuan besar atau ukuran simbol menurut jarak pandang
pengamat dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 2.1. Ukuran Simbol
Jarak Pandang Ukuran Simbol (mm)
Dibawah 7 m 7-18 m Diatas 18 m
60 x 60 100 x 100
200 x 200 – 450 x 450
Sumber : Public Works Department, 1995
2) Sebagai standar penentuan tinggi huruf dilihat dari jarak pandang pengamat
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2.2. Ukuran Tinggi Huruf
Jarak Pandang (m) Tinggi Huruf minimum (mm)
2 3 6 8 12 15 25 35 40 50 6 12 20 25 40 50 80 100 130 150
(28)
commit to user
c. Pendekatan Untuk Mendesain Suatu
Perancangan sebuah sign system hendaknya disesuaikan dengan lingkungan
sekitarnya. Hal ini merupakan salah satu pendekatan yang harus dilakukan untuk
merancang sebuah sign system. Selain itu, pembuatan sign system sebaiknya
dipertimbangkan agar menjadi satu kesatuan dengan elemen-elemen yang sudah ada.
Pendekatan lain yang bisa dilakukan adalah mendahulukan fungsi komunikasinya, baru memasukkan nilai estetis. Dalam pendekatan ini, semua elemen yang ada harus diseragamkan, baik dalam bentuk, material, warna, dan
detail. Pendekatan ini biasanya menghasilkan suatu sign system yang kontras
dengan lingkungan sekitarnya, dan biasanya sesuai digunakan untuk proyek-proyek transportasi dan industri.
d. Merancang Sebuah Keluarga Sign
Walaupun diperlukan variasi dalam pembuatan suatu sign system, perlu
diperhatikan agar variasi tersebut tidak menimbulkan kekacauan visual. Untuk
menghindarinya, dapat dilakukan pengelompokan sign ke dalam suatu keluarga
atau kelompok yang termasuk semua tipe-tipe tanda. Pengulangan bentuk yang sama atau setipe dapat membuat menjadi monoton.
Menghubungkan sign dengan menyamakan bentuk adalah salah satu cara
yang mudah untuk menciptakan sebuah keluarga sign. Namun masih banyak
elemen desain yang lain yang dapat membantu memperkuat suatu kelompok.
Misalnya, penggunaan letterstyle yang sama, penggunaan warna atau material
(29)
commit to user
e. Faktor-Faktor Fungsional
1) Outdoor Sign
a) Ukuran dan bentuk
Ukuran dari outdor sign biasanya disesuaikan dengan ukuran dari
copynya. Ukuran dari copy pesan dipengaruhi oleh dua seberapa panjang
pesan yang disampaikan dan sampai seberapa jauh pesan tersebut harus
dapat terbaca. Selain copy, layout pesan juga harus diperhatikan.
b) Lokasi
Lokasi peletakan sign system harus sudah ditentukan sebelum
perencanaan. Pemilihan lokasi yang tepat tersebut ditentukan berdasarkan analisa mendalam mengenai situasi dan kondisi lingkungan, serta kebutuhan yang muncul. Akan sangat membantu apabila sebelum
menentukan lokasi yang tepat dilakukan survei lokasi dan
mendokumentasikan dengan foto. Hal-hal mendasar lain yang perlu dipertimbangkan antara lain :
c) Bahan/ material
Bahan-bahan dasar yang biasa digunakan untuk outdoor sign terbatas
karena efek matahari dan cuaca yang dapat merusak bahan. Material yang
biasa digunakan untuk outdoor sign yaitu lembaran metal, steel structural
shapes, kayu, exterior grade plywood, acrylic plastic, tembaga,
alumunium, batu, concrete, fiberglass.
(30)
commit to user
2) Interior Sign
a) Lokasi
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan lokasi yaitu karakteristik lingkungan, fungsi area yang bersangkutan,
halangan-halangan, sudut pandang dan hubungan dengan sign yang lain.
b) Pendukung
Biasanya disarankan untuk menggunakan dua pendukung untuk setiap
panel sign untuk menghindari perubahan letak, sehingga mengakibatkan
kekacauan dalam menunjukkan arah.
c) Tanda yang freestanding dan portable.
Beberapa interior sign membutuhkan tanda portable. Tanda tersebut
dibuat seringan mungkin dan biasanya terpasang pada soket yang dapat dibongkar pasang. Biasanya tanda seperti ini digunakan untuk memperingati lantai yang basah, elevator yang rusak, dan lain-lain.
d) Material
Bahan-bahan yang bisa digunakan untuk indoor sign antara lain kayu,
plywood, papan fiber, laminasi tekanan tinggi, tembaga, alumunium, stainless steel, acrylic, vinyl, fiberglass, polycarbonate, plastic laminate, kaca.
e) Perawatan
Perawatan yang dilakukan biasanya hanya membersihkan dalam jangka waktu tertentu.
(31)
commit to user
f. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Pembuatan Suatu Sign System
1) Penggunaan piktogram
Penggunaan piktogram terbukti paling efektif untuk menggambarkan benda secara nyata, namun tidak cocok digunakan untuk mewakili suatu ide atau konsep. Hal ini dikarenakan adanya ambiguitas yang mampu mengacaukan makna. Oleh karena itu, penggunaan piktogram sebaiknya diawasi dengan
sangat hati-hati karena audience yang berasal dari banyak budaya yang
berbeda.
2) Simbol dapat menjadi ambigu
Jika pengunaan simbol tanpa disertai dengan kata-kata, dapat menimbulkan keambiguan dalam penangkapan pesan. Oleh karena itu, apabila ingin menggunakan simbol, lebih baik dipilih suatu simbol yang dipakai secara universal, dan dimengerti oleh semua orang dengan latar belakang budaya yang berbeda.
B. Warna dalam Sign System
Warna juga merupakan faktor yang penting untuk menunjang sebuah tanda.
Simbol, logotype, dan warna merupakan tiga elemen visual yang diperlukan dalam
menyusun sebuah simbol. Pemilihan warna yang tepat dapat membuat sebuah simbol tampak lebih hidup dan lebih menarik untuk diamati, dan memudahkan untuk diingat.
(32)
commit to user
Dalam suatu logo atau simbol, warna dapat tampil sebagai perwakilan simbolik dan dapat juga tampil untuk mempengaruhi secara psikologis. Pada simbol yang bersifat persuasif, warna tampil secara psikologis, sehingga mampu mempengaruhi orang yang melihatnya. Sedangkan pada logo yang bersifat informatif, warna tampil sebagai perwakilan simbolik.
Penggunaan warna dalam pembuatan sign system sangat vital dalam usaha
membuat sign system tersebut sesuai dengan lingkungannya. Warna yang dipilih
harus berhubungan dengan warna dan bahan material dari bangunan dimana sign
tersebut akan dipasang. Walaupun begitu, untuk beberapa kasus tertentu, warna dari sign system harus dibuat kontras dengan bangunan sekitar, dan pada kasus yang lain, warnanya dibuat monokrom.
Secara umum, warna pada sign system berfungsi sebagai :
1. Pengidentifikasian terhadap informasi/ pesan.
2. Memperkuat keberadaan sign melalui kekontrasan warna dengan lingkungan
sekitar.
3. Memberi identifikasi.
4. Menarik perhatian.
5. Menimbulkan pengaruh psikologis.
6. Mengembangkan asosiasi.
7. Membangun ketahanan minat.
(33)
commit to user
Menurut teori warna Munsell, pembagian warna adalah sebagai berikut :
1. warna primer
Warna primer adalah warna pokok, yaitu warna yang tidak bisa dibuat dari warna
lain, tetapi dalam campurannya bisa dibuat warna lain. Yang termasuk dalam warna primer adalah : merah, biru, dan kuning.
2. Warna sekunder
Warna sekunder adalah warna yang didapat dari pencampuran dua warna primer.
Yang termasuk dalam warna sekunder adalah : warna orange, ungu, dan hijau.
3. Warna tersier
Warna tersier adalah pencampuran dua warna sekunder. Yang termasuk dalam
warna tersier ini adalah warna coklat merah, coklat kuning, dan coklat biru.
