BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dengan berkembang pesatnya instrumen keuangan, berkembang pula standar akuntansi kompleks dan perusahaan-perusahaan di Indonesia dituntut untuk segera mengimplementasikan,
bank diwajibkan untuk mulai mengimplementasikannya dari 1 Januari 2010, sedangkan non-bank diwajibkan untuk mulai mengimplementasikannya dari tahun 2012.
Dewan Standar Akuntansi Keuangan telah menerbitkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 50 revisi 2006 mengenai Instrumen Keuangan “ Penyajian dan
Pengungkapan” dan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 55 revisi 2006 mengenai Instrumen Keuangan “Pengakuan dan Pengukuran” dimana PSAK 50 dan PSAK 55
tersebut akan berlaku efektif mulai 1 Januari 2010. PSAK 50 dan 55 merupakan standar akuntansi mengacu pada International Accounting Standard IAS 39 mengenai Recognition and
Measurement of Financial Instruments dan IAS 32 mengenai Presentation and Disclosures of Financial Instruments. PSAK 50 dan 55 diharapkan dapat mendorong proses harmonisasi
penyusunan dan analisis laporan keuangan. Itu juga akan mendorong terciptanya market discipline.
International Financial Reporting Standard IFRS adalah Standar, Interpretasi dan Kerangka yang diadopsi oleh International Accounting Standard Board IASB. Standar IFRS lebih dulu
dikenal dengan nama International Accounting Standard IAS. IAS diterbitkan antara tahun 1973 dan 2001 oleh International Accounting Standard Comittee IASC. Pada tanggal 1 April 2001,
yang baru mengambil alih IASB dari IASC yang bertanggung jawab untuk menetapkan Standar Akuntansi Internasional. IFRS dianggap sebagai berdasarkan prinsip dalam standar tersebut
mereka menetapkan aturan-aturan yang luas. Standar Pelaporan Keuangan Internasional terdiri dari:
Standar Pelaporan Keuangan Internasional IFRS - standar yang dikeluarkan setelah tahun 2001, Standar Akuntansi Internasional IAS - standar yang dikeluarkan sebelum 2001,
Interpretasi berasal dari International Financial Reporting Interpretations Committee IFRIC -
1
yang dikeluarkan setelah 2001 Standing Interpretations Committee SIC - yang dikeluarkan sebelum 2001.
Kewajiban dan modal merupakan elemen yang tidak dapat dipisahkan dari laporan keuangan. Terdapat perubahan teori ekuitas pada kerangka pelaporan keuangan era IFRS dengan
PSAK yang sebelumnya yang mengacu pada US GAAP. Dimana sebelumnya menerapkan teory kepemilikan, sedangkan IFRS menerapkan pada teori entitas. Sucipto. 2012, proprietary theory
adalah aktiva bersih aktiva – utang yang berarti pemilik lebih menekankan pada komponen laba rugi. Terdapat kekurangan pada teori ini sehingga teori entitas muncul dengan maksud
mengurangi kelemahan- kelemahan yang ada dalam proprietary theory di mana pemilik menjadi pusat perhatian. Namun demikian, entity theory pada dasarnya tidak berbeda jauh dengan teori
pendahulunya, proprietary theory. Dalam konteks teori ini, terdapat dua pandangan yang berbeda walaupun keduanya
mengarah kepada konklusi yang sama, yaitu stewardship atau pertanggungjawaban accountability. Versi pertama adalah versi tradisional yang memandang bahwa perusahaan
beroperasi untuk keuntungan pemegang saham, yaitu orang-orang yang menanamkan dananya dalam perusahaan. Dalam hal ini, entitas bisnis memperlakukan akuntansi sebagai laporan kepada
pemegang saham tentang status dan konsekuensi dari investasi mereka. Sementara itu versi kedua, yaitu pandangan yang lebih baru terhadap entity theory, menganggap bahwa sebuah
entitas adalah bisnis untuk dirinya sendiri yang berkepentingan terhadap kelangsungan hidup dan perkembangannya
Dalam pelaporan akuntansi, kewajiban membutuhkan definisi, pengukuran, penilaian dan pengakuan untuk dapat disajikan dalam laporan keuangan agar laporan keuangan yang dihasilkan
dapat dipahami dan menghasilkan informasi yang dapat digunakan sebagai pengambilan keputusan oleh semua pihak yang berkepentingan.
1.2 Rumusan Masalah