PERAN DINAS PEMUDA DAN OLAHRAGA PROVINSI LAMPUNG DALAM PEMBINAAN ORGANISASI KEOLAHRAGAAN PELAJAR

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Olahraga hakikatnya merupakan salah satu unsur pokok dan sangat berpengaruh di dalam
pembangunan rohani dan jasmani setiap insan manusia dalam rangka pembangunan sumber daya
manusia seutuhnya. Pembangunan tersebut sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan pembangunan
bangsa dan negara menuju masyarakat Indonesia yang sehat dan bermartabat. Oleh karena itu,
setiap masyarakat Indonesia mempunyai hak dan kewajiban untuk melaksanakan dan
berpartisipasi dalam kegiatan pengembangan olahraga.

Dalam Tap. MPR No. IV/MPR/1999 Tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara, pembangunan
nasional didefinisikan sebagai usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia
yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan nasional dengan memanfaatkan
ilmu pengetahuan dan teknologi, serta memperhatikan tantangan perkembangan global.

Untuk mengimplementasikan pembangunan nasional senantiasa mengacu pada kepribadian
bangsa dan nilai luhur yang menyeluruh untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang berdaulat,
mandiri, berkeadilan, sejahtera, maju, serta kokoh, baik kekuatan moral maupun etika bangsa
Indonesia. Hal ini sesuai dengan tujuan nasional, sebagaimana yang terkandung dalam

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu : “Melindungi segenap bangsa dan seluruh
tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berlandaskan kemerdekaan, perdamaian abadi,
dan keadilan sosial.”

Oleh karena itu guna meningkatkan pembangunan yang berkesinambungan meliputi seluruh
aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara, Kementerian Pemuda dan Olahraga selaku
pemerintah pusat memberikan tugas dan wewenang kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah
pusat di wilayah provinsi dalam menyelenggarakan program dan kegiatan dari pemerintah pusat.
Maka dibentuklah Dinas Pemuda dan Olahraga (DISPORA) Provinsi Lampung yang merupakan
badan yang didirikan dengan Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 13 Tahun 2009
Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Lampung. Dinas Pemuda dan
Olahraga Provinsi Lampung berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur
melalui Sekretaris Daerah.

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 Pasal 21 Tentang Sistem Keolahragaan
Nasional, yang berisi pembinaan dan pengembangan olahraga, maka pemerintah daerah yang
sudah mendapat wewenang wajib menyelenggarakan pembinaan dan pengembangan olahraga
meliputi pengolahragaan, ketenagaan, pengorganisasian, pendanaan, metode, prasarana dan
sarana, serta penghargaan keolahragaan. Pembinaan dan pengembangan olahraga ditujukan pada

pembinaan pelajar yang tergabung dalam klub dan kelompok Olahraga pelajar (KOP). Pelajar
sebagai generasi muda penerus cita-cita bangsa dan Negara merupakan objek strategis yang
mampu berkarya di dalam pembangunan nasional dan berprestasi di bidang olahraga serta ikut
berpartisipasi secara aktif menggalang persatuan dan kesatuan bangsa.

Dalam melaksanakan kebijakan pembinaan dan pengembangan olahraga pelajar, Dinas Pemuda
dan Olahraga Provinsi Lampung tidak berkerja sendiri namun dibantu oleh BAPOPSI (Badan
Pembina Olahraga Pelajar Seluruh Indonesia) Provinsi Lampung. Peranan BAPOPSI Provinsi
Lampung sebagai badan yang khusus membina pelajar sangatlah dibutuhkan untuk membantu

pengembangan atlet pelajar khususnya yang berada di daerah, sehingga menjadi atlet lebih maju
dan siap bertanding melalui berbagai program yang telah tersusun.

Tujuan dari pembinaan yang dilakukan oleh DISPORA Provinsi Lampung dan BAPOPSI
Provinsi Lampung kepada para atlet pelajar ialah untuk menggali potensi diri generasi muda
sebagai aset bangsa, membentuk generasi muda yang bermoral dan berakhlak mulia, serta
menjadikan generasi muda cerdas dan terampil. Sehingga para pelajar siap secara mental dan
teknik dalam menghadapi pertandingan yang diadakan setiap tahunnya.

Adapun salah satu prestasi yang telah diraih oleh para atlet selama dalam masa pembinaan yaitu

pada Pekan Olahraga Wilayah (POPWIL) II yang telah diselenggarakan pada tanggal 7-11
November 2012, Provinsi Lampung memperoleh 4 emas 14 perak dan 7 perunggu serta lebih
dari dua cabang olahraga baik perorangan maupun beregu atau tim yang lolos seleksi untuk
mengikuti Pekan Olahraga Pelajar Nasional (POPNAS) XII di DKI Jakarta pada 2013
mendatang. Hasil ini lebih baik dibanding dengan POPWIL sebelumnya di Palembang pada
tahun 2010 yang hanya meloloskan tujuh atlet perorangan ke POPNAS (Radar Lampung, 11
November 2012)

Namun terdapat hambatan pada program pembinaan organisasi keolahragaan pelajar yang
dilakukan oleh DISPORA Provinsi Lampung dan BAPOPSI Provinsi Lampung karena
terbatasnya kemampuan Pemerintah Daerah terhadap pendanaan olahraga, sistem pembinaan
belum terarah, dan kurang optimalnya pelatih atau guru olahraga dalam pendidikan diluar
sekolah.

Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul, “Peran Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Lampung Dalam
Pembinaan Organisasi Keolahragaan Pelajar”.

1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup
1.2.1


Permasalahan

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini
adalah :
1) Bagaimanakah peran Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Lampung dalam pembinaan
organisasi keolahragaan pelajar ?
2) Faktor apakah yang menjadi penghambat dalam pembinaan organisasi keolahragaan pelajar
oleh Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Lampung ?

1.2.2

Ruang Lingkup Penelitian

Mengingat luasnya permasalahan mengenai pembinaan organisasi keolahragaan dan prestasi
olahraga pelajar, maka ruang lingkup pembahasan terhadap permasalahan ini dibatasi hanya
mengenai Peran Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Lampung yang berkerjasama dengan
BAPOPSI (Badan Pembina Olahraga Pelajar Seluruh Indonesia) Provinsi Lampung dalam
melaksanakan pembinaan klub olahraga pelajar dan Kelompok Olahraga Pelajar (KOP).


1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.3.1

Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang akan dibahas, maka tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai
berikut :
1) Untuk mengetahui bagaimana peran Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Lampung dalam
membina organisasi keolahragaan pelajar.
1) Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam pembinaan organisasi
keolahragaan pelajar oleh Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Lampung.