4. Warna quartenair
Warna quartenier adalah pencampuran dua warna tersier. Yang termasuk dalam
warna quartenair ini adalah warna orange quartenair, ungu quartenair, dan hijau
quartenair.
5. Warna Intermediate
Warna intermediate adalah warna antara warna pokok dan warna sekunder. Yang
termasuk dalam kelompok warna intermediate ini adalah warna merah ungu, biru
unu, biru hijau, kuning orange, dan merah orange.
6. Warna standar
Warna standar adalah tiga warna primer dan dua warna sekunder atau warna pelangi. Yang termasuk dalam warna standar adalah warna merah, orange, kuning, hijau, biru, ungu.
(34)
commit to user
7. Warna analogoes
Warna analogoes adalah warna yang saling berdekatan atau harmonis. Misalnya,
warna biru dengan biru ungu.
Menurut Maitland Graves, sifat warna digolongkan menjadi dua, yaitu :
1. Warna panas
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah warna kuning, jingga, dan merah. Sifat dari kelompok warna ini adalah positif, agresif, aktif, dan merangsang.
2. Warna dingin
Yang termasuk di dalam kelompok ini adalah warna hijau, biru, dan ungu. Sifat dari kelompok warna ini adalah negatif, mundur, tenang, tersisih, dan aman.
Identifikasi warna terhadap penggunaannya di dalam sign system :
1. Merah
Warna ini dipakai sebagai tanda larangan dan bahaya.
2. Biru
Warna ini dipakai untuk tanda menyampaikan informasi.
3. Hijau
Warna ini dipakai untuk tanda kadaan gawat darurat, pertolongan pertama, dan perlindungan terhadap kebakaran.
4. Kuning
Warna ini dipakai untuk tanda peringatan atau hati-hati.
5. Hitam
Warna ini dipakai sebagai untuk warna simbol pada tanda yang menggunakan warna merah dan kuning. Selain itu warna juga dipakai sebagai tanda kewajiban.
(35)
commit to user
6. Putih
Warna ini dipakai untuk semua simbol dalam kelompok tanda-tanda lainnya, atau dapat juga digunakan pada semua tanda yang telah disebut diatas.
(Darmaprawira 33-34)
C.
Tipografi
Tipografi adalah salah satu sarana untuk menterjemahkan kata-kata yang terucap ke halaman yang dapat dibaca. Peran dari tipografi adalah untuk mengkomunikasikan ide atau informasi dari halaman tersebut ke pengamat. Dalam membuat perencanaan suatu karya desain, keberadaan elemen tipografi sudah harus diperhitungkan, karena dapat mempengaruhi susunan hirarki dan keseimbangan karya desain tersebut. (wijaya 48-49)
Hadirnya tipografi dalam sebuah media terapan visual merupakan faktor yang membedakan antara desain grafis dan media terapan visual (lukisan). Tipografi merupakan representasi visual dari sebuah bentuk komunikasi verbal dan merupakan representasi visual dari sebuah bentuk komunikasi verbal dan merupakan properti visual yang pokok dan efektif. Lewat kandungan nilai fungsional dan nilai estetikanya, huruf memiliki potensi untuk menterjemahkan atmosfer-atmosfer yang tersirat dalam sebuah komunikasi verbal yang dituangkan melalui abstraksi bentuk-bentuk visual. (Sihombing 58).
Ada empat buah prinsip pokok tipografi yang sangat mempengaruhi keberhasilan suatu desain tipografi, yaitu :
(36)
commit to user
1. Legibility
Yang dimaksud dengan legibility adalah kualitas pada huruf yang membuat
huruf tersebut dapat terbaca. Seorang desainer harus mengenal dan mengerti karakter dari bentuk suatu huruf dengan baik.
2. Clarity
Yang dimaksud dengan clarity yaitu kemampuan huruf-huruf yang digunakan
dalam suatu karya desain dapat dibaca dan dimengerti oleh target pengamat yang
dituju. Beberapa unsur desain yang dapat mempengaruhi clarity antara lain visual
hierarcy, warna, pemilihan type, dan lain-lain. 3. Visibility
Yang dimaksud dengan visibility adalah kemampuan satu huruf, kata, atau
kalimat dapat terbaca dalam jarak baca tertentu. Setiap karya desain mempunyai suatu target jarak baca, dan huruf-huruf yang digunakan dalam desain tipografi harus dapat terbaca dalam jarak tersebut sehingga suatu karya desain dapat berkomunikasi dengan baik.
4. Readibility
Yang dimaksud dengan readibility adalah penggunaan huruf dengan
memperhatikan hubunganya dengan huruf yang lain sehingga terlihat jelas. Dalam menggabungkan huruf dan huruf, baik untuk membentuk suatu kata atau kalimat, harus memperhatikan hubungan antara huruf yang satu dengan yang lain, khususnya spasi antar huruf. Jarak antar huruf tidak dapat diukur secara
(37)
commit to user
matematika, tetapi harus dilihat dan dirasakan. Ketidaktepatan menggunaan spasi dapat mengurangi kemudahan membaca satu keterangan yang membuat informasi yang disampaikan terkesan kurang jelas.
Tipografi memiliki beraneka ragam jenis dan bentuk, yang berbeda antara satu
dan lainnya, dan mempunyai ciri khas tersendiri. Yang dimaksud dengan letterstyle
sebagai suatu kesatuan akan berbeda dari letterstyle-letterstyle yang lain. Letterstyle
ini juga bisa disebut typeface. Elemen-elemen dari sebuah letterstyle antara lain huruf
kapital, huruf kecil, angka, simbol dan tanda baca.
Ada lebih dari 5000 jenis letterstyle yang berbeda, dan mereka dibagi ke
dalam empat kategori besar, yaitu :
1. Serif
Serif adalah jenis huruf yang memiliki kait pada stroke hurufnya. Biasanya
huruf jenis ini relatif mudah terbaca, namun tidak sebaik jenis sans serif. Jenis huruf yang termasuk dalam kelompok serif ini berkesan serius, elegan dan klasik.
Biasanya huruf serif memiliki stroke dengan ketebalan yang tidak sama.
2. Sans serif
Huruf dalam kelompok sans serif ini telah dikenal sejak abad ke-19. ciri khas dari huruf sans serif ini adalah tidak mempunyai serif (garis pembuka dan penutup
pada stroke) dan kebanyakan memiliki stroke dengan ketebalan yang sama. Huruf
sans serif sangat baik digunakan pada display type, head line,dan dapat digunakan
untuk body copy yang pendek. Dilihat dari pertimbangan fungsional, huruf sains
serif dianggap sebagai pilihan sempurna karena lebih mudah dibaca dan mampu menciptakan kesan bersih dan tampak lebih modern.
(38)
commit to user 3. Italic
Jenis huruf yang miring ke sebelah kanan (lebih kurang 12o) ini bisa
digunakan untuk penekanan atau pembedaan.
4. Dekoratif/ Stylistic/ Ornamentic/ Fantasi
Huruf dekoratif biasanya unik dan bersifat menghias. Huruf jenis ini mampu
menciptakan kesan tertentu atau memberikan spessial effect. Namun huruf jenis
ini biasanya sulit dibaca dan digunakan tidak untuk mengkomunikasikan informasi. Biasanya digunkan untuk tujuan tertentu, misalnya desain logo, judul buku, label, dan lain-lain.
(Follis 64-66)
D.
Semiotika
Semiotika secara etimologi berasal dari kata Yunani “semeion” yang berarti
“tanda”. Secara terminologi semiotik dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang
tanda-tanda. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial/masyarakat dan kebudayaan itu merupakan bentuk dari tanda-tanda. Semiotik juga mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut memiliki arti.
