Morfologi Benih, Pematahan Dormansi dan Perkecambahan Benih Kemenyan Durame (Styrax benzoin Dryander)
LAMPIRAN
42
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Sidik Ragam Perkecambahan Benih
a. Jumlah Kecambah
Tes antara – subyek efek
Penanganan variabel: jumlah kecambah
Tipe III
Penjumlahan
Kuadrat
16.000(a)
117.600
.400
5.200
10.400
50.400
184.000
66.400
Sumber
Model Koreksi
Titik Perpotongan
Media
Skarifikasi
media * skarifikasi
Error
Total
Total Koreksi
Df
11
1
2
3
6
48
60
59
Rata-rata
kuadrat
1.455
117.600
.200
1.733
1.733
1.050
F
1.385
112.000
.190
1.651
1.651
Sig.
.211
.000
.827
.190
.154
Media
jumlah kecambah
Duncan
Media
1.00
3.00
2.00
Sig.
N
20
20
20
Himpunan
Bagian
1
1.3000
1.4000
1.5000
.566
Pematahan Dormansi
jumlah kecambah
Duncan
Pematahan
dormansi
1.00
2.00
4.00
3.00
Sig.
N
15
15
15
15
Himpunan
Bagian
1
.9333
1.4000
1.5333
1.7333
.055
43
Universitas Sumatera Utara
b. Hari berkecambah
Tes antara – subyek efek
Penanganan variabel: hari berkecambah
Sumber
Model Koreksi
Titik Perpotongan
Media
Skarifikasi
media * skarifikasi
Eror
Total
Total Koreksi
Tipe III
Penjumlahan
Kuadrat
11562.183(a)
124306.017
3521.633
3376.183
4664.367
36678.800
172547.000
48240.983
Df
11
1
2
3
6
48
60
59
Rata-rata
Kuadrat
1051.108
124306.017
1760.817
1125.394
777.394
764.142
F
1.376
162.674
2.304
1.473
1.017
Sig.
.215
.000
.111
.234
.425
media
hari berkecambah
Duncan
Media
2.00
1.00
3.00
Sig.
N
20
20
20
Himpunan
Bagian
1
38.4000
42.0000
56.1500
.060
Pematahan dormansi
hariberkecambah
Duncan
Pematahan
dormansi
2.00
1.00
4.00
3.00
Sig.
N
15
15
15
15
Himpunan
Bagian
1
35.6667
43.2000
46.6667
56.5333
.063
44
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Sidik Ragam Pengaruh Media Terhadap Pertumbuhan Semai
a. Pertambahan Tinggi
ANOVA
Pertambahan tinggi
Penjumlahan
Kuadrat
68.306
3
Rata-rata
Kuadrat
22.769
Di dalam Kelompok
532.334
16
33.271
Total
600.640
19
Antara Kelompok
df
F
.684
Sig.
.575
.764
Sig.
.530
tinggi
Duncan
perlakuan
Himpunan bagian
untuk alpha = .05
N
1
4.00
5
16.2360
1.00
5
18.8440
2.00
5
20.0660
3.00
5
21.2120
Sig.
.227
b. Pertambahan Diameter
ANOVA
diameter
Penjumlahan
Kuadrat
.034
Antara Kelompok
3
Rata-rata
kuadrat
.011
.015
df
Di dalam Kelompok
.236
16
Total
.270
19
F
diameter
Duncan
perlakuan
Himpunan bagian
untuk alpha = .05
N
1
2.00
5
.1080
3.00
5
.1112
1.00
5
.1140
4.00
5
.2060
Sig.
.258
45
Universitas Sumatera Utara
c. Kekokohan Semai
ANOVA
kekokohansemai
Antara Kelompok
Di dalam Kelompok
Total
Penjumlahan
Kuadrat
384.636
332.111
716.747
Rata-rata
Kuadrat
128.212
20.757
Df
3
16
19
F
6.177
Sig.
.005
F
3.306
Sig.
.047
kekokohansemai
Duncan
perlakuan
4.00
1.00
2.00
3.00
Sig.
N
5
5
5
5
Himpunan Bagian untuk
alpha = .05
1
2
27.0460
32.4660
32.4660
36.8580
38.3000
.078
.072
d. Jumlah Akar
Akar primer
ANOVA
Jumlah primer
Antara Kelompok
Di dalam Kelompok
Total
Penjumlahan
Kuadrat
12.150
19.600
31.750
Rata-rata
Kuadrat
4.050
1.225
Df
3
16
19
Jumlah primer
Duncan
Media
4.00
2.00
3.00
1.00
Sig.
N
5
5
5
5
Himpunan Bagian untuk
alpha = .05
1
2
8.0000
9.2000
9.2000
9.8000
10.0000
.106
.295
46
Universitas Sumatera Utara
Akar sekunder
ANOVA
Jumlah sekunder
Antara Kelompok
Di dalam Kelompok
Total
Penjumlahan
Kuadrat
74.950
51.600
126.550
Rata-rata
Kuadrat
24.983
3.225
Df
3
16
19
F
7.747
Sig.
.002
F
Sig.
.800
Jumlah sekunder
Duncan
Media
4.00
1.00
2.00
3.00
Sig.
Himpunan bagian untuk alpha = .05
1
2
3
19.4000
20.6000
20.6000
22.0000
24.6000
.306
.236
1.000
N
5
5
5
5
e. Panjang Akar
Akar primer
ANOVA
Akar primer
Antara Kelompok
Di dalam Kelompok
Total
Penjumlahan
Kuadrat
5.641
89.798
95.440
Rata-rata
Kuadrat
1.880
5.612
Df
3
16
19
.335
Akar primer
Duncan
media
Himpunan Bagian
untuk alpha = .05
N
1
3.00
4.00
1.00
2.00
Sig.
5
5
5
5
8.2400
8.8940
9.5080
9.5380
.437
47
Universitas Sumatera Utara
Akar sekunder
ANOVA
Akar sekunder
Antara Kelompok
Di dalam Kelompok
Total
Penjumlahan
Kuadrat
7.528
10.230
17.758
Rata-rata
Kuadrat
2.509
.639
Df
3
16
19
F
3.924
Sig.
.028
Akar sekunder
Duncan
Media
4.00
3.00
1.00
2.00
Sig.
N
5
5
5
5
Himpunan Bagian untuk
alpha = .05
1
2
1.6840
1.9040
2.3320
2.3320
3.2840
.242
.078
48
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Adinugraha, H. 2012. Pengaruh Cara Penyemaian dan Pemupukan NPK
terhadap
Pertumbuhan Bibit Mahoni Daun Lebar di Persemaian.
Penelitian.Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman hutan.
Yogyakarta.
Adman, B. 2011. Pertumbuhan tiga kelas mutu bibit meranti merah pada tiga
IUPHHK di Kalimantan. Jurnal Penelitian Dipterokarpa 5(2): 47-60.
Byrd, W. 1968. Pedoman Teknologi Benih. Hamidin E, penerjemah. Jakarta:
PT Pembimbing Masa. Terjemahan dari: Seed Technology Handbook.
Cengiz, Y. 2011. Effects of cracking and sowing time on germination of Styrax
officinalis L. seeds. African Journal of Biotechnology.
Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 1999. Budidaya Tanaman Kemenyan.
Jakarta.
[Dephut] Departemen Kehutan. 2007 b. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 35
Tahun 2007 tentang Hasil Hutan Bukan Kayu. Jakarta: Dephut. Ri
Elimasni. 2005. Perbanyakan Bibit Kemenyan Sumatrana (Styrax benzoin
Dryander) Secara Kultur Jaringan. USU. Medan
Fahn, A. 1992. Anatomi Tumbuhan Edisi ke 3. UGM Press. Yogyakarta.
Gardner, F. P., Pearce, R. B., Mitchell, R. L. 1991.
Budidaya. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Fisiologi Tanaman
Harsono, H. 2002. Pembuatan silika amorf dari limbah sekam padi. Jurnal Ilmu
Dasar Vol 3 No 2: 98-103.
Hartman, T. H., Kesterb, D. E., Davies, F. T., dan Geneve, R. L. 1997. Plant
Propagation principles and practices. New Delhi: Prentice-hall of India Private
Limited.
Jayusman, 1997 b. Percobaan Stek Pucuk Kemenyan Durame (Styrax benzoine
Dryand) Pada Beberapa Jenis Hormon Pertumbuhan. Bulletin Balai Penelitian
Kehutanan Pematang Siantar Vol 13 (1): April 1997.
Jayusman, R. Pasaribu, dan W, Sipayung. 1999. Budidaya Kemenyan (Styrax
spp).
Pedoman Teknis.
Konifera Vol.2 No. 1.Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan.
Balai Penelitian Kehutanan
Pematang Siantar.
Jayusman, 2006 b. Metode Ekstraksi Daun dan Intensitas Pola Pit Izosim Jenis
Kemenyan. Wana Benih Volume 7 (1) Juli 2006, Yogyakarta. Hal 17 – 27.
39
Universitas Sumatera Utara
Jayusman, 2014. Mengenal Pohon Kemenyan (styrax spp) jenis dengan spectrum
pemanfaatan luas yang belum dioptimalkan, November 2014. Jakarta.
Kartasapoetra, G., A. G. Kartasapoetra., dan M. M. Sutedjo. 2010. Teknologi
Konservasi Tanah dan Air. Jakarta: Rineka Cipta.
Kurniawati, P. dan Danu. 2014. Pengaruh Umur Bahan Stek dan Zat Pengatur
Tumbuh Terhadap Keberhasilan Stek Kemenyan (Styrax benzoin Dryand). Jurnal
Penelitian Hutan Tanaman. Bogor.
Kramer, P. J., dan Th, T. Kozlowski. 1960. Physiology of Trees. McGraw-Hill
Book Company, New York
Lensari, D. 2009. Pengaruh Pematahan Dormansi Terhadap Kemampuan
Perkecambahan Benih Angsana (Pterocarpus indicus Will). IPB, Bogor.
Lubis, Iskandar., H. M, Pandapotan., Nasution, S., Aman, dan A. W. Lubis.
1984. Laporan Akhir Pemeriksaan Mutu Kemenyan Yang Ditanam Oleh Rakyat
di Tapanuli Utara. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan; Direktorat Jendral
PendidikanTinggi; Proyek P3T Universitas Sumatera Utara. Medan
Pinyopusarerk. 1994. Styrax tonkinensis. Taxonomi, Ecology, Silvicultur and
Uses. The Australian Centre For International Agriculture Research (ACIAR).
ACIAR Technical Report No. 31. Canberra.
Prianto. D., Edris, I. dan Widyana, Y. 2006. Pemeliharaan Semai dan
Pengujian mutu bibit (Bahan Ajar Kuliah Teknologi Persemaian Fakultas
Kehutanan UGM. Yogyakarta.
Riandri, Henny. 2007. SAINS BIOLOGI 3 untuk kelas XII SMA. Solo : PT.
TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI.
Rizlani, C. 2015. Strategi Pemuliaan dan Teknik Silvikultur Untuk Peningkatan
Kualitas Kemenyan Toba (Styrax sumatrana).
Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan Kementrian.
Roh M, S., Bentz J-A., Wang, P., Li, E., Koshioka M. 2004. Maturity and
temperature stratification affect the germination of styrax japonicas seeds. The
Journal of Horticultural Science and Biotechnology, 79: 645 – 651.
Sadjad, S. 1980. Panduan Pembinaan Mutu Benih Tanaman Kehutanan Di
Indonesia. IPB, Bogor.
Sasmuko, S. A. 2003. Potensi Pengembangan Kemenyan Sebagai Komoditi
Hasil Hutan Bukan Kayu Spesifik andalan Sumatera Utara. Makalah Seminar
Nasional Himpinan Alumni-IPB HAPKA Fakultas Kehutanan IPB Wilayah
Regional Sumatera. Medan.
40
Universitas Sumatera Utara
Schmidth L. 2002. Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan Sub
Tropis (terjemahan) Dr. Mohammad Na’iem dkk. Bandung
Sianipar, H. dan Simanjuntak, B. (2000) Isolasi dan identifikasi asam sinamat
dari Kemenyan Sumatrana, Media Farmasi 4(1): 22-28.
Sitompul, Maruari. 2011. Kajian Pengelolaan Hutan Kemenyan (Styrax Sp) Di
Kabupaten Humbang Hasundutan, Provinsi Sumatera Utara [Tesis]. IPB, Bogor.
Sutopo L. 2004. Teknologi Benih. Fakultas pertanian.UNBRAW
Villareal, R. L., and Donald, H. W. 1969.Vegetable Training Manual.The
Departments of Agricultural Communications, Laguna.
Vogel, E. F. de. 1980. Seedling of Dicotyledons: Structure, Development,
Types; Description of ISO Woody MalesianTaxa, Centre for Agricultural
Publishing and Documentation (PUDOC), Wageningen.
Widyawati, N. Tohari, P. Yudono, dan I, Soemardi. 2009. Permeabilitas dan
perkecambahan benih aren (Arenga pinnata (wurmb) Merr. Jurnal Agronomi
Indonesia 37(2) :152- 158.
Wudianto, 1998. Membuat Stek Cangkok. Cangkok dan Okulasi.PT.Penebar
Swadaya, Jakarta.
Yuniarti, N. 1997. Penentuan Cara Perlakuan Pendahuluan Benih Merbau (instia
bijuga) Balai Teknologi Perbenihan. Balitbang Kehutanan Bogor.
Yuniarti, N. Dan Djaman, D. F. 2015. Teknik pengemasan yang tepat untuk
mempertahankan viabilitas benih bakau (Rhizopora apiculata) selama
penyimpanan. Bogor.
Zaen, A. dan Irfan, M. 2012. Pengaruh Media Tanam Terhadap Pertumbuhan
Tanaman Kedelai. Purworejo.
41
Universitas Sumatera Utara
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni – November 2015. Bahan penelitian
diambil dari pohon induk yang ada di desa Banuaji Tapanuli Utara, sedangkan
perkecambahan benih dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan untuk perkecambahan benih dan perbanyakan secara
generatif antara lain bak kecambah, sprayer, polibag, cangkul, alat-alat tulis dan
paranet untuk naungan. Sedangkan bahan untuk media perkecambahan adalah top
soil : pasir (1:0 v/v, 0:1 v/v dan 1:1 v/v)
Metode Penelitian
Sub penelitian I
Pengamatan Morfologi Benih
Pengamatan morfologi benih dilakukan dengan mengamati dan mengukur
parameter berat benih, diameter benih, dan tebal masing masing bagian benih
seperti tebal tempurung dan tebal endosperm, sampel yang digunakan untuk
pengamatan ini adalah sebanyak 10 benih. Pengukuran berat benih dilakukan
dengan menimbang sampel benih untuk mengetahui berat tiap benih dan berat 1
kg benih. Pengukuran tebal benih dilakukan dengan membelah benih menjadi 2
bagian yang sama, selanjutnya benih tersebut diukur ketebalan tempurung dan
endospermnya.
12
Universitas Sumatera Utara
Sub penelitian II
Teknik Pematahan Dormansi dan Perkecambahan Benih
Untuk teknik ini ada 3 kegiatan yang dilakukan yaitu ekstraksi benih, perlakuan
pematahan dormansi dan perkecambahan benih.
Ekstraksi Benih
Ekstraksi benih dilakukan dengan mengupas dan membuang daging buah
menggunakan pisau. Benih dibersihkan dari sisa daging buah sebelum dijemur
dengan sinar matahari.
