PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP YIELD OBLIGASI

(1)

THE EFFECT OF GOOD CORPORATE GOVERNANCE ON BOND YIELD

(An Empirical Study on Manufacturing Company Listed in Indonesia Stock Exchange 2007-2011 Periods)

ABSTRACT By: FEBI FEBRIAN NPM :0811031031 Tlpn :081369925474 Email :febrian031@gmail.com

PembimbingI :R.WeddieAndriyanto, S.E., M.Si., C.P.A PembimbingII :NinukDewi K., S.E., M.Sc., Akt.

This research aims to analyse the effect of the implementation of goodcorporate governance onbond yieldsusing thebond yieldasthe dependentvariableand. institutional ownership, board size, independent directorsandauditcommitteesas anindependentvariable.

Population of this research are all firms listed in Indonesian Stock Exchange (IDX) of 2007-2011 periods. Samples are selected by using purposive sampling method that results 10 firms to be examined. Classic assumption tests and hypothesis testing by using multiple linear regression method are used for data analysis.

The result of this research shows that institutional ownership, board size, independent directorsandauditcommittees have significant effect on bond yields. Keywords: bond yields, goodcorporate governance.


(2)

ABSTRAK

PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP YIELD OBLIGASI

Oleh FEBI FEBRIAN

Penelitianinibertujuanuntukmengujipengaruhpenerapangood corporate governanceterhadapyieldobligasidenganmenggunakanyieldobligasisebagaivariabel dependendan.kepemilikaninstitusional, ukurandewankomisaris, komisarisindependen, sertakomite audit sebagaivariabelindependen.

Populasi penelitianiniadalahseluruhperusahaanyang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)padatahun 2007-2011.Sampeldipilihdenganmenggunakanmetoda purposive sampling dandiperoleh10perusahaansebagaisampel.Analisis data dilakukandenganmenggunakanujiasumsiklasikdan pengujianhipotesisyang dilakukandenganmenggunakananalisisregresi linear berganda.

Hasilpenelitianinimenunjukkanbahwakepemilikaninstitusional,

ukurandewankomisaris, komisarisindependen, sertakomite auditmempunyaipengaruh yang signifikanterhadapyield obligasi.


(3)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Agency theory menekankan pada pentingnya pemilik modal (investor)

menyerahkan pengelolaanperusahaan kepada tenaga-tenaga profesional (agent) yang lebih mengerti dalam menjalankan bisnissehari-hari.Mereka (agent) bertugas secara profesional bekerja untuk kepentingan perusahaan dan memiliki

keleluasaan dalam menjalankan manajemen perusahaan.Sementara pemilik modal (investor) hanya bertugas mengawasi jalannya perusahaan yang dikelola oleh manajemen untuk memastikan bahwa mereka bekerja dengan baik untuk kepentingan perusahaan (Mustikasari, 2010).

Hubungan keagenan dapat menimbulkan masalah ketika pihak-pihak yang berkepentingan mempunyai tujuan yang berbeda.Herawaty (2008) menyatakan bahwa konflik kepentingan antara pemilik (investor) dengan manajer(agent) muncul ketika pemilik modal menghendaki kekayaan dan kemakmurannya bertambah, sedangkan manajerjuga menginginkan bertambahnya kesejahteraan bagi para manajer. Setyapurnamadan Norpratiwi (2006) menyatakan bahwa pemilik (investor) inginmemaksimalkan return dan harga sekuritas dari

investasinya, namun manajer mempunyai kebutuhan psikologis dan ekonomi yang luas, termasuk memaksimalkan kompensasinya. Alijoyo dan Zaini (2004) dalam


(4)

2

Setyapurnamadan Norpratiwi (2006) beranggapan bahwa pemisahan fungsi eksekutif dan fungsi pengawasan pada teori keagenan akan menciptakan “cheks and balances”, sehingga terjadi independensi yang sehat bagi para manajer untuk menghasilkan kinerja perusahaan yang maksimum dan return yang memadai bagi investor.

Perusahaan-perusahan saat ini semakin banyak yang bergantung pada modal ekstern (modal ekuiti serta pinjaman) untuk pembiayaan kegiatan-kegiatan

mereka guna melakukan investasi dan meningkatkan labanya. Oleh sebab itu agar investor tertarik untuk berinvestasi pada perusahaan, maka perusahaan perlu memastikan kepada pihak investor bahwa dana yang mereka investasikan akan digunakan secara efektif dan efisien.Isu corporate governance muncul karena pemisahan antara investor dengan pengelola perusahaan (manajemen) yang menimbulkan masalah (agency problems).Permasalahan antara pemilik dengan manajemen adalah bagaimana sulitnya memastikan bahwa dana yang ditanam terinvestasikan secara benar sehingga mendatangkan keuntungan (return) yang maksimal bagi perusahaan. Good corporate governance diperlukan untuk mengurangi permasalahan keagenan tersebut.

Good corporate governance(GCG) bertujuan untuk menciptakan nilaitambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders). Pelaksanaan GCG yang baikdan sesuaidengan peraturan yang berlakuakan membuat investor memberikan respon yang positif terhadap kinerja perusahaan (Widuri, 2008 dalam Mustikasari, 2010). Prinsip-prisip corporate governance yaitu fairness, transparency, accountability, dan responsibilityditerapkan agar terciptakeseimbangan antar kepentingan dari


(5)

para stakeholder, yaitu para pemegang saham, investor, manajemen perusahaan, karyawan perusahaan, suppliers, pemerintah, konsumen dan masyarakat sehingga tidak ada pihak yang dirugikan. Corporate governance dalam penerapannya akan mengatur hubungan antara manajemen perusahaan, komisaris, direksi, pemegang saham dan kelompok-kelompok kepentingan (stakeholders) yanglain (Widuri dan Paramita, 2008dalam Mustikasari,2010).