Semiotik bias dikatakan sebagai ilmu untuk memahami konteks secara umum yang berlaku di masyarakat yang akan menjadi targetnya. Ilmu Semiotik sudah dipelajari dan dikembangkan sejak berabad-abad yang lalu. Menurut sejarah, Ilmu Semiotik setidaknya sama tuanya dengan Ilmu kedokteran dan filosofi Yunani. Dalam dunia grafis, semiotik adalah ilmu komunikasi yang berkenaan dengan pengertian tanda-tanda/
(39)
commit to user
symbol. Isyarat serta penerapannya. Suatu studi tentang pemaknaan semiotik menyangkut aspek-aspek budaya, adat-istiadat, atau kebiasaan di masyarakat. Semiotik dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
1. Semantik
Semantik berkenan dengan makna dan konsep. Semantik berasal dari kata ”semanien” dalam bahasa Yunani, yakni ”berarti, bermaksud, meneliti”. Semantik Simbolik adalah suatu simbolisasi yang memiliki makna atau pesan. Contohnya, Ideograph, yang berkenaan dengan makna yang terkandung dalam simbol kompleks dari suatu konsep yang lain. Misalnya, tulisan Heirogliph dari jaman Mesir kuno. Hal itu biasanya menyangkut persepsi atau intepretasi makna pesan visual yang berbeda dari khalayak yang mengapresiasi. Dalam hal ini, pihak penyampai maupun pihak penerima pesan memiliki dua kemungkinan cara :
a. Denotatif
Memiliki makna leksikal, arti yang pokok, pasti dan terhindar dari kesalahtafsiran. Denotatif bersifat langsung, konkret, jelas dan tersurat. Dalam
perancangan sign system, penting untuk menggunakan makna denotatif agar
terhindar dari penafsiran yang berbeda-beda.
b. Konotatif
Memiliki makna struktural, makna tambahan di samping makna sebenarnya. Konotatif memiliki sifat tidak langsung, maya, abstrak, dan tersirat.
Menerjemahkan informasi ke dalam bentuk visual dapat dilakukan melalui hal-hal sebagai berikut :
(40)
commit to user
1) Semantik indrawi
a) Memvisualkan suara
Menggambarkan secara visual bagaimana bunyi ledakan, suara ribut, suasana sunyi, musik jazz, dan lain-lain.
b) Memvisualisasikan indra peraba
Menggambarkan sesuatu yang memiliki permukaan kasar, lembut, halus, dan lain-lain.
c) Memvisualisasikan penciuman
Bau wangi seperti bunga mawar, bau busuk, dan lain-lain.
d) Memvisualisasikan sesuatu yang verbal
Seperti tanda larangan, rambu-rambu, tanda peringatan, papan informasi, signage, dan lain-lain.
2) Karakter
Menggambarkan secara visual bagaimana gambaran galak, pemarah, bingung, sakit, dan lain-lain.
3) Memvisualkan suasana
Menggambarkan secara visual suasana yang berkesan sepi, misteri, romantis, sibuk, dan lain-lain.
Seorang visualiser dituntut memiliki kemampuan ”menyederhanakan bentuk”.
Pada saat dia diminta untuk menjelaskan suatu ide atau konsep pemikiran agar lawan berkomunikasinya dapat memahami dan menangkap idenya, ia haruslah mampu
(41)
commit to user
menggambarkan ide tersebut secara sederhana. Beberapa konsep penyampaian visual, antara lain :
1) Semantik metafora
Merupakan perspektif bentuk dalam logika dan imajinasi.
2) Semantik kontradiksi
Menggambarkan pertentangan, perlawanan, sebab-akibat, perbandingan, dan seterusnya.
3) Semantik kombinasi
Perspektif bentuk dalam logika dan imajinasi dengan menggabungkan dua bentuk atau lebih yang berbeda maupun yang sama.
4) Semantik style
Visual yang disampaikan dalam beberapa style atau gaya merujuk pada style-style tertentu sebagai ikatan benang merahnya.
2. Sintaktik
Sintaktik berkenaan dengan keterpaduan dan keseragaman. Sintaktik berasal dari kata ”sintaksis” dalam bahasa Yunani Suntattein yang berarti ”mengatur, mendisiplinkan”. Sintaktik berkenaan dengan perpaduan, keseragaman, dan kesatuan sistem. Penerapan sintaktik penting untuk menjaga citra yang baik dari sebuah rancangan dalam bentuk apa pun. Usaha itu dilakukan agar citra yang baik dapat tertanam serta dapat diingat oleh para khalayak. Dikalangan desainer istilah yang digunakan adalah benang merah sebuah rancangan yang merujuk pada kesatuan rancangan.
(42)
commit to user
Dalam perancangan sign system, semuanya harus memiliki keseragaman &
keterpaduan konsep, ada suatu ciri khas/ benang merah yang mengikatnya antara
yang satu dengan yang lain. Di dalam pembuatan sign system harus selalu ada alur
kesatuan yang menghubungkan sehingga menjadi satu kesatuan rancangan.
3. Pragmatik
Pragmatik berkenaan dengan teknis dan praktis. Pragmatik adalah hubungan fungsional yang berkenaan dengan teknis dan praktis, material atau bahan yang dipergunakan, serta efisiensi yang menyangkut ukuran bahan, warna yang dipergunakan, maupun teknik memproduksinya. Pertimbangan yang dipikirkan mencakup kegunaan, kemudahan, keamanan, kenyamanan dan seterusnya.
(43)
commit to user
BAB III
IDENTIFIKASI DATA
A. Identifikasi Obyek Perancangan
1. Sejarah Taman Satwa Taru Jurug
Taman Satwa Taru Jurug Solo (TSTJ) pada awalnya merupakan pindahan Kebun Binatang Sriwedari yang lebih dikenal dengan sebutan “Kebun Rojo” didirikan Sri Susuhunan Paku Buwono X pada tanggal 20 Dal 1381 atau 17 Juli 1901. Pada awalnya merupakan tempat hiburan bagi keluarga Raja yang berisi koleksi satwa dan akhirnya berkembang sebagai tempat rekreasi untuk masyarakat umum. Pada tahun 1983 Kebun Binatang Sriwedari kemudian dipindahkan ke Taman Jurug yang beralamat di Jl. Ir. Sutami No. 109 Jebres karena keberadaannya ditengah pusat kota Surakarta sudah tidak sesuai lagi. Taman Jurug yang memiliki lahan lebih dari 14
hektar itu awalnya dikenal oleh warga Solo sebagai tempat sirkuit motor cross yang
waktu itu konon terbaik di Asia Tenggara. Dipindahkannya Kebun Binatang Sriwedari ke Taman Jurug pada mulanya bersifat titipan saja dari pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta, pada tempat rekreasi Taman Jurug yang merupakan salah satu taman rekreasi yang berada di Kota Surakarta yang kemudian dikelola oleh beberapa pihak. Adapun pihak-pihak yang pernah megelola Taman Satwa Taru Jurug tersebut adalah sebagai berikut :
a. PT. Bengawan Permai
Taman Jurug diresmikan Tahun 1975 dan pengelolaannya diserahkan kepada PT. Bengawan Permai. Pada perkembangannya PT. Bengawan Permai tidak
(44)
commit to user
mampu lagi mengelola satwa titipan tersebut dan akhirnya tahun 1986 pengelolaannya diserahkan kembali kepada Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta.
b. Yayasan Bina Sata Taru Surakarta
Melalui Surat Keputusan Walikota Kepala Daerah Tingkat II Surakarta No. 556/96/1986, pengelolaan Taman jurug kemudian diserahkan kepada Dinas Pariwisata Daerah Tingkat II Surakarta. Agar pengelolaannya lebih profesional dibentuk suatu badan yang terbentuk Yayasan Bina Satwa Taru Surakarta berdasar akte notaris Budi Maknawi, SH No.36 tanggal 19 Nopember 1986 yang anggotanya terdiri dari berbagai unsur Pemerintah, profesional, tokoh masyarakat, usahawan dan unsur pendidikan. Sejak itulah nama Taman Jurug berganti menjadi Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) yang dipakai hingga sekarang.
c. PT. Solo Citra Perkasa
Dalam perjalanan waktu dibawah pengelolaan Yayasan Bina Satwa Taru perkembangan dan pembangunan fisik maupun keadaan satwa belum dapat memenuhi sebagaimana yang diharapkan masyarakat, sehingga Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta bekerjasama dengan investor yang diharapkan pembangunan dan perkembangan TSTJ lebih cepat dan terarah. Investor yang dimaksud adalah PT. Solo Citra Perkasa. Namun dalam perkembangannya PT. SCP tidak dapat memenuhi kewajiban seperti apa yang tertuang dalam Surat Perjanjian, selain itu PT.SCP tidak dapat menjalin kerjasama dengan lingkungan/ masyarakat.