1.3.2

Kegunaan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang akan dibahas, kegunaan penelitian ini dibagi menjadi 2 yaitu,
secara Teoritis dan Praktis.
a. Kegunaan Teoritis
Penelitian ini berguna untuk mengembangkan konsep pengetahuan dalam rangka mengetahui

peran Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Lampung terhadap pembinaan organisasi
keolahragaan dan prestasi olahraga pelajar. Serta
perkembangan Hukum Administrasi Negara.

memberi sumbangan pemikiran bagi

b. Kegunaan Praktis
Untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan memperluas wawasan serta bentuk sumbangan
yang dapat diberikan dalam rangka pengabdian kepada masyarakat umumnya dan khususnya
pelajar sebagai dasar pengkajian untuk meningkatkan peranan yang lebih besar dalam rangka
pelaksanaan pembinaan terhadap organisasi keolahragaan dan prestasi olahraga pelajar oleh
Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Lampung.

2.1 Pengertian Peran

Peranan berasal dari kata peran, berarti sesuatu yang menjadi bagian atau memegang pimpinan
yang terutama (W.J.S. Poerwadarminta,1985:735). Menurut Levinson sebagaimana dikutip oleh
Soejono Soekamto peranan adalah suatu konsep prihal apa yang dapat dilakukan individu yang
penting


bagi

struktur

dikembangkan

dengan

sosial
posisi

masyarakat,
atau

peranan

tempat

meliputi


seseorang

norma-norma
dalam

yang

masyarakat,

peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing
seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan ini (Soejono Soekamto, 1982:238).

2.2 Pembinaan Keolahragaan

2.2.1

Pengertian Pembinaan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1996:589), pembinaan diartikan sebagai
proses, perbuatan, atau cara membina, dengan bergantung pada obyek yang dibina yang akan

mengacu kepada peningkatan terhadap obyek tersebut.

2.2.2

Tujuan Pembinaan

Adapun tujuan dari pembinaan organisasi olahraga pelajar yang dilakukan oleh guru atau
pembina olahraga adalah sebagai berikut :
1) Menggali potensi diri generasi muda sebagai aset bangsa

Dikutip dari pendapat Palengkahu (1997:3) yang menyatakan, remaja atau generasi muda adalah
aset bangsa yang harus dilestarikan. Cara melestarikannya tidak lain adalah membina mereka
agar menemukan potensi diri yang sebenarnya. Maksudnya adalah, sebagai generasi penerus
bangsa hendaklah kita menyadari bahwa diumur yang produktif seperti sekarang ini kita tidak
perlu membuang-buang waktu dengan kegiatan yang tidak bermanfaat bahkan cenderung
merusak moral, contohnya tawuran, hura-hura, atau membuat kriminal. Sebaiknya kita dapat
memanfaatkan waktu tersebut untuk melakukan kegiatan-kegiatan bermanfaat, agar kelak kita
dapat menggantikan generasi tua membangun bangsa dan negara.

2) Membentuk generasi muda yang bermoral dan berakhlak mulia

Ini merupakan tujuan yang memiliki arti penting, tidak peduli apapun organisasi atau program
kerja yang akan dilaksanakan, karena moral dan akhlak mulia merupakan pondasi awal untuk
membentuk generasi penerus bangsa yang sopan santun, bertanggung jawab, disiplin, pekerja
keras, dan rendah hati (Jalaluddin, 1996:96).
3) Menjadikan generasi muda cerdas dan terampil
Cerdas dan terampil yang dimaksudkan adalah generasi muda harus cakap akan beragam jenis
ilmu pengetahuan dan keterampilan, seperti berwawasan luas dan haus akan ilmu pengetahuan,
serta terampil dalam memandang dan menjalani realitas kehidupan. Melalui organisasiorganisasi pembinaan, seorang generasi muda dapat menemukan berbagai pengalaman yang
mengarah pada peningkatan kualitas pribadinya pada akhirnya diterapkan dalam kehidupan
keluarga, masyarakat, bangsa dan negara (Zaenuddin, 2004:19).

2.2.3

Pelaku Pembinaan dan Obyek yang Dibina

Dalam hal ini, pelaku pembinaan dapat digolongkan menjadi empat, yaitu sebagai berikut :
1. Pemerintah Daerah
Pada Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 Pasal 21 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional,
Pemerintah dan pemerintah daerah wajib melakukan pembinaan dan pengembangan olahraga
sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawabnya.


2. Lembaga Pemerintahan dan Lembaga Swasta
Lembaga pemerintah maupun swasta berkewajiban menyelenggarakan pembinaan dan
pengembangan olahraga bagi karyawannya untuk meningkatkan kesehatan, kebugaran dan
kegembiraan serta kualitas dan produktivitas kerja sesuai dengan kondisi masing-masing.

3. Pelatih atau Pembina Olahraga
Pemerintah daerah wajib melakukan pembinaan dan pengembangan olahraga sesuai dengan
kewenangan dan tanggung jawabnya, sedangkan yang melaksanakan pembinaan itu ialah pelatih
atau pembina olahraga yang memiliki sertifikat kompetensi dari induk organisasi cabang
olahraga yang bersangkutan atau instansi pemerintah. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 16
Tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan Keolahragaan yang dimaksud dengan pembina olahraga
adalah orang yang memiliki minat dan pengetahuan, kepemimpinan, kemampuan manajerial,
atau pendanaan yang didedikasikan untuk kepentingan pembinaan dan pengembangan olahraga.
Pada Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 Pasal 60 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional
disebutkan bahwa,
(1) Pembina olahraga meliputi pembina perkumpulan, induk organisasi, atau lembaga olahraga
pada tingkat pusat dan tingkat daerah yang telah dipilih atau ditunjuk menjadi pengurus.

(2) Pembina olahraga melakukan pembinaan dan pengembangan olahraga sesuai dengan tugas
dan fungsinya dalam organisasi.

Sedangkan di Pasal 61 Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan
Nasional disebutkan hak dan kewajiban dari pembina olahraga, yakni :
(1) Pembina olahraga berhak memperoleh peningkatan pengetahuan, keterampilan, penghargaan,
dan bantuan hukum.
(2) Pembina olahraga berkewajiban :
a) melaksanakan pembinaan dan pengembangan terhadap organisasi olahraga, olahragawan,
tenaga keolahragaan, dan pendanaan keolahragaan; dan
b) melaksanakan pembinaan dan pengembangan olahraga sesuai dengan prinsip.

4. Masyarakat
Dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 Pasal 23 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional
dijelaskan bahwa,
(1) Masyarakat dapat melakukan pembinaan dan pengembangan olahraga melalui berbagai
kegiatan keolahragaan secara aktif, baik yang dilaksanakan atas dorongan Pemerintah dan /
atau pemerintah daerah, maupun atas kesadaran atau prakarsa sendiri.
(2) Pembinaan dan pengembangan olahraga oleh masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan oleh perkumpulan olahraga di lingkungan masyarakat setempat.
(3) Masyarakat dalam melakukan pembinaan dan pengembangan olahraga sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat membentuk organisasi cabang olahraga yang tidak
bertentangan dengan undang-undang ini.

