perusahaan yang memiliki leverageakan memiliki nilai lebih tinggi jika dibandingkan dengan perusahaan tanpa leverage. Kenaikan nilai perusahaan terjadi karena
pembayaran bunga atas hutang merupakan pengurang pajak oleh karena itu laba operasi yang mengalir kepada investor menjadi semakin besar.
2.1.2.2 Pecking Order Theory
Teori pecking order ini pertama kali dikemukakan oleh Myers dan Majluf pada tahun 1984. Disebut teori pecking order karena teori ini menjelaskan mengapa
perusahaan akan menentukan hierarki sumber dana yang paling disukai. Menurut Suad Husnan 2012:324 secara ringkas teori tersebut menyatakan bahwa:
1 Perusahaan menyukai internal financing pendanaan dari hasil operasi perusahaan.
2 Perusahaan mencoba menyesuaikan rasio pembagian deviden yang ditargetkan dengan berusaha menghindari perubahan pembayaran
deviden secara drastis. 3 Kebijakan deviden yang relatif segan untuk diubah, disertai dengan
fluktuasi profitabilitas dan kesempatan investasi yang tidak bisa diduga, mengakibatkan bahwa dana hasil operas kadang-kadang melebihi
kebutuhan dana untuk investasi, meskipun pada kesempatan yang lain, mungkin kurang. Apabila dana hasil operasi kurang dari kebutuhan
investasi, maka perusahaan akan mengurangi saldo kas atau menjual sekuritas yang dimiliki.
4 Apabila pendanaan dari luar external financing diperlukan, maka perusahaan akan
menerbitkan sekuritas yang paling “aman” terlebih dahulu yaitu dimulai dengan penerbitan obligasi, kemudian diikuti oleh
sekuritas yang berkarakteristik opsi seperti obligasi konversi, baru akhirnya apabila masih belum mencukupi, saham baru diterbitkan.
Menurut Sartono 2010:249 perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi akan menggunakan dana pinjaman yang sedikit, hal ini sesuai dengan pecking
order theory, karena kebutuhan dana sudah tercukupi dari menggunakan sumber dana internal yaitu laba ditahan sedangkan perusahaan yang kurang profitable akan
menggunakan hutang yang lebih besar.
2.1.2.3 Teori Trade Off
Teori struktur modal ini dikemukakan oleh Mars pada tahun 1982.Menurut Brigham Houston 2011:183, dijelaskan mengenai ringkasan teori pertukaran
trade-off theory adalah adanya fakta bahwa bunga yang dibayarkan sebagai beban pengurang pajak membuat hutang menjadi lebih murah dibandingkan dengan saham
biasa atau saham preferen. Secara tidak langsung, pemerintah membayar sebagian biaya hutang atau dengan kata lain hutang memberikan manfaat perlindungan pajak.
Rasio hutang yang optimal ditentukan berdasarkan pada perimbangan antara manfaat dan biaya yang timbul akibat penggunaan hutang. Secara prinsip, tambahan hutang
masih dapat dilakukan perusahaan selama manfaat yang diberikan masih jauh lebih besar dan adanya aktiva tetap sebagai jaminan, tetapi jika biaya hutang sudah terlalu
tinggi, perusahaan seharusnya tidak menambah hutang lagi untuk menghindari resiko yang tidak diinginkan yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Trade-off
Theorymuncul karena penggabungan teori Modigliani-Miller yang memasukkan biaya kebangrutan dan biaya agensi. Sitanggang 2013:88 mengemukakan
penggunaan hutang 100 sulit ditemui dalam praktek, tetapi kenyataannya semakin banyak hutang semakin tinggi risiko yang akan ditanggung perusahaan. Seperti biaya
kebangkrutan, biaya keagenan dan biaya bunga yang semakin besar dan sebagainya. Pada teori ini, dilakukan pertukaran manfaat pajak dengan potensi kebangrutan yaitu
apabila perusahaan mengharapkan laba yang besar sebagai akibat penghematan pajak, maka bersiap-siap menerima risiko biaya dari potensi kebangkrutan.
2.1.2.4 Signalling Theory