Pola komunikasi organisasi dalam mengelola konflik di organisasi PAVESA

organisasi politik serta perbedaan persepsi antar anggota tentang boleh atau tidak minum minuman keras. Dengan adanya hal ini kemudian anggota PAVESA yang memutuskan keluar akhirnya membentuk organisasi baru yang diberi nama VOG. Namun ada hal menarik dalam hubungan antara PAVESA dengan VOG. Bahwa kedua organisasi ini justru hingga saat ini tidak pernah terjadi konflik. Hal ini sangat menarik karena PAVESA dan VOG sangat rawan konflik karena VOG merupakan pecahan dari PAVESA serta anggota VOG keluar dari PAVESA dengan meninggalkan berbagai konflik di dalam internal PAVESA. Namun, justru hingga kini konflik tidak pernah terjadi. Hal ini dinyatakan oleh Bapak Edi 6 bahwa PAVESA dan VOG tetap eksis dengan AD ART masing-masing. Komunikasi tergantung pada persepsi, dan sebaliknya persepsi juga tergantung pada komunikasi. Persepsi meliputi semua proses yang dilakukan seseorang dalam memahami informasi mengenai lingkungannya. Baik buruknya proses komunikasi tergantung persepsi masing-masing orang yang terlibat di dalamnya. Ketidaksamaan pengertian antara penerima dan pengirim informasi akan menimbulkan kegagalan berkomunikasi. Komunikasi yang berperan dalam menciptakan dan memelihara otoritas yang objektif dalam organisasi sebagai berikut. Konflik organisasi dalam pavesa merupakan satu bentuk perjalanan yang dinamis dari sekumpulan anggotanya. Konflik organisasi tidak dapat dihindari karena seriap anggotanya memiliki pola pikir serta kepentingan yang berbeda- beda.