Setelah kering benih disortir dan diseleksi dengan
membuang benih cacat (gepeng, benih pecah, benih berukuran ekstrim kecil dan
benih cacat lainnya seperti berlubang karena hama). Benih yang digunakan tidak
terlalu besar maupun kecil.
Pematahan Dormansi dan Perkecambahan Benih
Penelitian ini disusun dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor
yaitu Faktor A (media perkecambahan) dan Faktor B (perlakuan pematahan
dormansi). Faktor media kecambah (faktor A) terdiri atas media top soil, pasir
dan top soil+ pasir dengan perbandingan 1:0 v/v (A1) 0:1 v/v (A2) dan
perbandingan 1:1 v/v (A3). Faktor pematahan dormansi (faktor B) yang terdiri
dari perendaman benih selama 1 jam dengan air panas dan 24 jam air dingin (B1);
perendaman air panas dan air dingin serta pengamplasan (B2); pengamplasan (B3)
dan tanpa perlakuan (B4). Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 5 kali
dengan treeplot sebanyak 4. Dengan demikian terdapat 4 x 3 x 5 x 4 = 240
sampel. Adapun rancangan statistik untuk penelitian ini adalah sebagai berikut :
Model umum rancangan yang digunakan adalah sebagai berikut :
Yijk = μ + Ai +Bj + ABij + Єijk
13
Universitas Sumatera Utara
keterangan :
I
= 1.2.3 dan 4 j= 1 dan 2. K=1.2 dan 3
Yijk = pengamatan pada perlakuan ke-I dan perlakuan ke-j dan ulangan ke-k
μ = rataan umum
Ai
= pengaruh faktor A pada taraf ke-i
Bi
= pengaruh faktor B pada taraf ke-j
ABij = interaksi antara faktor A dengan faktor B
Єijk = pengaruh galat pada faktor A taraf ke-i. Faktor B taraf ke-j dan ulangan
ke-k
Kaidah keputusan yang harus diambil adalah sebagai berikut:
1. Jika F Hitung > F Tabel maka H1 diterima H0 ditolak
2. Jika F Hitung < F Tabel maka H1ditolak H0 diterima
Parameter yang diamati
Parameter yang diamati dalam perkecambahan benih ini adalah :
1
Pengamatan hari berkecambah dilakukan mulai dari saat benih ditanam
hingga benih berkecambah.
2
Persentase kecambah dihitung dengan cara membandingkan antara jumlah
benih yang berkecambah dengan jumlah seluruh benih yang ditanam.
Persentase Kecambah =
Jumlah benih yang berkecambah
x 100%
Jumlah seluruh benih yang dikecambahkan
3. Pengamatan visual dilakukan dengan melihat penampilan fisik kecambah yang
dihasilkan pada 4 (empat) media kecambah yang berbeda selama waktu
pengamatan.
14
Universitas Sumatera Utara
Sub penelitian III
Pertumbuhan semai kemenyan pada media yang berbeda
Penelitian ini disusun menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan perlakuan media tanam. Media yang digunakan adalah top soil (A1), pasir
murni (A2), pasir dan top soil 1:1 (v/v) (A3), top soil dan kompos 1:1 (v/v) (A4).
Masing- masing perlakuan diulang sebanyak 5 (lima) ulangan dengan treeplot
sebanyak 3. Dengan demikian terdapat 4 x 5 x 3 = 60 sampel. Adapun rancangan
statistik untuk penelitian ini adalah sebagai berikut :
Yij = µ + αi + ∑ij
Keterangan :
Yij = Respon pengamatan pada perlakuan media tanam tarafke-i dan
ulanganke-j
µ
= nilai rata-rata umum
αi = pengaruh perlakuan media tanam taraf ke-i
∑ij = sisaan acak dari satuan percobaan ulangan ke-j yang
Dikenai perlakuan media tanam taraf ke-i
i
= 1.2.3....
j
= 1.2.3....
Parameter yang diamati
1. Tinggi semai. Pengukuran tinggi bibit dilakukan setiap minggu selama 3
bulan.
15
Universitas Sumatera Utara
2. Diameter semai.
Pengukuran diameter bibit dilakukan setiap minggu
selama 3 bulan.
3. Kekokohan semai. Kekokohan semai dihitung dengan membandingkan
tinggi akhir dan diameter akhir semai.
Kekokohan Semai =
Tinggi semai akhir (cm)
Diameter semai akhir (cm)
4. Jumlah akar primer dan sekunder. Pengukuran jumlah akar dilakukan
pada akhir pengamatan.
5. Panjang akar primer dan sekunder. Pengukuran jumlah akar dilakukan
pada akhir pengamatan.
Perlakuan yang menunjukkan beda nyata selanjutnya diuji lanjut dengan uji
DMRT.
Penilaian / Skoring
Untuk mempermudah memberikan rekomendasi perlakuan terbaik maka
dilakukan penilaian skoring terhadap parameter yang diamati. Skor diberikan dari
1 - 4.
Skor 1 = Sangat rendah
Skor 2 = Sedang
Skor 3 = Tinggi
Skor 4 = Sangat tinggi
16
Universitas Sumatera Utara
HASIL DAN PEMBAHASAN
Morfologi Benih Kemenyan
Fenologi pembungaan
Kemenyan durame (Styrax benzoin Dryander) merupakan jenis kedua yang paling
banyak dibudidayakan di daerah Tapanuli setelah kemenyan Toba. Kemenyan
durame (Styrax benzoin Dryander) merupakan pohon yang berbunga dan berbuah
pada bulan Desember-Januari. Musim buah masak biasanya terjadi pada bulan
Juni – Agustus setiap tahunnya. Bunga kemenyan memiliki struktur majemuk.
Bunga –bunga tersusun dalam satu tandan atau malai (infloresence) dengan
jumlah bunga 5-12 buah dalam satu tandan.
Terdapat kecenderungan bunga
bagian atas mekar terlebih dahulu, dilanjutkan dengan bunga di bagian bawahnya
(Rizlani,2015). Berdasarkan tipe, bentuk dan warna bunga dapat diidentifikasi
bahwa kemenyan durame memiliki tipe penyerbukan alami dengan bantuan
vektor serangga.
Benih
Benih kemenyan durame yang sudah masak fisiologis, ditandai dengan warna
kulit hijau tua dan warna tempurung berwarna coklat, sedangkan yang masih
muda ditandai dengan warna hijau muda dengan warna tempurung benih krem
keputihan. Secara morfologi, benih kemenyan durame berbentuk bulat gepeng dan
lonjong berukuran 2,5-3 cm sedangkan bijinya berukuran 15-19 mm.
Buah
tersusun atas lapisan kulit luar yang keras seperti tempurung lapisan tengah dan
lapisan endosperm.
Benih kemenyan bersifat rekalsitran sehingga cepat
mengalami penurunan viabilitas. Benih tersusun atas kulit biji bagian luar yang
berwarna hijau tua, selanjutnya kulit bagiandalam berupa tempurung keras dengan
17
Universitas Sumatera Utara
ketebalan rata-rata 0,3 mm dan ketebalan kotiledon mencapai 0,8 cm. Adapun
keragaan benih kemenyaan Durame dapat dilihat pada Gambar 1 dan Tabel 1.
Gambar 1. Keragaan Benih kemenyan Durame (Styrax benzoin Dryander)
Tabel 1. Hasil pengukuran berat, diameter dan ketebalan kulit dan kotiledon
benih
Biji ke-
Berat (g)
Diameter (cm)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Rata-rata
2,16
2,95
2,11
2,37
2,86
2,45
2,37
2,62
1,23
2,5
2,36
1,2
1,2
1,1
1
1
1,2
1
1,1
1,2
1
1,1
Tebal
Kulit Luar (cm) Endosperm (cm)
0,3
0,9
0,2
1
0,2
0,9
0,2
0,8
0,2
0,8
0,3
0,9
0,2
0,8
0,2
0,9
1
0,2
0,2
0,8
0,3
0,8
Berdasarkan data sampel percobaan sebanyak 10 benih kemenyan durame,
diperoleh nilai berat benih satu buah benih kemenyan antara 1,23–2,95 gram,
dengan rata-rata berat sebesar 2,36 gram.
Dengan demikian dapat diketahui
bahwasanya 1 kg benih kemenyan terdiri atas ± 435 benih kemenyan. Nilai
diameter benih kemenyan durame berkisar antara 1,0 cm – 1,20 cm dengan ratarata sebesar 1,10 cm.
Pengukuran diameter benih kemenyan dilakukan dari
18
Universitas Sumatera Utara
berbagai sisi karena bentuk benih kemenyan durame tidak bulat sempurna.
Sedangkan nilai ketebalan tempurung yaitu antara 0,20 cm sampai dengan 1,0
cm, dengan rata-ratanya sebesar 0,30 cm. Nilai ketebalan endosperm berkisar 0,2
cm sampai 1,0 cm, dengan tebal rata-ratanyaadalah sebesar 0,80 cm.
Benih kemenyan merupakan benih rekalsitran yaitu benih cepat rusak (viabilitas /
daya kecambah menurun) apabila diturunkan kadar airnya, dan tidak tahan
disimpan pada suhu dan kelembaban rendah.
Namun walaupun bersifat
rekalsitran benih kemenyan memiliki waktu berkecambah yang lama. Menurut
Jayusman (2014), kemenyan durame memiliki waktu berkecambah 2-3 bulan,
sedangkan kemenyan toba memiliki waktu berkecambah 8 bulan sampai 1 tahun.
Lamanya waktu berkecambah tersebut kemungkinan disebabkan karena tebalnya
lapisan tempurung yang dimiliki oleh kemenyan. Hal yang sama juga dijumpai
pada benih tanaman kehutanan lainnya seperti jati, panggal buaya, ganitri dan
kepuh.
Tebal tempurung menjadi penyebab adanya dormansi mekanik pada
benih. Dormansi mekanis dapat terlihat ketika pertumbuhan embrio secarafisik
dihalangi struktur kulit benih yang keras. Imbibisi dapat terjadi tetapi radicle
tidak dapat membelah atau menembus kulitnya. Pada dasarnyahampir semua
benih yang mempunyai dormansi mekanis mengalami keterbatasan dalam
penyerapan air.
Dormansi benih dapat menguntungkan atau merugikan dalam penangananbenih.
Keuntungannya adalah bahwa dormansi mencegah benih dariperkecambahan
selama penyimpanan dan prosedur penanganan lain.
Di satu sisi, apabila
dormansi sangat kompleks dan benih membutuhkan perlakuan awal yang khusus.
Kegagalan untuk mengatasi masalah dormansi akan berakibat pada kegagalan
19
Universitas Sumatera Utara
perkecambahan pada benih (Schmidth 2002). Berdasarkan permasalahan tersebut,
pada penelitian ini dilakukan beberapa teknik pematahan dormansi untuk
mengatasi permasalahan dormansi mekanik benih kemenyan, sehingga diharapkan
akan diperoleh persentase perkecambahan yang tinggi.
Teknik Pematahan Dormansi dan Perkecambahan Benih Kemenyan
Durame.
Teknik pematahan dormansi
Menurut Schmidth (2002), dormansi benih menunjukkan suatu keadaan benihbenih sehat (viable) gagal berkecambah ketika berada dalam kondisi yang secara
normal baik untuk perkecambahan, seperti kelembaban yang cukup, suhu dan
cahaya yang sesuai.
Untuk mengatasi permasalahan dormansi benih,pada
penelitian ini dilakukan kegiatan skarifikasi dengan penggosokan benih dan
kegiatan stratifikasi melalui perendaman dalam air panas dan air dingin.
Terdapat 12 kombinasi perlakuan yang diujikan yaitu A1B1 (media topsoil dan
perendaman air panas dan air dingin selama 24 jam), A1B2 (media topsoil dengan
perendaman air panas dan air dingin selama 24 jam dan pengamplasan), A1B3
(media topsoil dan pengamplasan, A1B4 (media topsoil tanpa perlakuan), A2B1
(media pasir dan perendaman air panas dan air dingin selama 24 jam), A2B2
(media pasir dengan perendaman air panas dan air dingin selama 24 jam dan
pengamplasan), A2B3 (media pasir dan pengamplasan, A2B4 (media pasir tanpa
perlakuan), A3B1 (media topsoil:pasir (1:1 v/v) dan perendaman air panas dan air
dingin selama 24 jam), A3B2 (media topsoil:pasir (1:1 v/v) dengan perendaman
air panas dan air dingin selama 24 jam dan pengamplasan), A3B3 (media
20
Universitas Sumatera Utara
topsoil:pasir (1:1 v/v) dan pengamplasan), A3B4 (media media topsoil:pasir (1:1
v/v) tanpa perlakuan).
Pengujian secara statistik dilakukan terhadap parameter jumlah kecambah dan
hari berkecambah benih kemenyan durame untuk mengetahui perlakuan yang
memberikan hasil terbaik. Rekapitulasi hasil sidik ragam, perkecambahan dengan
teknik pematahan dormansi yang berbeda menunjukkan bahwa perlakuan media,
teknik permatahan dormansi dan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata
terhadap parameter jumlah kecambahdan hari berkecambah (Tabel 2).
Tabel 2.Rekapitulasi sidik ragam perkecambahan kemenyan durame.
Sumber Keragaman
P value
Pematahan dormansi(A)
Media (B)
Interaksi(A*B)
Jumlah kecambah
Hari berkecambah
0,190 tn
0,827tn
0,154 tn
0,234 tn
0,111 tn
0,425 tn
Keterangan : tn = tidak berbeda nyata pada taraf uji 0,05 ( ) ; * = berbeda nyata pada taraf uji
0,05;
**= berbeda nyata pada taraf uji 0,01
Hasil pengamatan visual menunjukkan hari berkecambah tercepat ditemui A2B2
(hari ke-11) sedangkan perkecambahan terlama diperoleh pada kombinasi
perlakuan A1B3 dan A3B1 (hari ke-60).
Persentase perkecambahan yang
tertinggi diperoleh pada kombinasi perlakuan A1B3 dan A2B2 (55%) sedangkan
kombinasi perlakuan yang menghasilkan persentase perkecambahan terendah
diperoleh pada kombinasi perlakuan A1B2 (10%). Adapun data perkecambahan
dan grafik kumulatif perkecambahan setiap minggu, disajikan pada Tabel 3 dan
Gambar 2.
21
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.Hari Berkecambah dan Jumlah Kecambah Kemenyan Durame.
Hari berkecambah
(Hari ke-)
20
48
60
13
33
11
31
59
60
43
31
50
Perlakuan
jumlah kecambah kumulatif
A1B1
A1B2
A1B3
A1B4
A2B1
A2B2
A2B3
A2B4
A3B1
A3B2
A3B3
A3B4
Jumlah
(kecambah)
7
2
8
7
3
11
8
2
8
5
7
11
Persentase
35%
10%
55%
35%
15%
55%
40%
10%
40%
25%
35%
55%
15
14
13
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
A3B4
A3B3
A3B2
A3B1
A2B4
A2B3
A2B2
A2B1
A1B4
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
XI
XII
Minggu Ke-
A1B3
Gambar 2. Jumlah kecambah kumulatif (Minggu Setelah Semai)
Hari berkecambah tercepat dan jumlah kecambah terbanyakdiperoleh perlakuan
media pasir dengan perendaman air panas dan air dingin selama 24 jam dan
pengamplasan. Terkait dengan media yang digunakan, Hartman dkk(1997)
menyatakan pasir merupakan media yang mudah tersedia bersih dan daya
rekatnya rendah, pasir tidak menyimpan kelembaban sehingga membutuhkan
frekuensi penyimpanan yang lebih. Penggunaan tunggal tanpa adanya campuran
22
Universitas Sumatera Utara
media lain akan membuat pasir bersifat kasar sehingga memberikan hasil yang
baik, hal tersebut ditunjukkan dengan jumlah kecambah yang lebih banyak dan
waktu kecambah yang lebih cepat. Media yang sesuai tersebut juga didukung
oleh proses pematahan dormansi yang sesuai.