(45)
commit to user
d. TIM Pengelola Sementara TSTJ Surakarta
Pada tanggal 8 Nopember 2000 dengan berbagai pertimbangan dan proses yang panjang, pemerintah Kota Surakarta mengambil alih pengelolaan TSTJ melalui Surat Keputusan Walikota No. 556.4.05/256/I/2000 dibentuk Tim Pengelola Sementara TSTJ Surakarta yang diketuai oleh Asisten I Tata Praja dan beranggotakan Instansi terkait dibantu dari Kebun Binatang Gembira Loka
Yogyakarta. Berdasarkan Surat Keputusan Walikota Surakarta No.
556.4.05/894.A/I2001 tentang perubahan Tim Pengelola Sementara TSTJ dan ditetapkan sistem pengelolaan mandiri artinya segala pembiayaan dan pembangunan yang berkaitan dengan pengelolaan TSTJ Surakarta dibebankan dari hasil pendapatan TSTJ itu sendiri.
e. Unit Pengelola TSTJ Surakarta
Setelah Tim Pegelola Sementara TSTJ berjalan sekitar dua tahun, kemudian Walikota Surakarta membentuk pengelolaan menjadi Unit Pengelola Taman Satwa Taru Jurug, berdasar :
1) Keputusan Walikota Surakarta No. 13 Tahun 2002 tanggal 13 Nopember
2002 tentang pembentukan Unit Pengelola TSTJ Surakarta.
2) Surat keputusan Walikota Surakarta No. 556.4/974/I/2002 tanggal 20 Januari
2003 tentang pengangkatan keanggotaan Dewan Pembina TSTJ Surakarta.
3) Surat Keputusan Walikota Surakarta No. 821/2/0271/2002 tanggal 14
Nopember 2002 tentang Pengangkatan Kepala Unit Pengelola TSTJ Surakarta.
(46)
commit to user
Unit Pengelola TSTJ Surakarta ini berlangsung dari tanggal 13 Nopember 2002 sampai Tanggal 8 Mei 2006.
f. Satuan Tugas Pengelolaan Tama Satwa Taru Jurug
Sesuai dengan perkembangan ternyata bentuk Unit Pengelola ini dipandang kurang sesuai, sehingga perlu untuk disempurnakan, menjadi bentuk BUMD. Melalui peraturan Walikota Surakarta Nomor 7 tahun 2006 teranggal 8 Mei 2006 tentang Pembentukan Satuan Tugas Pengelolaan Taman Satwa Taru Jurug Surakarta yang dirubah dengan Peraturan Walikota Surakarta Nomor 7 Tahun 2006 tentang Pembentukan Satuan Tugas Pengelolaan Tama Satwa Taru Jurug Surakarta tertanggal 1 Juni 2006 Keputusan Walikota Surakarta Nomor 13 Tahun 2002 tentang Pembentukan Unit Pengelola Taman Satwa Taru Jurug dinyatakan tidak berlaku. Maksud dan tujuan Pembentukan Satuan Tugas Pengelolaan TSTJ adalah :
1) Mengoptimalkan nilai TSTJ agar berdaya saing yang kuat.
2) Untuk mendorong pengelolaan TSTJ menjadi lebih profesional.
3) Mendorong agar seluruh jajaran TSTJ bekerja dengan dilandasi moral yang
tinggi, kepatuhan terhadap peraturan, kesadaran tanggung jawab terhadap layanan publik, keselamatan satwa dan lingkungan.
4) Meningkatkan kontribusi terhadap pendapatan daerah.
5) Mewujudkan sumber daya yang dimiliki sebagai aset wisata yang atraktif.
6) Pengelolaan sementara dalam rangka menuju terbentuknya BUMD.
Satuan Tugas Pengelolaan Taman Satwa Taru Jurug menyelenggarakan Pengelolaan Sementara TSTJ dalam rangka persiapan pembentukan menjadi
(47)
commit to user
BUMD. Satuan tugas TSTJ ini bertugas selama enam bulan sejak ditetapkan Peraturan Walikota Nomor 7 tahun 2006. Namun sampai berakhirnya Satuan Tugas Pengelolaan Taman Satwa Taru Jurug ini menjalankan tugasnya, ternyata draf pembentukan PT. Taman Jurug yang diajukan oleh Pemerintah Daerah Kota Surakarta belum mendapatkan pengesahan dari Dewan Perwakilan Daerah Kota Surakarta (masih dalam proses pembahan DPRD Kota Surakarta). Untuk itu Walikota Surakarta pada tanggal 9 Nopember 2006 menunjuk Tim Pengelola Taman Satwa Taru Jurug yang mana susunan Tim Pengelola ini terdiri dari :
1) Ir. Sudjadi selaku Koordinator Tim Pengelola
2) Kepala Dinas Pertanian Kota Surakarta selaku Pengelola Flora dan Fauna
3) Kepala Dinas Pendapatan Kota Surakarta selaku Pengelola Managemen
Keuangan
4) Kepala Dinas Tata Kota selaku Pengelola Fungsi Ruang, Lahan dan Investasi
5) Kepala Kantor Pegelola Aset Daerah, selaku Pengelola Konsolidasi dan
Akuisisi Aset
2. Visi dan Misi Taman Satwa Taru Jurug
a. Visi
Visi Taman Satwa Taru Jurug adalah terwujudnya Taman Satwa Taru Jurug yang konservatif dan berdaya saing tinggi untuk mengembangkan agrowisata, pendidikan dan budaya kota Solo.
b. Misi
1) Meningkatkan kualitas dan kuantitas flora dan fauna
(48)
commit to user
3) Meningkatkan sarana dan prasarna hiburan
4) Meningkatkan pendidikan dan pengembangan budaya
5) Meningkatkan pendapatan
c. Nilai-Nilai
1) Kejujuran
2) Kerja keras
3) Bersih, rapi dan indah
4) Aman dan nyaman
5) Lestari
6) Mengutamakan kepuasan pengunjung
d. Tujuan, Fungsi dan Sasaran
1) Sebagai konservasi satwa dan tanaman langka
2) Sebagai paru-paru kota/ hutan kota
3) Sebagai tempat hiburan dan rekreasi
4) Sebagai pendidikan
5) Sebagai pendukung pendapatan
3. Struktur Organisasi dan Tata Kerja
Taman Satwa Taru Jurug pengelolaannya diserahkan kepada beberapa pihak yang disebut Tim Pengelola. Yang menjadi Tim Pengelola Taman Satwa Taru Jurug antara lain :
a. Asisten Perekonomian dan Pembangunan
b. Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset
(49)
commit to user
d. Dinas Tata Kota
e. Dinas Pekerjan Umum
f. Dinas Periklanan
Berikut ini adalah bagan struktur organisasi dan tata kerja di kebun binatang Taman Satwa taru jurug.
Bagan Struktur Organisasi & Tata Kerja Taman Satwa Taru Jurug
Tim Pengelola
Pelaksana Lapangan
Kepala TU Ir. Tunggul. PH
Seksi Pengembangan
dan Perlindungan (Ibu. Dra. Siti N)
Seksi Promosi
dan pendidikan (Bp. Nonot H)
Seksi Pendapatan (Ibu. Yuni Dwijati)
Seksi Pertamanan dan Kebersihan (Bp. Sukamto) Seksi Perawatan (Bp. Mulyadi)
a. Tugas Tim Pengelola, antara lain :
1) Mengelola, mengembangkan dan mengoptimalkan kebun binatang Taman
Satwa taru Jurug.
2) Merencanakan rencana kerja dan rencana penggunaan dana agar
(50)
commit to user
3) Mengawasi dan memeriksa hasil kerja serta mengendalikan kualitas
pekerjaan.
4) Mendorong seluruh jajaran Taman Satwa Taru Jurug untuk bekerja lebih baik.
5) Memelihara aset yang dimiliki oleh Taman Satwa taru Jurug.
b. Tugas Pelaksana Lapangan, antara lain :
1) Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan yang telah diperintahkan.
2) Memberikan laporan baik harian, mingguan, serta bulanan jenis pekerjaan dan
hal-hal yang diperlukan.
c. Tugas kepala TU, antara lain :
1) Menyusun program tata usaha.
