PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN, DAN LIKUIDITAS TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN

JURNAL RISET AKUNTANSI DAN KEUANGAN
Vol. 6 No.2, Agustus 2010
Hal. 153-165

PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN, DAN
LIKUIDITAS TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN
Anita Dwilestari
PT Magna Business Support
Jl. Jend. Gatot Subroto, Jakarta

ABSTRACT
Capital structure is one of the important information for companies to archieve their
goals. The aim of this research is to analyze the effect of asset structure, growth, and
liquidity toward capital structure. The sample of this research are 96 observations from
listed public manufacturing companies of indonesian stock exchange year 2007-2009.
Sample collected using Cluster Proporsional Random Sampling. Hypothesis tested
using multiple regression and the result shows only liquidity has significance effect
toward capital structure. Whereas asset structure and growth do not have significance
effect toward capital structure
Keywords: Capital Structure, Asset Structure, Growth, Liquidity


PENDAHULUAN
Dalam menghadapi persaingan era globalisasi saat ini setiap perusahaan
dituntut untuk dapat melakukan fungsi-fungsi penting yang ada dalam perusahaan
seperti fungsi pemasaran, fungsi penjualan, fungsi keuangan, fungsi personalia, fungsi
produksi dan fungsi akuntansi secara efektif dan efisien sehingga perusahaan dapat
lebih unggul dalam persaingan yang dihadapai. Tujuan utama perusahaan adalah
memaksimalkan keuntungan bagi pemiliknya atau pemegang saham. Selain itu juga
bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan dan melakukan
pengembangan usahanya.
Pada prinsipnya setiap perusahaan membutuhkan dana untuk pengembangan
bisnisnya. Pemenuhan dana tersebut berasal dari sumber internal dan eksternal. Sumber
dana internal yaitu dana yang berasal dari laba ditahan dan depresiasi sedangkan sumber
dana eksternal berasal dari para kreditur yang merupakan hutang (pinjaman) bagi
perusahaan. Dana yang diperoleh dari para pemilik merupakan modal sendiri.

154

JRAK, Agustus 2010

Pemenuhan kebutuhan dana perusahaan dari sumber modal sendiri berasal dari modal

saham, laba ditahan, dan cadangan. Setiap perkembangan usaha juga diikuti dengan
meningkatnya kebutuhan akan modal yang semakin besar. Namun kenaikan modal tidak
selalu diikuti kenaikan rentabilitas karena kenaikan modal belum dapat menentukan
keuntungan atau kerugian penggunaan modal tersebut. Hal ini dapat dilihat dalam rasio
yang dihasilkan dari periode ke periode berikutnya. Dengan mengetahui perkembangan
modal, maka apabila terjadi penurunan, pihak manajemen perusahaan dapat bertindak
mengambil kebijaksanaan untuk mengetahui permasalahan yang terjadi pada
perusahaan.
Struktur modal merupakan perbandingan atau imbangan pendanaan jangka
panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh perbandingan hutang jangka panjang
terhadap modal sendiri. Salah satu tugas manajer keuangan adalah memenuhi kebutuhan
dana. Dalam pemenuhan kebutuhan dana, perusahaan harus mencari alternatif-alternatif
pendanaan yang efisien. Pendanaan yang efisien akan terjadi bila perusahaan
mempunyai struktur modal yang optimal. Struktur modal yang optimal dapat diartikan
sebagai struktur modal yang dapat meminimalkan biaya penggunaan modal secara
keseluruhan atau biaya modal rata-rata (Martono dan Harjito, 2007). Perusahaan yang
mempunyai struktur modal yang optimal akan menghasilkan tingkat pengembalian yang
optimal pula, sehingga bukan hanya perusahaan yang memperoleh keuntungan, tetapi
para pemegang saham pun ikut memperoleh keuntungan tersebut. Hal-hal yang perlu
dipertimbangkan dalam upaya memenuhi kebutuhan dana antara lain: berapa besar