Kombinasi perendaman benih
dengan air panas dan air dingin 24 jam (metode stratifikasi), serta pengamplasan
(metode skarifikasi) ternyata mampu mempercepat perkecambahan benih.
Seperti diketahui, dormansi bisa disebabkan karena sifat fisik kulit benih, keadaan
fisiologis dari embrio, atau interaksi dari keduanya (Sadjad 1980). Penyebab
dormansi yang sangat meluas adalah karena pada beberapa jenis tanaman benih
memiliki organ tambahan berupa struktur penutup benih yang keras. Kulit benih
yang keras ini biasanya menyebabkan dormansi melalui satu dari tiga cara, adalah
kulit yang keras mungkin menyebabkan impermeabel terhadap air, gas atau
mungkin secara mekanik menekan perkembangan embrio (Yuniarti dan Djaman
2015).
Dormansi pada benih kemenyan disebabkan adanya dormansi mekanik karena
kulit yang tebal dan keras.
Kulit benih yang tebal dan keras
tersebut
menyebabkan tidak dapat ditembus oleh akar. Selain itu udara dan air yang
berperan dalam proses perkecambahan terhambat untuk masuk ke dalam
benih.Hal tersebut yang menghambat perkecambahan walaupun disemaikan pada
kondisi perkecambahan yang optimum.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan perendaman benih
(stratifikasi) dengan perendaman air panas dan dingin yang diikuti pengurangan
ketebalan
benih
dengan
kegiatan
pengamplasan
(skarifikasi)
mampu
membangunkan benih yang dorman. Perendaman benih dengan air panas dan
23
Universitas Sumatera Utara
dingin dapat melunakkan benih, sehingga dapat memacu kegiatan sel-sel dan
enzim serta naiknya respirasi. Menurut Schmidth (2002), air panas mematahkan
dormansi fisik pada leguminoseae melalui tegangan yang menyebabkan pecahnya
lapisan macrosclereid atau merusak tutup strophiolar. Dengan demikian proses
perombakan bahan makanan dapat berlangsung, sehingga menghasilkan energi
yang dapat diuraikan ke titik-titik tumbuh dan benih dapat berkecambah.
Perlakuan pengamplasan dapat mengurangi tebal benih.
Dormansi mekanik
terjadi pada benih-benih yang berkulit keras seperti halnya pada benih kemenyan
(Jayusman 2014), angsana (Lensari 2009), merbau (Yuniarti 1997) dan panggal
buaya. Kandungan lignin yang tinggi pada benih diduga menyebabkan kulit
Kemenyan
menjadi keras.
Hal ini sesuai dengan fungsi lignin pada awal
pembentuan sel, yaitu menambah kekuatan struktural sel dan berperan sebagai
pelindung polisakarida dari hidrolisis enzim selulase (Fahn, 1992). Umumnya
lignin adalah bahan pertama yangmuncul di bahan intraseluler dan dinding
primer, kemudian bahan tersebut akan tersebar ke arah pusat menembus dinding
sekunder.Hasil ini juga sesuai dengan Jayusman (2014) yang menggunakan
penggosokan maupun pengikiran kulit benih dan perendaman dengan air panas
selama 1 jam dan air dingin 24 jam sebelum disemai mampu menghasilkan persen
kecambah 50-75%. Lebih lanjut Yuniarti dan Djaman (2015) menyatakan bahwa
perlakuan pendahuluan dengan skarifikasi telah terbukti mampu memecahkan
dormansi pada benih sengonbuto, merbau, mindi, dan kenari.
Perkecambahan benih
Proses perkecambahan benih kemenyan melewati tiga fase yaitu fase imbibisi,
fase perkecambahan dan fase pertumbuhan yang diawali dengan munculnya
24
Universitas Sumatera Utara
radikula (Sutopo 2004).
Sedangkan menurut Kozlowski dan Kramer (1960)
proses perkecambahan benih meliputi tujuh tahap yaitu penyerapan air secara
imbibisi, peningkatan pernapasan, peningkatan aktifitas enzim β dan α amilase
oleh GA3 digerakkan oleh H2O, pembelahan sel, degradasi cadangan makanan
oleh enzim β dan α amilase, peningkatan pembesaran dan pertumbuhan sel dan
translokasi cadangan makanan ke titik-titiktumbuh, dan pembentukan organ
makanan.
Kecambah yang dihasilkan pada penelitian ini merupakan kecambah normal.
Kecambah normal adalah kecambah yang memiliki semua struktur kecambah
yang penting berkembang baik. Kecambah normal dicirikan atas struktur yang
terdiri atas sistem perakaran, tunas aksial, kotiledon, dan kuncup terminal.
Panjang kecambah harus paling tidak dua kali panjang benih, dan kecambah harus
dalam keadaan sehat, sedangkan kecambah abnormal adalah kecambah yang tidak
memperlihatkan potensi untuk berkembang menjadi kecambah normal (Sutopo
2004).
Hasil pengamatan proses perkecambahan menunjukkan, kemenyan memiliki
kecambah dengan tipe epigeal. Tipe epigeal dicirikan dengan kotiledon (keping
biji) terangkat ke permukaan tanah. Terangkatnya kotiledon tersebut disebabkan
karena hipokotil tumbuh memanjang sehingga plumula dan kotiledon terdesak
kepermukaan tanah. Proses perkecambahan benih kemenyan disajikan pada
Gambar 3. Proses perkecambahan benih diawali dengan pecahnya tempurung
pelindung benih (a), dilanjutkan dengan munculnya hipokotil (b, c), keluarnya
seluruh bagian hipokotil dan kotildon dari tempurung (d) sampai terbentuk
kecambah sempurna (e,f).
25
Universitas Sumatera Utara
a
d
b
c
e
f
Gambar 3. Tipe Perkecambahan dan Proses Perkecambahan benih kemenyan
Kotiledon pada tipe epigeal terpisah satu sama lain dan menjadi daun pertama
yang berfotosintesis (paracotyledons) (Vogel, 1980). Paracotyledon ini secara
morfologi berbeda dengan daun sebenarnya, paracotyledon tidak berkembang
menjadi lebih besar, tidak mempunyai urat daun dan mempunyai struktur tidak
berdaging (fleshy), sejalan dengan perkembangan epikotil dan plamula,
paracotyledon kemudian gugur.
Pertumbuhan Semai Kemenyan Durame
Rekapitulasi Sidik Ragam Pertumbuhan Semai
Kesuburan media yang baik untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan
bibit tergantung pada komposisi media tumbuh. Media tumbuh yang baik adalah
media tumbuh yang porous sehingga akar dapat memperoleh udara dan air yang
26
Universitas Sumatera Utara
cukup, serta mampu menyediakan unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman.
Pada penelitan ini media yang digunakan adalah tanah (A1), pasir murni (A2),
pasir dan top soil 1:1 (v/v) (A3), top soil dan kompos 1:1 (v/v) (A4). Hasil
rekapitulasi sidik ragam (Tabel 4), menunjukkan bahwa media pertumbuhan
berpengaruh nyata terhadap kekokohan semai, jumlah akar primer dan panjang
akar sekunder serta berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah akar sekunder.
Tabel 4. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh media terhadap pertumbuhan semai
kemenyan 12 Minggu Setelah Tanam (MST)
Parameter
Media
A1
A2
A3
P value
A4
Pertambahan tinggi
18,84a
20,06a
21,21a
16,23a
0,58
Pertambahan diameter
0,11a
0,10a
0,11a
0,11a
0,53
Kekokohan Semai
38,31ab
41,07b
44,04b
31,18a
0,05
Jumlah akar primer
10,00b
9,00ab
9,00b
8,00a
0,04
Jumlah akar sekunder
20,60ab
22,00b
24,60c
19,40a
0,00
Panjang akar primer
9,51a
9,54a
8,24a
8,89a
0,80
Panjang akar sekunder
2,33ab
3,28b
1,90a
1,68a
0,02
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5%
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji jarak padataraf 5 %
Pertumbuhan semai kemenyan pada penelitian ini ditunjukkan dengan parameter
pertambahan tinggi semai, pertambahan diameter semai, kekokohan semai,
jumlah akar (primer dan sekunder) serta panjang akar (primer dan sekunder).
Keragaan semai hasil pertumbuhan pada media yang berbeda, disajikan pada
Gambar 4.
27
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4. Keragaan bibit kemenyan
Pertumbuhan Semai Kemenyan
Pertumbuhan semai pada penelitian ini, ditunjukkan dengan parameter
pertambahan tinggi tanaman, diameter tanaman, kekokohan semai, jumlah akar
(primer dan sekunder) dan panjang akar (primer dan sekunder).
a. Pertambahan Tinggi Tanaman
Pertambahan tinggi tanaman diperoleh dari selisih tinggi semai pada akhir
pegamatan dikurangi tinggi semai pada awal pengamatan (Gambar 5). Hasil
pengamatan pertambahan tinggi semai menunjukkan bahwa semai kemenyan
yang ditanampada media kombinasi top soil dan pasir (media A3) menghasilkan
pertambahan tinggi yang lebih besar (21,21 cm).
28
Universitas Sumatera Utara
Pertambahan tinggi (cm)
55,0
50,0
45,0
A1
40,0
A2
A3
35,0
A4
30,0
25,0
I
II
III
IV
V
VI VII VIII
Minggu ke-
IX
X
XI
XII
Gambar 5. Hasil pengamatan pertambahan tinggi semai
Media kombinasi top soil dan pasir (A3) menghasilkan rata-rata pertambahan
tinggi tertinggi (21,21 cm). Sedangkan media kombinasi top soil dan kompos
(A4) menghasilkan rata-rata pertambahan tinggi terendah yaitu 16,23 cm (Gambar
6).
25
21,21a
20,06a
Laju Pertumbuhan
Tinggi (cm)
20
18,84a
16,23a
15
10
5
0
A1
A2
A3
A4
media
Gambar 6. Histogram pertambahan tinggi semai kemenyan
29
Universitas Sumatera Utara
Hasil pengujian secara statistik (Tabel 4) memperlihatkan bahwa media
tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi semai.
Hal tersebut
menunjukkan bahwa semua media yang digunakan pada penelitian ini mampu
menghasilkan respon pertambahan tinggi bibit yang baik. Hasil tersebut sesuai
dengan penelitian Jayusman (2014) yang mengemukakan bahwa kemenyan
mampu tumbuh dengan baik pada berbagai kondisi lahan kecuali tanah tergenang.
Media yang digunakan pada penelitian ini memiliki aerasi yang baik, sehingga
memungkinkan semai kemenyan dapat tumbuh dengan baik.
b. Diamater Semai
Nilai pertumbuhan diameter merupakan selisih antara pengukuran diameter akhir
dengan diameter awal pengamatan. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui
bahwa media tanah dan kompos (A4) memiliki rata-rata pertambahan diameter
yang tertinggi (0,20 cm)sedangkan media pasir (A2) memiliki rata-rata
pertambahan diameter terendah sebesar 0,10 cm (Gambar 7).
0,25
0,20a
Pertambahan
diameter (cm)
0,2
0,15
0,11a
0,11a
0,10a
0,1
0,05
0
A1
A2
A3
A4
media semai
Gambar 7. Histogram pertumbuhan diameter bibit kemenyan
Rekapitulasi
sidik
ragam
memperlihatkan
bahwa
media
tanam
tidak
mempengaruhi pertambahan diameter. Hal tersebut menunjukkan bahwa media
30
Universitas Sumatera Utara
yang digunakan pada penelitian ini menghasilkan nilai rerata diameter yang
hampir sama. Media tanam campuran pasir maupun tanah bersifat gembur dan
memiliki aerasi yang baik sehingga unsur hara yang ada pada media tanam akan cepat
terserap oleh akar tanaman yang nantinya akan mempercepat besarnya lingkar batang.
Menurut Heddy (2002), bahwa perbedaan kemampuan tanaman dalam
memanfaatkan faktor-faktor lingkungan seperti air, CO2, suhu, energi matahari
dan
sebagainya,
akan
mempengaruhi
kemampuan
tanaman
melakukan
fotosintesis, dengan demikian akan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman,
terutama lingkar batang.
c. Kekokohan Semai
Kekokohan semai merupakan perbandingan antara tinggi terhadap diameter yang
diukur pada akhir pengamatan. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa
media A3 memiliki nilai kekokohan rata-rata tertinggi yaitu sebesar 44,04
sedangkan
media A4 memiliki nilai kekokohan rata-rata terendah yaitu sebesar
31,18.
Kekokohan Semai
50,00
40,00
38,31ab
41,07b
44,04b
31,18a
30,00
20,00
10,00
0,00
A1
A2
A3
A4
Media semai
31
Universitas Sumatera Utara
Gambar 8. Kekokohan semai kemenyan durame umur 12 minggu pada empat
media tumbuh
Rekapitulasi sidik ragam menunjukkan bahwa media berpengaruh nyata terhadap
kekokohan semai. Nilai kekokohan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
media, bentuk container, kerapatan tanaman, faktor cekaman cahaya, dan air.
Adman (2011) mengatakan bahwa nilai kekokohan yang tinggi menunjukkan
kemampuan hidup yang rendah karena ketidak seimbangan tinggi dan diameter
dengan nilai baik antara 6,3- 10,8. Menurut Prianto dkk, (2006) dan Adinugraha
(2012) nilai kekokohan bibit yang baik /optimum adalah mendekati nilai 4-5.
Namun untuk standar mutu beberapa jenis bibit sesuai dengan SNI 01-5006-11999 nilai kekokohan semai optimal adalah 5,1 – 12 tergantung jenis bibit dan
mutu.
Pasir merupakan media yang sesuai di gunakan sebagai media penyemaian benih,
pertumbuhan bibit tanaman dan perakaran stek batang. Sifatnya yang kering akan
memudahkan proses pengangkatan bibit tanaman yang sudah cukup umur untuk
di pindah tanamkan ke media lain. Sementara bobot pasir yang cukup berat akan
mempermudah tegaknya batang.Karena memiliki pori-pori makro, maka pasir
menjadi mudah basa dan cepat kering untuk proses penguapan.
Ketahanan
terhadap proses pemisahan pasir sangat kecil sehingga mudah terkikis oleh air dan
angin.
Dengan demikian media pasir lebih membutuhkan pengairan dan
pemupukan yang lebih imtensif.
Penggunaan pasir sering di kombinasikan
dengan campuran bahan organik seperti kerikil, batu-batuan, atau bahan organik
yang di sesuaikan dengan jenis tanaman (Riandri, 2007).
d. Jumlah Akar
32
Universitas Sumatera Utara
Jumlah akar adalah akar (primer dan sekunder) yang dihitung pada akhir
pengamatan. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa media A1 (tanah)
menghasilkan jumlah akar primer terbanyak (10 buah), sedangkan jumlah akar
primer paling sedikit diperoleh pada media A4 sebanyak 8 buah (Gambar 9).