Sedangkan obyek yang dapat dibina ialah para pelajar yang tergabung dalam klub dan kelompok
Olahraga pelajar (KOP). Adapun yang dimaksud dengan klub dan Kelompok Olahraga Pelajar
(KOP), yaitu :
Klub merupakan suatu perkumpulan yang menyelenggarakan kegiatan di bidang olahraga bagi
para anggotanya yang dikhususkan hanya dikalangan pelajar dan jumlah anggota atau atlet yang
dibina tidak dibatasi. Sedangkan yang dimaksud dengan Kelompok Olahraga Pelajar (KOP)
adalah suatu perkumpulan yang menyelenggarakan kegiatan di bidang olahraga bagi para
anggotanya yang berasal dari berbagai kalangan bukan hanya dari pelajar saja, dengan berbekal
data prestasi yang pernah diraih disalah satu kejuaraan berupa piagam penghargaan. Setiap atlet
yang dibina dalam Kelompok Olahraga Pelajar (KOP) mendapatkan bantuan dana transportasi
dari tempat tinggal ke tempat latihan.

2.2.4

Dasar Hukum Pembinaan Keolahragaan Pelajar Oleh Dinas Pemuda dan Olahraga
Provinsi Lampung

Hakikatnya setiap program pemerintah yang diselenggarakan dan menyangkut kepentingan
umum atau masyarakat luas harus memiliki dasar hukum yang jelas, agar tidak terjadi suatu
peyimpangan dikemudian hari yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung
jawab. Berikut adalah dasar hukum dari pembinaan keolahragaan pelajar yang dilakukan oleh
Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Lampung.
1) Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional;
2) Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan Keolahragaan ;

3) Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan Pekan dan Kejuaraan
Olahraga ;
4) Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Struktur Organisasi Daerah ;
5) Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 13 Tahun 2009 Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Daerah Provinsi Lampung.

2.3 Organisasi Keolahragaan
2.3.1

Pengertian Organisasi

Organisasi berasal dari bahasa Yunani, yaitu ὄργανον, organon atau yang disebut dengan alat.
Pada dasarnya organisasi digunakan sebagai tempat atau wadah dimana orang-orang berkumpul,
bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali,
dalam memanfaatkan sumber daya (uang, material, mesin, metode, lingkungan), saranaparasarana, data, dan lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai
tujuan organisasi (Keith Davis, 1962:15).

Para ahli mendefinisikan beberapa pengertian organisasi, yaitu sebagai berikut :

1) Stoner mengatakan bahwa organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui
mana orang-orang di bawah pengarahan atasan mengejar tujuan bersama (Masri Singarimbun
dan Sofyan Efendi, 1976:132).
2) James D. Mooney mengemukakan bahwa organisasi adalah bentuk setiap perserikatan
manusia untuk mencapai tujuan bersama (Ratna Wilis.D, 1996:56).

3) Chester I. Bernard berpendapat bahwa organisasi adalah merupakan suatu sistem aktivitas
kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih (Paul B Horton dan Chester L. Hunt,
1984:89).
4) Stephen P. Robbins menyatakan bahwa Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang
dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang
bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau
sekelompok tujuan (Stephen P.Robbins, 1994:4).

2.3.2

Pengertian Organisasi Olahraga

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 Pasal 1 Tentang Sistem Keolahragaan
Nasional, yang dimaksud organisasi olahraga yaitu sekumpulan orang yang menjalin kerja sama
dengan membentuk organisasi untuk penyelenggaraan olahraga sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Ada beberapa organisasi olahraga yang dapat kita jumpai dalam
kehidupan sehari-hari, yaitu sebagai berikut :
A. Organisasi Olahraga Di Masyarakat
Organisasi olahraga di masyarakat merupakan wadah bagi anggota masyarakat dari bermacammacam profesi yang berminat pada cabang olahraga tertentu ataupun anggota masyarakat yang
selalu terlibat dengan kegiatan olahraga, lalu mereka membentuk suatu organisasi cabang
olahraga sesuai yang diminatinya. Organisasi olahraga ini ada yang bersifat fungsional. Kegiatan
sejenis seperti cabang-cabang olahraga dan badan fungsional mewadahi diri dalam organisasi
seperti Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI).
Berikut merupakan organisasi fungsional anggota Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI)
yakni sebagai berikut :

a. BAPOPSI (Badan Pembina Olahraga Pelajar Seluruh Indonesia)

Organisasi Pembina Olahraga Pelajar di Indonesia bernama “Badan Pembina Olahraga Pelajar
Seluruh Indonesia (Indonesian School Sport Council)” atau yang disingkat BAPOPSI.
Kedudukan dan domisili BAPOPSI sendiri mulai dari BAPOPSI Pusat yang berkedudukan di
Ibukota Negara Republik Indonesia, BAPOPSI Provinsi yang berkedudukan di Ibukota Provinsi,
BAPOPSI Kabupaten atau Kota yang berkedudukan di Ibukota Kabupaten atau Kota, dan
BAPOPSI Kecamatan yang berkedudukan di Ibukota Kecamatan.

BAPOPSI merupakan salah satu organisasi yang membina olahragawan pelajar seluruh
Indonesia dan juga merupakan organisasi fungsional anggota KONI Pusat yang melaksanakan
pembinaan dan pengembangan olahraga pelajar di Indonesia. Sejak dibentuk pada tanggal 08
November 1989, BAPOPSI telah mengalami perkembangan yang pesat di berbagai daerah
menyangkut proses kegiatannya,, sehingga seiring berjalannya waktu banyak penyempurnaan
dan keseragaman dalam acuan pembinaannya. Dalam membina organisasi olahraga dikalangan
pelajar Indonesia, BAPOPSI berazaskan Pancasila, berlandaskan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia 1945, dan berpedoman pada Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang
Sistem Keolahragaan Nasioanl serta Perundang-Undangan lainnya.

Sebagai pembina organisasi olahraga dikalangan pelajar Indonesia, BAPOPSI mempunyai tujuan
dan fungsi yaitu,
a. Tujuan :
Mewujudkan prestasi olahraga pelajar, membangun watak, mengangkat harkat, martabat,
kehormatan bangsa, dan ikut serta mempererat, membina persatuan dan kesatuan bangsa.

b. Fungsi :
1) Membina pertumbuhan dan perkembangan kegiatan olahraga pelajar ;
2) Meningkatkan kegiatan pembibitan olahragawan pelajar berbakat ;
3) Menunjang pencapaian prestasi olahraga Nasional

b. BAPOMI (Badan Pembina Olahraga Mahasiswa Indonesia)

Pada tanggal 09 April 1987 dibentuk dan didirikanlah BAPOMI (Badan Pembina Olahraga
Mahasiswa Indonesia). BAPOMI sendiri dibentuk di tingkat nasional (PP BAPOMI) dan tingkat
Provinsi (Pengprov BAPOMI) dengan struktur berdasarkan tugas pokok dan fungsi yang diatur
dalam Anggaran Dasar Rumah Tangga. Di tingkat nasional PP BAPOMI diketuai oleh Illah
Sailah selaku Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Ditjen Dikti, sedangkan di tingkat
Provinsi Lampung tepatnya di Universitas Lampung, Pengprov BAPOMI diketuai oleh Sunarto
MD dengan masa jabatan 2009-2013.