kebutuhan dana tersebut, dalam bentuk apa sumber dana tersebut, dan berapa lama dana
itu akan digunakan. Dengan mengetahui hal tersebut, pihak manajemen dapat
menentukan bagaimana seharusnya pemenuhan kebutuhan dana untuk mencapai
struktur modal yang optimal harus dilakukan dan juga para investor di pasar modal pada
umumnya. Dengan demikian, tujuan pihak manajemen perusahaan untuk
memaksimumkan kemakmuran pemegang saham (pemilik) dapat tecapai.
Menurut Brigham dan Houston (2006) faktor-faktor yang mempengaruhi
struktur modal antara lain: stabilitas penjualan, struktur aktiva, leverage keuangan,
tingkat pertumbuhan, profitabilitas, pajak, pengendalian, sikap manajemen, kondisi
pasar, fleksibilitas keuangan, dan lain-lain. Dalam penelitian ini, peneliti ingin meneliti
kembali faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal berdasarkan kelompok
variabel yang sering digunakan oleh peneliti terdahulu dan mempunyai pengaruh yang
tidak konsisten.

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Struktur Modal
Weston dan Copeland (1997) dalam Prima (2007) memberikan definisi struktur
modal sebagai pembiayaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham
preferen, dan modal pemegang saham. Nilai buku dari modal pemegang saham terdiri
dari saham biasa, modal disetor atau surplus modal dan akumulasi laba ditahan. Bila

perusahaan memiliki saham preferen, maka saham tersebut akan ditambahkan pada
modal pemegang saham. Menurut Husnan (2000) dalam Prima (2007), struktur modal

PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN, DAN ..…., Anita Dwilestari

155

adalah perbandingan antara sumber jangka panjang yang bersifat pinjaman dan modal
sendiri. Struktur modal juga dapat didefinisikan sebagai perimbangan atau perbandingan
antara utang jangka panjang dengan modal sendiri.
Pengertian struktur modal dibedakan dengan struktur keuangan, dimana
struktur modal merupakan pembelanjaan permanen yang mencerminkan antara hutang
jangka panjang dengan modal sendiri, sedangkan struktur keuangan mencerminkan
perimbangan seluruh hutang (baik jangka panjang maupun jangka pendek) dengan
modal sendiri (Weston dan Brigham, 1994) dalam (Wibowo, 2007). Berdasarkan
definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa struktur modal merupakan
perbandingan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri.
Modal Asing Atau Hutang Jangka Panjang
Struktur modal suatu perusahaan secara umum terdiri atas beberapa komponen
(Riyanto, 2002 dalam Wibowo, 2007) yaitu, modal asing atau hutang jangka panjang

dan modal sendiri. Modal asing atau hutang jangka panjang adalah hutang yang jangka
waktunya adalah lebih dari sepuluh tahun. Hutang jangka panjang ini pada umumnya
digunakan untuk membelanjai perluasan perusahaan (ekspansi) atau modernisasi
perusahaan karena kebutuhan modal untuk keperluan tersebut meliputi jumlah yang
besar.
Komponen-komponen hutang jangka panjang ini terdiri dari, hutang hipotik
(mortgage)
Hutang hipotik adalah bentuk hutang jangka panjang yang dijamin dengan aktiva tidak
bergerak (tanah dan bangunan). Obligasi (bond), Obligasi adalah sertifikat yang
menunjukan pengakuan bahwa perusahaan meminjam uang dan menyetujui untuk
membayarnya kembali dalam jangka waktu tertentu. Pelunasan atau pembayaran
kembali obligasi dapat diambil dari penyusutan aktiva tetap yang dibelanjai dengan
pinjaman obligasi tersebut dan dari keuntungan.
Modal asing hutang jangka panjang di lain pihak, merupakan sumber dana bagi
perusahaan yang harus dibayar kembali dalam jangka waktu tertentu. Semakin lama
jangka waktu semakin ringan syarat-syarat pembayaran kembali hutang tersebut yang
akan mempermudah dan memperluas perusahaan untuk mendayagunakan sumber dana
yang berasal dari modal asing atau hutang jangka panjang tersebut. Meskipun demikian,
hutang tetap harus dibayar pada waktu yang sudah ditetapkan tanpa memperhatikan
kondisi finansial perusahaan pada saat itu dan harus disertai dengan bunga yang sudah

diperhitungkan sebelumnya, dengan demikian seandainya perusahaan tidak mampu
membayar kembali hutang dan bunga, maka kreditur dapat memaksa perusahaan
dengan menjual aset yang dijadikan jaminannya. Oleh karena itu, kegagalan membayar
hutang atau bunga akan mengakibatkan perusahaan kehilangan kontrol terhadap
perusahaannya seperti halnya sebagian atau keseluruhan modal yang ditanamkan dalam
perusahaan, begitu pula sebaliknya para kreditur dapat kehilangan kontrol sebagian atau
keseluruhan dana pinjaman dan bunganya, karena segala macam bentuk yang
ditanamkan dalam perusahaan selalu dihadapkan pada risiko kerugian.
Struktur modal pada dasarnya merupakan suatu pembiayaan permanen yang
terdiri dari modal sendiri dan modal asing, dimana modal sendiri terdiri dari berbagai
saham dan laba ditahan. Penggunaan modal asing akan menimbulkan beban yang tetap