12
10b
9b
9ab
10
Jumlah akar
8a
8
6
4
2
0
A1
A2
A3
A4
media
Gambar 9. Histogram Jumlah Akar Primer
Sidik ragam (Tabel 4) menunjukkan bahwa media berpengaruh nyata terhadap
jumlah akar primer bibit kemenyan. Media tanah menghasilkan jumlah akar
terbanyak. Hal tersebut sesuai denganVillareal dan Donald (1969), disamping
memberikan dukungan secara fisik pada tanaman, tanah merupakan sumber
mineral dan air bagi tanaman. Kondisi tanah dan mineral dapat mempengaruhi
pertumbuhan tanaman. Lingkungan atmosfer harus tersedia pada kedalaman yang
cukup dalam tanah sehingga akar tanaman dapat memperoleh oksigen yang
dibutuhkan untuk respirasi secara langsung dari udara.
Jumlah rata-rata akar sekunder terbanyak diperoleh pada media A3 (pasir dan
tanah) yaitu 25 buah, sedangkan rata-rata akar sekunder paling sedikit diperoleh
33
Universitas Sumatera Utara
pada media A4 yaitu 19 buah. Sidik ragam menunjukkan bahwa media tanam
berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah akar sekunder semai dan media A3
menghasilkan jumlah akar sekunder terbanyak.
30
25c
25
Jumlah akar
21ab
22 b
19a
20
15
10
5
0
A1
A2
A3
A4
Media
Gambar 10. Histogram Jumlah Akar Sekunder
Media tanam pasir memiliki keunggulan mudah dalam penggunaan dan dapat
meningkatkan sistem aerasi serta drainase media tanam. Pasir malang dan pasir
bangunan merupakan jenis pasir yang sering digunakan sebagai media tanam.
Oleh karena memiliki pori-pori berukuran besar (pori-pori makro) maka pasir
menjadi mudah basah dan cepat kering oleh proses penguapan.
Kohesi dan
konsistensi (ketahanan terhadap proses misahan) pasir sangat kecil sehingga
mudah terkikis oleh air atau angin.
Dengan demikian, media pasir lebih
membutuhkan pengairan dan memupukan yang lebih intensif. Hal tersebut yang
menyebabkan pasir jarang digunakan sebagai media tanam secara tunggal.
Penggunaan pasir sebagai media tanam sering dikombinasikan dengan campuran
bahan anorganik lain, seperti kerikil, batu-batuan, atau
bahan organik yang
disesuaikan dengan jenis tanaman (nekrosis) (Zaen dan Irfan 2012).
Tanah
34
Universitas Sumatera Utara
merupakan salah satu sumber daya alam yang paling penting.
Sebab tanah
mempunyai dua fungsi utama, yaitu; (1) sebagai sumber hara bagi tumbuhan,dan
(2) sebagai matrik tempat akar tumbuhan berjangkar dan air tanah tersimpan, serta
sebagai tempat unsur-unsur hara dan air ditambatkan. Kedua fungsi tersebut
dapat menurun atau hilang, yang dikenal sebagai kerusakan tanah atau degradasi
tanah. Baik degradasi secara fisik maupun kimia. Pertumbuhan tanaman tidak
hanya tergantung pada persediaan unsur hara yang cukup dan seimbang tetapi
juga harus ditunjang oleh keadaan fisik tanah yang baik.
Sifat fisik tanah
berpengaruh langsung terhadap mintakat perakaran, air dan udara tanah. Tanah
dan pasir memiliki kemampuan menahan air dan mengikat unsur hara rendah.
Aerasi yang baik dan pori makro cukup banyak pada tanah dan pasir mendukung
perkembangan akar tanaman dan mendukung respirasi yang dilakukan oleh akar
sehingga dapat menunjang pertumbuhan tanaman (Kartasapoetra dkk,2010).
e. Panjang Akar
Panjang akar adalah akar (primer dan sekunder) dihitung pada akhir pengamatan.
Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa media A2 (pasir) menghasilkan
akar terpanjang (9,54 cm),
sedangkan akar primer terpendek diperoleh pada
media A3yaitu 8,24 cm.
Media A2 (pasir) menghasilkan akar sekunder
terpanjang (3,28 cm), sedangkan akar sekunder terpendek diperoleh pada media
A4 yaitu sepanjang 1,68 cm (Gambar 11dan12).
35
Universitas Sumatera Utara
Rata-rata panjang akar (cm)
10,00
9,54a
9,51a
9,50
8,89a
9,00
8,50
8,24a
8,00
7,50
A1
A2
A3
A4
media
Gambar 11. Histogram Panjang Akar Primer
3,28b
Rata-rata panjang (cm)
3,50
3,00
2,50
2,33ab
1,90a
2,00
1,68a
1,50
1,00
0,50
0,00
A1
A2
A3
A4
media
Gambar 12. Histogram Panjang Akar Sekunder
Sidik ragam (Tabel 4) menunjukkan bahwa media tanam tidak berpengaruh nyata
terhadap panjang akar primer bibit, namun berpengaruh nyata terhadap panjang
akar sekunder bibit. Pasir merupakan media yang mudah tersedia bersih dan daya
rekatnya rendah serta memiliki porositas yang tinggi. Pasir tidak menyimpan
kelembaban sehingga membutuhkan frekuensi penyimpanan yang lebih.
36
Universitas Sumatera Utara
Penggunaan tunggal tanpa adanya campuran media lain akan membuat pasir
bersifat kasar sehingga memberikan hasil yang baik (Hartman dkk, 1997).
Penilaian /Skoring Hasil Pertumbuhan Semai Pada Media Yang Berbeda
Skoring hasil pertumbuhan semai pada Tabel 5 menunjukkan media pasir
memiliki total skor yang paling tinggi.
Tabel 5. Hasil skoring pertumbuhan semai pada media yang berbeda
Parameter
Tinggi semai
Diameter semai
Kekokohan semai
Jaumlah akar primer
Jumlah akar sekunder
Panjang akar primer
Panjang akar sekunder
Total skor
Media
A1
2
2
2
4
2
3
3
18
A2
3
3
3
2
3
4
4
22
A3
4
2
4
3
4
1
2
20
A4
1
4
1
1
1
2
1
11
Tabel diatas menunjukkan bahwa hasil skoring tinggi semai, kekokohan semai
dan jumlah akar sekunder yang paling tinggi adalah pada media A3, diameter
semai yang paling tinggi adalah pada media A4. Jumlah akar primer yang paling
tinggi adalah pada media A1, dan panjang akar primer dan sekunder yang paling
tinggi adalah pada media A2. Berdasarkan total jumlah skor dari media tersebut,
media yang memiliki jumlah skor terbanyak adalah pasir.
37
Universitas Sumatera Utara
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Kemenyan durame memiliki benih yang berbentuk bulat lonjong dengan
diameter rata-rata 1,1 cm dan berat rata-rata benih 2,36 gram. Benih tersusun
atas bagian kulit luar yang berupa tempurung dengan ketebalan 0,3 cm, dan
endosperm dengan ketebalan 0,8 cm.
2. Pematahan dormansi dengan perlakuan perendaman air dingin selama 24 jam
dan air panas selama 1 jam diikuti pengamplasan pada media pasir
menghasilkan persentase perkecambahan tertinggi 55% dan hari berkecambah
tercepat (11 hari). Rekapitulasi sidik ragam menunjukkan bahwa kombinasi
perlakuan pematahan dormansi dan media tidak berpengaruh nyata terhadap
hari dan persentase perkecambahan.
3. Rekapitulasi sidik ragam menunjukkan, media tidak berpengaruh nyata pada
parameter, tinggi semai, diameter semai, kekokohan semai dan panjang akar
primer namun berpengaruh nyata pada jumlah akar primer dan sekunder serta
panjang akar sekunder.
Hasil pengamatan menunjukkan media pasir
menghasilkan parameter pertumbuhan terbaik dibanding media yang lain.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai teknik pematahan dormansi dengan
berbagai perlakuan.
Perlakuan tersebut diantaranya dengan perendaman
menggunakan larutan asam, pengikiran atau pemecahan tempurung kulit.
38
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
Kemenyan (Styrax spp)
Jayusman dkk, (1999) menyatakan bahwasanya pohon kemenyan termasuk ke
dalam ordo Ebenales, famili Styracaceae dan genus styrax. Terdapat 7 (tujuh)
jenis kemenyan yang menghasilkan getah tetapi hanya 4 jenis yang secara umum
lebih dikenal dan bernilai ekonomis yaitu: (a) kemenyan durame (S. benzoine
DRYAND), (b) kemenyan bulu (S. benzoine var. hiliferum), (c) kemenyan toba
(S. sumatrana J.J.Sm) dan (d) kemenyan siam (S.
tokinensis). Tetapi jenis
kemenyan toba dan durame yang paling umum dibudidayakan secara luas di
Sumatera Utara. Klasifikasi tanaman kemenyan (Styrax spp) dalam sistematika
tumbuhan dapat disusun sebagai berikut:
Divisi
: Spermatophyta
Sub Divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dikotiledonae
Ordo
: Ebeneles
Famili
: Styraceae
Genus
: Styrax
Spesies
: Styrax benzoin Dryander
Secara morfologis tanaman kemenyan memiliki ciri-ciri yaitu: habitusnya berupa
pohon besar, tinggi dapat mencapai 24-40 m dengan diameter 60-100 cm. Batang
lurus dengan percabangan sedikit. Kulit beralur tidak terlalu dalam (3-7 mm) dan
kulit berwarna merah anggur. Batangnya mengandung resin yang bila dibakar
berbau wangi. Daunnya tersusun spiral. Bunganya berbentuk tandan dan berbau
wangi, buah berbentuk bulat keras dan kulit tebal berbiji 1-2 atau kadang-kadang
4
Universitas Sumatera Utara
lebih. Kulit bagian dalam lunak, berwarna coklat sampai merah, merah muda atau
merah keunguan (Departemen Kehutanan dan Perkebunan, 1999)
Kemenyan berdaun tunggal dan tersusun secara spiral, daun berbentuk oval bulat,
bulat memanjang (ellips) dengan dasar daun bulat dan ujung runcing. Panjang
daun dapat mencapai 4-15 cm dengan lebar daun 5-7,5 cm, tangkai daun 5-13 cm,
helai daun mempunyai nervi 7-13 pasang. Helai daun halus, permukaan bawah
agak mengkilap berwarna putih sampai abu-abu. Warna daun jenis toba lebih
gelap kecoklatan dan lebih tebal dibandingkan jenis durame (Jayusman dkk,
1999).
Bunga kemenyan berkelamin dua dimana bunganya bertangkai panjang antara 611 cm, daun mahkota bunga 9-12 helai dengan ukuran 2-3,5 mm. Buah masak
berbentuk bulat sampai agak gepeng, berdiameter 2-3,8 cm (Jayusman dkk, 1999).
Buah kemenyan berbentuk bulat gepeng dan lonjong berukuran 2,5-3 cm. Biji
kemenyan berukuran 15-19 mm, bijinya berwarna coklat keputihan.
Biji
kemenyan terdapat di dalam daging buah yang cukup tebal dan keras
(Jayusman dkk, 1999).
Potensi dan Penyebaran Kemenyan
Pohon kemenyan tersebar di beberapa negara antara lain Malaysia, Thailand,
Indonesia dan Laos.
Di Indonesia jenis ini terdapat di Sumatera, Jawa dan
Kalimantan Barat. Di pulau Sumatera kemenyan dijumpai secara alami di pantai
barat, hidupnya berkelompok dan berasosiasi dengan pohon lain. Selain itu pohon
ini dijumpai di Sumatera Utara dan Sumatera Selatan. Di Sumatera Utara terdapat
beberapa kabupaten penghasil kemenyan, seperti Dairi, Tapanuli Utara, Tapanuli
Tengah, dan Toba Samosir. Jenis kemenyan sampai saat ini masih dibudidayakan
5
Universitas Sumatera Utara
secara luas di daerah Tapanuli (Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Tapanuli
Tengah) dan Kabupaten Dairi (Jayusman dkk, 1999).
Tanaman kemenyan tersebar di seluruh kecamatan Tapanuli Utara seperti di
Kecamatan Parmonangan, Adiankoting, Sipoholon, Tarutung, Siatasbarita,
Pahaejulu, Purbatua, Simangumban, Pangaribuan, Garoga, Sipahutar, Siborongborong, Pagaran, dan Muara.
Luas tanaman kemenyan diseluruh kecamatan
Tapanuli Utara pada tahun 2007 seluas 16,395.00 Ha dengan hasil produksi
261,85 ton, pada tahun 2008 seluas 16,413.50 Ha dengan hasil produksi 260,73
ton, pada tahun 2009 seluas 16,413.00 Ha dengan hasil produksi 260,73 ton , pada
tahun 2010 seluas 16,181.50 Ha dengan hasil produksi 260,23 ton dan pada tahun
2011 seluas 16,208,50 Ha dengan hasil produksi 260,23 ton (Sumber: Kabupaten
Tapanuli Utara Dalam Angka, 2012).
Manfaat dan Kegunaan Kemenyan
Pohon kemenyan prospektif dikembangkan untuk tanaman hutan rakyat, hutan
kemasyarakatan, rehabilitasi lahan, sekat bakar, penghara industri pulp, maupun
untuk pohon ornamen.
Selain itu kayunya dapat digunakan untuk bangunan
rumah dan jembatan serta akarnya mengandung cairan berwarna kemerahmerahan yang berfungsi sebagai insektisida (Pinyopusarerk, 1994).
Pengolahan kemenyan saat ini masih dilakukan secara tradisional tanpa ada
pengolahan lanjut dalam upaya meningkatkan mutu dan kualitas. Kemenyan yang
dipasarkan baik lokal maupun ekspor pada umumnya masih berupa bahan mentah
(raw material).
Pengolahan kemenyan menjadi bentuk barang setengah jadi
(semifinal goods) atau barang jadi (final goods) berupa hasil-hasil ekstrak sesuai
dengan kandungan kimianya belum ada industri yang melakukannya di Sumatera
6
Universitas Sumatera Utara
Utara. Pemanfaatan kemenyan yang diketahui oleh masyarakat secara umum
masih terbatas pada penggunaannya untuk industri rokok dan kegiatan tradisional
atau religius (Sasmuko, 2003).
Sebagian besar kegunaan lainnya adalah sebagai bahan baku dalam industri antara
lain industri parfum, farmasi, obat-obatan, kosmetik, sabun, kimia dan industri
pangan. Ekstraksi kemenyan dapat menghasilkan beberapa senyawa kimia yang
diperlukan oleh industri farmasi, antara lain asam balsamat, asam sinamat, benzyl
benzoat, sodiumbenzoat, benzophenone, dan ester aromatis (Sasmuko,2003)
Perbanyakan Tanaman Kemenyan
Perbanyakan tanaman kemenyan dapat dilakukan dengan secara generatif dan
vegetatif. Kurniawati dan Danu (2014) telah berhasil memperbanyak tanaman
kemenyan secara vegetatif dengan stek dan mampu menghasilkan presentase stek
berakar sebesar 83,54 % yang dihasilkan oleh stek dari bibit umur 4 bulan dengan
tanpa pemberian ZPT IBA. Elimasni (2005) telah melakukan perbanyakan bibit
kemenyan dengan teknik kultur jaringan dan menghasilkan presentase
keberhasilan yaitu 50-83%.
Perbanyakan generatif kemenyan
Perbanyakan generatif adalah perbanyakan tanaman dari bahan yang berasal dari
biji. Perbanyakan generatif dapat dilakukan dengan mudah dan murah bila biji
pohon tersedia secara melimpah, tingkat kemudahan penanganan benih amat
ditentukan
oleh
karakteristik
fisiologis
biji
dari
setiap
jenis
pohon.