2) Membantu mengelola keuangan dan pendapatan.
3) Membina dan mengembangkan kinerja Taman Satwa taru Jurug.
4) Mengkoordinasi dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang diadakan.
5) Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan.
d. Tugas seksi Pengembangan dan Perlindungan, antara lain :
1) Menyusun program pengembangan dan perlindungan flora dan fauna.
2) Melakukan analisis kebutuhan flora dan fauna.
3) Menyusun kebutuhan dan saran penunjang pengembangan dan perlindungan
flora dan fauna.
e. Tugas seksi Promosi dan Pendidikan, antara lain :
1) Memberikan pelayanan dan mempromosikan Taman satwa Taru Jurug.
2) Mengembangkan pembinaan dan pendidikan tentang flora dan fauna.
(51)
commit to user
f. Tugas seksi Pendapatan, antara lain :
1) Melaporkan pendapatan Taman satwa taru Jurug.
2) Membuat dan menyempurnakan daftar pendapatan.
3) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh tim pengelola sesuai dengan
bidangnya.
g. Tugas seksi Pertamanan dan Kebersihan, antara lain :
1) Bertanggung jawab menjaga dan mengawasi pertamanan dan kebersihan
Taman Satwa Taru Jurug.
2) Menyusun laporan perkembangan kondisi fisik Taman Satwa Taru Jurug.
h. Tugas seksi Perawatan, antara lain :
1) Mendata riwayat kondisi Flora dan fauna.
2) Bertanggung jawab dengan perawatan Taman Satwa taaru Jurug.
3) Menyusun laporan perkembangan kondisi fisik Taman Satwa Taru Jurug
bersama dengan seksi pertaamanan daan kebersihan.
4. Potensi Taman Satwa Taru Jurug
Taman Satwa Taru Jurug sebagai tempat wisata, konservasi dan pendidikan mampu menarik banyak pengunjung, terutama pada hari minggu, libur nasional maupun pada masa liburan sekolah. Taman tersebut dikunjungi wisatawan dari berbagai kalangan yang berasal dari berbagai daerah terutama di sekitar Surakarta. Daya tarik yang ditawarkan cukup menarik, tempatnya mudah dijangkau dan dekat dengan keberadaan berbagai fasilitas yang mendukung kenyamanan pengunjung.
(52)
commit to user
a. Atraksi
Atraksi merupakan daya tarik yang mampu menarik perhatian wisatawan untuk berkunjung ke suatu objek wisata dan merupakan pusat dari industri
pariwisata. Atraksi biasanya dimiliki oleh sektor non-profit yang tidak bertujuan
memaksimalkan keuntungan atau laba, tetapi orientasinya lebih ke arah sosial. Oleh karenanya jarang dimiliki oleh sektor swasta (Spullane, 1994 : 63-64). Atraksi yang ditawarkan oleh Taman Satwa Taru Jurug atara lain adalah koleksi berbagai jenis satwa yang dimiliki, tanaman langka, pertunjukan kesenian dan upacara adat.
b. Koleksi Satwa
Taman Satwa Taru Jurug mempunyai koleksi berbagai jenis satwa meliputi mamalia, aves, primata, dan reptilia. Sebagai suatu lembaga konservasi, Taman Satwa Taru Jurug telah berhasil menangkarkan beberapa jenis satwa antara lain gajah, kanguru, onta dan harimau Sumatera. Upaya penambahan dan penangkaran perlu ditingkatkan, terutama pada satwa yang jumlahnya sedikit terlebih yang kurang dari 3 ekor untuk mejaga kemungkinan kepunahan jika terjadi kematian satwa. Peningkatan jumlah satwa tersebut dilakukan dengan cara menangkarkan suatu jenis satwa, saling tukar dengan kebun binatang lain atau menerima sumbangan dari masyarakat.
c. Koleksi Tanaman Langka
Area Taman Satwa Taru Jurug pada mulanya merupakan hutan kota, taman rekreasi tersebut mempunyai koleksi ratusan tanaman langka yang masih terpelihara hingga sekarang. Selain sebagai koleksi, tanaman-tanaman tersebut
(53)
commit to user
juga menambah suasana rindang dan menyejukkan. Upaya penggantian atau penambahan tanaman dilakukan yaitu dengan penanaman kembali jenis-jenis tanaman pada awal musim hujan. Kondisi koleksi tanaman setiap waktu dapat berubah baik bertambah maupun berkurang.
d. Pertunjukan Kesenian
Dalam area Taman Satwa Taru Jurug terdapat Sanggar Gesang yang merupakan tempat pertunjukan orkes keroncong. Tempat tersebut dibangun oleh para penggemar Gesang yang berasal dari Negara Jepang karena lagu Bengawan Solo sangat popular di negeri sakura tersebut.
e. Upacara Adat
Setiap satu tahun sekali diadakan Pekan Syawalan yang digelar pada awal bulan Syawal yaitu tujuh hari setelah Hari Raya Idul Fitri. Acara tersebut diakhiri dengan Pesta Ketupat dan Larung Gethek Joko Tingkir yang rutenya melalui Sungai Bengawan Solo.
Pekan Syawalan mampu menarik ratusan ribu pengunjung dari berbagai daerah di wilayah Surakarta dan sekitarnya dan tidak menutup kemungkinan dari daerah lain. Otomatis kenaikan jumlah pengunjung juga menaikkan jumlah pendapatan bagi pihak Taman Satwa Taru jurug Surakarta.
Pekan Syawalan tersebut dimeriahkan denga adanya Pasar Rakyat yang menggelar berbagai produk industri kerajinan, rumah tangga, otomatif, furniture, bursa buku, elektronik dan lain sebagainya. Selain itu juga dimeriahkan dengan berbagai pertunjukkan kesenian tradisional seperti campur sari, musik dangdut, qosidah modern, wayang kulit, kethoprak, tayub, tari tradisional, jatilan, rodat,
(54)
commit to user
jaran dor, barongsai, reog dan lain sebagainya. Hal tersebut sangat mendukung minat wisatawan untuk datang ke Taman Satwa Taru Jurug.
5. Sign System Taman Satwa Taru Jurug Saat Ini
Sign system yang ada di Taman Satwa Taru Jurug saat ini tampak sangat tidak terawat, kotor bahkan sebagian besar sudah sulit dibaca. Pengunjung pun jadi malas
memperhatikan papan peringatan yang ada di sekitarnya. Desain sign system pun
sangat sederhana, hanya berupa plat dengan keterangan singkat yang diberikan baik pada papan informasi, larangan maupun papan nama binatang. Papan nama yang baru hanya diberikan kepada tanaman-tanaman yang belum lama ini ditanam sedangkan sign system yang lama sama sekali tidak diperbaharui apalagi dibersihkan. Di beberapa lokasi terdapat juga papan yang sudah bengkok bahkan ada yang patah, akan tetapi keadaan tersebut tetap dibiarkan sehingga nampak kumuh dan mengurangi keindahan Taman Satwa Taru Jurug.
(55)
commit to user
(56)
commit to user
Gambar 3.1 Sign System Taman Satwa Taru Jurug
B. Komparasi
1. Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka
a. Sejarah Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka
Proses berdirinya Gembira Loka memakan waktu sampai 20 tahun. Sejak tahun 1933 atas berkenan Sri Sultan Hamengku Buwono VIII direncanakan adanya tempat hiburan yang dinamakan Kebun Rojo yang selanjutnya diteruskan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Pelaksanaan rencana Kebon Rojo itu, oleh Sri Sultan dimintakan bantuan seorang ahli bangsa Belanda bernama Ir. Karsten.
(57)
commit to user
Menurut pendapatnya tempat yang paling baik adalah disebelah barat Kali Winongo, oleh karena itu lalu diadakan pembebasan tanah.