5.2 Pola komunikasi organisasi dalam mengelola konflik di organisasi PAVESA

Konflik merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindarkan dalam kehidupan. Bahkan sepanjang kehidupan, manusia senantiasa dihadapkan dan bergelut dengan konflik. Demikian halnya dengan kehidupan organisasi.Anggota organisasi senantiasa dihadapkan pada konflik. Konflik berasal dari kata kerja Latin “configure” yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara 6 Wawancara Dengan Bapak Edi Ketua PAVESA ke 2 Pada 7 November 2015 dua orang atau lebih bisa juga kelompok dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu “interaksi”. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Berdasarkan penjelasan tersebut diatas menunjukkan bahwa konflik terjadi karena adanya proses interaksi. Hal ini juga terjadi dalam konteks organisasi PAVESA. Organisasi ini mengalami konflik internal pada tahun 2003 yang dipicu dari berafiliasinya dengan salah satu partai politik PAVESA sebagai organisasi otomotif menjadi organisasi politik serta perbedaan persepsi antar anggota tentang boleh atau tidak minum minuman keras. Kedua hal tersebutlah yang membuat saat ini beberapa anggota lama PAVESA memtuskan keluar dan membentuk organisasi baru yaitu VOG. Sebelum terjadi konflik pola komunikasi organisasi yang digunakan oleh PAVESA adalah pola komunikasi roda karena ketua berperan besar dalam organisasi ini. Dalam pola komunikasi roda ketua menjadi pusat pengambil keputusan tetapi sering kali ketua terlalu memutuskan persoalan dengan sendiri tidak dengan jalan musyawarah karena di pola komunikasi roda pemimpin ketua mempunyai wewenang penuh. Kemudian dengan sudah terdeskripsinya akar konflik PAVESA pada tahun 2003. Hal yang perlu dibahas berikutnya adalah bagaimana pola komunikasi yang dibangun untuk menyelesaikan konflik ? . Manajemen konflik merupakan pendekatan yang diciptakan oleh pemimpin organisasi dalam menyelesaikan konflik masalah melalui tahapan identifikasi, klasifikasi, analisis penyebab, dan menyelesaikan masalah. Proses identifikasi yang dimaksud adalah pengurus organisasi PAVESA melakukan pendekatan interpersonal dengan para anggota untuk menggali permasalahan yang ada di organisasi. Proses selanjutnya adalah klasifikasi, dalam tahapan ini setelah menggali permasalah melalui proses identifikasi pengurus mulai mengklasifikasi permasalahan-permasalahan yang digali. Setelah persoalan terklasifikasi, ternyata persoalan utama yang menyebabkan perpecahankonflik di dalam organisasi PAVESA adalah organisasi PAVESA berafiliasi dengan salah satu partai politik dan perbedaan persepsi tentang boleh atau tidaknya meminum minuman keras. Dalam proses ini pola komunikasi yang digunakan sangat menentukan dalam penyelesaian sebuah masalah. Masalah-masalah yang ada dalam komunitas PAVESA pada tahun 2003 bisa dikatakan sebagai masalah yang sensitif karena terkait dengan masalah politik dan konflik interpersonal antar anggota organisasi. Hal ini membutuhkan sebuah pola komunikasi yang tepat agar konflik dapat diselesaikan. Pada saat itu konflik dapat terselesaikan melaui proses musyawarah mufakat dan para anggota yang memutuskan keluar, berbicara baik-baik dengan ketua dan anggota organisasi yang lain. Hal ini disampaikan oleh Mas Bagus 7 bahwa : “Penyelesaiannya konflik tetap dengan musyawarah antara PAVESA dengan anggota yang mau mengundurkan diri dari PAVESA.” Kutipan tersebut di atas menunjukkan bahwa organisasi yang menjunjung tinggi demokrasi. Walaupun ada konflik yang cukup sensitif yang terjadi, namun akhirnya konflik tersebut dapat terselesaikan dengan jalan musyawarah mufakat. Proses tersebut dilakukan dengan mengumpulkan semua anggota organisasi termasuk anggota yang memutuskan mengundurkan diri. Mereka dikumpulkan dalam satu ruang dan anggota yang mengundurkan diri menyatakan mengundurkan diri dari PAVESA. Hasil dari keputusan dari pertemuan tersebut adalah tidak ada lagi permusuhan antara anggota PAVESA dengan anggota PAVESA yang mengundurkan diri. Proses penyelesaian konflik dengan cara musyawarah mufakat tersebut menunjukkan bahwa seluruh anggota PAVESA berperan aktif dalam pengambilan keputusan, meskipun keputusan tetap ada di tangan ketua. Hal ini dalam tataran teoritis pola komunikasi yang dilakukan oleh organisasi PAVESA untuk menyelesaikan konflik adalah pola komunikasi roda dan pola bintang. Hal ini ditunjukkan dengan adanya proses musyawarah mufakat dalam pengambilan keputusan, dalam pola roda pemimpin ketua menjadi pusat pengambilan 7 Wawancara Dengan Arief Bagus Ketua PAVESA saat ini Pada 14 Januari 2016. keputusan dan dalam konteks pola bintang menunjukkan bahwa para anggota dapat saling bermusyawarah kemudian memberikan masukan kepada ketua yang pada akhirnya ketua mengambil sebuah keputusan. Dalam hal ini keputusan yang diambil adalah tidak ada lagi permusuhan antara anggota PAVESA dengan anggota PAVESA yang mengundurkan diri. Deskripsi diatas menunjukkan bahwa manajemen konflik yang dilakukan dalam penyelesaian konflik organisasi PAVESA pada tahun 2003 adalah dengan jalan musyawarah mufakat dengan melibatkan semua anggota organisasi untuk mengambil keputusan. Dalam proses manajemen konflik ini pola komunikasi yang digunakan adalah pola roda dan pola bintang. Kemudian hal yang menarik adalah dengan pecahnya organisasi PAVESA, para anggota yang memutuskan mundur membentuk organisasi baru yang diberi nama VOG. Hal ini disampaikan oleh Bapak Edi 8 bahwa : “Pada saat itu akhirnya ada beberapa anggota yang keluar dari PAVESA mas. Mereka akhirnya membuat komunitas baru namanya VOG.Nah, VOG ini juga memiliki ADART sendiri, pada akhirnya juga PAVESA dan VOG berjalan masing-masing dengan ADART masing-masing.” Hal yang menarik dalam hubungan antara PAVESA dan VOG adalah kedua organisasi ini tidak pernah berkonflik. Kemudian kedua organisasi ini dapat hidup berdampingan tanpa ada masalah yang berarti. Setelah konflik antar anggota PAVESA dapat diselesaikan hingga saat ini organisasi ini masih tetap eksis dan tetap berkegiatan hingga saat ini. Saat ini PAVESA memasuki era baru dengan ketua Arief Bagus. PAVESA memasuki era baru dimana organisasi ini berjalan dengan caranya sendiri dan menggunakan proses pengambilan keputusan yang demokartis 9 dengan melibatkan seluruh anggota. Nampaknya PAVESA belajar dari pengalaman masa lalu, saat ini PAVESA terlihat semakin dewasa seiring dengan bertambahnya usia organisasi. Saat ini PAVESA sudah berusia 19 tahun, berbagai macam dinamika sudah mereka alami. 8 Wawancara Dengan Bapak Edi Ketua PAVESA ke 2 Pada 7 November 2015 9 Wawancara Dengan Arief Bagus Ketua PAVESA saat ini Pada 14 Januari 2016. PAVESA saat ini relatif “sepi” dari masalah internal dan konflik antar anggota. Hal ini disebabkan karena setiap persoalan yang dihadapi segera diselesaikan secepat mungkin dan tidak membiarkan masalah berlarut-larut 10 . Hal ini juga merupakan wujud bahwa PAVESA tetap ingin utuh dan menjaga keharmonisan antar anggota dalam organisasi. Hal ini juga tidak bisa dilepaskan dari peran ketua organisasi PAVESA saat ini yang tidak pernah menunda penyelesaian masalah. Kemudian semua keputusan diambil dengan cara musyawarah mufakat 11 , hal ini dilakukan agar semua anggota dapat terlibat aktif dalam pengambilan keputusan. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi dalam organisasi berjalan dengan baik. Kemudian proses musyawarah mufakat yang dilakukan adalah dengan mengumpulkan seluruh anggota dalam pertemuan rutin, kemudian seluruh anggota memiliki hak berbicara dan mengemukakan pendapat. Dalam hal ini ketua memiliki peran untuk menampung aspirasi dari para anggota dan mengambil keputusan untuk kebaikan organisasi dan menyelesaikan berbagai masalah yang ada. Dalam tataran teoritis pola komunikasi yang dibangun oleh organisasi PAVESA saat ini adalah pola komunikasi roda dan pola bintang. Kedua pola ini nampak dalam komunikasi organisasi PAVESA saat ini karena semua anggota memiliki peran untuk memberikan pendapat dalam proses pengambilan keputusan, meskipun ketua organisasi tetap mengambil keputusan akhir. Proses pengambilan keputusan akhir ditangan ketua ini menunjukkan ciri khas pola komunikasi roda, sedangkan proses komunikasi antar anggota menunjukkan pola komunikasi bintang. Dalam konsep De Vito terdapat lima model komunikasi yaitu : model lingkaran, model roda, model Y, model rantai dan model semua saluran atau bintang. Namun dalam organisasi PAVESA model komunikasi yang dilakukan adalah model roda dan model bintang dimana ketua menjadi pengambil keputusan utama ciri khas pola komunikasi roda yang didasarkan pada musyawarah para anggota ciri khas pola bintang. 10 Wawancara Dengan Ferry H Anggota PAVESA saat ini Pada 11 Januari 2016. 11 Wawancara Dengan Julia Bendahara PAVESA saat ini Pada 8 Januari 2016.

