Ekonomi - Kesehatan - Permasalahan Keluarga

5

BAB II IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH

2.1 Permasalahan Keluarga

Berbicara tentang permasalahan keluarga, setiap keluarga pastilah memiliki permasalahan tersendiri dalam membina rumah tangga. Tidak luput, dalam membina keluarga dan mengatur pola hubungan di dalamnya, keluarga Pak Pastika juga menghadapi permasalahan-permasalahan layaknya setiap keluarga hadapi. Mulai dari permasalahan ekonomi, kesehatan, ataupun pendidikan. Sekilas tentang rumah yang ditempati Bapak Pastika dan keluarga. Beliau tinggal di area rumah yang luasnya 4 are. Terdapat satu bangunan rumah yang terdiri dari dua kamar tidur, satu gudang, satu ruang untuk Ibu Sumiani menjahit dan teras sebagai ruang tamu. Terdapat juga satu dapur dan WC. Selama menjalani Kuliah Kerja Nyata dan mendapingi keluarga Bapak Pastika selama 1 bulan dengan melakukan berbagai diskusi mengenai keluarga beliau, terdapat beberapa masalah yang beliau hadapi baik dibidang ekonomi, kesehatan, dan pendidikan yang akan dipaparkan dibawah ini.

2.1.1 Ekonomi -

Pekerjaan Serabutan Mempengaruhi Perekonomian Keluarga Tingkat kebahagiaan dalam sebuah keluarga dapat dicerminkan dari tingkat perekonomian keluarga. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena memang begitu adanya. Di dalam keluarga ini, Pak Pastika yang bekerja sebagai pemahat dan buruh serta ibu yang bekerja sebagai penjahit memiliki penghasilan yang tidak menentu. Penghasilan bapak dan ibu bergantung pada jumlah pesanan yang ada. Tidak jarang bapak menganggur karena tidak ada pesanan untuk memahat dan tidak ada proyek bangunan di daerah desa Tista. Untuk itu, jika hal ini terjadi, bapak hanya pergi ke sawah untuk membantu sang kakek, sedangkan ibu hanya mengasuh sang anak di rumah jika tidak ada pesanan kebaya. Hasil dari jerih payah ibu dan bapak tidaklah begitu banyak, namun cukup untuk memenuhi kebutuhan primer keluarga beliau. 6