156

JRAK, Agustus 2010

dan besarnya penggunaan modal asing ini menurunkan leverage keuangan yang
digunakan perusahaan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin besar
proporsi modal asing atau hutang jangka panjang dalam struktur modal perusahaan akan
semakin besar pula risiko kemungkinan terjadinya ketidakmampuan untuk membayar

kembali hutang jangka panjang beserta bunga pada saat jatuh tempo. Bagi kreditur hal
ini berarti bahwa kemungkinan turut serta dana yang mereka tanamkan dalam
perusahaan tersebut untuk dipertaruhkan pada kerugian juga semakin besar.
Modal Sendiri
Modal Sendiri (Shareholder Equity ). Modal Sendiri adalah modal yang
berasal dari pemilik perusahaan dan yang tertanam dalam perusahaan dalam jangka
waktu tertentu lamanya. Modal sendiri berasal dari sumber intern maupun extern,
sumber intern didapat dari keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan, sedangkan
sumber extern berasal dari modal yang berasal dari pemilik perusahaan. Komponen
modal sendiri terdiri dari modal saham dan laba ditahan.
Modal Saham adalah tanda bukti kepemilikan suatu Perusahaan Terbatas (PT),
dimana modal saham terdiri dari Saham Biasa (Common Stock) dan Saham preferen
(Preferred Stock).
Saham biasa adalah bentuk komponen modal jangka panjang
yang ditanamkan oleh investor. Dengan memiliki saham ini berarti suatu perusahaan
membeli prospek dan siap menanggung segala risiko sebesar dana yang ditanamkan.
Saham preferen adalah bentuk komponen modal jangka panjang yang merupakan
kombinasi antara modal sendiri dengan hutang jangka panjang.
Laba ditahan adalah sisa laba dari keuntungan yang tidak dibayarkan sebagai
deviden. Komponen modal sendiri ini merupakan modal perusahan yang dipertaruhkan

untuk segala risiko, baik risiko usaha maupun risiko-risiko kerugian lainnya. Modal
sendiri ini tidak memperlukan jaminan atau keharusan untuk pembayaran kembali
dalam setiap keadaan maupun tidak adanya kepastian tentang jangka waktu pembayaran
kembali modal sendiri. Oleh karena itu, setiap perusahaan harus mempunyai jumlah
minimum modal yang diperlukan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan.
Modal sendiri yang bersifat permanen akan tetap tertanam dalam perusahaan
dan dapat diperhitungkan setiap saat untuk memelihara kelangsungan hidup dan
melindungi perusahan dari risiko kebangkrutan. Modal sendiri merupakan sumber dana
perusahaan yang paling tepat untuk diinvestasikan pada aktiva tetap yang bersifat
permanen dan investasi-investasi yang menghadapi risiko kerugian yang relatif kecil,
karena suatu kerugian atau kegagalan dari investasi tersebut dengan alasan apapun
merupakan tindakan membahayakan bagi kontinuitas kelangsungan hidup perusahaan.
Struktur Aktiva dan Struktur Modal
Struktur aktiva menggambarkan sebagian jumlah aset yang dapat dijadikan
jaminan (collateral value of assets). Brigham and Gapenski (1996) dalam Nugroho
(2006) menyatakan bahwa secara umum perusahaan yang memiliki jaminan terhadap
hutang akan lebih mudah mendapatkan hutang daripada perusahaan yang tidak memiliki
jaminan. Teori tersebut juga konsisten dengan Atmaja (1994) dalam Nugroho (2006)

PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN, DAN ..…., Anita Dwilestari