Perkecambahan benih adalah proses pembentukan organ tumbuhan yang berasal
dari benih yang ditandai dengan munculnya radikula untuk menjadi bibit, atau
7
Universitas Sumatera Utara
pengaktifan kembali aktifitas pertumbuhan embrionik di dalam biji
42
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Sidik Ragam Perkecambahan Benih
a. Jumlah Kecambah
Tes antara – subyek efek
Penanganan variabel: jumlah kecambah
Tipe III
Penjumlahan
Kuadrat
16.000(a)
117.600
.400
5.200
10.400
50.400
184.000
66.400
Sumber
Model Koreksi
Titik Perpotongan
Media
Skarifikasi
media * skarifikasi
Error
Total
Total Koreksi
Df
11
1
2
3
6
48
60
59
Rata-rata
kuadrat
1.455
117.600
.200
1.733
1.733
1.050
F
1.385
112.000
.190
1.651
1.651
Sig.
.211
.000
.827
.190
.154
Media
jumlah kecambah
Duncan
Media
1.00
3.00
2.00
Sig.
N
20
20
20
Himpunan
Bagian
1
1.3000
1.4000
1.5000
.566
Pematahan Dormansi
jumlah kecambah
Duncan
Pematahan
dormansi
1.00
2.00
4.00
3.00
Sig.
N
15
15
15
15
Himpunan
Bagian
1
.9333
1.4000
1.5333
1.7333
.055
43
Universitas Sumatera Utara
b. Hari berkecambah
Tes antara – subyek efek
Penanganan variabel: hari berkecambah
Sumber
Model Koreksi
Titik Perpotongan
Media
Skarifikasi
media * skarifikasi
Eror
Total
Total Koreksi
Tipe III
Penjumlahan
Kuadrat
11562.183(a)
124306.017
3521.633
3376.183
4664.367
36678.800
172547.000
48240.983
Df
11
1
2
3
6
48
60
59
Rata-rata
Kuadrat
1051.108
124306.017
1760.817
1125.394
777.394
764.142
F
1.376
162.674
2.304
1.473
1.017
Sig.
.215
.000
.111
.234
.425
media
hari berkecambah
Duncan
Media
2.00
1.00
3.00
Sig.
N
20
20
20
Himpunan
Bagian
1
38.4000
42.0000
56.1500
.060
Pematahan dormansi
hariberkecambah
Duncan
Pematahan
dormansi
2.00
1.00
4.00
3.00
Sig.
N
15
15
15
15
Himpunan
Bagian
1
35.6667
43.2000
46.6667
56.5333
.063
44
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Sidik Ragam Pengaruh Media Terhadap Pertumbuhan Semai
a. Pertambahan Tinggi
ANOVA
Pertambahan tinggi
Penjumlahan
Kuadrat
68.306
3
Rata-rata
Kuadrat
22.769
Di dalam Kelompok
532.334
16
33.271
Total
600.640
19
Antara Kelompok
df
F
.684
Sig.
.575
.764
Sig.
.530
tinggi
Duncan
perlakuan
Himpunan bagian
untuk alpha = .05
N
1
4.00
5
16.2360
1.00
5
18.8440
2.00
5
20.0660
3.00
5
21.2120
Sig.
.227
b. Pertambahan Diameter
ANOVA
diameter
Penjumlahan
Kuadrat
.034
Antara Kelompok
3
Rata-rata
kuadrat
.011
.015
df
Di dalam Kelompok
.236
16
Total
.270
19
F
diameter
Duncan
perlakuan
Himpunan bagian
untuk alpha = .05
N
1
2.00
5
.1080
3.00
5
.1112
1.00
5
.1140
4.00
5
.2060
Sig.
.258
45
Universitas Sumatera Utara
c. Kekokohan Semai
ANOVA
kekokohansemai
Antara Kelompok
Di dalam Kelompok
Total
Penjumlahan
Kuadrat
384.636
332.111
716.747
Rata-rata
Kuadrat
128.212
20.757
Df
3
16
19
F
6.177
Sig.
.005
F
3.306
Sig.
.047
kekokohansemai
Duncan
perlakuan
4.00
1.00
2.00
3.00
Sig.
N
5
5
5
5
Himpunan Bagian untuk
alpha = .05
1
2
27.0460
32.4660
32.4660
36.8580
38.3000
.078
.072
d. Jumlah Akar
Akar primer
ANOVA
Jumlah primer
Antara Kelompok
Di dalam Kelompok
Total
Penjumlahan
Kuadrat
12.150
19.600
31.750
Rata-rata
Kuadrat
4.050
1.225
Df
3
16
19
Jumlah primer
Duncan
Media
4.00
2.00
3.00
1.00
Sig.
N
5
5
5
5
Himpunan Bagian untuk
alpha = .05
1
2
8.0000
9.2000
9.2000
9.8000
10.0000
.106
.295
46
Universitas Sumatera Utara
Akar sekunder
ANOVA
Jumlah sekunder
Antara Kelompok
Di dalam Kelompok
Total
Penjumlahan
Kuadrat
74.950
51.600
126.550
Rata-rata
Kuadrat
24.983
3.225
Df
3
16
19
F
7.747
Sig.
.002
F
Sig.
.800
Jumlah sekunder
Duncan
Media
4.00
1.00
2.00
3.00
Sig.
Himpunan bagian untuk alpha = .05
1
2
3
19.4000
20.6000
20.6000
22.0000
24.6000
.306
.236
1.000
N
5
5
5
5
e. Panjang Akar
Akar primer
ANOVA
Akar primer
Antara Kelompok
Di dalam Kelompok
Total
Penjumlahan
Kuadrat
5.641
89.798
95.440
Rata-rata
Kuadrat
1.880
5.612
Df
3
16
19
.335
Akar primer
Duncan
media
Himpunan Bagian
untuk alpha = .05
N
1
3.00
4.00
1.00
2.00
Sig.
5
5
5
5
8.2400
8.8940
9.5080
9.5380
.437
47
Universitas Sumatera Utara
Akar sekunder
ANOVA
Akar sekunder
Antara Kelompok
Di dalam Kelompok
Total
Penjumlahan
Kuadrat
7.528
10.230
17.758
Rata-rata
Kuadrat
2.509
.639
Df
3
16
19
F
3.924
Sig.
.028
Akar sekunder
Duncan
Media
4.00
3.00
1.00
2.00
Sig.
N
5
5
5
5
Himpunan Bagian untuk
alpha = .05
1
2
1.6840
1.9040
2.3320
2.3320
3.2840
.242
.078
48
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Adinugraha, H. 2012. Pengaruh Cara Penyemaian dan Pemupukan NPK
terhadap
Pertumbuhan Bibit Mahoni Daun Lebar di Persemaian.
Penelitian.Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman hutan.
Yogyakarta.
Adman, B. 2011. Pertumbuhan tiga kelas mutu bibit meranti merah pada tiga
IUPHHK di Kalimantan. Jurnal Penelitian Dipterokarpa 5(2): 47-60.
Byrd, W. 1968. Pedoman Teknologi Benih. Hamidin E, penerjemah. Jakarta:
PT Pembimbing Masa. Terjemahan dari: Seed Technology Handbook.
Cengiz, Y. 2011. Effects of cracking and sowing time on germination of Styrax
officinalis L. seeds. African Journal of Biotechnology.
Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 1999. Budidaya Tanaman Kemenyan.
Jakarta.
[Dephut] Departemen Kehutan. 2007 b. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 35
Tahun 2007 tentang Hasil Hutan Bukan Kayu. Jakarta: Dephut. Ri
Elimasni. 2005. Perbanyakan Bibit Kemenyan Sumatrana (Styrax benzoin
Dryander) Secara Kultur Jaringan. USU. Medan
Fahn, A. 1992. Anatomi Tumbuhan Edisi ke 3. UGM Press. Yogyakarta.
Gardner, F. P., Pearce, R. B., Mitchell, R. L. 1991.
Budidaya. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Fisiologi Tanaman
Harsono, H. 2002. Pembuatan silika amorf dari limbah sekam padi. Jurnal Ilmu
Dasar Vol 3 No 2: 98-103.
Hartman, T. H., Kesterb, D. E., Davies, F. T., dan Geneve, R. L. 1997. Plant
Propagation principles and practices. New Delhi: Prentice-hall of India Private
Limited.
Jayusman, 1997 b. Percobaan Stek Pucuk Kemenyan Durame (Styrax benzoine
Dryand) Pada Beberapa Jenis Hormon Pertumbuhan. Bulletin Balai Penelitian
Kehutanan Pematang Siantar Vol 13 (1): April 1997.
Jayusman, R. Pasaribu, dan W, Sipayung. 1999. Budidaya Kemenyan (Styrax
spp).
Pedoman Teknis.
Konifera Vol.2 No. 1.Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan.
Balai Penelitian Kehutanan
Pematang Siantar.
Jayusman, 2006 b. Metode Ekstraksi Daun dan Intensitas Pola Pit Izosim Jenis
Kemenyan. Wana Benih Volume 7 (1) Juli 2006, Yogyakarta. Hal 17 – 27.
39
Universitas Sumatera Utara
Jayusman, 2014. Mengenal Pohon Kemenyan (styrax spp) jenis dengan spectrum
pemanfaatan luas yang belum dioptimalkan, November 2014. Jakarta.
Kartasapoetra, G., A. G. Kartasapoetra., dan M. M. Sutedjo. 2010. Teknologi
Konservasi Tanah dan Air. Jakarta: Rineka Cipta.
Kurniawati, P. dan Danu. 2014. Pengaruh Umur Bahan Stek dan Zat Pengatur
Tumbuh Terhadap Keberhasilan Stek Kemenyan (Styrax benzoin Dryand). Jurnal
Penelitian Hutan Tanaman. Bogor.
Kramer, P. J., dan Th, T. Kozlowski. 1960. Physiology of Trees. McGraw-Hill
Book Company, New York
Lensari, D. 2009. Pengaruh Pematahan Dormansi Terhadap Kemampuan
Perkecambahan Benih Angsana (Pterocarpus indicus Will). IPB, Bogor.
Lubis, Iskandar., H. M, Pandapotan., Nasution, S., Aman, dan A. W. Lubis.
1984. Laporan Akhir Pemeriksaan Mutu Kemenyan Yang Ditanam Oleh Rakyat
di Tapanuli Utara. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan; Direktorat Jendral
PendidikanTinggi; Proyek P3T Universitas Sumatera Utara. Medan
Pinyopusarerk. 1994. Styrax tonkinensis. Taxonomi, Ecology, Silvicultur and
Uses. The Australian Centre For International Agriculture Research (ACIAR).
ACIAR Technical Report No. 31. Canberra.
Prianto. D., Edris, I. dan Widyana, Y. 2006. Pemeliharaan Semai dan
Pengujian mutu bibit (Bahan Ajar Kuliah Teknologi Persemaian Fakultas
Kehutanan UGM. Yogyakarta.
Riandri, Henny. 2007. SAINS BIOLOGI 3 untuk kelas XII SMA. Solo : PT.
TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI.
Rizlani, C. 2015. Strategi Pemuliaan dan Teknik Silvikultur Untuk Peningkatan
Kualitas Kemenyan Toba (Styrax sumatrana).
Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan Kementrian.
Roh M, S., Bentz J-A., Wang, P., Li, E., Koshioka M. 2004. Maturity and
temperature stratification affect the germination of styrax japonicas seeds. The
Journal of Horticultural Science and Biotechnology, 79: 645 – 651.
Sadjad, S. 1980. Panduan Pembinaan Mutu Benih Tanaman Kehutanan Di
Indonesia. IPB, Bogor.
Sasmuko, S. A. 2003. Potensi Pengembangan Kemenyan Sebagai Komoditi
Hasil Hutan Bukan Kayu Spesifik andalan Sumatera Utara. Makalah Seminar
Nasional Himpinan Alumni-IPB HAPKA Fakultas Kehutanan IPB Wilayah
Regional Sumatera. Medan.
40
Universitas Sumatera Utara
Schmidth L. 2002. Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan Sub
Tropis (terjemahan) Dr. Mohammad Na’iem dkk. Bandung
Sianipar, H. dan Simanjuntak, B. (2000) Isolasi dan identifikasi asam sinamat
dari Kemenyan Sumatrana, Media Farmasi 4(1): 22-28.
Sitompul, Maruari. 2011. Kajian Pengelolaan Hutan Kemenyan (Styrax Sp) Di
Kabupaten Humbang Hasundutan, Provinsi Sumatera Utara [Tesis]. IPB, Bogor.
Sutopo L. 2004. Teknologi Benih. Fakultas pertanian.UNBRAW
Villareal, R. L., and Donald, H. W. 1969.Vegetable Training Manual.The
Departments of Agricultural Communications, Laguna.
Vogel, E. F. de. 1980. Seedling of Dicotyledons: Structure, Development,
Types; Description of ISO Woody MalesianTaxa, Centre for Agricultural
Publishing and Documentation (PUDOC), Wageningen.
Widyawati, N. Tohari, P. Yudono, dan I, Soemardi. 2009. Permeabilitas dan
perkecambahan benih aren (Arenga pinnata (wurmb) Merr. Jurnal Agronomi
Indonesia 37(2) :152- 158.
Wudianto, 1998. Membuat Stek Cangkok. Cangkok dan Okulasi.PT.Penebar
Swadaya, Jakarta.
Yuniarti, N. 1997. Penentuan Cara Perlakuan Pendahuluan Benih Merbau (instia
bijuga) Balai Teknologi Perbenihan. Balitbang Kehutanan Bogor.
Yuniarti, N. Dan Djaman, D. F. 2015. Teknik pengemasan yang tepat untuk
mempertahankan viabilitas benih bakau (Rhizopora apiculata) selama
penyimpanan. Bogor.
Zaen, A. dan Irfan, M. 2012. Pengaruh Media Tanam Terhadap Pertumbuhan
Tanaman Kedelai. Purworejo.
41
Universitas Sumatera Utara
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni – November 2015. Bahan penelitian
diambil dari pohon induk yang ada di desa Banuaji Tapanuli Utara, sedangkan
perkecambahan benih dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan untuk perkecambahan benih dan perbanyakan secara
generatif antara lain bak kecambah, sprayer, polibag, cangkul, alat-alat tulis dan
paranet untuk naungan. Sedangkan bahan untuk media perkecambahan adalah top
soil : pasir (1:0 v/v, 0:1 v/v dan 1:1 v/v)
Metode Penelitian
Sub penelitian I
Pengamatan Morfologi Benih
Pengamatan morfologi benih dilakukan dengan mengamati dan mengukur
parameter berat benih, diameter benih, dan tebal masing masing bagian benih
seperti tebal tempurung dan tebal endosperm, sampel yang digunakan untuk
pengamatan ini adalah sebanyak 10 benih. Pengukuran berat benih dilakukan
dengan menimbang sampel benih untuk mengetahui berat tiap benih dan berat 1
kg benih. Pengukuran tebal benih dilakukan dengan membelah benih menjadi 2
bagian yang sama, selanjutnya benih tersebut diukur ketebalan tempurung dan
endospermnya.
12
Universitas Sumatera Utara
Sub penelitian II
Teknik Pematahan Dormansi dan Perkecambahan Benih
Untuk teknik ini ada 3 kegiatan yang dilakukan yaitu ekstraksi benih, perlakuan
pematahan dormansi dan perkecambahan benih.
Ekstraksi Benih
Ekstraksi benih dilakukan dengan mengupas dan membuang daging buah
menggunakan pisau. Benih dibersihkan dari sisa daging buah sebelum dijemur
dengan sinar matahari.
Setelah kering benih disortir dan diseleksi dengan
membuang benih cacat (gepeng, benih pecah, benih berukuran ekstrim kecil dan
benih cacat lainnya seperti berlubang karena hama). Benih yang digunakan tidak
terlalu besar maupun kecil.