Sebagai satu-satunya badan yang bertanggung jawab terhadap pembinaan olahraga mahasiswa,
BAPOMI juga berwenang dan bertanggung jawab mengelola, membina, mengembangkan, dan
mengoordinasikan setiap dan seluruh pelaksanaan kegiatan olahraga mahasiswa di wilayah
hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan
kesegaran jasmani, membangun watak dan karakter, meningkatkan prestasi serta memupuk
kerjasama di kalangan mahasiswa dalam rangka mempererat kesatuan dan persatuan bangsa,
serta memperkukuh ketahanan nasional melalui kegiatan olahraga di lingkungan perguruan
tinggi negeri dan swasta. Disamping melaksanakan wewenang dan tanggung jawabnya,
BAPOMI juga merupakan mitra Pemerintah dalam membuat kebijakan nasional di bidang

pengelolaan, pembinaan, dan pengembangan olahraga mahasiswa nasional dengan Anggaran
Dasar, serta melakukan kegiatan yang berhubungan dengan dunia olahraga mahasiswa
internasional yang berstatus sebagai IUSC (Indonesia University Sport Council).

Berikut merupakan tugas dan fungsi dari BAPOMI (Badan Pembina Olahraga Mahasiswa
Indonesia).
a. Fungsi :
1) Meningkatkan kualitas manusia Indonesia dan membina serta memperkukuh persatuan dan
kesatuan bangsa melalui pembinaan olahraga di kalangan mahasiswa secara nasional ;
2) Memasyarakatkan olahraga di perguruan tinggi dalam rangka tercapainya tujuan olahraga di
kalangan mahasiswa ;
3) Menfasilitasi dalam peningkatan dan pengembangan prestasi olahraga mahasiswa yang
dilaksanakan pembinaannya di perguruan tinggi dalam rangka menunjang prestasi olahraga
nasional.

b. Tugas :
1) Membantu Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi – Departemen Pendidikan Nasional dalam
membuat kebijakan nasional dalam bidang pengelolaan, pembinaan, dan pengembangan
olahraga mahasiswa pada tingkat nasional ;
2) Mengoordinasikan BAPOMI (Badan Pembina Olahraga Mahasiswa Indonesia) tingkat
provinsi (Pengprov BAPOMI) ;
2) Menfasilitasi perguruan tinggi baik negeri maupun swasta dalam melaksanakan kegiatan
olahraga di perguruan tinggi ;

3) Menyelenggarakan Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional yang dalam pelaksanaannya dapat
didelegasikan kepada Pengprov BAPOMI ;
4) Membantu dan mendukung penyelenggaraan single event atau kejuaraan-kejuaraan cabang
olahraga yang dilaksanakan oleh setiap perguruan tinggi ;
5) Melaksanakan evaluasi dan pengawasan untuk mencapai konsistensi antara kebijakan dan
pelaksanaan.

c. PERWOSI (Persatuan Wanita Olahraga Seluruh Indonesia)

Organisasi ini tebentuk atas prakarsa mantan atlet wanita serta penggemar olahraga di Indonesia
yang menginginkan adanya organisasi olahraga khusus wanita yang tidak hanya mengurus
tentang kegiatan keolahragaan tetapi juga membina dan memberi apresiasi kepada atlit-atlit
wanita Indonesia yang masih berprestasi meski usianya tidak muda lagi. PERWOSI disahkan
oleh Direktorat Jendral Olahraga pada tanggal 20 Mei 196 di Jakarta, dengan berdasarkan SK
No. 062 tahun 1967.

Adapun visi, misi dan nilai-nilai dari PERWOSI adalah sebagai berikut :
a) Visi :
Wanita Indonesia yang sehat dan bugar untuk membentuk keluarga sejahtera yang cinta
olahraga.

b) Misi :
Membina wanita Indonesia dan mengembangkan gerakan olahraga wanita yang sesuai dengan
kepribadian bangsa, guna menunjang pembangunan.

c) Nilai-nilai Olimpysm yaitu : Fairplay (Adil), Friendship (Persahabatan), Respect
(Menghormati) dan Excellence (Unggul).

d. SIWO PWI (Seksi Wartawan Olahraga Persatuan Wartawan Indonesia)

Pada bulan Oktober tahun 1966, beberapa wartawan senior berinisiatif membentuk wadah guna
membina dan menumbuhkan motivasi para pelaku olahraga khususnya wartawan yang diberi
nama Seksi Wartawan Olahraga Persatuan Wartawan Indonesia (SIWO PWI).

Di tiap-tiap daerah seperti Provinsi Lampung, SIWO PWI telah menjadi salah satu anggota
KONI Provinsi Lampung. Keberadaan mereka diterima dalam kehidupan olahraga, bukan saja
sebagai peliput kegiatan, tetapi perannya menjadi mitra yang duduk sama rendah berdiri sama
tinggi dengan komponen masyarakat olahraga lainnya. Saat ini yang menjabat menjadi Ketua
SIWO PWI Cabang Lampung ialah Rusidi.

Bukan hanya sebagai suatu organisasi , SIWO PWI Cabang Lampung juga sering menggelar
berbagai event olahraga seperti, turnamen biliar antarmedia yang menjadi ajang pembuktian diri
sebagai pebiliar andal di jajaran jurnalis Lampung. Selain itu penganugrahan seperti pemilihan
atlet putra dan putri terbaik, pelatih dan pembina terbaik serta tokoh olahraga dan tokoh sepak
bola guru olahraga terbaik turut menjadi agenda tahunan yang digelar oleh SIWO PWI Cabang
Lampung.

e. BPOC (Badan Pembina Olahraga Cacat)

“Keterbatasan Tidak Menghalangi untuk Menembus Batas”, slogan tersebut setidaknya pantas
sebagai dasar pemikiran didirikannya organisasi ini oleh Prof.Dr.Suharso pada tanggal 31

Oktober 1962 yang diberi nama Yayasan Pembina Olahraga Cacat (YPOC). Tetapi pada tahun
1993 nama tersebut diganti menjadi Badan Pembina Olahraga Cacat (BPOC), dengan alasan
kalimat “yayasan” terkesan bahwa organisasi ini milik perorangan sehingga namanya diganti
menjadi badan.