157

yang menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki aktiva yang dapat digunakan
sebagai agunan hutang cenderung menggunakan hutang yang relatif besar.
Menurut Riyanto (1995) dalam Susetyo (2006), kebanyakan perusahaan
industri dimana sebagian besar daripada modalnya tertanam dalam aktiva tetap (fixed
assets), akan mengutamakan pemenuhan modalnya dari modal yang permanen yaitu
modal sendiri, sedangkan hutang sifatnya sebagai pelengkap. Hal ini dapat dihubungkan
dengan adanya aturan struktur finansial konservatif horizontal yang menyatakan bahwa
besarnya modal sendiri hendaknya paling sedikit dapat menutup jumlah aktiva tetap
ditambah aktiva lain yang sifatnya permanen. Dan perusahaan yang sebagian besar dari
aktivanya terdiri atas aktiva lancar akan mengutamakan kebutuhan dananya dengan
hutang.
Struktur aktiva merupakan perbandingan antara aktiva tetap dengan total aktiva
yang dimiliki perusahaan. Jika nilai aktiva berwujud yang dimiliki perusahaan semakin
besar, maka aktiva ini dapat digunakan sebagai jaminan yang semakin mengurangi
risiko dari kesulitan seperti biaya tetap dari hutang. Bagian yang besar dari aktiva
berwujud diharapkan berhubungan dengan leverage yang tinggi. Aktiva tetap seringkali
digunakan sebagai jaminan dalam mendapatkan hutang, sehingga perusahaan yang

banyak memiliki aktiva tetap akan mendapatkan hutang yang lebih banyak
dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki aktiva tetap lebih sedikit. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Prima (2007) menunjukkan bahwa baik secara simultan
maupun parsial struktur aktiva berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.
Berdasarkan hal tersebut, maka dibuat hipotesis sebagai berikut:
H1: Struktur Aktiva (FTA) berpengaruh positif terhadap struktur modal (DTA).
Pertumbuhan dan Struktur Modal
Suatu perusahaan yang berada dalam industri yang mempunyai laju
pertumbuhan yang tinggi harus menyediakan modal yang cukup untuk membelanjai
perusahaan. Perusahaan yang bertumbuh pesat cenderung lebih banyak menggunakan
hutang daripada perusahaan yang bertumbuh secara lambat (Weston and Brigham, 1994
dalam Nugroho, 2006).
Ozkan (2001) dalam Nugroho (2006) menemukan bahwa jumlah hutang yang
dikeluarkan oleh perusahaan berbanding terbalik dengan pertumbuhan. Hasil penelitian
tersebut juga konsisten dengan hasil penelitian oleh Bhaduri (2002) serta Brailsford
(2002) dalam Nugroho (2006).
Penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2006) dan Aditya (2006)
menunjukkan bahwa pertumbuhan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
struktur modal perusahaan. Selain itu, Bhaduri (2002) dalam Nugroho (2006), Rizal
(2002), dan Sartono (1999) dalam Aditya (2006) juga menunjukkan hasil yang sama,

dimana pertumbuhan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal
perusahaan. Berdasarkan hal tersebut, maka dibuat hipotesis sebagai berikut:
H2: Pertumbuhan (Growth) berpengaruh positif terhadap struktur modal (DTA).
Likuiditas dan Struktur Modal