Pematahan Dormansi dan Perkecambahan Benih
Penelitian ini disusun dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor
yaitu Faktor A (media perkecambahan) dan Faktor B (perlakuan pematahan
dormansi). Faktor media kecambah (faktor A) terdiri atas media top soil, pasir
dan top soil+ pasir dengan perbandingan 1:0 v/v (A1) 0:1 v/v (A2) dan
perbandingan 1:1 v/v (A3). Faktor pematahan dormansi (faktor B) yang terdiri
dari perendaman benih selama 1 jam dengan air panas dan 24 jam air dingin (B1);
perendaman air panas dan air dingin serta pengamplasan (B2); pengamplasan (B3)
dan tanpa perlakuan (B4). Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 5 kali
dengan treeplot sebanyak 4. Dengan demikian terdapat 4 x 3 x 5 x 4 = 240
sampel. Adapun rancangan statistik untuk penelitian ini adalah sebagai berikut :
Model umum rancangan yang digunakan adalah sebagai berikut :
Yijk = μ + Ai +Bj + ABij + Єijk
13
Universitas Sumatera Utara
keterangan :
I
= 1.2.3 dan 4 j= 1 dan 2. K=1.2 dan 3
Yijk = pengamatan pada perlakuan ke-I dan perlakuan ke-j dan ulangan ke-k
μ = rataan umum
Ai
= pengaruh faktor A pada taraf ke-i
Bi
= pengaruh faktor B pada taraf ke-j
ABij = interaksi antara faktor A dengan faktor B
Єijk = pengaruh galat pada faktor A taraf ke-i. Faktor B taraf ke-j dan ulangan
ke-k
Kaidah keputusan yang harus diambil adalah sebagai berikut:
1. Jika F Hitung > F Tabel maka H1 diterima H0 ditolak
2. Jika F Hitung < F Tabel maka H1ditolak H0 diterima
Parameter yang diamati
Parameter yang diamati dalam perkecambahan benih ini adalah :
1
Pengamatan hari berkecambah dilakukan mulai dari saat benih ditanam
hingga benih berkecambah.
2
Persentase kecambah dihitung dengan cara membandingkan antara jumlah
benih yang berkecambah dengan jumlah seluruh benih yang ditanam.
Persentase Kecambah =
Jumlah benih yang berkecambah
x 100%
Jumlah seluruh benih yang dikecambahkan
3. Pengamatan visual dilakukan dengan melihat penampilan fisik kecambah yang
dihasilkan pada 4 (empat) media kecambah yang berbeda selama waktu
pengamatan.
14
Universitas Sumatera Utara
Sub penelitian III
Pertumbuhan semai kemenyan pada media yang berbeda
Penelitian ini disusun menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan perlakuan media tanam. Media yang digunakan adalah top soil (A1), pasir
murni (A2), pasir dan top soil 1:1 (v/v) (A3), top soil dan kompos 1:1 (v/v) (A4).
Masing- masing perlakuan diulang sebanyak 5 (lima) ulangan dengan treeplot
sebanyak 3. Dengan demikian terdapat 4 x 5 x 3 = 60 sampel. Adapun rancangan
statistik untuk penelitian ini adalah sebagai berikut :
Yij = µ + αi + ∑ij
Keterangan :
Yij = Respon pengamatan pada perlakuan media tanam tarafke-i dan
ulanganke-j
µ
= nilai rata-rata umum
αi = pengaruh perlakuan media tanam taraf ke-i
∑ij = sisaan acak dari satuan percobaan ulangan ke-j yang
Dikenai perlakuan media tanam taraf ke-i
i
= 1.2.3....
j
= 1.2.3....
Parameter yang diamati
1. Tinggi semai. Pengukuran tinggi bibit dilakukan setiap minggu selama 3
bulan.
15
Universitas Sumatera Utara
2. Diameter semai.
Pengukuran diameter bibit dilakukan setiap minggu
selama 3 bulan.
3. Kekokohan semai. Kekokohan semai dihitung dengan membandingkan
tinggi akhir dan diameter akhir semai.
Kekokohan Semai =
Tinggi semai akhir (cm)
Diameter semai akhir (cm)
4. Jumlah akar primer dan sekunder. Pengukuran jumlah akar dilakukan
pada akhir pengamatan.
5. Panjang akar primer dan sekunder. Pengukuran jumlah akar dilakukan
pada akhir pengamatan.
Perlakuan yang menunjukkan beda nyata selanjutnya diuji lanjut dengan uji
DMRT.
Penilaian / Skoring
Untuk mempermudah memberikan rekomendasi perlakuan terbaik maka
dilakukan penilaian skoring terhadap parameter yang diamati. Skor diberikan dari
1 - 4.
Skor 1 = Sangat rendah
Skor 2 = Sedang
Skor 3 = Tinggi
Skor 4 = Sangat tinggi
16
Universitas Sumatera Utara
HASIL DAN PEMBAHASAN
Morfologi Benih Kemenyan
Fenologi pembungaan
Kemenyan durame (Styrax benzoin Dryander) merupakan jenis kedua yang paling
banyak dibudidayakan di daerah Tapanuli setelah kemenyan Toba. Kemenyan
durame (Styrax benzoin Dryander) merupakan pohon yang berbunga dan berbuah
pada bulan Desember-Januari. Musim buah masak biasanya terjadi pada bulan
Juni – Agustus setiap tahunnya. Bunga kemenyan memiliki struktur majemuk.
Bunga –bunga tersusun dalam satu tandan atau malai (infloresence) dengan
jumlah bunga 5-12 buah dalam satu tandan.
Terdapat kecenderungan bunga
bagian atas mekar terlebih dahulu, dilanjutkan dengan bunga di bagian bawahnya
(Rizlani,2015). Berdasarkan tipe, bentuk dan warna bunga dapat diidentifikasi
bahwa kemenyan durame memiliki tipe penyerbukan alami dengan bantuan
vektor serangga.
Benih
Benih kemenyan durame yang sudah masak fisiologis, ditandai dengan warna
kulit hijau tua dan warna tempurung berwarna coklat, sedangkan yang masih
muda ditandai dengan warna hijau muda dengan warna tempurung benih krem
keputihan. Secara morfologi, benih kemenyan durame berbentuk bulat gepeng dan
lonjong berukuran 2,5-3 cm sedangkan bijinya berukuran 15-19 mm.
Buah
tersusun atas lapisan kulit luar yang keras seperti tempurung lapisan tengah dan
lapisan endosperm.
Benih kemenyan bersifat rekalsitran sehingga cepat
mengalami penurunan viabilitas. Benih tersusun atas kulit biji bagian luar yang
berwarna hijau tua, selanjutnya kulit bagiandalam berupa tempurung keras dengan
17
Universitas Sumatera Utara
ketebalan rata-rata 0,3 mm dan ketebalan kotiledon mencapai 0,8 cm. Adapun
keragaan benih kemenyaan Durame dapat dilihat pada Gambar 1 dan Tabel 1.
Gambar 1. Keragaan Benih kemenyan Durame (Styrax benzoin Dryander)
Tabel 1. Hasil pengukuran berat, diameter dan ketebalan kulit dan kotiledon
benih
Biji ke-
Berat (g)
Diameter (cm)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Rata-rata
2,16
2,95
2,11
2,37
2,86
2,45
2,37
2,62
1,23
2,5
2,36
1,2
1,2
1,1
1
1
1,2
1
1,1
1,2
1
1,1
Tebal
Kulit Luar (cm) Endosperm (cm)
0,3
0,9
0,2
1
0,2
0,9
0,2
0,8
0,2
0,8
0,3
0,9
0,2
0,8
0,2
0,9
1
0,2
0,2
0,8
0,3
0,8
Berdasarkan data sampel percobaan sebanyak 10 benih kemenyan durame,
diperoleh nilai berat benih satu buah benih kemenyan antara 1,23–2,95 gram,
dengan rata-rata berat sebesar 2,36 gram.
Dengan demikian dapat diketahui
bahwasanya 1 kg benih kemenyan terdiri atas ± 435 benih kemenyan. Nilai
diameter benih kemenyan durame berkisar antara 1,0 cm – 1,20 cm dengan ratarata sebesar 1,10 cm.
Pengukuran diameter benih kemenyan dilakukan dari
18
Universitas Sumatera Utara
berbagai sisi karena bentuk benih kemenyan durame tidak bulat sempurna.
Sedangkan nilai ketebalan tempurung yaitu antara 0,20 cm sampai dengan 1,0
cm, dengan rata-ratanya sebesar 0,30 cm. Nilai ketebalan endosperm berkisar 0,2
cm sampai 1,0 cm, dengan tebal rata-ratanyaadalah sebesar 0,80 cm.
Benih kemenyan merupakan benih rekalsitran yaitu benih cepat rusak (viabilitas /
daya kecambah menurun) apabila diturunkan kadar airnya, dan tidak tahan
disimpan pada suhu dan kelembaban rendah.
Namun walaupun bersifat
rekalsitran benih kemenyan memiliki waktu berkecambah yang lama. Menurut
Jayusman (2014), kemenyan durame memiliki waktu berkecambah 2-3 bulan,
sedangkan kemenyan toba memiliki waktu berkecambah 8 bulan sampai 1 tahun.
Lamanya waktu berkecambah tersebut kemungkinan disebabkan karena tebalnya
lapisan tempurung yang dimiliki oleh kemenyan. Hal yang sama juga dijumpai
pada benih tanaman kehutanan lainnya seperti jati, panggal buaya, ganitri dan
kepuh.
Tebal tempurung menjadi penyebab adanya dormansi mekanik pada
benih. Dormansi mekanis dapat terlihat ketika pertumbuhan embrio secarafisik
dihalangi struktur kulit benih yang keras. Imbibisi dapat terjadi tetapi radicle
tidak dapat membelah atau menembus kulitnya. Pada dasarnyahampir semua
benih yang mempunyai dormansi mekanis mengalami keterbatasan dalam
penyerapan air.
Dormansi benih dapat menguntungkan atau merugikan dalam penangananbenih.
Keuntungannya adalah bahwa dormansi mencegah benih dariperkecambahan
selama penyimpanan dan prosedur penanganan lain.
Di satu sisi, apabila
dormansi sangat kompleks dan benih membutuhkan perlakuan awal yang khusus.
Kegagalan untuk mengatasi masalah dormansi akan berakibat pada kegagalan
19
Universitas Sumatera Utara
perkecambahan pada benih (Schmidth 2002). Berdasarkan permasalahan tersebut,
pada penelitian ini dilakukan beberapa teknik pematahan dormansi untuk
mengatasi permasalahan dormansi mekanik benih kemenyan, sehingga diharapkan
akan diperoleh persentase perkecambahan yang tinggi.
Teknik Pematahan Dormansi dan Perkecambahan Benih Kemenyan
Durame.
Teknik pematahan dormansi
Menurut Schmidth (2002), dormansi benih menunjukkan suatu keadaan benihbenih sehat (viable) gagal berkecambah ketika berada dalam kondisi yang secara
normal baik untuk perkecambahan, seperti kelembaban yang cukup, suhu dan
cahaya yang sesuai.
Untuk mengatasi permasalahan dormansi benih,pada
penelitian ini dilakukan kegiatan skarifikasi dengan penggosokan benih dan
kegiatan stratifikasi melalui perendaman dalam air panas dan air dingin.
Terdapat 12 kombinasi perlakuan yang diujikan yaitu A1B1 (media topsoil dan
perendaman air panas dan air dingin selama 24 jam), A1B2 (media topsoil dengan
perendaman air panas dan air dingin selama 24 jam dan pengamplasan), A1B3
(media topsoil dan pengamplasan, A1B4 (media topsoil tanpa perlakuan), A2B1
(media pasir dan perendaman air panas dan air dingin selama 24 jam), A2B2
(media pasir dengan perendaman air panas dan air dingin selama 24 jam dan
pengamplasan), A2B3 (media pasir dan pengamplasan, A2B4 (media pasir tanpa
perlakuan), A3B1 (media topsoil:pasir (1:1 v/v) dan perendaman air panas dan air
dingin selama 24 jam), A3B2 (media topsoil:pasir (1:1 v/v) dengan perendaman
air panas dan air dingin selama 24 jam dan pengamplasan), A3B3 (media
20
Universitas Sumatera Utara
topsoil:pasir (1:1 v/v) dan pengamplasan), A3B4 (media media topsoil:pasir (1:1
v/v) tanpa perlakuan).
Pengujian secara statistik dilakukan terhadap parameter jumlah kecambah dan
hari berkecambah benih kemenyan durame untuk mengetahui perlakuan yang
memberikan hasil terbaik. Rekapitulasi hasil sidik ragam, perkecambahan dengan
teknik pematahan dormansi yang berbeda menunjukkan bahwa perlakuan media,
teknik permatahan dormansi dan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata
terhadap parameter jumlah kecambahdan hari berkecambah (Tabel 2).
Tabel 2.Rekapitulasi sidik ragam perkecambahan kemenyan durame.
Sumber Keragaman
P value
Pematahan dormansi(A)
Media (B)
Interaksi(A*B)
Jumlah kecambah
Hari berkecambah
0,190 tn
0,827tn
0,154 tn
0,234 tn
0,111 tn
0,425 tn
Keterangan : tn = tidak berbeda nyata pada taraf uji 0,05 ( ) ; * = berbeda nyata pada taraf uji
0,05;
**= berbeda nyata pada taraf uji 0,01
Hasil pengamatan visual menunjukkan hari berkecambah tercepat ditemui A2B2
(hari ke-11) sedangkan perkecambahan terlama diperoleh pada kombinasi
perlakuan A1B3 dan A3B1 (hari ke-60).
Persentase perkecambahan yang
tertinggi diperoleh pada kombinasi perlakuan A1B3 dan A2B2 (55%) sedangkan
kombinasi perlakuan yang menghasilkan persentase perkecambahan terendah
diperoleh pada kombinasi perlakuan A1B2 (10%). Adapun data perkecambahan
dan grafik kumulatif perkecambahan setiap minggu, disajikan pada Tabel 3 dan
Gambar 2.
21
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.Hari Berkecambah dan Jumlah Kecambah Kemenyan Durame.
Hari berkecambah
(Hari ke-)
20
48
60
13
33
11
31
59
60
43
31
50
Perlakuan
jumlah kecambah kumulatif
A1B1
A1B2
A1B3
A1B4
A2B1
A2B2
A2B3
A2B4
A3B1
A3B2
A3B3
A3B4
Jumlah
(kecambah)
7
2
8
7
3
11
8
2
8
5
7
11
Persentase
35%
10%
55%
35%
15%
55%
40%
10%
40%
25%
35%
55%
15
14
13
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
A3B4
A3B3
A3B2
A3B1
A2B4
A2B3
A2B2
A2B1
A1B4
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
XI
XII
Minggu Ke-
A1B3
Gambar 2. Jumlah kecambah kumulatif (Minggu Setelah Semai)
Hari berkecambah tercepat dan jumlah kecambah terbanyakdiperoleh perlakuan
media pasir dengan perendaman air panas dan air dingin selama 24 jam dan
pengamplasan. Terkait dengan media yang digunakan, Hartman dkk(1997)
menyatakan pasir merupakan media yang mudah tersedia bersih dan daya
rekatnya rendah, pasir tidak menyimpan kelembaban sehingga membutuhkan
frekuensi penyimpanan yang lebih. Penggunaan tunggal tanpa adanya campuran
22
Universitas Sumatera Utara
media lain akan membuat pasir bersifat kasar sehingga memberikan hasil yang
baik, hal tersebut ditunjukkan dengan jumlah kecambah yang lebih banyak dan
waktu kecambah yang lebih cepat. Media yang sesuai tersebut juga didukung
oleh proses pematahan dormansi yang sesuai.