Rencana mendirikan Kebon Rojo tersebut belum sampai terwujud, Perang Dunia II meletus dan Indonesia sebagai jajahan Belanda terseret akibat perang tersebut dan selanjutnya diduduki oleh tentara Jepang. Selama pendudukan Jepang tersebut rencana untuk mendirikan Kebon Rojo itu terlupakan sama sekali. Tahun 1949, Pemerintah pusat merencanakan dan menyiapkan pemindahan Ibukota dari Yogyakarta ke Jakarta. Waktu itu timbullah gagasan dari para Sekretaris Jenderal Kementerian yang akan pindah ke Jakarta berkehendak memberikan suatu kenang-kenangan kepada masyarakat Yogyakarta suatu tempat hiburan. Pelopor dari usaha itu adalah Sdr. Januismadi dan Sdr. Hadi, SH. Walaupun usaha itu mendapat sambutan baik dari masyarakat Yogyakarta, tetapi hasilnya belum dapat dirasakan oleh masyarakat Yogyakarta.
Baru pada tahun 1953 rencana untuk mendirikan Kebon Rojo itu dapat diwujudkan, yaitu dengan berdirinya Yayasan GEMBIRA LOKA Yogyakarta, dengan Akte Notaris RM. Wiranto No.11 tanggal 10 September 1953, dan diketuai oleh Sri Paduka KGPAA Paku Alam VIII. Yayasan inilah yang merintis berdirinya Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka.
Mengenai lokasi penempatan Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka, atas beberapa tempat yang direncanakan Kohtler, ahli kebangsaan Austria menasehatkan lokasi dipilih di komplek Warungboto.
Pengerjaan tanah yang pertama kali tahun 1955 di bawah pengawasan Honggowongso. Tahun 1959 pengembangan dan pembangunan dilanjutkan oleh
(58)
commit to user
Tirtowinoto yang mempunyi minat besar untuk membantu perkembangan Gembira Loka dengan mencurahkan pikiran dan tenaganya serta biaya yang tidak sedikit, sehingga membawa Gembira Loka maju dengan baik. Sesuai dengan bertambahnya umur, maka Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka menjadi dewasa dan pada tahun 1975 menyatakan mandiri.
b. Struktur dan Organisasi Tata Kerja
Struktur Organisasi & Tata Kerja
Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka Dewan Pimpinan
Dewan Pengurus dan
Dewan Pengurus Harian
Dewan Pengawas Direktur dan Wakil Direktur Staff Ahli Staff Ahli Bagian TU Bagian Kepegawai an Bagian Keuangan Bagian Perlengkap
an & RT
Bidang Keuangan Seksi Makanan Hewan Seksi Kesehatan Hewan Seksi Perawatan Hewan Bidang Pendidikan Seksi Penelitian Latihan Seksi Museum Seksi Penerang an Bidang Ker. Lapangan
Seksi Keamanan Seksi Perbekalan Seksi Pertahanan
(59)
commit to user
c. Jenis dan Kegiatan KRKB Gembira Loka
1) Kegiatan rutin
a) Atraksi binatang setiap hari minggu dan liburan
b) Gajah tunggang, kuda tunggang, onta tunggang setiap hari minggu dan
liburan
c) Lomba tembang Gembira Loka setiap perayaan Hari Ulang Tahun
KRKB Gembira Loka
2) Kegiatan tidak rutin
a) Beberapa jenis lomba antara lain cepat tepat, lomba lukis anak-anak
b) Panggung gembira
c) Pameran flora dan fauna
d) Bimbingan penelitian dan penulisan karya ilmiah
d. Potensi KRKB Gembira Loka
1) Fasilitas Objek
Terdiri dari koleksi flora dan fauna berbagai jenis. Koleksi tersebut diatur sedemikian rupa sehingga memberikan kenyamanan bagi pengunjung. Mulai tahun 1994 dilengkapi dengan akuarium, terdiri dari 8 unit akuarium ikan hias dan 12 unit akuarium ikan hias air laut.
2) Fasilitas dan Sarana Rekreasi
Untuk memberikan kesegaran kepada pengunjung, maka KRKB Gembira Loka mempunyai beberapa sarana rekreasi, antara lain :
a) Taman Gua Sarpa
(60)
commit to user
c) Perahu dayung
d) Becak air
e) Taman anak-anak
f) Taman lalu lintas
g) Gajah tunggang
h) Kuda tunggang
i) Onta tunggang
3) Fasilitas Pelayanan
Pelayanan di berbagai pos pengunjung yang selalu dioptimalkan yaitu pelayanan penjualan karcis masuk objek wisata dan sarana rekreasi, pelayanan siaran, pelayanan informasi dan pendidikan, pelayanan keamanan dan perlindungan, pelayanan keselamatan pengunjung.
4) Fasilitas Sarana Pengunjung
Beberapa sarana pengunjung terus diadakan pembenahan dan penambahan-penambahan sarana pengunjung yang ada, antara lain :
a) Taman parkir
b) Gedung perkantoran
c) Mayang tirta
d) Mushola
e) Restoran
f) Kantin
(61)
commit to user
e. Sign System KRKB Gembira Loka Saat Ini
Saat ini Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka telah memiliki sign
system yang cukup lengkap dan menarik apalagi masih baru dan terawat. Berikut
adalah beberapa contoh sign system yang ada di Kebun Raya dan Kebun Binatang
Gembira Loka :
Gambar 3.2 Sign system Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka
Sign system yang masih baru dan tampak terawat tersebut sangat berpengaruh pada keindahan di dalam Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka apalagi
(62)
commit to user
sign system tersebut memiliki desain yang cukup menarik dan mudah dipahami oleh pengunjung.
Sign system yang berada di Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka berupa papan informasi, papan edukasi, papan petunjuk, papan larangan dan papan
nama binatang. Beberapa sign system tersebut juga turut digabungkan dengan aneka
macam gambar ilustrasi yang menarik dan mudah dipahami.
2. Taman Safari Indonesia
a. Sejarah Taman Safari Indonesia
Taman Safari Indonesia memiliki tujuan untuk menyelamatkan kehidupan satwa liar di seluruh dunia dan merupakan kebun binatang yang paling terkenal di Indonesia. Organisasi Taman Safari Indonesia merupakan tempat pariwisata dan pusat dari satwa langka. Taman Safari Indonesia juga merupakan aset nasional di bidang industri pariwisata.
Taman Safari Indonesia merupakan bentuk kelahiran ide dan obsesi dari
pecinta binatang yang bergabung dalam Oriental Circus Indonesia Group (OCI),
untuk membangun kebun binatang yang modern. Grup ini memiliki keinginan dan pengetahuan tentang kehidupan binatang, mencoba untuk menemukan lokasi yang ideal untuk tempat tinggal para binatang tersebut. Setelah melakukan survei di beberapa lokasi, tidak lama kemudian akhirnya mereka menemukan lokasi yang sangat sempurna di ladang teh yang sudah tidak produktif di desa Cibeureum.
Semua usaha yang telah tercapai tersebut menjadi ide untuk membuat benteng terakhir bagi penyelamatan satwa liar endemik Indonesia pada khususnya dan satwa langka dunia pada umumnya. Untuk mensukseskan ide tersebut, mereka
(63)
commit to user
mengundang konsultan-konsultan dari Jerman dan Amerika Serikat. Pada awal pembangunan sekitar tahun 1981-1985, jumlah spesies binatang yang dimiliki Taman Safari Indonesia masih sangat sedikit, sekitar 100 satwa dan pada awal april 1986 Taman Safari Indonesia resmi dibuka untuk umum.
Setelah suksesnya Taman Safari Indonesia yang berada di desa Ciberium, kini telah dibangun Taman Safari Indonesia-Prigen, yang terletak di Prigen-Pasuruan-Jawa Timur, tepatnya di lereng Gunung Arjuna dengan pemandangan pegunungan tropis, terbentang sebesar 400 ha dengan koleksi satwanya yang sangat menakjubkan, lebih dari 1000 satwa liar dari 150 daerah di seluruh dunia, serta terdapat satwa-satwa langka seperti Komodo Kragon, Bison Eropa, Beruang Hitam Himalaya, Macan Putih, dan lain-lain.
Taman Safari Indonesia merupakan salah satu tempat wisata terbesar di Jawa Timur, yang mampu menarik minat wisatawan nasional maupun wisatawan internasional.
b. Visi dan Misi Taman Safari Indonesia
Taman safari Indonesia memiliki visi sebagai benteng terakhir bagi penyelamatan satwa liar endemik Indonesia pada khususnya dan satwa langka dunia pada umumnya. Taman Safari Indonesia berpedoman untuk menjadi lembaga konservasi dan pusat penangkaran satwa langka, semuanya itu berasal dari tujuan utama berdirinya Taman Safari Indonesia, yaitu :
(64)
commit to user 1) Conservation (Konservasi)
Untuk menjaga dan melindungi sumber daya alam, menjadikan sebagai benteng terakhir bagi penyelamatan satwa liar dan satwa langka di seluruh Indonesia.