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan perusahaan untuk mendapatkan dana, antara lain dengan dengan menjual saham atau menerbitkan obligasi.Saham sebagai instrumen investasi memiliki resiko yang jauh lebih tinggi daripada obligasi, dikarenakan bahwa nilai dari saham memiliki tingkat fluktuatif yang sangat tinggi, sementara obligasi memiliki tingkat fluktuatif yang relatif rendah karena return yang diberikan juga tidak terlalu tinggi, berbeda dengan saham yang memiliki tingkat return yang relatif tinggi.Return obligasi merupakan hasil yang akan diperoleh investor apabila melakukan investasi pada obligasi. Return obligasi ini dinyatakan dalam yield obligasi. Yield obligasi merupakan salah satu signal yang diberikan oleh manajer kepada investor mengenai keadaan keuangan perusahaan.

Penerapan good corporate governancediharapkan dapat memberikan signal positif kepada investor untuk menginvestasikan dananya. Perusahaan yang menerapkan goodcorporate governance cenderung memiliki yield obligasi yang lebih rendah (Setyapurnama dan Norpratiwi). Semakin baik penerapan

goodcorporate governance maka yield obligasi yang akan diberikan oleh perusahaan akan semakin kecil. Hal ini dikarenakan karena dengan penerapan


(6)

4

good corporate governance maka perusahaan berhasil memaksimalkan sumber daya yang ada dan nilai perusahaan sehingga bisa menekan penggunaan dana dari luar.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul,“PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP YIELD OBLIGASI”

1.2 Perumusan Masalah

Dalam penelitian ini berdasarkan dari latar belakang di atas, makamasalah yang timbul dalam penelitian ini adalah:

a) Apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap yield obligasi? b) Apakah ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap yield obligasi? c) Apakah komisaris independen berpengaruh terhadap yield obligasi? d) Apakah komite audit berpengaruh terhadap yield obligasi?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah:

Menganalisis pengaruh penerapan good corporate governanceterhadap yield obligasi perusahaan yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI). 2007-2011.


(7)

1.3.2 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Investor, dapat memberikan gambaran mengenai penerapan good

corporate governance dalam pengambilan keputusan investasi.

2. Bagi Akademisi, untuk menambah pengetahuan teoritis dan praktis bagaimana penerapan good corporate governanceoleh perusahaan.

3. Bagi Pembaca, sebagai bahan masukan untuk mengembangkan pengetahuan,wawasan, dan penelitian selanjutnya.


(8)

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1.1 Agency Theory

Teori agensi berkaitan dengan hubungan antara manajemen perusahaan (agent) dengan investor.Menurut Darmawati dkk (2005), inti dari hubungan keagenan adalah adanya pemisahan antara kepemilikan (principal/investor) dan

pengendalian (agent/manajer).Investor memberikan wewenang kepada manajer untuk mengelola kekayaannya. Investor mempunyai harapan bahwa dengan memberikan wewenang pengelolaan kepada manajer maka mereka akan memperoleh keuntungan (Mustikasari, 2010).

Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu bertindak atas kepentingan mereka sendiri.Karena perbedaan kepentingan ini masing-masing pihak berusaha memperbesar keuntungan bagi diri sendiri.Principal menginginkan pengembalian yang sebesar-besarnya dan secepatnya atas modal yang

diinvestasikannya.Sedangkan manajer (agent) menginginkan kepentingannya dapat terpenuhi dengan pemberian kompensasi/bonus/insentif/remunerasi yang sebesar-besarnya atas kinerjanya.Dengan demikian muncullah konflik

kepentingan antara investor (principal) dan manajer (agent) (Setyapurnama dan Nopratiwi, 2007).


(9)

Teori kegenan lebih menekankan pada penentuan pengaturan kontrak yang jelas untuk masing-masing pihak yang berisi tentang hak dan kewajiban, sehingga dapat meminimumkan konflik keagenan.Good corporate governance merupakan suatu mekanisme pengelolaan yang didasarkan pada teori keagenan. Penerapan konsep good corporate governance diharapkan memberikan kepercayaan terhadap agent (manajer) dalam mengelola danainvestor.

2.1.2 Signaling Theory

Signaling theory adalah pemberian signal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik dan pihak luar (investor, kreditor). Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar, salah satunya berupa informasi keuangan (dalam hal ini yield) yang dapat dipercaya dan memiliki integritas dan akan mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan datang(Wolk et al., 2004).

Teori sinyal menjelaskan mengapa investor membeli obligasi perusahaan.Yield obligasi yang terlalu tinggi mengindikasikan bahwa obligasi tersebut berisiko tinggi juga (De Ros, 2012).

2.1.3 Good Corporate Governance

Good corporate governance timbul karena kepentingan perusahaan untuk

memastikan kepada pihak penyandang dana (principal/investor) bahwa dana yang ditanamkan digunakan secara tepat dan efisien. Selain itu dengan good corporate governance, perusahaan memberikan kepastian bahwa manajemen (agent)


(10)

8

bertindak yang terbaik demi kepentingan perusahaan (Setyapurnama dan Nopratiwi, 2007).

Forum for Corporate Governance in Indonesia/FCGI (2001) mendefinisikan corporate governance sebagai seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, sehingga

menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholder). Nilai tambah yang dimaksud adalah corporate governance memberikan

perlindungan efektif terhadap investor dalam memperoleh yield dan dana yang diinvesatsikannya.

2.1.4 Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance

Setiap perusahaan harus memastikan bahwa prinsip corporategovernance diterapkan pada setiap aspek bisnis dan di semua jajaran perusahaan.Prinsip-prinsip corporate governance diperlukan untuk mencapai kinerja yang

berkesinambungan dengan tetap memperhatikan pemangku kepentingan (KNKG, 2006). Prinsip-prinsip tersebut antara lain:

a. Transparansi (Transparancy)

Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya.


(11)

b. Akuntabilitas (Accountability)

Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan. c. Responsibilitas (Responsibility)

Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen.

d. Independensi (Independency)

Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.

e. Kesetaraan dan Kewajaran (Fairness)

Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kesetaraan dan kewajaran.