Kombinasi perendaman benih
dengan air panas dan air dingin 24 jam (metode stratifikasi), serta pengamplasan
(metode skarifikasi) ternyata mampu mempercepat perkecambahan benih.
Seperti diketahui, dormansi bisa disebabkan karena sifat fisik kulit benih, keadaan
fisiologis dari embrio, atau interaksi dari keduanya (Sadjad 1980). Penyebab
dormansi yang sangat meluas adalah karena pada beberapa jenis tanaman benih
memiliki organ tambahan berupa struktur penutup benih yang keras. Kulit benih
yang keras ini biasanya menyebabkan dormansi melalui satu dari tiga cara, adalah
kulit yang keras mungkin menyebabkan impermeabel terhadap air, gas atau
mungkin secara mekanik menekan perkembangan embrio (Yuniarti dan Djaman
2015).
Dormansi pada benih kemenyan disebabkan adanya dormansi mekanik karena
kulit yang tebal dan keras.
Kulit benih yang tebal dan keras
tersebut
menyebabkan tidak dapat ditembus oleh akar. Selain itu udara dan air yang
berperan dalam proses perkecambahan terhambat untuk masuk ke dalam
benih.Hal tersebut yang menghambat perkecambahan walaupun disemaikan pada
kondisi perkecambahan yang optimum.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan perendaman benih
(stratifikasi) dengan perendaman air panas dan dingin yang diikuti pengurangan
ketebalan
benih
dengan
kegiatan
pengamplasan
(skarifikasi)
mampu
membangunkan benih yang dorman. Perendaman benih dengan air panas dan
23
Universitas Sumatera Utara
dingin dapat melunakkan benih, sehingga dapat memacu kegiatan sel-sel dan
enzim serta naiknya respirasi. Menurut Schmidth (2002), air panas mematahkan
dormansi fisik pada leguminoseae melalui tegangan yang menyebabkan pecahnya
lapisan macrosclereid atau merusak tutup strophiolar. Dengan demikian proses
perombakan bahan makanan dapat berlangsung, sehingga menghasilkan energi
yang dapat diuraikan ke titik-titik tumbuh dan benih dapat berkecambah.
Perlakuan pengamplasan dapat mengurangi tebal benih.
Dormansi mekanik
terjadi pada benih-benih yang berkulit keras seperti halnya pada benih kemenyan
(Jayusman 2014), angsana (Lensari 2009), merbau (Yuniarti 1997) dan panggal
buaya. Kandungan lignin yang tinggi pada benih diduga menyebabkan kulit
Kemenyan
menjadi keras.
Hal ini sesuai dengan fungsi lignin pada awal
pembentuan sel, yaitu menambah kekuatan struktural sel dan berperan sebagai
pelindung polisakarida dari hidrolisis enzim selulase (Fahn, 1992). Umumnya
lignin adalah bahan pertama yangmuncul di bahan intraseluler dan dinding
primer, kemudian bahan tersebut akan tersebar ke arah pusat menembus dinding
sekunder.Hasil ini juga sesuai dengan Jayusman (2014) yang menggunakan
penggosokan maupun pengikiran kulit benih dan perendaman dengan air panas
selama 1 jam dan air dingin 24 jam sebelum disemai mampu menghasilkan persen
kecambah 50-75%. Lebih lanjut Yuniarti dan Djaman (2015) menyatakan bahwa
perlakuan pendahuluan dengan skarifikasi telah terbukti mampu memecahkan
dormansi pada benih sengonbuto, merbau, mindi, dan kenari.
Perkecambahan benih
Proses perkecambahan benih kemenyan melewati tiga fase yaitu fase imbibisi,
fase perkecambahan dan fase pertumbuhan yang diawali dengan munculnya
24
Universitas Sumatera Utara
radikula (Sutopo 2004).
Sedangkan menurut Kozlowski dan Kramer (1960)
proses perkecambahan benih meliputi tujuh tahap yaitu penyerapan air secara
imbibisi, peningkatan pernapasan, peningkatan aktifitas enzim β dan α amilase
oleh GA3 digerakkan oleh H2O, pembelahan sel, degradasi cadangan makanan
oleh enzim β dan α amilase, peningkatan pembesaran dan pertumbuhan sel dan
translokasi cadangan makanan ke titik-titiktumbuh, dan pembentukan organ
makanan.
Kecambah yang dihasilkan pada penelitian ini merupakan kecambah normal.
Kecambah normal adalah kecambah yang memiliki semua struktur kecambah
yang penting berkembang baik. Kecambah normal dicirikan atas struktur yang
terdiri atas sistem perakaran, tunas aksial, kotiledon, dan kuncup terminal.
Panjang kecambah harus paling tidak dua kali panjang benih, dan kecambah harus
dalam keadaan sehat, sedangkan kecambah abnormal adalah kecambah yang tidak
memperlihatkan potensi untuk berkembang menjadi kecambah normal (Sutopo
2004).
Hasil pengamatan proses perkecambahan menunjukkan, kemenyan memiliki
kecambah dengan tipe epigeal. Tipe epigeal dicirikan dengan kotiledon (keping
biji) terangkat ke permukaan tanah. Terangkatnya kotiledon tersebut disebabkan
karena hipokotil tumbuh memanjang sehingga plumula dan kotiledon terdesak
kepermukaan tanah. Proses perkecambahan benih kemenyan disajikan pada
Gambar 3. Proses perkecambahan benih diawali dengan pecahnya tempurung
pelindung benih (a), dilanjutkan dengan munculnya hipokotil (b, c), keluarnya
seluruh bagian hipokotil dan kotildon dari tempurung (d) sampai terbentuk
kecambah sempurna (e,f).
25
Universitas Sumatera Utara
a
d
b
c
e
f
Gambar 3. Tipe Perkecambahan dan Proses Perkecambahan benih kemenyan
Kotiledon pada tipe epigeal terpisah satu sama lain dan menjadi daun pertama
yang berfotosintesis (paracotyledons) (Vogel, 1980). Paracotyledon ini secara
morfologi berbeda dengan daun sebenarnya, paracotyledon tidak berkembang
menjadi lebih besar, tidak mempunyai urat daun dan mempunyai struktur tidak
berdaging (fleshy), sejalan dengan perkembangan epikotil dan plamula,
paracotyledon kemudian gugur.
Pertumbuhan Semai Kemenyan Durame
Rekapitulasi Sidik Ragam Pertumbuhan Semai
Kesuburan media yang baik untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan
bibit tergantung pada komposisi media tumbuh. Media tumbuh yang baik adalah
media tumbuh yang porous sehingga akar dapat memperoleh udara dan air yang
26
Universitas Sumatera Utara
cukup, serta mampu menyediakan unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman.
Pada penelitan ini media yang digunakan adalah tanah (A1), pasir murni (A2),
pasir dan top soil 1:1 (v/v) (A3), top soil dan kompos 1:1 (v/v) (A4). Hasil
rekapitulasi sidik ragam (Tabel 4), menunjukkan bahwa media pertumbuhan
berpengaruh nyata terhadap kekokohan semai, jumlah akar primer dan panjang
akar sekunder serta berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah akar sekunder.
Tabel 4. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh media terhadap pertumbuhan semai
kemenyan 12 Minggu Setelah Tanam (MST)
Parameter
Media
A1
A2
A3
P value
A4
Pertambahan tinggi
18,84a
20,06a
21,21a
16,23a
0,58
Pertambahan diameter
0,11a
0,10a
0,11a
0,11a
0,53
Kekokohan Semai
38,31ab
41,07b
44,04b
31,18a
0,05
Jumlah akar primer
10,00b
9,00ab
9,00b
8,00a
0,04
Jumlah akar sekunder
20,60ab
22,00b
24,60c
19,40a
0,00
Panjang akar primer
9,51a
9,54a
8,24a
8,89a
0,80
Panjang akar sekunder
2,33ab
3,28b
1,90a
1,68a
0,02
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5%
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji jarak padataraf 5 %
Pertumbuhan semai kemenyan pada penelitian ini ditunjukkan dengan parameter
pertambahan tinggi semai, pertambahan diameter semai, kekokohan semai,
jumlah akar (primer dan sekunder) serta panjang akar (primer dan sekunder).
Keragaan semai hasil pertumbuhan pada media yang berbeda, disajikan pada
Gambar 4.
27
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4. Keragaan bibit kemenyan
Pertumbuhan Semai Kemenyan
Pertumbuhan semai pada penelitian ini, ditunjukkan dengan parameter
pertambahan tinggi tanaman, diameter tanaman, kekokohan semai, jumlah akar
(primer dan sekunder) dan panjang akar (primer dan sekunder).
a. Pertambahan Tinggi Tanaman
Pertambahan tinggi tanaman diperoleh dari selisih tinggi semai pada akhir
pegamatan dikurangi tinggi semai pada awal pengamatan (Gambar 5). Hasil
pengamatan pertambahan tinggi semai menunjukkan bahwa semai kemenyan
yang ditanampada media kombinasi top soil dan pasir (media A3) menghasilkan
pertambahan tinggi yang lebih besar (21,21 cm).
28
Universitas Sumatera Utara
Pertambahan tinggi (cm)
55,0
50,0
45,0
A1
40,0
A2
A3
35,0
A4
30,0
25,0
I
II
III
IV
V
VI VII VIII
Minggu ke-
IX
X
XI
XII
Gambar 5. Hasil pengamatan pertambahan tinggi semai
Media kombinasi top soil dan pasir (A3) menghasilkan rata-rata pertambahan
tinggi tertinggi (21,21 cm). Sedangkan media kombinasi top soil dan kompos
(A4) menghasilkan rata-rata pertambahan tinggi terendah yaitu 16,23 cm (Gambar
6).
25
21,21a
20,06a
Laju Pertumbuhan
Tinggi (cm)
20
18,84a
16,23a
15
10
5
0
A1
A2
A3
A4
media
Gambar 6. Histogram pertambahan tinggi semai kemenyan
29
Universitas Sumatera Utara
Hasil pengujian secara statistik (Tabel 4) memperlihatkan bahwa media
tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi semai.
Hal tersebut
menunjukkan bahwa semua media yang digunakan pada penelitian ini mampu
menghasilkan respon pertambahan tinggi bibit yang baik. Hasil tersebut sesuai
dengan penelitian Jayusman (2014) yang mengemukakan bahwa kemenyan
mampu tumbuh dengan baik pada berbagai kondisi lahan kecuali tanah tergenang.
Media yang digunakan pada penelitian ini memiliki aerasi yang baik, sehingga
memungkinkan semai kemenyan dapat tumbuh dengan baik.
b. Diamater Semai
Nilai pertumbuhan diameter merupakan selisih antara pengukuran diameter akhir
dengan diameter awal pengamatan. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui
bahwa media tanah dan kompos (A4) memiliki rata-rata pertambahan diameter
yang tertinggi (0,20 cm)sedangkan media pasir (A2) memiliki rata-rata
pertambahan diameter terendah sebesar 0,10 cm (Gambar 7).
0,25
0,20a
Pertambahan
diameter (cm)
0,2
0,15
0,11a
0,11a
0,10a
0,1
0,05
0
A1
A2
A3
A4
media semai
Gambar 7. Histogram pertumbuhan diameter bibit kemenyan
Rekapitulasi
sidik
ragam
memperlihatkan
bahwa
media
tanam
tidak
mempengaruhi pertambahan diameter. Hal tersebut menunjukkan bahwa media
30
Universitas Sumatera Utara
yang digunakan pada penelitian ini menghasilkan nilai rerata diameter yang
hampir sama. Media tanam campuran pasir maupun tanah bersifat gembur dan
memiliki aerasi yang baik sehingga unsur hara yang ada pada media tanam akan cepat
terserap oleh akar tanaman yang nantinya akan mempercepat besarnya lingkar batang.
Menurut Heddy (2002), bahwa perbedaan kemampuan tanaman dalam
memanfaatkan faktor-faktor lingkungan seperti air, CO2, suhu, energi matahari
dan
sebagainya,
akan
mempengaruhi
kemampuan
tanaman
melakukan
fotosintesis, dengan demikian akan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman,
terutama lingkar batang.
c. Kekokohan Semai
Kekokohan semai merupakan perbandingan antara tinggi terhadap diameter yang
diukur pada akhir pengamatan. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa
media A3 memiliki nilai kekokohan rata-rata tertinggi yaitu sebesar 44,04
sedangkan
media A4 memiliki nilai kekokohan rata-rata terendah yaitu sebesar
31,18.
Kekokohan Semai
50,00
40,00
38,31ab
41,07b
44,04b
31,18a
30,00
20,00
10,00
0,00
A1
A2
A3
A4
Media semai
31
Universitas Sumatera Utara
Gambar 8. Kekokohan semai kemenyan durame umur 12 minggu pada empat
media tumbuh
Rekapitulasi sidik ragam menunjukkan bahwa media berpengaruh nyata terhadap
kekokohan semai. Nilai kekokohan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
media, bentuk container, kerapatan tanaman, faktor cekaman cahaya, dan air.
Adman (2011) mengatakan bahwa nilai kekokohan yang tinggi menunjukkan
kemampuan hidup yang rendah karena ketidak seimbangan tinggi dan diameter
dengan nilai baik antara 6,3- 10,8. Menurut Prianto dkk, (2006) dan Adinugraha
(2012) nilai kekokohan bibit yang baik /optimum adalah mendekati nilai 4-5.
Namun untuk standar mutu beberapa jenis bibit sesuai dengan SNI 01-5006-11999 nilai kekokohan semai optimal adalah 5,1 – 12 tergantung jenis bibit dan
mutu.
Pasir merupakan media yang sesuai di gunakan sebagai media penyemaian benih,
pertumbuhan bibit tanaman dan perakaran stek batang. Sifatnya yang kering akan
memudahkan proses pengangkatan bibit tanaman yang sudah cukup umur untuk
di pindah tanamkan ke media lain. Sementara bobot pasir yang cukup berat akan
mempermudah tegaknya batang.Karena memiliki pori-pori makro, maka pasir
menjadi mudah basa dan cepat kering untuk proses penguapan.
Ketahanan
terhadap proses pemisahan pasir sangat kecil sehingga mudah terkikis oleh air dan
angin.
Dengan demikian media pasir lebih membutuhkan pengairan dan
pemupukan yang lebih imtensif.
Penggunaan pasir sering di kombinasikan
dengan campuran bahan organik seperti kerikil, batu-batuan, atau bahan organik
yang di sesuaikan dengan jenis tanaman (Riandri, 2007).
d. Jumlah Akar
32
Universitas Sumatera Utara
Jumlah akar adalah akar (primer dan sekunder) yang dihitung pada akhir
pengamatan. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa media A1 (tanah)
menghasilkan jumlah akar primer terbanyak (10 buah), sedangkan jumlah akar
primer paling sedikit diperoleh pada media A4 sebanyak 8 buah (Gambar 9).
12
10b
9b
9ab
10
Jumlah akar
8a
8
6
4
2
0
A1
A2
A3
A4
media
Gambar 9. Histogram Jumlah Akar Primer
Sidik ragam (Tabel 4) menunjukkan bahwa media berpengaruh nyata terhadap
jumlah akar primer bibit kemenyan. Media tanah menghasilkan jumlah akar
terbanyak. Hal tersebut sesuai denganVillareal dan Donald (1969), disamping
memberikan dukungan secara fisik pada tanaman, tanah merupakan sumber
mineral dan air bagi tanaman. Kondisi tanah dan mineral dapat mempengaruhi
pertumbuhan tanaman. Lingkungan atmosfer harus tersedia pada kedalaman yang
cukup dalam tanah sehingga akar tanaman dapat memperoleh oksigen yang
dibutuhkan untuk respirasi secara langsung dari udara.