Di Provinsi Lampung atlet-atlet yang memliki kekurangan fisik ini dibina dan difasilitasi oleh
Badan Pembina Olahraga Cacat (BPOC) Cabang Lampung untuk dapat bertanding dikejuaraan
nasional seperti Pekan Olahraga Penyandang Cacat Nasional (Porcanas) XIV yang diadakan di
Kota Pekanbaru Riau, juga kejuaran bertaraf internasional seperti Asian Para Games dan Fespic
Games.

Sebelum dilakukan pembinaan BPOC Provinsi Lampung yang diketuai oleh Sukono menjaring
bibit atlet penyandang cacat mulai dari pelajar tingkat SMP dan SMA di seluruh kabupaten / kota
yang ada di Lampung. Diharapkan melalui pejaringan atlet dari kalangan pelajar mampu
mendulang bibit atlet potensial untuk dilakukan pembinaan yang lebih baik, sehingga dapat
meningkatkan atlet binaannya pada masa yang akan datang. Saat ini cabang olahraga yang telah
dibina oleh BPOC Provinsi Lampung yakni, cabang olahraga angkat berat, atletik, tenis meja dan
catur.

Cabang olahraga yang berinduk pada KONI umumnya bertujuan guna meningkatkan prestasinya
dengan demikian akan dapat menjunjung tinggi nama dan martabat bangsa Indonesia dan dapat
mempererat persahabatan dengan bangsa-¬bangsa lainnya. Organisasi Olahraga yang bersifat
fungsional terdiri dari dua macam, yaitu :
1) Organisasi Olahraga yang Bersifat Tetap

Organisasiolahraga yang bersifat tetap adalah organisasi olahraga yang didirikan dalam waktu
cukup lama (tidak terbatas) dikendalikan oleh suatu ketentuan yaitu Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga dari organisasi tersebut. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga tersebut merupakan tempat berpijaknya anggota pengurus atau anggota organisasi untuk
melangkah dan bertindak dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

2) Organisasi Olahraga yang Bersifat Sementara
Organisasi olahraga yang bersifat sementara adalah organisasi cabang olahraga yang dibentuk
dalam waktu tertentu sesuai dengan tugas, fungsi dan tujuan yang harus dicapai. Organisasi
olahraga yang bersifat sementara merupakan sebuah kepanitiaan yang dibentuk oleh organisasi
olahraga yang bersifat tetap berdasarkan Suatu Keputusan yang dikeluarkan oleh KONI Pusat,
seperti Panitia Besar Pekan Olahraga Nasional (PON) dan Panitia Penyelenggara Pekan
Olahraga Pelajar Nasional (POPNAS)

B. Organisasi Olahraga di Sekolah

Organisasi ini dibentuk guna menunjang proses pembinaan dan pembibitan olahragawan yang
potensial untuk olahraga prestasi pelajar mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah
Menegah Umum (SMU). Biasanya kegiatan pendidikan jasmani di sekolah waktunya terbatas,
yaitu dua jam pelajaran perminggu, maka untuk mengoptimalkan kegiatan keolahragaan bagi
para siswa, setiap sekolah perlu mengadakan kegiatan ekstrakurikuler. Untuk itu perlu dibentuk
organisasi olahraga sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah tersebut.

Organisasi olahraga ini beranggotakan para pelajar yang dengan kemauan mereka sendiri ikut
ambil bagian didalam klub olahraga yang sesuai dengan hobi ataupun bakat mereka, tetapi tidak
menutup kemungkinan para pelajar yang awalnya tidak berminat akan olahraga setelah masuk ke
dalam organisasi olahraga menjadi suka berolahraga. Karna sifatnya pembibitan, para pelajar itu
tidak dibiarkan sendirian dalam mengasah potensi diri mereka, tetapi mereka didampingi dan
dibimbing oleh guru atau pembina olahraga yang memiliki sertifikat kompetensi dari induk
organisasi cabang olahraga yang bersangkutan atau instansi pemerintah.

Meskipun kegiatan organisasi olahraga di sekolah merupakan inisiatif dari guru Pendidikan
Jasmani, tetapi bukan semata-mata menjadi beban dan tanggung jawabnya, melainkan menjadi
tanggung jawab bersama Kepala Sekolah dan guru-guru sekolah tersebut agar kegiatan
organisasi olahraga di sekolah dapat berjalan dengan baik dan kondusif.

Selain pembinaan siswa melalui kegiatan organisasi olahraga,

sekolah juga dapat

menyelenggarakan pertandingan dan perlombaan antar kelas. Dari hasil pertandingan dan
perlombaan antar kelas tersebut pihak sekolah akan mengetahui anak didik yang potensial di
bidang olahraga.

2.4 Penyelenggaraan Keolahragaan

Penyelenggaraan keolahragaan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2007
Tentang Penyelenggaraan Keolahragaan merupakan bagian dari suatu bangunan sistem
keolahragaan nasional yang mencakup pembinaan dan pengembangan olahraga pendidikan,
olahraga rekreasi, olahraga prestasi, olahraga amatir, olahraga profesional, dan olahraga bagi

penyandang cacat, sarana olahraga, ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan serta
standardisasi, akreditasi, dan sertifikasi.

Selaku penanggung jawab pengelolaan sistem keolahragaan nasional, Menteri memiliki tugas
untuk menentukan kebijakan nasional keolahragaan, standar nasional keolahragaan, serta
koordinasi dan pengawasan terhadap penyelenggaraan keolahragaan nasional seperti diatur
dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan
Keolahragaan. Sedangkan kewenangan yang dimiliki oleh Pemerintah diatur dalam Pasal 10
Pemerintah Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan Keolahragaan, yang menyebutkan
Pemerintah

mempunyai

kewenangan

untuk

mengatur,

membina,

mengembangkan,

melaksanakan, dan mengawasi penyelenggaraan keolahragaan secara nasional.

Kewenangan yang dimaksud menurut Bagir Manan dalam bahasa hukum tidak sama dengan
kekuasaan (macht). Kekuasaan hanya menggambarkan hak untuk berbuat atau tidak berbuat.
Dalam hukum, wewenang sekaligus berarti hak dan kewajiban (rechten en plichten). Dalam
kaitan dengan otonomi daerah, hak mengandung pengertian kekuasaan untuk mengatur sendiri
(zelfregelen) dan mengelola sendiri (zelfbesturen), Sedangkan kewajiban secara horizontal
berarti kekuasaan untuk menyelenggarakan pemerintahan sebagaimana mestinya. Vertical berarti
kekuasaan untuk menjalankan pemerintahan dalam satu tertib ikatan pemerintah Negara secara
keseluruhan (Bagir Manan.2000:1-2)

Untuk memudahkan terselenggaranya program dan kegiatan dari pemerintah pusat, maka
Kementerian Pemuda dan Olahraga sebagai pemerintah pusat memberikan tugas dan wewenang

kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di wilayah provinsi, yaitu untuk
mengoordinasikan pelaksanaan tugas penyelenggaraan keolahragaan di provinsi secara terpadu
dan berkesinambungan (Pasal 8 (1) Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2007 Tentang
Penyelenggaraan Keolahragaan). Sedangkan wewenang dari Pemerintah Provinsi, yaitu Dinas
Pemuda dan Olahraga Provinsi Lampung ialah kewenangan untuk mengatur, membina,
mengembangkan, melaksanakan, dan mengawasi penyelenggaraan keolahragaan di provinsi
(Pasal 11 (1) Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan
Keolahragaan).