2) Education (Pendidikan)
Sebuah program pendidikan melalui sarana hiburan, dengan menampilkan kehidupan binatang sesuai habitat aslinya, tanpa pagar pembatas, sehingga pengunjung dapat semakin mengenal dan menyelami kehidupan satwa di alam bebas.
3) Research (Penelitian)
Taman Safari Indonesia adalah laboratorium yang hidup bagi peneliti lokal dan international, maupun setiap orang yang ingin mempelajarinya dari segala sudut pandang ilmu pengetahuan.
4) Recreation (Rekreasi)
Taman Safari Indonesia memiliki pusat rekreasi untuk pengunjung sebagai pendukung dari keberadaan Taman Safari itu sendiri, sehingga Taman Safari Indonesia bukan saja sekedar kebun binatang, namun juga merupakan taman hiburan dan taman rekreasi keluarga.
c. Fasilitas Taman Safari Indonesia
Taman Safari Indonesia memiliki empat tujuan utama yaitu konservasi, pendidikan, penelitian dan rekreasi. Untuk mencapai semua tujuan tersebut Taman Safari Indonesia menyediakan banyak fasilitas, mulai dari kawasan satwa, yang di dalamnya terdapat ratusan binatang yang hidup di alam bebas, maupun
(65)
commit to user
tempat rekreasi yang menampilkan atraksi-atraksi satwa, hingga permainan anak-anak, dan masih banyak lagi, antara lain seperti :
1) Kawasan Satwa
a) Kawasan Amerika-Eropa
b) Kawasan Asia
c) Kawasan Afrika
2) Taman Rekreasi
a) Show Animals
b) Aneka Permainan
c) Taman Satwa
d. Sign System Taman Safari Indonesia Saat Ini
Taman Safari Indonesia telah memiliki sign system yang terbilang cukup
lengkap dan menarik. Sign system di Taman Safari Indonesia terdiri dari berupa
papan edukasi, papan informasi, papan larangan, papan petunjuk dan papan nama binatang. Papan tersebut memiliki tujuan masing-masing yang diharapkan untuk dapat menyampaikan pesan yang dimaksud kepada pengunjung Taman Safari Indonesia.
Sign system di kawasan tersebut banyak yang masih terawat dan di desain cukup menarik dengan memadukan gambar ataupun foto. Bahan yang digunakan untuk papan tersebut beraneka macam, ada yang menggunakan plat, ada pula
yang menggunakan kayu. Walaupun banyak sign system yang bagus dan terawat
namun diantaranya masih terdapat juga sign system yang sudah pudar , kotor dan
(66)
commit to user
masih ada beberapa papan yang kotor, tidak jelas dan terhalang oleh tumbuhan yang tidak dirapikan sehingga pengunjung mengabaikan papan tersebut.
Berikut adalah beberapa contoh sign system yang ada di Taman Safari
(67)
(68)
commit to user
Gambar 3.3 Sign system Taman Safari Indonesia
C. Analisis SWOT
Tabel Analisis SWOT Kebun Binatang TSTJ dengan KRKB Gembira Loka dan Taman Safari Indonesia adalah :
Tabel 3.1. Analisa SWOT
SWOT TSTJ Surakarta KRKB Gembira Loka Taman Safari
Indonesia
Strength - Mempunyai areal
seluas 14 hektar.
- Memiliki aneka
koleksi satwa dan
tanaman meliputi
Mamalia, Aves,
Primata, Reptilia
dan lainnya.
- Terdapat beberapa
produk rekreasi/
hiburan di
dalamnya.
- Tiket/ karcis masuk
sangat terjangkau.
- Adanya event
wisata budaya yang diadakan tiap tahun
yaitu Pekan
Syawalan yang
ditandai dengan
pertunjukkan
Larung Gethek
- Mempunyai areal
seluas 20 hektar.
- Memiliki aneka
koleksi satwa dan tanaman yang lebih
lengkap meliputi
Mamalia, Aves,
Reptilia, Pisces dan lainnya.
- Terdapat aneka
produk rekreasi/
hiburan menarik di dalamnya.
- Penataan objek wisata
lebih rapi.
- Telah berhasil
menangkarkan beberapa jenis satwa.
- Pengelolannya lebih
baik karena dikelola oleh pihak swasta yang mandiri.
- Memiliki areal
seluas 400 hektar.
- Memiliki koleksi
satwa lebih dari 1000 satwa liar dari 150 daerah di seluruh dunia.
- Binatang hidup
bebas sesuai
habitatnya sehingga
pengunjung dapat
semakin dekat
dengan kehidupan
binatang.
- Merupakan tepat
wisata terbesar di Jawa Timur yang
telah mampu
menarik wisatawan
nasional maupun
wisatawan internasional.
(69)
commit to user Joko Tingkir.
- Adanya Sanggar
Gesang yang
dibangun oleh
penggemar Gesang dari Jepang.
- Mudah dijangkau
dengan berbagai
sarana transportasi.
- Penataan koleki satwa
lebih terkonsep dan rapi.
- Fasilitas sarana dan
prasarana lebih
bagus.
- Memiliki sign system
yang cukup lengkap.
- Memiliki sign system
yang cukup lengkap
dan memudahkan
pengunjung.
Weakness - Pengelolaannya
berganti-ganti dan
masih belum
terarah.
- Perawatan satwa
kurang sesuai
dengan habitatnya.
- Belum adanya
penataan yang rapi bagi para pedagang yang berjualan. - Sign system sangat
sedikit dan kurang jelas.
- Kebersihan kurang
terjaga.
- Sarana rekreasi
kurang bervariasi.
- Masih adanya lahan
yang belum
dimanfaatkan secara optimal.
- Harga tiket lebih
mahal.
- Lokasi yang naik
turun cepat membuat pengunjung
kelelahan.
- Kondisi kandang
hewan kurang terjaga kebersihannya.
- Harga tiket sangat
mahal.
- Lokasi yang cukup
jauh dari pusat kota, membuat
pengunjung hanya
mngunjungi Taman
Safari Indonesia
pada waktu liburan saja.
- Luasnya lokasi
membuat pengunjung
kebingungan terlebih
lagi beberapa sign
system beberapa sign
system yang ada
sudah tidak terawat
dan tertutup
tumbuhan.
Opportunity - Masih adanya lahan
yang belum
dimanfaatkan sehingga memungkinkan
untuk menambah
fasilitas yang
diperlukan.
- Adanya event
budaya Pekan
Syawalan yang
dapat menarik
ribuan pengunjung.
- Harga tiket yang
tidak mahal dapat
- Penataan objek wisata
yang rapi di
dalamnya membuat
pengunjung merasa
lebih nyaman.
- Variasi aneka atwa
dan tanaman yang tidak mengakibatkan
kejenuhan untuk
melihatnya.
- Adanya atraki
beberapa satwa yang menarik.
- Lebih banyak
memiliki aneka
- Taman Safari
Indonesia memiliki potensi yang besar
untuk menjadi
tempat wisata yang besar untuk menjadi tempat wisata yang
paling banyak
menarik minat turis
nasional maupun
(70)
commit to user
dijangkau oleh
berbagai golongan masyarakat.
- Adanya atraksi
beberapa jenis
satwa yang dapat menarik
pengunjung untuk menyaksikannya.
sarana dan prasarana
rekreasi yang
memadai.
Threat - Kurangnya
pengelolaan yang
baik dapat
menyebabkan lambatnya perkembangan
objek wisata
tersebut.
- Kebersihan
kandang satwa yang
tidak terpelihara
menyebabkan pengunjung enggan untuk mendekat.
- Harga tiket yang agak
mahal dapat
meyebabkan
pengunjung memilih tempat ekreasi yang lebih murah.
- Kebrsihan kandang
sata yang kurang
terawat dapat
menybabkan
pengunjung eggan
brinteraksi dengan
satwa yang ada.