Jumlah rata-rata akar sekunder terbanyak diperoleh pada media A3 (pasir dan
tanah) yaitu 25 buah, sedangkan rata-rata akar sekunder paling sedikit diperoleh
33
Universitas Sumatera Utara
pada media A4 yaitu 19 buah. Sidik ragam menunjukkan bahwa media tanam
berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah akar sekunder semai dan media A3
menghasilkan jumlah akar sekunder terbanyak.
30
25c
25
Jumlah akar
21ab
22 b
19a
20
15
10
5
0
A1
A2
A3
A4
Media
Gambar 10. Histogram Jumlah Akar Sekunder
Media tanam pasir memiliki keunggulan mudah dalam penggunaan dan dapat
meningkatkan sistem aerasi serta drainase media tanam. Pasir malang dan pasir
bangunan merupakan jenis pasir yang sering digunakan sebagai media tanam.
Oleh karena memiliki pori-pori berukuran besar (pori-pori makro) maka pasir
menjadi mudah basah dan cepat kering oleh proses penguapan.
Kohesi dan
konsistensi (ketahanan terhadap proses misahan) pasir sangat kecil sehingga
mudah terkikis oleh air atau angin.
Dengan demikian, media pasir lebih
membutuhkan pengairan dan memupukan yang lebih intensif. Hal tersebut yang
menyebabkan pasir jarang digunakan sebagai media tanam secara tunggal.
Penggunaan pasir sebagai media tanam sering dikombinasikan dengan campuran
bahan anorganik lain, seperti kerikil, batu-batuan, atau
bahan organik yang
disesuaikan dengan jenis tanaman (nekrosis) (Zaen dan Irfan 2012).
Tanah
34
Universitas Sumatera Utara
merupakan salah satu sumber daya alam yang paling penting.
Sebab tanah
mempunyai dua fungsi utama, yaitu; (1) sebagai sumber hara bagi tumbuhan,dan
(2) sebagai matrik tempat akar tumbuhan berjangkar dan air tanah tersimpan, serta
sebagai tempat unsur-unsur hara dan air ditambatkan. Kedua fungsi tersebut
dapat menurun atau hilang, yang dikenal sebagai kerusakan tanah atau degradasi
tanah. Baik degradasi secara fisik maupun kimia. Pertumbuhan tanaman tidak
hanya tergantung pada persediaan unsur hara yang cukup dan seimbang tetapi
juga harus ditunjang oleh keadaan fisik tanah yang baik.
Sifat fisik tanah
berpengaruh langsung terhadap mintakat perakaran, air dan udara tanah. Tanah
dan pasir memiliki kemampuan menahan air dan mengikat unsur hara rendah.
Aerasi yang baik dan pori makro cukup banyak pada tanah dan pasir mendukung
perkembangan akar tanaman dan mendukung respirasi yang dilakukan oleh akar
sehingga dapat menunjang pertumbuhan tanaman (Kartasapoetra dkk,2010).
e. Panjang Akar
Panjang akar adalah akar (primer dan sekunder) dihitung pada akhir pengamatan.
Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa media A2 (pasir) menghasilkan
akar terpanjang (9,54 cm),
sedangkan akar primer terpendek diperoleh pada
media A3yaitu 8,24 cm.
Media A2 (pasir) menghasilkan akar sekunder
terpanjang (3,28 cm), sedangkan akar sekunder terpendek diperoleh pada media
A4 yaitu sepanjang 1,68 cm (Gambar 11dan12).
35
Universitas Sumatera Utara
Rata-rata panjang akar (cm)
10,00
9,54a
9,51a
9,50
8,89a
9,00
8,50
8,24a
8,00
7,50
A1
A2
A3
A4
media
Gambar 11. Histogram Panjang Akar Primer
3,28b
Rata-rata panjang (cm)
3,50
3,00
2,50
2,33ab
1,90a
2,00
1,68a
1,50
1,00
0,50
0,00
A1
A2
A3
A4
media
Gambar 12. Histogram Panjang Akar Sekunder
Sidik ragam (Tabel 4) menunjukkan bahwa media tanam tidak berpengaruh nyata
terhadap panjang akar primer bibit, namun berpengaruh nyata terhadap panjang
akar sekunder bibit. Pasir merupakan media yang mudah tersedia bersih dan daya
rekatnya rendah serta memiliki porositas yang tinggi. Pasir tidak menyimpan
kelembaban sehingga membutuhkan frekuensi penyimpanan yang lebih.
36
Universitas Sumatera Utara
Penggunaan tunggal tanpa adanya campuran media lain akan membuat pasir
bersifat kasar sehingga memberikan hasil yang baik (Hartman dkk, 1997).
Penilaian /Skoring Hasil Pertumbuhan Semai Pada Media Yang Berbeda
Skoring hasil pertumbuhan semai pada Tabel 5 menunjukkan media pasir
memiliki total skor yang paling tinggi.
Tabel 5. Hasil skoring pertumbuhan semai pada media yang berbeda
Parameter
Tinggi semai
Diameter semai
Kekokohan semai
Jaumlah akar primer
Jumlah akar sekunder
Panjang akar primer
Panjang akar sekunder
Total skor
Media
A1
2
2
2
4
2
3
3
18
A2
3
3
3
2
3
4
4
22
A3
4
2
4
3
4
1
2
20
A4
1
4
1
1
1
2
1
11
Tabel diatas menunjukkan bahwa hasil skoring tinggi semai, kekokohan semai
dan jumlah akar sekunder yang paling tinggi adalah pada media A3, diameter
semai yang paling tinggi adalah pada media A4. Jumlah akar primer yang paling
tinggi adalah pada media A1, dan panjang akar primer dan sekunder yang paling
tinggi adalah pada media A2. Berdasarkan total jumlah skor dari media tersebut,
media yang memiliki jumlah skor terbanyak adalah pasir.
37
Universitas Sumatera Utara
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Kemenyan durame memiliki benih yang berbentuk bulat lonjong dengan
diameter rata-rata 1,1 cm dan berat rata-rata benih 2,36 gram. Benih tersusun
atas bagian kulit luar yang berupa tempurung dengan ketebalan 0,3 cm, dan
endosperm dengan ketebalan 0,8 cm.
2. Pematahan dormansi dengan perlakuan perendaman air dingin selama 24 jam
dan air panas selama 1 jam diikuti pengamplasan pada media pasir
menghasilkan persentase perkecambahan tertinggi 55% dan hari berkecambah
tercepat (11 hari). Rekapitulasi sidik ragam menunjukkan bahwa kombinasi
perlakuan pematahan dormansi dan media tidak berpengaruh nyata terhadap
hari dan persentase perkecambahan.
3. Rekapitulasi sidik ragam menunjukkan, media tidak berpengaruh nyata pada
parameter, tinggi semai, diameter semai, kekokohan semai dan panjang akar
primer namun berpengaruh nyata pada jumlah akar primer dan sekunder serta
panjang akar sekunder.
Hasil pengamatan menunjukkan media pasir
menghasilkan parameter pertumbuhan terbaik dibanding media yang lain.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai teknik pematahan dormansi dengan
berbagai perlakuan.
Perlakuan tersebut diantaranya dengan perendaman
menggunakan larutan asam, pengikiran atau pemecahan tempurung kulit.
38
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
Kemenyan (Styrax spp)
Jayusman dkk, (1999) menyatakan bahwasanya pohon kemenyan termasuk ke
dalam ordo Ebenales, famili Styracaceae dan genus styrax. Terdapat 7 (tujuh)
jenis kemenyan yang menghasilkan getah tetapi hanya 4 jenis yang secara umum
lebih dikenal dan bernilai ekonomis yaitu: (a) kemenyan durame (S. benzoine
DRYAND), (b) kemenyan bulu (S. benzoine var. hiliferum), (c) kemenyan toba
(S. sumatrana J.J.Sm) dan (d) kemenyan siam (S.
tokinensis). Tetapi jenis
kemenyan toba dan durame yang paling umum dibudidayakan secara luas di
Sumatera Utara. Klasifikasi tanaman kemenyan (Styrax spp) dalam sistematika
tumbuhan dapat disusun sebagai berikut:
Divisi
: Spermatophyta
Sub Divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dikotiledonae
Ordo
: Ebeneles
Famili
: Styraceae
Genus
: Styrax
Spesies
: Styrax benzoin Dryander
Secara morfologis tanaman kemenyan memiliki ciri-ciri yaitu: habitusnya berupa
pohon besar, tinggi dapat mencapai 24-40 m dengan diameter 60-100 cm. Batang
lurus dengan percabangan sedikit. Kulit beralur tidak terlalu dalam (3-7 mm) dan
kulit berwarna merah anggur. Batangnya mengandung resin yang bila dibakar
berbau wangi. Daunnya tersusun spiral. Bunganya berbentuk tandan dan berbau
wangi, buah berbentuk bulat keras dan kulit tebal berbiji 1-2 atau kadang-kadang
4
Universitas Sumatera Utara
lebih. Kulit bagian dalam lunak, berwarna coklat sampai merah, merah muda atau
merah keunguan (Departemen Kehutanan dan Perkebunan, 1999)
Kemenyan berdaun tunggal dan tersusun secara spiral, daun berbentuk oval bulat,
bulat memanjang (ellips) dengan dasar daun bulat dan ujung runcing. Panjang
daun dapat mencapai 4-15 cm dengan lebar daun 5-7,5 cm, tangkai daun 5-13 cm,
helai daun mempunyai nervi 7-13 pasang. Helai daun halus, permukaan bawah
agak mengkilap berwarna putih sampai abu-abu. Warna daun jenis toba lebih
gelap kecoklatan dan lebih tebal dibandingkan jenis durame (Jayusman dkk,
1999).
Bunga kemenyan berkelamin dua dimana bunganya bertangkai panjang antara 611 cm, daun mahkota bunga 9-12 helai dengan ukuran 2-3,5 mm. Buah masak
berbentuk bulat sampai agak gepeng, berdiameter 2-3,8 cm (Jayusman dkk, 1999).
Buah kemenyan berbentuk bulat gepeng dan lonjong berukuran 2,5-3 cm. Biji
kemenyan berukuran 15-19 mm, bijinya berwarna coklat keputihan.
Biji
kemenyan terdapat di dalam daging buah yang cukup tebal dan keras
(Jayusman dkk, 1999).
Potensi dan Penyebaran Kemenyan
Pohon kemenyan tersebar di beberapa negara antara lain Malaysia, Thailand,
Indonesia dan Laos.
Di Indonesia jenis ini terdapat di Sumatera, Jawa dan
Kalimantan Barat. Di pulau Sumatera kemenyan dijumpai secara alami di pantai
barat, hidupnya berkelompok dan berasosiasi dengan pohon lain. Selain itu pohon
ini dijumpai di Sumatera Utara dan Sumatera Selatan. Di Sumatera Utara terdapat
beberapa kabupaten penghasil kemenyan, seperti Dairi, Tapanuli Utara, Tapanuli
Tengah, dan Toba Samosir. Jenis kemenyan sampai saat ini masih dibudidayakan
5
Universitas Sumatera Utara
secara luas di daerah Tapanuli (Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Tapanuli
Tengah) dan Kabupaten Dairi (Jayusman dkk, 1999).
Tanaman kemenyan tersebar di seluruh kecamatan Tapanuli Utara seperti di
Kecamatan Parmonangan, Adiankoting, Sipoholon, Tarutung, Siatasbarita,
Pahaejulu, Purbatua, Simangumban, Pangaribuan, Garoga, Sipahutar, Siborongborong, Pagaran, dan Muara.
Luas tanaman kemenyan diseluruh kecamatan
Tapanuli Utara pada tahun 2007 seluas 16,395.00 Ha dengan hasil produksi
261,85 ton, pada tahun 2008 seluas 16,413.50 Ha dengan hasil produksi 260,73
ton, pada tahun 2009 seluas 16,413.00 Ha dengan hasil produksi 260,73 ton , pada
tahun 2010 seluas 16,181.50 Ha dengan hasil produksi 260,23 ton dan pada tahun
2011 seluas 16,208,50 Ha dengan hasil produksi 260,23 ton (Sumber: Kabupaten
Tapanuli Utara Dalam Angka, 2012).
Manfaat dan Kegunaan Kemenyan
Pohon kemenyan prospektif dikembangkan untuk tanaman hutan rakyat, hutan
kemasyarakatan, rehabilitasi lahan, sekat bakar, penghara industri pulp, maupun
untuk pohon ornamen.
Selain itu kayunya dapat digunakan untuk bangunan
rumah dan jembatan serta akarnya mengandung cairan berwarna kemerahmerahan yang berfungsi sebagai insektisida (Pinyopusarerk, 1994).
Pengolahan kemenyan saat ini masih dilakukan secara tradisional tanpa ada
pengolahan lanjut dalam upaya meningkatkan mutu dan kualitas. Kemenyan yang
dipasarkan baik lokal maupun ekspor pada umumnya masih berupa bahan mentah
(raw material).
Pengolahan kemenyan menjadi bentuk barang setengah jadi
(semifinal goods) atau barang jadi (final goods) berupa hasil-hasil ekstrak sesuai
dengan kandungan kimianya belum ada industri yang melakukannya di Sumatera
6
Universitas Sumatera Utara
Utara. Pemanfaatan kemenyan yang diketahui oleh masyarakat secara umum
masih terbatas pada penggunaannya untuk industri rokok dan kegiatan tradisional
atau religius (Sasmuko, 2003).
Sebagian besar kegunaan lainnya adalah sebagai bahan baku dalam industri antara
lain industri parfum, farmasi, obat-obatan, kosmetik, sabun, kimia dan industri
pangan. Ekstraksi kemenyan dapat menghasilkan beberapa senyawa kimia yang
diperlukan oleh industri farmasi, antara lain asam balsamat, asam sinamat, benzyl
benzoat, sodiumbenzoat, benzophenone, dan ester aromatis (Sasmuko,2003)
Perbanyakan Tanaman Kemenyan
Perbanyakan tanaman kemenyan dapat dilakukan dengan secara generatif dan
vegetatif. Kurniawati dan Danu (2014) telah berhasil memperbanyak tanaman
kemenyan secara vegetatif dengan stek dan mampu menghasilkan presentase stek
berakar sebesar 83,54 % yang dihasilkan oleh stek dari bibit umur 4 bulan dengan
tanpa pemberian ZPT IBA. Elimasni (2005) telah melakukan perbanyakan bibit
kemenyan dengan teknik kultur jaringan dan menghasilkan presentase
keberhasilan yaitu 50-83%.
Perbanyakan generatif kemenyan
Perbanyakan generatif adalah perbanyakan tanaman dari bahan yang berasal dari
biji. Perbanyakan generatif dapat dilakukan dengan mudah dan murah bila biji
pohon tersedia secara melimpah, tingkat kemudahan penanganan benih amat
ditentukan
oleh
karakteristik
fisiologis
biji
dari
setiap
jenis
pohon.
Perkecambahan benih adalah proses pembentukan organ tumbuhan yang berasal
dari benih yang ditandai dengan munculnya radikula untuk menjadi bibit, atau
7
Universitas Sumatera Utara
pengaktifan kembali aktifitas pertumbuhan embrionik di dalam biji