2.1.5 Tujuan Good Corporate Governance

Tujuan dan manfaat GCG dapat diketahui dari Keputusan Menteri Negara BUMN melalui SK No. Keputusan 23/M-PM. PBUMN/2000, Pasal 6, Penerapan GCG dalam rangka menjaga kepentingan PESERO bertujuan untuk:


(12)

10

2. pengelolaan sumber daya dan risiko secara lebih efisien dan efektif;

3. peningkatan disiplin dan tanggung jawab dari organ PESERO dalam rangka menjaga kepentingan perusahaan termasuk pemeang saham, kreditur, karyawan, dan lingkungan dimana PESERO berada, secara timbal balik sesuai dengan tugas, wewenang, dan tanggung jawab masing-masing; 4. meningkatkan kontribusi PESERO bagi perekonomian nasional; 5. meningkatkan iklim investasi; dan

6. mendukung program privatisasi.

Menurut Bassel Committee on Banking Supervision, tujuan dan manfaat good corporate governance antara lain sebagai berikut:

1 Mengurangi agency cost, biaya yang timbul karena penyalahgunaan

wewenang, ataupun berupa biaya pengawasan yang timbul untuk mencegah timbulnya suatu masalah.

2 Mengurangi biaya modal yang timbul dari manajemen yang baik, yang mampu meminimalisir risiko.

3 Memaksimalkan nilai saham perusahaan, sehingga dapat meningkatkan citra perusahaan dimata publik dalam jangka panjang

4 Mendorong pengelolaan perbankan secara professional, transparan, efisien serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian dewan komisaris, Direksi, dan RUPS

5 Mendorong dewan komisaris, anggota direksi, pemegang saham dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan dilandasi moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap perundang-undangan yang berlaku.


(13)

2.1.6 Mekanisme corporate governance

Mekanisme corporate governance merupakan seperangkat aturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah,

karyawan serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya

sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan (FCGI, 2000).

Mekanisme corporate governance dalam penelitian ini meliputi kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, komisaris independen, dan komite audit. Masing-masing mekanisme tersebut dijelaskan sebagai berikut:

a. Kepemilikan institusional

Investor institusional yang sering sebut sebagai investor yang canggih

(sophisticated) sehingga seharusnya lebih dapat menggunakan informasi periode sekarang dalam memprediksi laba masa depan dibanding investor non instusional (Herawaty, 2008). Kepemilikan institusi menunjukkan persentase saham yang dimiliki oleh investor institusional yang berasal dari sektor keuangan yaitu

perbankan, perusahaan efek, asuransi dan lembaga pembiayaan (Rinangsih, 2008).

Persentase saham tertentu yang dimiliki oleh institusi dapat mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang tidak menutup kemungkinan terdapat

akrualisasi sesuai kepentingan pihak manajemen (Gideon, 2005 dalam Ujiyantho dan Pramuka, 2007). Cornet et al, (2006) dalam Ujiyantho dan Pramuka, (2007) menyimpulkan bahwa tindakan pengawasan perusahaan oleh pihak investor institusional dapat mendorong manajer untuk lebih memfokuskan perhatiannya


(14)

12

terhadap kinerja perusahaan sehingga akan mengurangi perilaku opportunistic atau mementingkan diri sendiri.

b. Ukuran Dewan Komisaris

Dewan komisaris merupakan inti dari Corporate Governance yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas (Zehnder, 2000 dalam FCGI, 2000).

Hubungan antara jumlah anggota dewan komisaris dengan nilai perusahaan didukung oleh perspektif fungsi service dan kontrol yang diberikan dewan

komisaris.Konsultasi dan nasihat yang diberikan merupakan jasa yang berkualitas bagi manajemen yang tidak dapat diberikan oleh pasar.Penelitian mereka

menemukan bahwa investor bersedia memberikan premium lebih terhadap perusahaan karena service dan kontrol yang dilakukan oleh komisaris.Fungsi service dan kontrol dewan komisaris dapat dilihat sebagai suatu sinyal kepada para investor bahwa perusahaan telah dikelola sebagaimana mestinya

(Kusumawati dan Riyanto, 2005).

c. Komisaris Independen

Salah satu fungsi utama dari komisaris independen adalah untuk menjalankan fungsi monitoring yang bersifat independen terhadap kinerja manajemen perusahaan. Keberadaan komisaris dapat menyeimbangkan kekuatan pihak manajemen (terutama CEO) dalam pengelolaan perusahaan melalui fungsi monitoringnya (Wardhani, 2008).


(15)

Penelitian oleh Che Haat et al (2008) dalam Haryani dkk (2011) mengenai teori keagenan memprediksi bahwa keberadaan alat pengendalian internal seperti komisaris independen dan pemisahan peran CEO (direksi) dari presiden komisaris akan mengurangi biaya keagenan, meningkatkan kualitas pengendalian dan mengurangi manfaat penahanan informasi, sehingga meningkatkan transparansi. Fama dan Jensen (1983) dalam Pramuka dan Ujiyantho (2007) menyatakan bahwa non-executivedirector (komisaris independen) dapat bertindak sebagai penengah dalam perselisihan yang terjadi diantara para manajer internal dan mengawasi kebijakan manajemen serta memberikan nasihat kepada manajemen.Komisaris independen merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi monitoring agar tercipta perusahaan yang good corporate governance.

d. Komite Audit

Komite audit adalah suatu komite yang beranggotakan satu atau lebih anggota dewan komisaris. Komite audit dituntut untuk dapat bertindak secara independen. Hal ini dikarenakan komite audit merupakan pihak yang menjembatani antara eksternal auditor dan perusahaan yang juga sekaligus menjembatani antara fungsi pengawasan dewan komisaris dengan internal auditor. Setiap perusahaan harus memiliki komite audit karena peran pengawasan dan akuntabilitas dewan komisaris perusahaan belum memadai. Pemilihan dewan komisaris yang berdasarkan kedududkan dan kekerabatan menyebabkan mekanisme check and balance terhadap direksi tidak berjalan sebagaimana mestinya.

2.2 Penelitian Terdahulu

Ada beberapa penelitian yang meneliti pengaruh penerapan good corporate governance terhadap yield obligasi.


