Pengaruh Pertumbuhan Penjualan, Struktur Aktiva dan Tingkat Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Struktur Modal (Studi Kasus pada Restauran Pawitra Sari di Ubud).

(1)

PENGARUH PERTUMBUHAN PENJUALAN, STRUKTUR AKTIVA, DAN PERTUMBUHAN AKTIVA TERHADAP STRUKTUR MODAL

(STUDI PADA RESTAURANT PAWITRA SARI DI UBUD)

SKRIPSI

Oleh:

Oleh:

NI MADE NOVIONE PURNAMA DEWI SUWETA NIM: 1206205018

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016


(2)

2

PENGARUH PERTUMBUHAN PENJUALAN, STRUKTUR AKTIVA, DAN PERTUMBUHAN AKTIVA TERHADAP STRUKTUR MODAL

(STUDI PADA RESTAURANT PAWITRA SARI DI UBUD)

SKRIPSI

Oleh:

NI MADE NOVIONE PURNAMA DEWI SUWETA 1206205018

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Udayana Denpasar


(3)

3

Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh pembimbing, serta diuji pada tanggal: 09 Mei 2016

Tim Penguji: Tanda tangan

1. Ketua :Drs. Gede Merta Sudiartha, MM ...

2. Sekretaris : Dra. Made Rusmala Dewi S., M.Si ...

3. Anggota : Drs. I Putu Yadnya, MM ...

Mengetahui,

Pembimbing

Dra. Made Rusmala Dewi S., M.Si NIP. 19521124 198003 2 001 Ketua Jurusan Manajemen

Dr. I Gusti Ayu Ketut Giantari, SE., M.Si NIP. 19611002 198601 2 002


(4)

4

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar rujukan.

Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur plagiasi, saya bersedia diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar,18 Mei 2016 Mahasiswa,

Ni Made Novione Purnama Dewi Suweta NIM. 1206205018


(5)

5

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya, skripsi yang berjudul “Pengaruh Pertumbuhan Penjualan, Struktur Aktiva, dan Pertumbuhan Aktiva terhadap Struktur Modal (Studi pada Restaurant Pawitra Sari di Ubud)” dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang direncanakan. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., MSi, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

2. Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., MS; Prof. Dr. Ni Luh Putu Wiagustini, SE., MSi;, dan Dr. I Dewa Gde Darma Suputra, SE., MSi., Ak, selaku Pembantu Dekan I, II, dan III, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

3. Dr. I Gusti Ayu Ketut Giantari, SE., M.Si dan Agoes Ganesha Rahyuda, SE., MT., Ph.D selaku Ketua Jurusan Manajemen dan Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

4. Drs. I Wayan Mudiartha Utama, MM selaku Dosen Pembimbing Akademik yang sudah turut memberikan nasihat, motivasi dan petunjuk selama proses perkuliahan.

5. Dra. Made Rusmala Dewi S., M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah mencurahkan sebagian waktunya dalam membantu serta memotivasi penulis untuk dapat menuntaskan penelitian berupa skripsi ini dengan baik sehingga dapat selesai tepat pada waktunya.

6. Drs. Gede Merta Sudiartha, MM sebagai Pembahas atas saran dalam menyempurnakan skripsi ini.

7. Drs. I Putu Yadnya, MM selaku Dosen Penguji atas saran dalam menyempurnakan skripsi ini.

8. Bapak/ibu dosen pengajar beserta staff Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat dan fasilitas yang


(6)

6

memadai dalam menempuh pendidikan tinggi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

9. Keluarga tercinta; Nenek Jero Mangku Ketut Nurasih,Bapak I Nyoman Suweta, Ibu Ni Wayan Yuliartini, adik I Komang Eriq Januartha Suweta, dan pacar saya Dewa Koming Basudewa, S.Pd.Hyang tidak henti-hentinya memberikan doadan dukungan baik moril maupun materiil.