158

JRAK, Agustus 2010

Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan hubungan kas dan aktiva
lancar lainnya dengan kewajiban lancar. Pada umumnya aktiva lancar terdiri dari kas,
sekuritas, piutang usaha, dan persediaan. Kewajiban lancar terdiri dari hutang usaha,
wesel bayar jangka pendek, kewajiban jangka panjang yang akan jatuh tempo, pajak
akrual, dan beban akrual lainnya (terutama upah).
Jika suatu perusahaan mengalami kesulitan keuangan, maka perusahaan
tersebut mulai membayar tagihannya (hutang usaha) dengan lebih lambat, meminjam
dari bank, dan lain sebagainya. Jika kewajiban lancar meningkat lebih cepat
dibandingkan aktiva lancar, maka rasio lancar akan turun dan hal ini dapat
menimbulkan permasalahan. Karena rasio lancar memberikan indikator terbaik atas
besarnya klaim kreditor jangka pendek yang dapat ditutup oleh aktiva yang diharapkan
akan dikonversi menjadi kas relatif lebih cepat, maka hal ini paling banyak digunakan
dalam mengukur solvensi jangka pendek.
Perusahaan yang dapat segera mengembalikan hutang-hutangnya akan
mendapat kepercayaan dari kreditur untuk menerbitkan hutang dalam jumlah yang
besar. Riyanto (1995) dalam Nugroho (2006) menyatakan bahwa kebutuhan dana untuk
aktiva lancar pada prinsipnya dibiayai dengan kredit jangka pendek. Sehingga semakin
likuid suatu perusahaan, maka semakin tinggi penggunaan hutangnya.
Likuiditas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi
kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. Masalah likuiditas adalah
berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi
kewajiban finansialnya yang akan segera harus dipenuhi. Meskipun perusahaan tersebut
memiliki aset yang cukup bernilai untuk melunasi kewajibannya, tetapi ketika aset
tersebut tidak bisa dikonversikan segera menjadi uang tunai, maka perusahaan tersebut
dikatakan tidak likuid. Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangannya
tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut dapat dikatakan “likuid” artinya
perusahaan tersebut mempunyai aktiva lancar yang lebih besar daripada hutang lancar.
Sebaliknya, jika perusahaan tidak dapat memenuhi pembayaran pada saat ditagih atau
kewajibannya pada saat jatuh tempo, berarti perusahaan tersebut dalam keadaan tidak
likuid. Dari penelitian yang dilakukan oleh Sakti (2002) dalam Aditya (2006) dan
Ozkan (2001) dalam Nugroho (2006) menunjukkan bahwa likuiditas berpengaruh
negatif terhadap struktur modal. Atas dasar hal tersebut, maka dibuat hipotesis sebagai
berikut:
H3: Likuiditas (CR) berpengaruh negatif terhadap struktur modal (DTA).
Model Kerangka Penelitian
Model penelitian menunjukkan hubungan struktur modal dengan struktur aktiva,
pertumbuhan dan likuiditas disajikan pada gambar berikut:

PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN, DAN ..…., Anita Dwilestari

159

Gambar 1.
Model Kerangka Penelitian

struktur aktiva (FTA)
(+)

pertumbuhan (Growth)

(+)

struktur modal (DTA)

likuiditas (CR)
METODA PENELITIAN
Data dan Sampel
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, berupa
laporan keuangan laba rugi dan neraca perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
tahun 2007-2009. Sumber data diperoleh dengan mengakses www.idx.co.id dan daftar
perusahaan manufaktur diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory. Data-data
yang dikumpulkan merupakan pooled data atau panel data.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEI (Bursa Efek Indonesia) atau Listed Tahun 2007-2009. Teknik yang digunakan
untuk pengambilan sampel adalah dengan metode Cluster Propotional Random
Sampling atau sampel kelompok. Metode ini digunakan karena perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia terdiri dari beberapa sektor usaha. Pengambilan
sampel dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
berdasarkan sektor usaha.
Menurut Arikunto (1997) dalam Wibowo (2007) untuk populasi lebih dari 100
jumlah sampel minimum adalah 10-15%. Pengambilan sampel dari masing-masing
sektor disesuaikan dengan perbandingan atau rasio jumlah emiten masing-masing
sektor. Jumlah sampel setiap sektor diperoleh dengan cara populasi sektor dibagi
dengan populasi seluruhnya dikalikan dengan sampel seluruhnya yaitu tiga puluh,
berdasarkan perhitungan tersebut akan mendapatkan hasil sampel yang cukup mewakili
jenis usaha di Bursa Efek Indonesia. Jumlah sampel yang dipilih setiap sektor diperoleh
dengan cara:

Definisi dan Pengukuran Variabel
Dalam penelitian ini yang dijadikan variabel dependen adalah struktur modal.
Sedangkan variabel independen dalam penelitian ini adalah struktur aktiva,
pertumbuhan, dan likuiditas.

160

1.

JRAK, Agustus 2010

Struktur Modal
Struktur modal adalah perbandingan antara hutang jangka panjang dengan modal
sendiri yang digunakan perusahaan (Riyanto, 2001). Berdasarkan pada penelitian
yang dilakukan oleh Susetyo (2006), struktur modal dalam penelitian ini diukur
dengan rasio Debt to Total Assets. Secara matematis diformulasikan sebagai
berikut:
Debt to Total Assets =

2.

Struktur Aktiva
Struktur aktiva adalah perimbangan atau perbandingan antara aktiva tetap
dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Struktur aktiva pada penelitian ini
diukur dengan rasio Fixed Assets to Total Assets (FTA). Secara matematis dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Fixed Assets to Total Assets =

3.