(16)

14

Mustikasari (2010) melakukan penelitian tentang pengaruh mekanisme Good Corporate Governance terhadap peringkat obligasi dan yield obligasi. Penelitian ini meneliti 54 perusahaan yang aktif memperdagangkan obligasinya selama 2003 – 2008. Hasil pengujian menunjukan Corporate Governance Index berpengaruh signifikan positif terhadap yield obligasi. Semakin baik penerapan corporate governance maka yield obligasinya semakin tinggi.

Setyapurnama dan Norpratiwi (2006) meneliti pengaruh corporate governance terhadap peringkat obligasi dan yield obligasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan corporate governance mempengaruhi yield obligasi. Keberadaan komite independen berpengaruh negatif terhadap yield obligasi.

Bhojraj dan Sengupta (2001) meneliti efek dari corporate governance pada peringkat obligasi dan yield obligasi. Menurut Bhoraj dan Sengupta mekanisme corporate governance yang efektif dapat mempengaruhi yield obligasi melalui dampaknya terhadap default risk perusahaan. Mekanisme corporate governance dapat mengurangi konflik kepentingan antara manager dan pemilik modal melalui monitoring yang efektif dari tindakan-tindakan yang dilakukan manager.

2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis

Berdasarkan pada teori-teori yang telah dijelaskan sebelumnya dan berdasarkan uraian penelitan-penelitian terdahulu yang menguji pengaruh penerapan good corporate governance, maka dibuat suatu kerangka pemikiran.Terdapat empat variabel independen yang terdiri dari kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, komisaris independen, dan komite audit serta satu variabel dependen yaitu yield obligasi.


(17)

Kerangka pemikiran tersebut adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

2.4 Perumusan Hipotesis

2.4.1 Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Yield Obligasi Bhoraj dan Sengupta (2003) menemukan adanya hubungan antara mekanisme corporate governance dengan peringkat obligasi dan yield obligasi. Kepemilikan institusional memiliki hubungan yang negatif signifikan dengan yield obligasi. Artinya semakin besar persentase kepemilikan insitusi sektor keuangan pada suatu perusahaan, yield obligasi yang dihasilkan obligasi perusahaan akan semakin kecil. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya investor institusional dari sektor keuangan akan semakin meningkatkan kontrol terhadap kinerja manajemen, dan ini akan menguntungkan seluruh stakeholders termasuk bondholders yang secara intuitif akan meningkatkan harga obligasi dan pada akhirnya menurunkan yield obligasi (Rinangsih, 2005). Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut maka hipotesisnya adalah:

Yield Obligasi Mekanisme Corporate

Governance Kepemilikan Institusional

Komite Audit Ukuran Dewan Komisaris


(18)

16

Ha1 :Terdapat pengaruh negatif antara kepemilikan institusi dengan yield obligasi

2.4.2 Pengaruh Dewan Komisaris terhadap Yield Obligasi

Menurut Egon Zehnder dalam FCGI, dewan komisaris memegang peranan penting dalam perusahaan, terutama dalam pelaksanaan good corporate governance.Dewan komisaris merupakan inti dari good corporate governance yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas.

Besarnya dewan komisaris dapat dipandang sebagai sarana untuk memberikan masukan dan mengontrol perilaku oportunistik direksi dan manajemen

(Kusumawati dan Riyanto, 2005).Berdasarkan teori agensi, dewan komisaris dianggap sebagai mekanisme pengendalian intern tertinggi yang

bertanggungjawab untuk memonitor tindakan manajemen puncak. Teori agensi menyatakan bahwa semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, maka akan semakin mudah untuk mengendalikan CEO dan monitoring yang dilakukan akan semakin efektif yang pada akhirnya menaikkan nilai perusahaan dan risiko investasi pada perusahaan itu semakin rendah. Apabila risiko investasi rendah maka yield obligasi yang ditawarkan akan semakin rendah.Dari kesimpulan diatas maka hipotesis penelitiannya adalah:


(19)

2.4.3 Pengaruh Komisaris Independen terhadap Yield Obligasi

Menurut penelitian Setyapurnama dan Nopritiwi (2006) menyebutkan bahwa jumlah komisaris independen berpengaruh negatif yang secara statistik signifikan terhadap yield obligasi.Jumlah komisaris independen merupakan salah satu variabel yang dipertimbangkan investor dalam melakukan investigasi dalam obligasi.Bhoraj dan Senguptha (2003) yang meneliti mengenai efek corporate governance pada peringkat obligasi dan yield obligasi menemukan adanya

hubungan negatif antara komposisi komisaris independen yang besar dengan yield obligasi.Semakin tinggi jumlah komisaris independen diharapkan dapat

meningkatkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang semakin tinggi akan menurunkan tingkat risiko dan menaikkan harga jual obligasi, sehingga yield obligasi semakin rendah. Dari uraian tersebut maka hipotesis yang penulis ajukan adalah:

Ha3 :Jumlah komisaris independen berpengaruh negatif terhadap yield obligasi.

2.4.4 Pengaruh Komite Audit terhadap Yield Obligasi

Penelitian Rinangsih (2008) yang menguji pengaruh praktek corporate

governanceterhadap risiko kredit, yieldsurat hutang (obligasi) menunjukan bahwa komite audit berpengaruh positif terhadap yield obligasi.

Sedangkan hasil penelitian Setyapurnama dan Norpratiwi (2006) menyebutkan bahwa keberadaan komite audit disuatu perusahaan berpengaruh negatif terhadap yield obligasi perusahaan tersebut. Komite audit yang bebas dari pengaruh direksi, eksternal auditor, dan hanya bertanggung jawab kepada dewan komisaris


(20)

18

diharapkan dapat memberikan pengawasan secara menyeluruh. Keberadaan komite audit akan menurunkan risiko perusahaan. Keberadaan komite audit ini akan meningkatkan nilai perusahaan sehingga investor akan bersedia membeli obligasi dengan harga yang tinggi, jika harga obligasitinggi makayield obligasi yang ditawarkan perusahaan akan semakin rendah.