Berikut merupakan penyelenggaraan keolahragaan yang menjadi tanggung jawab dan
kewenangan dari Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Lampung berdasarkan hasil wawancara
dengan Kepala Seksi Fasilitasi dan Koordinasi Bidang Keolahragaan Dinas Pemuda dan
Olahraga Provinsi Lampung Bapak Ahmad Sobri Khairi, S.Sos.

1. Kejuaraan Daerah (KEJURDA)
Kejuaraan ini bersifat Single Even / satu cabang olahraga, maksudnya adalah kejuaraan ini hanya
melombakan satu cabang olahraga tertentu yang disepakati oleh tuan rumah penyelenggara dan
merupakan tolak ukur bagi atlet-atlet yang berasal dari daerah penyelenggara tersebut.
Terselenggaranya Kejuaraan Daerah disesuaikan dengan kondisi suatu daerah yang bersedia
secara sarana dan prasarana serta administrasi untuk menyelenggarakan kejuaraan ini, jadi tidak
dapat diselenggarakan setiap tahun. Tetapi jika Kejuaraan Daerah diperuntukkan bagi pelajar,
maka penyelenggaraannya disesuaikan dengan kegiatan di sekolah.

2. Pekan Olahraga Wilayah (POPWIL)
Pekan Olahraga Wilayah (POPWIL) ini bersifat Multi Even, karena lebih dari satu cabang
olahraga yang dipertandingkan dan dikhususkan untuk pelajar yang usianya dibatasi. Selain
bertujuan untuk mempererat persatuan dan kesatuan diantara sesama atlet maupun insan
olahraga, kegiatan ini dimanfaatkan sebagai sarana seleksi para atlet untuk keikutsertaan pada
kegiatan yang lebih tinggi, seperti POPNAS 2013 mendatang. Adapun cabang olahraga yang
dipertandingkan pada Pekan Olahraga Wilayah (POPWIL) meliputi Bola Voli, Sepak Bola,
Tenis Lapangan, Bulu Tangkis, Tenis Meja, Basket, Pencak Silat, Sepak Takraw. Berbeda
dengan Kejuaraan Daerah yang diselenggarakan hampir setiap tahun, POPWIL diselenggarakan
hanya setiap tahun genap, seperti tahun 2012. Pada tahun ini Provinsi Lampung dipercaya
sebagai tuan rumah untuk Pekan Olahraga Wilayah (POPWIL) yang telah diselenggarakan pada
tanggal 7-11 November 2012. Untuk pekan olahraga seperti POPWIL, Provinsi Lampung masuk
kedalam Regional 2 bersama 5 provinsi lainnya, yaitu Sumatra Selatan, Bengkulu, DKI Jakarta,
Jawa Barat, dan Kalimantan Barat. Pembagian wilayah ini di tentukan oleh Kementrian Pemuda
dan Olahraga.

3. Pekan Olahraga Nasional (POPNAS)
Tidak jauh berbeda dengan Pekan Olahraga Wilayah (POPWIL), Pekan Olahraga Nasional
(POPNAS) juga bersifat Multi Even, karena lebih dari satu cabang olahraga yang
dipertandingkan. Adapun cabang olahraga yang dipertandingkan pada POPNAS yaitu, angkat
besi atau angkat berat, senam, voli putra dan putri, sepak takraw, bulu tangkis, voli pasir, dan
gulat. Jika POPWIL diselenggarakan pada tahun genap, POPNAS diselenggarakan pada tahun
ganjil, seperti yang terakhir diselenggarakan di Pekanbaru, Riau pada tanggal 29 September
sampai dengan 6 Oktober tahun 2011, rencananya Pekan Olahraga Nasional (POPNAS) 2013

mendatang akan diselenggarakan di DKI Jakarta. Atlet-atlet yang bertanding di Pekan Olahraga
Nasional (POPNAS) sebelumnya harus lolos seleksi terlebih dahulu dalam Pekan Olahraga
Wilayah (POPWIL). Hal ini dimaksudkan untuk membatasi peserta yang ikut bertanding di
ajang nasional ini.

Seperti yang tercantum pada Pasal 14 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2007 Tentang
Penyelenggaraan Keolahragaan, Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab untuk
mewujudkan

tujuan

penyelenggaraan

keolahragaan

nasional.

Adapun

tujuan

dari

penyelenggaraan kejuaraan olahraga yang diatur dalam Pasal 14 (2) Peraturan Pemerintah
Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan Keolahragaan, yaitu sebagai berikut :
1)

Pemerataan pembinaan dan pengembangan kegiatan keolahragaan ;

2)

Peningkatan mutu pelayanan minimal keolahragaan ;

3)

Peningkatan efektifitas dan efisiensi manajemen keolahragaan ; dan

4)

Peningkatan kesehatan, kebugaran, dan prestasi olahraga.

2.5 Prestasi Olahraga Pelajar
2.5.1

Pengertian Prestasi

Dalam Pasal 1 UU Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional dijelaskan
pengertian prestasi, yaitu hasil upaya maksimal yang dicapai olahragawan atau kelompok
olahragawan (tim) dalam kegiatan olahraga. Jadi prestasi tidak selalu identik dengan juara.
Walaupun tidak menjadi juara atau meraih kemenangan, tetapi bila itu sudah dapat memenuhi
atau bahkan melampaui target awal, maka itu sudah dapat dikatakan berprestasi (Dr. Sumarno
Sumoprawiro, M. Pd.).

Ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi olahraga seorang olahragawan atau kelompok
olahragawan (tim), yaitu sebagai berikut :
1) Faktor internal, yang tergolong dalam faktor ini antara lain sistem pembinaan dan saranaprasarana olahraga ;
2) Faktor eksternal, yang tergolong dalam faktor ini antara lain faktor psikologis, rutinitas
latihan, pelatih, keadaan fisik, serta teknik dan kemampuan yang dimiliki atlet.