Pertumbuhan
Pertumbuhan Perusahaan adalah peningkatan (dalam bentuk perubahan yang
positif) dalam ukuran perusahaan melalui waktu yang panjang.  Pertumbuhan
(Growth) dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan presentase
kenaikan atau penurunan penjualan dari suatu periode ke periode berikutnya.
Formulasinya:
Pertumbuhan =

4.

Likuiditas
Likuiditas dalam penelitian ini akan diproksikan dengan Current Ratio (CR).
Current Ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam melunasi hutang jangka pendeknya. Formulasinya:

Current Ratio =

Model Empiris
Penelitian ini akan menggunakan model regresi berganda untuk menganalisis
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2001). Model ini
dipilih karena penelitian ini dirancang untuk menentukan variabel independen yang
mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen. Model penelitian ini adalah sebagai
berikut:
DTA = α + b1 FTA + b2 Growth + b3 CR + e

161

PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN, DAN ..…., Anita Dwilestari

Keterangan:
DTA
= struktur modal, rasio Debt to Total Assets
α
= konstanta
b1-3
= koefisien regresi variabel FTA, Growth, CR
FTA
= struktur aktiva, rasio Tangible Assets
Growth = pertumbuhan, penjualan t – penjualan t-1 / penjualan t-1
CR
= likuiditas, Current Ratio
e
= error

HASIL DAN PEMBAHASAN
Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran umum tentang objek penelitian yang
dijadikan sampel. Penjelasan data melalui statistik deskriptif diharapkan memberikan
gambaran awal tentang masalah yang diteliti. Statistik deskriptif difokuskan pada nilai
maximum, minimum, rata-rata (mean) dan standar deviasi.

Variabel

N

DTA
96
FTA
96
Growth
96
CR
96
Sumber: Data diolah

Tabel 1.
Statistik Deskriptif
Max
Min
Mean
2,85
2,26
0,79
13,65

0,12
0,11
-0,91
0,09

Standar Deviasi

0,57
0,50
0,10
2,24

0,46
0,27
0,24
2,04

Pengujian Hipotesa
Analisa terhadap hipotesa dilakukan dengan uji t dan uji F. Setelah melakukan
pengujian asumsi klasik, maka semua veriabel independen, yaitu FTA, Growth, dan CR
dapat disimpulkan bahwa semua variabel independen bebas dari uji asumsi klasik
sehingga tidak perlu dikeluarkan dari model regresi berganda.
Tabel 2.
Hasil Pengujian Hipotesis
Variabel 
(Constant) 
FTA 
Growth 
CR 


.703 
.228 
‐.091 
‐.127 

Uji t 
5.261 
1.457 
‐0.335 
‐4.34 

Sig 
.000 
.149 
.739 
.000 

162

1.

JRAK, Agustus 2010

Variabel FTA / Fixed to Total Assets

Dari hasil perhitungan uji parsial yang tercantum dalam tabel 4.7 didapatkan
nilai sinifikansi 0,149 > 0,05 maka hipotesis 1 tidak terbukti (Ho diterima dan Ha
ditolak). Hal ini berarti tidak terdapat pengaruh signifikan antara struktur aktiva dengan
struktur modal. Tidak signifikannya struktur aktiva disebabkan karena aktiva tetap
dalam industri manufaktur dapat ditutup menggunakan modal sendiri, yang membuat
sebagian dana untuk aktiva tetap tersebut tidak harus dipenuhi melalui hutang.
Kebutuhan dana untuk aktiva tetap memerlukan dana yang besar karena aktiva tersebut
digunakan untuk keperluan ekspansi, penambahan variasi produk dan modernisasi
perusahaan. Terlebih dalam kondisi persaingan usaha yang semakin ketat pada saat ini,
setiap perusahaan dituntut untuk selalu berinovasi dan menghasilkan produk yang
bermutu tinggi. Hal ini berarti perusahaan mampu menggunakan modal sendiri dalam
melakukan kegiatan investasi untuk mengembangkan usahanya tanpa menggunakan
hutang. Selain itu, aktiva tetap yang dimiliki perusahaan dapat digunakan untuk
kegiatan operasi perusahaan dalam menghasilkan laba, sehingga laba yang diperoleh
perusahaan dapat digunakan untuk menambah investasinya kembali. Penggunaan modal
sendiri dalam melakukan kegiatan investasi akan mengurangi risiko terhadap
kebangkrutan yang dihadapi perusahaan. Dengan demikian hasil penelitian ini konsisten
dengan penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2006) dan Bhaduri (2002) dalam
Nugroho (2006) bahwa struktur aktiva tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur
modal.
Hasil tersebut sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Riyanto (1995) dalam
Susetyo (2006) yang menyatakan bahwa kebanyakan perusahaan industri dimana
sebagian besar modalnya tertanam dalam aktiva tetap (fixed assets), akan
mengutamakan pemenuhan modalnya dari modal yang permanen yaitu modal sendiri,
sedang hutang sifatnya sebagai pelengkap.
2.