(21)

BAB III

METODA PENELITIAN

3.1JenisdanSumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data penelitian berupa laporan keuangan yang telah dipublikasikan dalamdatabase Bursa Efek Indonesia, Indonesian Capital MarketDirectory danBond Book selama tahun 2007 sampai 2011 yang meliputi laporan keuangan

perusahaandanlaporankinerjaobligasiperusahaan.

3.2MetodaPengumpulan Data

Metoda pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain adalah dengan melakukan dokumentasi dimana penulis mencari data langsung dari catatan-catatan atau laporan keuangan yang ada pada BEI. Data sekunder yang diambil dari BEI ini terdiri dari laporan keuangan

perusahaandanlaporankinerjaobligasi setiap perusahaan yang terdaftar dan sesuai dengan kriteria pemilihan sampel.

3.3PopulasidanSampel

Populasiadalahkeseluruhandariobjek yang akanditeliti, didalampenelitianiniyang menjadipopulasipenelitianadalahsemuaperusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia daritahun 2007 - 2011. Sampeladalahsuatuhimpunanbagiandari unit


(22)

20

populasi. Sampelyang diambildalampenelitianiniadalahsemuaperusahaan yang terdaftar di BEI yang menerbitkanobligasidaritahun 2007 –

2011.Teknikpengambilansampel dilakukan dengan purposive sampling, artinyabahwapopulasi yang dijadikansampelpenelitianiniadalahpopulasi yang memenuhikriteriasampelsesuai yang dikehendaki oleh

peneliti.Pemenuhankriteriasampeldiperlukanuntukmenghindaritimbulnyakesalaha n.Kriteriatersebutadalah:

1. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang mengeluarkanlaporankeuanganlengkapdaritahun 2007-2011. 2. Perusahaan yangmenerbitkanobligasidaritahun 2007-2011.

3. Perusahaan denganobligasiyang aktifdiperdagangkanselamaperiode 1 Januari 2007 sampaidengan 31 Desember 2011.

Tabel3.1 Proses SeleksiSampelBerdasarkanKriteria

No Kriteria Jumlah Akumulasi

1 Perusahaan yang terdaftar di BEI yang mengeluarkanlaporankeuanganlengkap

357 2 Perusahaan yang

tidakmenerbitkanobligasiselamaperiode 2007-2011

(313) 44 3 Perusahaan denganobligasi yang

tidakaktifdiperdagangkanselamaperiode 1 Januari 2007 sampaidengan 31 Desember 2011

(34) 10


(23)

3.4DefinisidanPengukuranVariabel 3.4.1 VariabelDependen (Y) 3.4.1.1Yield Obligasi

Variabeldependenatauseringdisebutvariabelterikatadalahvariabelyangdipengaruhi olehvariabelindependen.Variabeldependenpadapenelitianiniadalahyieldobligasi yang diproksikanweighted average yieldyangdiperolehdariBond Book

yangditerbitkanoleh Bursa Efek Indonesia. 3.4.2 VariabelIndependen (X)

Variabelindependenatauseringdisebutvariabelbebasadalahvariabelyangmempengar uhivariabeldependen.Padapenelitianiniadaempatvariabelindependen,

yaitukepemilikaninstitusional, ukurandewankomisaris, komisarisindependen, dankomite audit.

3.4.2.1KepemilikanInstitusional

Kepemilikaninstitusionaldiukurdenganpersentasesahaminstitusinya.Persentasesah aminstitusidiperolehdaripenjumlahanantarapersentasesahamperusahaan yang dimilikiolehperusahaanlainbaik yang berada di dalammaupundi luarnegeri (SetyapurnamadanNorpratiwi, 2007).

3.4.2.2UkuranDewanKomisaris

Ukurandewankomisarisdiukurdenganseberapabanyakjumlahdewankomisaris yang ada di perusahaan (KusumawatidanRiyanto, 2005).

3.4.2.3KomisarisIndependen

Komisarisindependendalampenelitianinidiukurdenganproporsijumlahkomisarisind ependenterhadapjumlahanggotadewankomisaris.Peraturan Bursa Efek Indonesia


(24)

22

mewajibkanperusahaan yang sahamnyatercatat di BEI

untukmemilikikomisarisindependensekurang-kurangnya 30%

darijajarananggotadewankomisaris yang dapatdipilihdahulumelalui RUPS

sebelumpencatatandanmulaiefektifbertindaksebagaikomisarisindependensetelahsa hamperusahaantersebuttercatat (Surya danYustiavandana, 2006).

3.4.2.4Komite Audit

SesuaiSuratKeputusanKetuaBadanPengawasPasar Modal danLembagaKeuanganNomor: KEP-643/BL/2012

meyatakanbahwaemitenatauperusahaanpublikwajibmemilikikomite audit. Karenaalasantersebut model pengukurankomite audit

dalampenelitianinimenjadijumlahanggotakomite audit.

Tujuannyaadalahuntukmelihatpengaruhjumlahanggotakomite audit dalamsuatuperusahaan.

3.5AlatAnalisis

3.5.1 AlatAnalisisDeskriptif Analisis statistik deskriptif digunakan

untukmemberikangambaranumummengenaivariabel-variabeldalampenelitian yang diukurpadasampel. Analisis statistik deskriptif meliputi jumlah, sampel, nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi.

3.5.2 AlatAnalisisUjiAsumsiKlasik Suatu model regresibergandayang

digunakanuntukmengujihipotesisharusmemenuhiujiasumsiklasik.Hal


(25)

dapatdapatditerapkanregresi.Ujiasumsiklasikterdiridariujinormalitas, ujimultikolonieritas, ujiautokorelasidanujiheteroskedatisitas.

UjiNormalitas Data

Ujinormalitasdigunakanuntukmengujiapakahdalam model

regresi,variabelindependendanvariabeldependenberdistribusi normal

atautidak.CarauntukmengujinormalitasadalahdenganujiKolmogorov-Smirnov untukmenentukannormalitasdistribusiresidual.Jikasig ataup-value > 0,05, makadata berdistribusi normal (Ghozali, 2006).