- Banyaknya
pembangunan taman rekreasi yang sedang
berlangsung dapat
mengancam
kesuksesan Taman
Safari Indonesia
terutama karena
lokasinya yang
berjauhan dengan
pusat kota.
Berdasarkan analisa SWOT di atas, maka dapat dilihat bahwa Taman Satwa Taru Jurug memiliki beberapa kekuatan dan kelemahan juga beberapa peluang dan ancaman. Kekuatan yang menonjol yang dimiliki oleh Taman Satwa Taru Jurug antara lain yaitu harga tiket masuk lebih murah, adanya event budaya lokal yaitu berupa Pekan Syawalan ditandai dengan Larung Ageng Gethek Joko Tingkir yang dapat menarik ribuan pengunjung. Sedangkan kelemahannya diantaranya adalah dalam pengelolaan tempat wisata tersebut masih belum berjalan dengan baik sehingga mengalami kelambatan dalam perkembangannya baik mengenai fasilitas yang ada maupun sarana dan prasarana rekreasi yang terdapat di dalamnya.
(71)
commit to user
D. Positioning
Positioning adalah suatu proses upaya untuk menempatkan suatu produk ke dalam pikiran khalayak yang menjadi sasaran agar dipikirkan, dipasarkan dan dipercaya. Philip
Kotler (1995) mendefinisikan positioning sebagai tindakan yang dilakukan marketing
untuk membuat citra produk dan hal-hal yang ingin ditawarkan kepada pasarnya berhasil memperoleh posisi yang jelas dan mengandung arti dalam benak sasaran konsumennya.
Berdasarkan uraian diatas, maka Taman Satwa Taru Jurug menempatkan diri sebagai tempat rekreasi satu-satunya di Surakarta yang memiliki koleksi flora dan fauna dengan event wisata Pekan Syawalan yang rutin diselenggarakan tiap tahunnya.
(72)
commit to user
BAB IV
KONSEP KREATIF PERANCANGAN
DAN PERENCANAAN MEDIA
A. Metode Perancangan
Perancangan sign system ini ditujukan kepada Taman Satwa Taru Jurug yang
merupakan taman rekreasi maupun taman hiburan. Bentuk signage yang digunakan
dibuat tidak fomal, dan luwes, namun tetap memperhatikan peraturan universal yang
telah ada, oleh karena itu bentuk signage yang cocok digunakan yaitu ikonik, simbolik
serta indeksikal.
Dengan penggunaan bentuk ikonik konsumen dapat mempersepsikan secara
langsung sign yang dilihatnya itu, tanpa harus berpikir panjang, hal ini sangat cocok
untuk pengunjung yang tidak terlalu memperhatikan sebuah sign, agar dengan sekilas
saja mereka dapat langsung mengerti arti dari sign tersebut, pada umumnya penggunaan
ikon ini untuk papan petunjuk arah, papan nama binatang, papan petunjuk show.
Sedangkan untuk penggunaan bentuk indeks sangat cocok untuk papan larangan
dan peringatan, karena bentuk indeks adalah sign yang ditandai berdasarkan arti, atau
memiliki hubungan sebab akibat, dengan hal ini sebuah papan larangan tidak hanya menyampaikan sebuah informasi larangan, tetapi juga menampilkan akibat atau resiko dari larangan tersebut agar dapat semakin diperhatikan oleh pengunjung.
Signage yang baik adalah signage yang menarik, efektif dan mudah diingat, oleh
karena itu penggunaan bentuk simbol juga sangat penting karena simbol adalah sign yang
(1)
commit to user 46
3. Papan Himbauan
a. Papan Himbauan Menjaga Kebersihan
Bahan/ Media : Allucomb, Sticker Frontlite
Ukuran : 50 cm x 37 cm
Tinggi Tiang : 100 cm
Typografi : Hobo Std, Hobo Std Italic
Ilustrasi : Buaya
Warna : Full colour
Visualisasi : CorelDraw X4
Fungsional : Outdoor Sign
(2)
commit to user 47
a. Himbauan untuk menyayangi binatang dan tanaman
Bahan/ Media : Allucomb, sticker frontlite
Ukuran : 50 cm x 37 cm
Tinggi Tiang : 100 cm
Typografi : Hobo Std, Hobo Std Italic
Ilustrasi : Buaya
Warna : Full colour
Visualisasi : CorelDraw X4
Fungsional : Outdoor sign
(3)
commit to user 48
b. Himbauan untuk kritik dan saran
Bahan/ Media : Allucomb, sticker frontlite
Ukuran : 50 cm x 37 cm
Tinggi Tiang : 100 cm
Typografi : Hobo Std, Hobo Std Italic
Ilustrasi : Buaya
Warna : Full colour
Visualisasi : CorelDraw X4
Fungsional : Outdoor sign
(4)
commit to user BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan
Perancangan sign system ini dibuat untuk menambah daya tarik, memperindah lokasi serta membantu para pengunjung yang berada di Taman Satwa Taru Jurug agar dapat megetahui dan memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang disediakan oleh Taman Satwa Taru Jurug dengan lebih maksimal, terlebih lagi didukung dengan luasnya lokasi kebun binatang Taman Satwa Taru Jurug yang lebih dari 14 hektar serta banyaknya satwa maupun hiburan yang disediakan oleh Taman Satwa Taru Jurug ini membuat para pengunjung tentunya mengalami kesulitan karena kurangnya informasi yang diberikan. Karena itulah perancangan ini dilakukan untuk menciptakan signage yang ada, karena berdasarkan hasil survey, pengunjung tidak terlalu memperhatikan signage yang ada karena tidak tertarik akan signage tersebut.
Selain menciptakan sign system yang efektif, menarik dan komunikatif, dalam perancangan ini juga menciptakan keseragaman yang terdapat dalam setiap signage yang ada agar dapat tercipta kesinambungan antar signage yang terdapat dalam Taman Satwa Taru Jurug sehingga dapat menciptakan suatu ciri khas yang menonjol, namun keseragaman yang diciptakan tidak menyebabkan signage yang ada terkesan monoton atau membosankan, karena hal inilah yang menyebakan sign system tidak diperhatikan oleh pengunjung.
(5)
commit to user
B. Saran
Sebagai sebuah objek wisata dengan luas lebih dari 14 hektar dan juga lembaga konservasi yang melakukan usaha perawatan dan penangkaran berbagai jenis satwa, sangat disayangkan bila keadaan Taman Satwa Taru Jurug dibiarkan tanpa ada penanganan khusus, seperti perancangan sign system misalnya. kondisi sign yang ada saat ini sangat memprihatinkan, kotor, tidak terawat, patah bahkan sudah tidak terbaca sehingga banyak pengunjung yang kebingungan menemukan lokasi yang mereka inginkan.
Taman Satwa Taru Jurug tentunya sangat membutuhkan perancangan sign system
yang informatif, menarik dan komunikatif guna memudahkan pengunjung untuk mendapatkan informasi yang mereka butuhkan, memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang ada serta menjadi elemen yang mampu memperindah lokasi tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan merancang sign system sebagai berikut :
1. Papan Informasi
a. Papan Nama Satwa
b. Papan Nama Tumbuhan
c. Papan Piktogram
d. Papan Penunjuk Arah Lokasi
e. Papan Informasi Acara/ Pertunjukan
f. Peta Taman Satwa Taru Jurug
2. Papan Larangan dan Peringatan
a. Papan Larangan Memberi Makanan Binatang
(6)
commit to user
c. Papan Larangan Mengganggu Binatang
d. Papan Larangan Merusak Tanaman
e. Papan Peringatan Zona Berbahaya
3. Papan Himbauan
a. Papan Himbauan Menjaga Kebersihan
b. Papan Himbauan Menyayangi Binatang
c. Papan Himbauan untuk Kritik dan Saran
Dengan adanya perencanaan sign system yang tepat dan efektif, maka dalam pelaksanaannya anggaran biaya juga dapat diprediksi dengan baik sehingga dapat digunakan dengan tepat. Diharapkan dengan adanya sign system Taman Satwa Taru Jurug ini pengunjung bisa memanfaatkan fasilitas yang ada, mudah mendapatkan informasi yang dibutuhkan serta merasa puas dan nyaman.