2.5.2

Pengertian Olahraga

Olahraga merupakan suatu perilaku aktif yang menggiatkan metabolisme dan mempengaruhi
fungsi kelenjar di dalam tubuh untuk memproduksi sistem kekebalan tubuh dalam upaya
mempertahankan tubuh dari gangguan penyakit serta stress. Oleh sebab itu sangat dianjurkan
kepada setiap orang untuk melakukan kegiatan olahraga secara rutin dan tersetruktur dengan baik
untuk mempertahankan kebugaran.

Adapun yang dimaksud dengan olahraga adalah suatu bentuk kegiatan jasmani yang terdapat di
dalam permainan, perlombaan dan kegiatan intensif dalam rangka memperoleh relevansi
kemenangan dan prestasi optimal. Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Bapak Drs. Mahadi
Sinambela juga mendefinisikan pengertian olahraga, yakni olahraga mencakup segala kegiatan
manusia yang ditujukan untuk melaksanakan misi hidupnya dan cita-cita hidupnya, cita-cita
nasional politik, sosial, ekonomi, kultural dan sebagainya. (Aip Syarifuddin.1990)
Dari hasil penjelasan diatas, penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud dari prestasi olahraga
adalah suatu pencapaian akhir yang maksimal atau memuaskan yang dicapai olahragawan atau

kelompok olahragawan (tim) berdasarkan target awal tim atau atlet, dalam lingkup kegiatan
olahraga.

2.5.3

Pengertian Pelajar

Di Indonesia, orangtua umumnya memasukan anak mereka untuk mendapat pendidikan sekolah
mulai dari Pra-TK (Playgroup) hingga perguruan tinggi. Anak-anak yang mendapatkan
pendidikan secara formal mulai dari tingkat dasar hingga pendidikan formal tingkat menengah
dan diharuskan mematuhi peraturan disebut pelajar atau istilah lainnya peserta didik. Dalam
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, dijelaskan bahwa
yang dikatakan pelajar ialah jika seseorang berusia antara tujuh sampai dengan tujuh belas tahun.
Dengan mewajibkan setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun
tersebut wajib mengikuti pendidikan dasar, sedangkan untuk melanjutkan ke pendidikan
menengah tidak terlalu diwajibkan.
Berikut adalah pembagian pendidikan dasar sampai pendidikan menengah yakni sebagai berikut
:
a. Pendidikan dasar sendiri dibagi dalam dua bentuk, yaitu :
1) Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat ;
2) Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang
sederajat.
b. Sedangkan pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar, yang terdiri sebagai
berikut :

1) Pendidikan menengah umum : Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Madrasah Aliyah (MA)
atau bentuk lain yang sederajat ;
2) Pendidikan menengah kejuruan : Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) atau Madrasah Aliyah
Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.

Jika penulis simpulkan dari semua penjelasan yang telah dipaparkan diatas, maka yang dimaksud
dari prestasi olahraga pelajar adalah prestasi yang dicapai oleh peserta didik yang masih
bersekolah baik tingkat dasar maupun formal dalam kegiatan olahraga pendidikan guna
mengembangkan bakat dan menumbuhkan rasa percaya diri dalam berkompetisi secara sehat.

3.1 Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan hukum normatif –
empiris (applied normative law). Pendekatan normatif adalah pendekatan yang dilakukan
melalui studi kepustakaan dalam mencari data dan sumber data yang bersifat teori dan berguna
untuk memecahkan masalah. Pendekatan ini dikenal dengan nama pendekatan ke pustakaan atau
yang biasa disebut dengan studi kepustakaan, yakni dengan mempelajari buku-buku, peraturan
perundang-undangan, dan dokumen lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini. Sedangkan
pendekatan empiris yang dimaksudkan disini adalah pendekatan yang dilakukan dengan melihat
dan mengumpulkan semua informasi yang berhubungan dengan kenyataan di dalam praktek
lapangannya.

3.2 Sumber Data

Dalam penelitian ini data yang diperlukan adalah data primer dan data sekunder. Data primer di
peroleh dari studi lapangan, yaitu hasil wawancara dengan responden. Sedangkan data sekunder
terdiri dari buku-buku hukum, literatur hasil karya ilmiah sarjana dan hasil penelitian yang
berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini.
a. Bahan hukum primer
Bahan hukum primer adalah bahan-bahan yang bersifat mengikat yang berupa peraturan
perundang-undangan, meliputi :
1) Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional;

2) Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan Keolahragaan ;
3) Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan Pekan dan Kejuaraan
Olahraga ;
4) Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Struktur Organisasi Daerah ;
5) Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 13 Tahun 2009 Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Daerah Provinsi Lampung.

b. Bahan hukum sekunder
Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang dapat memberikan penjelasan mengenai
bahan hukum primer. Berupa kumpulan buku-buku hukum, literatur hasil karya ilmiah sarjana
dan hasil penelitian yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini.
c. Bahan hukum tersier
Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang bersumber dari Kamus Bahasa Indonesia, kamus
hukum, surat kabar dan jurnal penelitian hukum serta bersumber dari bahan-bahan yang didapat
melalui internet

3.3 Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
a. Studi pustaka (Library Research)
Studi pustaka adalah studi yang dilakukan untuk memperoleh data sekunder, yakni dengan cara
membaca, mengutip dan menelaah buku-buku literatur hukum, dokumen-dokumen dan peraturan
perundang-undangan.

b. Studi lapangan (Field Research)
Untuk memperoleh data primer maka peneliti mengadakan studi lapangan dengan teknik
wawancara kepada narasumber, yaitu Kepala Bidang Keolahragaan beserta staf Dinas Pemuda
dan Olahraga Provinsi Lampung.

3.4 Prosedur Pengolahan Data

Keseluruhan data yang diperoleh dari metode tersebut, kemudian dikumpulkan untuk kemudian
diolah dengan menggunakan tahap-tahap, yaitu :
1) seleksi data, yaitu mengidentifikasi data yang telah terkumpul apakah data lengkap, benar
dan sesuai dengan permasalahan ;
2) klasifikasi data, yaitu penempatan data ditetapkan sesuai dengan bidang atau pokok bahasan
sehingga diperoleh data yang objektif dan mudah dalam mengnalisanya ;
3) sistematika data, yaitu penelusuran data berdasarkan urutan data yang telah ditentukan sesuai
dengan ruang lingkup pokok bahasan secara sistematis ;
4) pemeriksaan data, yaitu meneliti kembali data yang diperoleh mengenai kelengkapan,
kejelasan, dan kebenaran jawabannya.

3.5 Analisis Data

Data yang telah diolah kemudian dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif
yaitu analisis data yang dilakukan dengan menjabarkan secara rinci kenyataan atau keadaan atas
suatu objek dalam bentuk kalimat guna memberikan gambaran yang lebih jelas terhadap
permasalahan yang diajukan, sehingga memudahkan untuk ditarik suatu kesimpulan. Dengan
diadakannya pembahasan tersebut diharapkan permasalahan yang telah ditentukan dapat dijawab
dan dapat diambil suatu kesimpulan dari permasalahan yang dibahas, dan pada akhirnya akan
dikemukakan saran-saran yang dapat dijadikan sebagai bahan perbaikan dalam melaksanakan
tugas pokok dan fungsi Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Lampung.