UjiMultikolinearitas

Ujimultikolinearitasbertujuanuntukmengujiapakahpada model regresiditemukanadanyakorelasi

diantaravariabelindependen.Jikaterdapatkorelasi,berartiterdapatmasalahmultikolin earitas.Model regresi yang baikseharusnyatidakterjadimultikolinearitas (Ghozali, 2006).Cara untukmendeteksiadaatautidaknyamultikolinearitasadalahdengan VIF (variance inflation factor).Indikasiadanyamultikolinearitasadalahapabilanilai VIF > 10.

UjiAutokorelasi

Autokorelasiadalahkorelasiantaranggotasampel yang

diurutkanberdasarkanwaktu.Autokorelasimenunjukkanadanyakondisi yang berurutanantaragangguanataudistribusi yang

masukdalamregresi.Jikakesalahanpengganggudalamobservasisalingberkorelasisat usama lain atauterjadisalingketergantungan, makaakanterjadiautokorelasi


(26)

24

Ujiautokorelasibertujuanuntukmengetahuiapakahterjadikorelasiantaraanggotasera ngkaian data observasiyang diurutkanmenurutwaktu(time series)

.UntukmendeteksiterjadinyaautokorelasidalampenelitianinimakadigunakanRun Testdenganmelihatkoefisienkorelasiuji tersebut.

UjiHeteroskedastisitas

Tujuanujiheteroskedastisitasiniadalahuntukmengujiapakahdalam model regresiterjadiketidaksamaanvariance dari residual

satupengamatankepengamatanlainnya (Ghozali, 2006).Model regresi yang baikadalah yang homoskedastisitas,yaitujikavariance dari residual

satupengamatankepengamatanlainnyatetap.

Ujiheteroskedastisitasdapatdilakukandenganujigrafik plot.Ujigrafik plot yang digunakandenganmelihatgrafik plot antaranilaiprediksivariabelterikatyaitu ZPRED denganresidualnyaSRESID.

Deteksiadatidaknyaheteroskedastisitasdapatdilakukandenganmelihatadatidaknyap olatertentupadascatterplot antara SRESID

danZPRED.Jikapadagrafiktidakmemilikipolatertentu yang jelas (bergelombang, melebar, kemudianmenyempit), sertatersebar di atasmaupun di bawahangka 0 padasumbu Y makatidakterjadiheteroskedastisitas.

3.5.3 KoefisienDeterminasi

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel-variabel dependen amat terbatas.


(27)

Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan kedalam model. Sehingga banyak peneliti yang menganjurkan untuk menggunakan nilai adjusted R2 pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik. Dalam kenyataan nilai adjusted R2 dapat bernilai negatif, namun menurut Gujarati (2003) jika dalam uji empiris didapat nilai adjusted R2 negatif maka nilai adjusted R2 dianggap bernilai nol. Sehingga jika nilai adjusted R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2006).

3.5.4 UjiKelayakan Model

Ujiinidilakukanuntukmengetahuiapakah model

regresidapatmenjelaskanpengaruhvariabelindependensecarakeseluruhanterhadapv ariabel dependen.Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji F (pengujian signifikansi secara simultan). Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengujian adalah:

1) Menyusun hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1)

2) H0: ρ = 0, diduga variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

3) H1: ρ ≠ 0, diduga variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.


(28)

26

4) Menetapkan kriteria pengujian yaitu:

Tolak H0jika angka signifikansi lebih besar dari α = 5% Terima H0 jika angka signifikansi lebih kecil dari α = 5% 3.5.5 UjiHipotesis

Pengujianhipotesisdilakukansecaraparsialbertujuanuntukmengetahuipengaruhdans

ignifikansidarimasing-masingvariabelindependenterhadapvariabeldependen.Pengujianhipotesisterhadapk oefisienregresisecaraparsialdilakukandenganmenggunakanuji-t

padatingkatkeyakinan 95% dengantingkatkesalahananalisis (α)

5%.Untukmenolakataumenerimahipotesisdigunakan:

Jika Sig < 5% maka : Ha diterima Jika Sig > 5% maka : Ha ditolak PersamaanRegresidalampenelitianiniadalah :

Keterangan :

= Yieldobligasi yang berasaldariBond Book. . = Kepemilikaninstitusi, yang

ditunjukkandenganpersentasesahambiasaperusahaan yang dimilikiolehinstitusi.

= Jumlah dewan komisaris, ditunjukkan dengan jumlah anggota dewan komisaris perusahaan.

= Komisarisindependen, yang

ditunjukkandenganpersentasekomisaris yang


(29)

= Komite audit dinilai dengan jumlah komite audit yang dimilikiolehperusahaan.

= konstanta


(30)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh penerapangoodcorporate governance (kepemilikan institusi, komite audit, komisaris

independendandewankomisaris)terhadap yieldobligasi. Dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif signifikan terhadap yieldobligasi. Pengawasan yang dilakukanoleh investor

intitusionaldapatmemperkecilkemungkinanadanyapenyimpangan-penyimpanganolehmanajersehingga investor

Bondholdersmendapatkankeuntunganyaitumenurunnyayieldobligasi.

Ukurandewankomisarisberpengaruhnegatifsignifikanterhadapyieldobligasi.Ukura ndewankomisaris yang

memadaidapatmeningkatkanpengawasanterhadapkinerjamanajerdandapatmemberi kankepercayaanterhadapcalon investor

sehinggayieldobligasiperusahaanakansemakinkecil.

Jumlah komisaris independen berpengaruh negatif signifikan terhadap yieldobligasi.Jumlahkomisarisindependen yang

semakintinggidapatmemacumanajeruntukbekerjalebihefektifsehinggadapatmenaik kanhargajualobligasijualobligasi,


(31)

sehinggayieldobligasisemakinrendah.Jumlahkomite audit berpengaruh positif signifikan terhadap yieldobligasi.Hasilpenelitianmenunjukkanbahwakomite audit berpengaruhpositifterhadapyieldobligasiyang

mengindikasikanbahwaperusahaanmungkinmembentukkomite audit hanyauntukmematuhiperaturan yang dibuatoleh BAPEPAM,

bukandalamrangkamenerapkan GCG sehinggatimbulkeraguanpada investor untukmembeliobligasiperusahaansehinggahargaobligasiperusahaanmenjaditinggid anyield yang ditawarkanperusahaanakansemakintinggi.