Variabel Growth

Dari hasil perhitungan uji parsial yang tercantum dalam tabel 4.7 didapatkan
nilai signifikansi sebesar 0,739 > 0,05 maka hipotesis 2 tidak terbukti (Ho diterima dan
Ha ditolak). Hal ini berarti tidak terdapat pengaruh signifikan antara pertumbuhan
(growth) dengan struktur modal.
Tingkat pertumbuhan perusahaan akan menunjukkan seberapa besar
perusahaan akan menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaannya. Perusahaan
yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang potensial tinggi akan cenderung
menghasilkan arus kas yang lebih besar sehingga perusahaan tersebut pada akhirnya
akan lebih mengandalkan pendanaan internal. Dalam hubungannya dengan leverage,
perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi sebaiknya menggunakan ekuitas
sebagai sumber pembiayaannya agar tidak terjadi keagenan (agency cost) antara
pemegang saham dengan manajemen perusahaan. Sebaliknya, perusahaan dengan
tingkat pertumbuhan yang rendah sebaiknya menggunakan hutang sebagai sumber
pembiayaannya karena pembayaran hutang akan mengharuskan perusahaan tersebut
membayar bunga secara teratur.

PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN, DAN ..…., Anita Dwilestari

163

Hasil yang tidak signifikan disebabkan karena penjualan dalam industri
manufaktur dari tahun ke tahun (yang menjadi sampel) tinggi, sedangkan hutang
menurun. Perusahaan lebih cenderung memilih pendanaan internal, dimana dana
tersebut diperoleh dari kegiatan operasional perusahaan. Hal ini berarti arus kas yang
dihasilkan dari kegiatan operasional perusahaan dapat digunakan untuk mendanai
aktifitas perusahaan tersebut karena perusahaan juga mempertimbangkan biaya bunga
yang harus dibayarkan kepada kreditur apabila perusahaan menggunakan hutang. Oleh
karena itu, perusahaan cenderung menggunakan hutang yang lebih sedikit untuk
mendanai proyek investasinya.
Sebaiknya dalam menentukan jenis modal yang akan digunakan, perusahaan
harus memperhatikan kemampuannya dalam meningkatkan penjualan. Jika perusahaan
mampu mendanai dengan modal sendiri, maka dalam meningkatkan pertumbuhan
perusahaan, perusahaan tidak perlu mengunakan hutang, sehingga hutang perusahaan
tidak meningkat. Namun, jika modal yang dimiliki perusahaan benar-benar sudah tidak
mencukupi, maka dengan terpaksa perusahaan menggunakan hutang untuk kegiatan
investasinya. Penentuan jenis modal dengan modal sendiri dilakukan agar perusahaan
dapat memelihara kelangsungan hidup dan melindungi perusahan dari risiko
kebangkrutan. Selain itu, dengan menggunakan modal sendiri seperti menerbitkan
saham baru akan meningkatkan harga saham perusahaan, sehingga nilai perusahaan pun
akan naik di mata investor.
Dengan demikian hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Nugroho (2006) bahwa pertumbuhan berpengaruh signifikan positif
terhadap struktur modal. Tetapi mendukung penelitian yang dilakukan oleh Ozkan
(2001) dalam Nugroho (2006) bahwa pertumbuhan berpengaruh negatif terhadap
struktur modal.
Hasil tersebut tidak sesuai dengan teori yang disampaikan oleh (Weston and
Brigham, 1994 dalam Nugroho 2006) yang menyatakan bahwa perusahaan yang
bertumbuh pesat cenderung lebih banyak menggunakan hutang daripada perusahaan
yang bertumbuh secara lambat.
3.