1.3 Refleksi Hasil Penelitian

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pola Komunikasi Organisasi dalam Mengelola Konflik: Studi Kasus Konflik di Organisasi Paguyuban Vespa Salatiga T1 362011045 BAB I

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pola Komunikasi Organisasi dalam Mengelola Konflik: Studi Kasus Konflik di Organisasi Paguyuban Vespa Salatiga T1 362011045 BAB II

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pola Komunikasi Organisasi dalam Mengelola Konflik: Studi Kasus Konflik di Organisasi Paguyuban Vespa Salatiga T1 362011045 BAB IV

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pola Komunikasi Organisasi dalam Mengelola Konflik: Studi Kasus Konflik di Organisasi Paguyuban Vespa Salatiga T1 362011045 BAB VI

0 0 2

T1 362011045 Daftar Pustaka

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pola Komunikasi Organisasi dalam Mengelola Konflik: Studi Kasus Konflik di Organisasi Paguyuban Vespa Salatiga

0 1 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pola Komunikasi Organisasi dalam Mengelola Konflik: Studi Kasus Konflik di Organisasi Paguyuban Vespa Salatiga

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pola Komunikasi Simbolik Dalam Komunitas Vespa Kasoos T1 362009014 BAB V

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengelolaan Konflik dalam Pergaulan Multikultural (Studi Kasus di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga) T1 352008602 BAB V

0 0 36

T1__BAB V Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Paguyuban Drumblek Salatiga dalam Mengembangkan Kesenian Drumblek sebagai Identitas Budaya Kota Salatiga T1 BAB V

0 2 17