5.2 KeterbatasanPenelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu sampel penelitian yang terlalu sedikit dikarenakan keterbatasan data penelitian. Data yield obligasi yang diteliti berasal dari Bond Book yang diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2011.

5.3 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini maka penulis ingin memberikan saran bagi para calon investor yang ingin menanamkan modalnya melalui obligasi hendaknya memperhatikan faktor-faktor seperti:berapa persen kepemilikan institusional dalam perusahaan tersebut, ukuran dewan komisaris, jumlah dewan komisaris, serta jumlah komite audit pada perusahaan tersebut karena faktor-faktor ini terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap yield obligasi.


(32)

DAFTAR PUSTAKA

Bhoraj, SanjeevdanPartaSengupta. 2003. Effect of Corporate Governace on Bond Rating and Yields : The Role of Institusional Investors and Outside Directors. The Journal of Bussiness (Juli): 455-475.

Darmawati, Deni, Khomsiyahdan Rika GelarRahayu. 2005. Hubungan Corporate Governance danKinerja Perusahaan. JurnalRisetAkuntansi Indonesia 8 (Jan): 65-81

Ghozali, Imam. 2006. AplikasiAnalisis Multivariate Dengan Program SPSS.Semarang: BadanPenerbitUniversitasDiponegoro.

FCGI. 2001. Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam

PelaksanaanCorporate Governance (Tata Kelola Perusahaan). Jilid II. FCGI. Edisi ke-2.

Haryani, Pratiwi, LinggardanSyarifuddin, Muchamad. 2011.

PengaruhMekanismeCorporate GovernanceTerhadapKinerja:

TransparansiSebagaiVariabel Intervening. SimposiumNasionalAkuntansi XIV Aceh.

Herawaty, Vinola. 2008. PeranPraktekCorporateGovernancesebagaiModerating VariabledariPengaruhEarnings ManagementterhadapNilaiPerusahaan. SimposiumNasionalAkuntansi XI Pontianak.

Ibrahim, Hadiasman. 2008. Pengaruh Tingkat SukuBunga, PeringkatObligasi, Ukuran Perusahaan, dan DER terhadapYield to MaturityObligasiKorporasi di Bursa Efek Indonesia PeriodeTahun 2004-2006. Tesis. Semarang:

UniversitasDiponogoro.

De Rose, Mario D. 2012. High Yield Means High Risk. U.S. Strategy Report.http://www.edwardjones.com.

Kamstra, Mark, Peter Kennedy danTeck-Kin Suan. 2001. Combining Bond Rating Forecast Using Logit. The Financial Review (May): 75-96.


(33)

SimposiumNasionalAkuntansi VIII Solo.

Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (NCCG). 2006. Pedoman GoodCorporate Governance Indonesia.

Mustikasari, Greta Ita. 2010. PengaruhMekanismeGood Corporate

GovernanceTerhadapPeringkatObligasi Dan Yield Obligasi (StudiEmpiris Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Skripsi.Surakarta: UniversitasSebelasMaret

Prasetyo, Adhi. 2010. PengaruhMekanismeCorporate GovernancedanProfitabilitas Perusahaan TerhadapPeringkatObligasi. Skripsi.Semarang.

UniversitasDiponogoro. Rahayu, DyahSihdanFaisal.2005.

PengaruhStrukturKepemilikanManajerialdanInstitusionalpadaStruktur Modal Perusahaan.JurnalBisnisdanAkuntansi Vol. 7, No.2

Rinaningsih.2008. PengaruhPraktekCorporate GovernanceTerhadapResikoKredit, Yield SuratHutang (Obligasi).SimposiumNasionalAkuntansi XI Pontianak. Sabrinna, Anindhita Ira. 2010.

PengaruhCorporateGovernancedanStrukturKepemilikanTerhadapKinerja Perusahaan. Skripsi. Semarang. UniversitasDiponogoro.

Setyaningrum, Dyah. 2005.

PengaruhMekanismeCorporateGovernanceTerhadapPeringkatSuratUtang Perusahaan di Indonesia. JurnalAkuntansidanKeuangan Indonesia, vol.2,no.2, 73-102 .

Setyapurnama, YudiSantaradan A.M. VianeyNorpratiwi. 2006.

PengaruhCorporateGovernanceTerhadapPeringkatObligasidanYieldObligasi. JurnalAkuntansi&Bisnis.Vol. 7. No. 2, Agustus 2007: 107-108.

Surya, IndradanYustiavandana, Ivan.2006. Penerapan Good Corporate Governance. Jakarta: Kencana

UjiyanthodanPramuka, 2007.MekanismeCorporateGovernance, ManajemenLabadanKinerjaKeuangan (StudiPada Perusahaan go


(34)

Wolk, Harry I., Michael G. Tearney, dan James L Dodd. 2004. Accounting Theory: A Conceptual and Institutional Approach. South-Western CollegePublishing.

ZuhrohtundanZakiBaridwan. 2005.

PengaruhPengumumanPeringkatTerhadapKinerjaObligasi. SimposiumNasionalAkuntansi VIII Solo.


(1)

27

= Komite audit dinilai dengan jumlah komite audit yang dimilikiolehperusahaan.

= konstanta


(2)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh penerapangoodcorporate governance (kepemilikan institusi, komite audit, komisaris

independendandewankomisaris)terhadap yieldobligasi. Dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif signifikan terhadap yieldobligasi. Pengawasan yang dilakukanoleh investor

intitusionaldapatmemperkecilkemungkinanadanyapenyimpangan-penyimpanganolehmanajersehingga investor

Bondholdersmendapatkankeuntunganyaitumenurunnyayieldobligasi.

Ukurandewankomisarisberpengaruhnegatifsignifikanterhadapyieldobligasi.Ukura ndewankomisaris yang

memadaidapatmeningkatkanpengawasanterhadapkinerjamanajerdandapatmemberi kankepercayaanterhadapcalon investor

sehinggayieldobligasiperusahaanakansemakinkecil.