10. Kepada sahabatsaya CCC: Dek Sri, Dian, Sintia, Linda, Edy, Unik, Rory, Fany, Susi serta teman-teman HMJ Manajemen yang seperjuangan dengan saya yang telah mendukung saya selama proses studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

11. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis sepenuhnya menyadari bahwa skripsi ini tidak akan dapat berhasil sebagaimana mestinya tanpa dukungan dari berbagai pihak. Meskipun demikian, penulis tetap bertanggung jawab terhadap semua isi skripsi.Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.

Denpasar, 18 Mei 2016


(7)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di zaman globalisasi ini, setiap perusahaan baik perusahaan kecil maupunperusahaan besar saling bersaing dengan tujuan untuk mempertahankan danmemajukan kehidupan perusahaannya. Perusahaan-perusahaan sekarang ini banyak melakukan berbagai cara untukmengembangkan perusahaannya, seperti melakukan inovasi pada produknyauntuk meningkatkan daya saing produk yang dihasilkan, melakukan perluasanusaha atau ekspansi pasar, meningkatkan kualitas SDM, dan sebagainya untuk menghadapi persaingan tersebut. Dana yang dibutuhkanperusahaan untuk mengembangkan serta dalam menjalankan kegiatan-kegiatan usahanya tidaklah sedikit dari semua cara yang dilakukannya.

Sumber pendanaan yang didapat oleh suatu perusahaan dapat berasal dari internal maupun eksternal perusahaan. Dana internal adalah dana yang dibentuk atau dihasilkan sendiri dalam perusahaan yaitu laba yang ditahan dan akumulasi depresiasi. Dana eksternal adalah dana dari para kreditur dan pemilik, peserta atau pengambil bagian dalam perusahaan (Riyanto, 2001:214). Keputusan pendanaan merupakan salah satu keputusan penting yang dihadapi manajer perusahaan dalam kelangsungan operasional perusahaan.Keputusan untuk memilih sumber pendanaan atau komposisi pemilihan atas pendanaan disebut sebagai struktur permodalan.Struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan


(8)

pula perimbangan antara hutang jangka panjang dan modal sendiri (Riyanto, 2010:22).Struktur modal merupakan salah satu keputusan keuanganyang dihadapi oleh manajer keuangan perusahaan, dimana struktur modal itumerupakan perbandingan dalam menentukan pemenuhan kebutuhan belanjaperusahaan dimana dana yang diperoleh merupakan kombinasi dari sumber yangberasal dari dana jangka panjang yang terdiri dari dua sumber utama, yaitu berasaldari dalam dan luar perusahaan (Rodoni dan Ali, 2010:137). Perusahaan ketika menggunakan hutang, biaya modal akan sebesar biaya bunga ditambah biaya yang dibebankanoleh kreditur sedangkan bagi kreditur akan timbul opportunity cost dari dana yangdigunakan. Biaya modal yang tinggi menunjukkan bahwa manajer perusahaantidak melakukan keputusan struktur modal atau keputusan pendanaan dengantepat dan cermat sehingga berpengaruh terhadap profitabilitas yaitu rendahnyaprofitabilitas perusahaan dan dapat mengancam posisi finansial perusahaantersebut. Perusahaan dalam penetapan struktur modal perlu mempertimbangkan danmemperhatikan berbagai variabel yangmempengaruhinya karena secara langsung keputusan struktur modal akanmempengaruhi kondisi dan nilai perusahaan serta menentukan kemampuanperusahaan untuk tetap bertahan dan berkembang.

Beberapa teori yang mendasari struktur modal diantaranya Modigliani-Miller (MM) Theory, Pecking Order Theory, Trade- Off Theory (Teori pertukaran), Signalling Theory. Modigliani-Miller (MM) Theorymenjelaskan tentang struktur modal dimulai pada tahun 1958, pada saat professor Franco Modligiani dan Merton Miller mempublikasikan artikel keuangan yang paling berpengaruh yang berjudul


(9)