1

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Peran Dinas Pemuda dan Olahraga
Provinsi Lampung Dalam Pembinaan Organisasi Keolahragaan Pelajar, maka
dapat disimpulkan sebagai berikut :
Dari hasil riset data serta analisis yang dilakukan, bahwa peran Dinas Pemuda dan
Olahraga Provinsi Lampung ialah sebagai pendukung dan fasilitator yang cukup
optimal. Terlihat pada prestasi para atlet pelajar binaan Dinas Pemuda dan
Olahraga Provinsi Lampung yang bekerjasama dengan BAPOPSI (Badan
Pembina Olahraga Pelajar Seluruh Indonesia) Provinsi Lampung yang semakin
meningkat di tiap pertandingan. Sedangkan dalam bentuk fasilitas, Dinas Pemuda
dan Olahraga Provinsi Lampung memberi dukungan melalui fasilitas fisik yaitu
alat-alat olahraga dan fasilitas non fisik yaitu tenaga pelatih dan guru olahraga.
Selain fasilitas yang diberikan, DISPORA Provinsi Lampung juga memberikan
uang insentif kepada pelatih dan asisten pelatih klub / Kelompok Olahraga Pelajar
(KOP). Namun dukungan dan fasilitas yang dilakukan oleh DISPORA Provinsi
Lampung kurang efektif dikarenakan terbatasnya kemampuan Pemerintah Daerah
terhadap pendanaan olahraga dan sistem pembinaan belum terarah.

2

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan :
1. Sebaiknya kerja sama antara Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Lampung
dengan Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten / Kota ditingkatkan lagi dalam
hal menjaring bibit-bibit atlet yang berprestasi, sehingga para atlet daerah
mampu mengangkat nama daerah asalnya lebih tinggi lagi di ajang olahraga
pelajar nasional.
2. Perlu adanya perhatian dari pemerintah dalam hal bantuan fasilitas olahraga
seperti sarana-prasarana dan tenaga pelatih / guru olahraga. Hal ini
dimaksudkan agar mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas atlet binaan
serta menumbuhkembangkan minat, aspirasi, dan partisipasi masyarakat
terhadap kegiatan keolahragaan.
3. Hendaknya pembinaan dalam cabang olahraga yang kurang berprestasi dapat
lebih difokuskan, agar prestasi yang diraih oleh para atlet dapat sama rata
bukan hanya cabang-cabang olahraga unggulan saja yang mampu meraih
prestasi.

PERAN DINAS PEMUDA DAN OLAHRAGA PROVINSI LAMPUNG
DALAM PEMBINAAN ORGANISASI KEOLAHRAGAAN
PELAJAR

(Skripsi)

Oleh :
NADIA PURNAMA SARI
0912011212

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2013

ABSTRAK
PERAN DINAS PEMUDA DAN OLAHRAGA PROVINSI LAMPUNG
DALAM PEMBINAAN ORGANISASI KEOLAHRAGAAN PELAJAR

Oleh
Nadia Purnama Sari

Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Lampung dalam kaitannya membina
organisasi keolahragaan pelajar, memiliki peran sebagai pendukung dan
fasilitator. Hal tersebut berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor
13 Tahun 2009 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi
Lampung Pasal 8 yang menyebutkan bahwa salah satu fungsi Dinas Pemuda dan
Olahraga Provinsi Lampung ialah mendukung atau memfasilitasi organisasi
Kepemudaan dan Keolahragan.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah peran Dinas Pemuda dan
Olahraga Provinsi Lampung dalam pembinaan organisasi keolahragaan pelajar
dan faktor apakah yang menjadi penghambat dalam pembinaan organisasi
keolahragaan pelajar oleh Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Lampung.
Penelitian ini menggunakan pendekatan hukum normatif – empiris, sedangkan
sumber data yang digunakan ialah data primer dan data sekunder dengan prosedur
pengumpulan data terdiri dari studi pustaka dan studi lapangan, lalu data tersebut
dianalisis menggunakan metode deskriptif kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian, peran Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi
Lampung sebagai pendukung dan fasilitator membina para atlet pelajar melalui
bantuan alat-alat olahraga, tenaga pelatih atau guru olahraga dan uang insentif
kepada pelatih dan asisten pelatih klub / Kelompok Olahraga Pelajar (KOP).
Adapun faktor-faktor yang menghambat peran Dinas Pemuda dan Olahraga
Provinsi Lampung dalam pembinaan organisasi keolahragaan pelajar yaitu,
terbatasnya kemampuan Pemerintah Daerah terhadap pendanaan olahraga dan
sistem pembinaan belum terarah. Saran yang dapat disampaikan kepada
pemerintah Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Lampung ialah meningkatkan
kembali kerjasama antara Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Lampung dengan
Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten / Kota dalam hal pembinaan dan
penjaringan bibit-bibit atlet yang berprestasi.

ABSTRACT
ROLE DEPARTMENT YOUTH AND ATHLETICS OF LAMPUNG
PROVINCE IN CONSTRUCTION OF ORGANIZATION
SPORTMANSHIP OF STUDENT

By
Nadia Purnama Sari

Department Youth and Athletics of Lampung Province in its bearing construct
organization sportmanship of student, owning role as and supporter of fasilitator.
The mentioned pursuant to By Law Of Lampung Province Number 13 Year 2009
About Organization and Administration Department Area of Lampung Province
paragraph 8 mentioning that one of function Department Youth and Athletics of
Lampung Province are to support or organizational facility of Youth and
Sportsmanship.
Problem of this research are how role Department Youth and Athletics of
Lampung Province in construction of organization sportmanship of factor and
student what is become resistor in construction of organization sportmanship of
student by Department Youth and Athletics of Lampung Province. This Research
use approach of law of normatif - empirical, while source of data the used are
primary data and secondary data with data collecting procedure consist of book
study and field study, and then the data analysed to use descriptive method
qualitative.
Pursuant to result of research, role Department Youth and Athletics of Lampung
Province as supporter and fasilitator construct all athlete of student by sport
equipment s, coach or athletic teacher and incentive money to coach and assistant
coach of club or Athletic Group of Student (KOP). As for factors pursuing role
Department Youth and Athletics of Lampung Province in construction of student
organization that is, the limited ability of Local Government to financing of
athletics, construction system not yet is directional, and less optimal coach and
athletic teacher in extramural education. Suggestion able to be submitted to
government Department Youth and Athletics of Lampung Province are improve
again cooperation between Department Youth and Athletics of Lampung Province
with Department Youth and Athletics of Lampung Province Sub-Province / Town
in the case of seeds network and construction of atlet which are have