Variabel CR (Current Ratio)

Dari hasil perhitungan uji parsial yang tercantum dalam tabel 4.7 didapatkan
nilai signifikansi sebesar 0,000 dan nilai koefisien variabel CR sebesar -0,127. Hal ini
membuktikan bahwa variabel likuiditas secara negatif mempengaruhi struktur modal
(DTA). Dan hasil tersebut membuktikan bahwa ada bukti likuiditas (CR) berpengaruh
secara negatif terhadap struktur modal (DTA) (Ho ditolak dan Ha diterima).
Dengan berdasarkan pada pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa
penelitian ini mendukung hipotesis 3 yang telah ditetapkan bahwa likuiditas (CR)
berpengaruh negatif terhadap struktur modal (DTA). Hasil penelitian ini
mengindikasikan bahwa semakin besar likuiditas perusahaan, maka hutang perusahaan
akan menurun. Nilai koefisien regresi variabel CR menunjukkan nilai negatif karena
aktiva lancar yang dimiliki perusahaan (yang menjadi sampel) dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan, sedangkan hutang menurun. Bagi perusahaan yang memiliki
komposisi aktiva lancar lebih besar dapat menggunakan kelebihan tersebut untuk
keperluan investasi. Sehingga meningkatnya likuiditas perusahaan akan menurunkan

164

JRAK, Agustus 2010

jumlah struktur modal. Dengan demikian hasil penelitian ini tidak mendukung
penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2006) dan Ozkan (2001) dalam Nugroho
(2006) bahwa likuiditas berpengaruh signifikan positif terhadap struktur modal.
 
 
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Variabel struktur aktiva (FTA) tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap
struktur modal (DTA). Hal ini berarti perusahaan dapat mendanai kegiatan investasi
perusahaan tanpa mengandalkan hutang dan dengan aktiva tetap yang dimiliki
perusahan mampu mengembangkan usahanya.
2. Variabel pertumbuhan (Growth) tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap
struktur modal (DTA). Hal ini berarti perusahaan masih mampu menggunakan arus
kas operasionalnya untuk mendanai kegiatan investasi, sehingga risiko
kebangkrutan juga semakin kecil.
3. Variabel likuiditas (CR) mempunyai pengaruh secara negatif terhadap struktur
modal (DTA) dan arahnya pun sesuai dengan hipotesa yang ditetapkan. Hal ini
berarti apabila likuiditas meningkat, maka struktur modal perusahaan menurun.

DAFTAR PUSTAKA
Aditya, J. 2006. Studi Empiris Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta Periode Tahun 2000-2003.
Skripsi. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.
Brigham, F, E. dan Joel, F Houston, J.F. 2001. Manajemen Keuangan. Jakarta:
Erlangga.
Ghozali, I. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi 1.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Indonesian Capital Market Directory 2008
Martono dan Harjito, A. 2007. Manajement Keuangan. Edisi Pertama. Yogyakarta:
Penerbit Ekanista.
Nugroho, A. 2006. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
Perusahaan yang Go-Public di Bursa Efek Jakarta Untuk Periode Tahun
1994-2004. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro.

PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN, DAN ..…., Anita Dwilestari

165

Prima, B. 2007. Pengaruh Struktur Aktiva dan Profitabilitas Terhadap Sturktur Modal
(Studi Kasus Pada Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Jakarta). Skripsi.
Universitas Negeri Semarang.
Riyanto, B. 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: BPFE.
Susetyo, A. 2006. Fakto-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan
Manufaktur yang Go Public di BEJ Periode 2000-2003. Skripsi. Yogyakarta:
Universitas Islam Indonesia.
Wibowo, D. S.A. 2007. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada
Perusahaan Manufaktur Go Public di Bursa Efek Jakarta (BEJ) tahun 20032005. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

EFEKTIFITAS BERBAGAI KONSENTRASI DEKOK DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Colletotrichum capsici SECARA IN-VITRO

4 157 1

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

PENGARUH GLOBAL WAR ON TERRORISM TERHADAP KEBIJAKAN INDONESIA DALAM MEMBERANTAS TERORISME

57 269 37

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENGARUH DIMENSI KUALITAS LAYANAN TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN DI CAFE MADAM WANG SECRET GARDEN MALANG

18 115 26