Jumlah komisaris independen berpengaruh negatif signifikan terhadap yieldobligasi.Jumlahkomisarisindependen yang

semakintinggidapatmemacumanajeruntukbekerjalebihefektifsehinggadapatmenaik kanhargajualobligasijualobligasi,


(3)

46

sehinggayieldobligasisemakinrendah.Jumlahkomite audit berpengaruh positif signifikan terhadap yieldobligasi.Hasilpenelitianmenunjukkanbahwakomite audit berpengaruhpositifterhadapyieldobligasiyang

mengindikasikanbahwaperusahaanmungkinmembentukkomite audit hanyauntukmematuhiperaturan yang dibuatoleh BAPEPAM,

bukandalamrangkamenerapkan GCG sehinggatimbulkeraguanpada investor untukmembeliobligasiperusahaansehinggahargaobligasiperusahaanmenjaditinggid anyield yang ditawarkanperusahaanakansemakintinggi.

5.2 KeterbatasanPenelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu sampel penelitian yang terlalu sedikit dikarenakan keterbatasan data penelitian. Data yield obligasi yang diteliti berasal dari Bond Book yang diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2011.

5.3 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini maka penulis ingin memberikan saran bagi para calon investor yang ingin menanamkan modalnya melalui obligasi hendaknya memperhatikan faktor-faktor seperti:berapa persen kepemilikan institusional dalam perusahaan tersebut, ukuran dewan komisaris, jumlah dewan komisaris, serta jumlah komite audit pada perusahaan tersebut karena faktor-faktor ini terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap yield obligasi.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Bhoraj, SanjeevdanPartaSengupta. 2003. Effect of Corporate Governace on Bond Rating and Yields : The Role of Institusional Investors and Outside Directors. The Journal of Bussiness (Juli): 455-475.

Darmawati, Deni, Khomsiyahdan Rika GelarRahayu. 2005. Hubungan Corporate Governance danKinerja Perusahaan. JurnalRisetAkuntansi Indonesia 8 (Jan): 65-81

Ghozali, Imam. 2006. AplikasiAnalisis Multivariate Dengan Program SPSS.Semarang: BadanPenerbitUniversitasDiponegoro.

FCGI. 2001. Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam

PelaksanaanCorporate Governance (Tata Kelola Perusahaan). Jilid II. FCGI. Edisi ke-2.

Haryani, Pratiwi, LinggardanSyarifuddin, Muchamad. 2011.

PengaruhMekanismeCorporate GovernanceTerhadapKinerja:

TransparansiSebagaiVariabel Intervening. SimposiumNasionalAkuntansi XIV Aceh.

Herawaty, Vinola. 2008. PeranPraktekCorporateGovernancesebagaiModerating VariabledariPengaruhEarnings ManagementterhadapNilaiPerusahaan. SimposiumNasionalAkuntansi XI Pontianak.

Ibrahim, Hadiasman. 2008. Pengaruh Tingkat SukuBunga, PeringkatObligasi, Ukuran Perusahaan, dan DER terhadapYield to MaturityObligasiKorporasi di Bursa Efek Indonesia PeriodeTahun 2004-2006. Tesis. Semarang:

UniversitasDiponogoro.

De Rose, Mario D. 2012. High Yield Means High Risk. U.S. Strategy Report.http://www.edwardjones.com.

Kamstra, Mark, Peter Kennedy danTeck-Kin Suan. 2001. Combining Bond Rating Forecast Using Logit. The Financial Review (May): 75-96.


(5)

Kusumawati, Dwi Novi danRiyanto, Bambang. 2005. CorporateGovernancedanKinerja:

AnalisisPengaruhCompliancedanStrukturDewanTerhadapKinerja. SimposiumNasionalAkuntansi VIII Solo.

Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (NCCG). 2006. Pedoman GoodCorporate Governance Indonesia.

Mustikasari, Greta Ita. 2010. PengaruhMekanismeGood Corporate

GovernanceTerhadapPeringkatObligasi Dan Yield Obligasi (StudiEmpiris Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Skripsi.Surakarta: UniversitasSebelasMaret

Prasetyo, Adhi. 2010. PengaruhMekanismeCorporate GovernancedanProfitabilitas Perusahaan TerhadapPeringkatObligasi. Skripsi.Semarang.

UniversitasDiponogoro. Rahayu, DyahSihdanFaisal.2005.

PengaruhStrukturKepemilikanManajerialdanInstitusionalpadaStruktur Modal Perusahaan.JurnalBisnisdanAkuntansi Vol. 7, No.2

Rinaningsih.2008. PengaruhPraktekCorporate GovernanceTerhadapResikoKredit, Yield SuratHutang (Obligasi).SimposiumNasionalAkuntansi XI Pontianak. Sabrinna, Anindhita Ira. 2010.

PengaruhCorporateGovernancedanStrukturKepemilikanTerhadapKinerja Perusahaan. Skripsi. Semarang. UniversitasDiponogoro.

Setyaningrum, Dyah. 2005.

PengaruhMekanismeCorporateGovernanceTerhadapPeringkatSuratUtang Perusahaan di Indonesia. JurnalAkuntansidanKeuangan Indonesia, vol.2,no.2, 73-102 .

Setyapurnama, YudiSantaradan A.M. VianeyNorpratiwi. 2006.

PengaruhCorporateGovernanceTerhadapPeringkatObligasidanYieldObligasi. JurnalAkuntansi&Bisnis.Vol. 7. No. 2, Agustus 2007: 107-108.

Surya, IndradanYustiavandana, Ivan.2006. Penerapan Good Corporate Governance. Jakarta: Kencana

UjiyanthodanPramuka, 2007.MekanismeCorporateGovernance, ManajemenLabadanKinerjaKeuangan (StudiPada Perusahaan go


(6)

Wolk, Harry I., Michael G. Tearney, dan James L Dodd. 2004. Accounting Theory: A Conceptual and Institutional Approach. South-Western CollegePublishing.

ZuhrohtundanZakiBaridwan. 2005.

PengaruhPengumumanPeringkatTerhadapKinerjaObligasi. SimposiumNasionalAkuntansi VIII Solo.