2.1.2 Kesehatan -

Kebersihan Disekitar Rumah Kurang Terjaga Terlihat pada sekitaran rumah, masih banyak barang-barang yang tidak berguna yang tidak ditata dengan baik, oleh karena itu lingkungan di sekitar rumah terlihat kurang rapi. Tidak adanya tempat sampah disekitar rumah membuat kebiasaan membuang sampah sembarangan menjadi satu kebiasaan buruk yang dilakukan. Hal lain seperti kebersihan tembok, kaca-kaca, lantai, penataan tempat di dapur, dan halaman rumah masih sangat kurang terjaga. Dengan keahlian yang diwariskan oleh buyutnya, Mahaputra, anak dari Pak Pastika sangat suka menggambar dan mewarnai, oleh karena itu dapat dilihat dari tembok-tembok rumahnya penuh dengan coretan yang terkesan jorok. Barang- barang di rumah Pak Pastika juga tidak terawat dan kurang dijaga kerapian dan kebersihannya. Contohnya: debu-debu di atas sprai tempat tidur serta sarung bantal yang tidak rutin untuk diganti, lantai yang terlihat kotor, serta debu-debu yang menempel diatas barang-barang yang tidak ditutupi. Lingkungan disekitar rumah seperti lahan kosong disebelah rumah sebagai kandang ayam dan kebun untuk menanam beberapa palawija juga kurang ditata dan diperhatikan kebersihannya. Hal tersebut terlihat dari banyaknya sampah-sampah plastik yang berserakan disana. Jika lahan tersebut dapat dialokasikan dengan baik, bisa saja lahan tersebut digunakan sebagai tempat untuk menanam sayuran dan buah- buahan yang sedikit tidaknya dapat membantu perekonomian sehari-hari. - Pola Makan Anak yang Tidak Teratur Pola makan yang tidak teratur sangat mempengaruhi gizi setiap orang. Begitu juga dengan anak Pak Pastika, Putu Mahardika, yang memiliki pola makan yang tidak teratur. Hal ini bukan disebabkan karena orangtua yang tidak memperhatikan pola makan sang anak, namun terdapat masalah pada anak itu sendiri. Setiap jam-jam makan, sang anak sangat cerewet dan tidak mau makan sesuai porsi anak seumurannya. Selain mengkonsumsi nasi, sang anak juga diberikan makanan tambahan berupa susu. Setiap bangun pagi, ibu langsung membuatkan susu, siang dan malam hari makan nasi dan itupun jarang. Dimana faktanya, sang anak lebih menyukai susu dibandingkan dengan nasi. Anak seumuran Mahaputra, yaitu 4 tahun memang sangatlah aktif, tidak jarang ibu 7 kewalahan untuk menjaganya. Dengan sifat yang begitu lincah, pola tidur siang sang anak juga tidak teratur. Sesuai dengan pemaparan sang ibu, ibu Sumiani, sudah tiga kali ditimbang ke posyandu namun berat badan sang anak tidak kunjung bertambah. Dengan berat badan yang tidak kunjung meningkat selama tiga kali ditimbang ke posyandu, menandakan bahwa memang masalah gizi sang anak terganggu, namun berat badan sang anak masih dalam batas wajar dalam artian cukup gizi untuk anak 4 tahun. - Kurangnya Perhatian dan Pendidikan dini tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Pendidikan dini tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat PHBS sangatlah penting untuk diterapkan dalam sebuah keluarga. Dimana kita ketahui bahwa sehat adalah cerminan dari kebahagiaan. Tidak ada satupun orang yang merasa bahagia jika tidak sehat. Di dalam keluarga Pak Pastika, sekalipun tidak terdengar larangan- larangan kecil seperti “jangan main tanah, jangan makan sebelum cuci tangan”, sangat terlihat bahwa kurangnya pendidikan tentang kesehatan khususnya untuk anak beliau. Di usia yang masih sangat belia, sangatlah perlu ditanamkan pendidikan tentang kesehatan, tentunya agar kesehatan anak dapat terjaga. Seolah-olah di dalam keluarga ini, tampak seperti tidak perduli dengan hal-hal kecil seperti itu, yang nantinya dapat mempengaruhi kesehatan si anak. Selain itu, kebersihan sang anak, seperti kuku yang panjang, tidak mencuci tangan sebelum makan, serta tidak rutin keramas membuat sang anak terlihat kurang sehat. Disinilah peran orang tua sangatlah diperlukan. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan dini tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat memang wajib diterapkan sejak dini dan tidak dipungkiri bahwa hal ini juga dapat mempengaruhi karakter sang anak kedepannya. 2.1.3 Pendidikan - Pengetahuan Orang Tua Yang Kurang di Bidang Pengajaran Pendidikan adalah kunci kesuksesan dimana pendidikan dini dan yang paling mendasar adalah didikan dari keluarga, khususnya orang tua. Pendidikan keluarga ini maksimal hanya sampai jenjang sekolah menengah atas. Dimana keluarga ini hanya memiliki 1 orang anak, yang belum bersekolah. Sedangkan Pak Pastika dan istrinya hanya tamatan Sekeloah Menengah Atas SMA. Melihat 8 kondisi ini, pantas saja anak dari Pak Pastika, yaitu Mahaputra terlihat kurang terdidik. Baik dari hal-hal yang sangat mendasar ataupun yang lebih lanjut. Faktanya, anak seusia Mahaputra, yaitu 4 tahun, belum bisa berhitung 1 sampai 10. Sedangkan, dibandingkan dengan anak tetangga yang seusia dengannya sudah dapat menghafal dengan lancar. Tentu saja berbeda, dapat kita lihat dari segi pendidikan dan pola asuh dari kedua orangtua mereka. Disinilah, peranan daripada orang tua di dalam dunia pendidikan dasar sangatlah penting untuk membangun karakter individu setiap anak.

2.1.4 Ketrampilan yang Belum Maksimal Tersalurkan