The Cost of capital, Corporation Finance, and The Theory of Invesment”. MM

membuktikan dengan beberapa asumsinya, bahwa nilai suatu perusahaan seharusnya tidak dipengaruhi oleh struktur modal.Cara perusahaan mendanai kegiatan usahanya tidak berpengaruh bagi nilai perusahaan, sehingga struktur modal adalah hal yang tidak relevan. MM menyatakan bahwa dalam keadaan pasar sempurna maka penggunaan hutang adalah tidak relevan dengan nilai perusahaan, tetapi dengan adanya pajak maka hutangakan menjadi relevan. Hasil dari penelitian MM ini sangat banyak dipertanyakan karena didasari oleh asumsi-asumsi yang tidak realistis, asumsi itu antara lain: (a) tidak ada biaya pialang, (b) tidak ada pajak, (c) tidak ada biaya kebangkrutan, (d) para investor dapat meminjam dengan tingkat suku bunga yang sama dengan perusahaan, (e) semua investor mempunyai informasi yang sama seperti manajemen mengenai peluang investasi perusahaan pada masa mendatang, (f) EBIT tidak dipengaruhi oleh penggunaan hutang(Brigham dan Houston, 2011:179-182).

Teori kedua yaitupecking order theory menjelaskan mengapa perusahaan-perusahaan yang profitable umumnya meminjam dalam jumlah yang sedikit.Hal ini disebabkan karena perusahan-perusahaan tersebut mampu menghasilkan kas internal yang memadai untuk keperluan investasinya, sehingga tidak ada penggunaan hutang lagi. Demikian juga sebaliknya perusahaan yang tidak profitableakan cenderung menggunakan hutang yang lebih besar. Alasannya karena dana internal tidak mencukupi dan pembiayaan dengan hutang lebih disukai dibandingkan pembiayaan internal (Husnan, 2012:325).


(10)

Teori ketiga yaitutrade-off Theorymuncul karena penggabungan teori mengindikasikan adanya trade-off antara penghematan pajak dari hutang dan biaya kebangkrutan (Hanafi, 2004:311).Semakin besar proporsi hutang maka semakin besar perlindungan pajak yang diperoleh. Di sisi lain, semakin besar proporsi hutang maka semakin besar biaya kebangkrutan yang mungkin timbul. Dengan demikian, struktur modal optimal dapat dicapai oleh perusahaan dengan menyeimbangkan keuntungan dari perlindungan pajak dengan beban dari penggunaan jumlah hutang yang semakin besar (Sartono, 2001:247).

Teori keempat yaitu Signalling Theory, apabila manajemen memiliki informasi yang menguntungkan perusahaan dikemudian hari dan untuk itu dibutuhkan tambahan modal, maka manajemen cenderung membiayai perusahaan dengan hutang. Manajemen yang mempunyai keyakinan untuk memperoleh laba yang lebih besar dimasa yang akan datang, maka kelebihan keuntungan tersebut akan dinikmati oleh pemegang saham lama yang akan meningkatkan kesejahteraanya. Sebaliknya apabila manajemen memiliki informasi yang kurang menguntungkan, misalnya produk yang dihasilkan perusahaan akan menghadapi persaingan yang sangat berat dimasa yang akan datang , maka manajemen akan cenderung membiayai perusahaan dengan modal saham baru. Dengan menambah saham baru, perusahaan tidak menambah risiko dari pembiayaan hutang dan bahkan mencoba untuk berbagi kerugian dengan para investor baru (Sitanggang, 2013:88).

Manajer keuangan dalam mengambil keputusan struktur modal, harus mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi struktur modal yaitu


(11)

tingkat penjualan, struktur aktiva, tingkat pertumbuhan perusahaan, profitabilitas, variabel laba dan perlindungan pajak, skala perusahaan, kondisi intern perusahaandan ekonomi makro (Sartono, 2010:248).Berdasarkan faktor-faktor tersebut, perusahaan mengambil keputusan struktur modal dengan rasio hutang yang tinggi atau sebaliknya.Penelitian ini hanya menggunakan tiga faktor yang mempengaruhi sturktur modal pada Restaurant Pawitra Sari di Ubud yang terdiri dari pertumbuhan penjualan, struktur aktiva, dan pertumbuhan aktiva.

Penjualan merupakan salah satu faktor penting yang menentukan kelangsungan hidup perusahaan. Perusahaan mendapatkan dana untuk kelangsungan hidup dan berkembang selain dari hutang dan modal sendiri, juga dari penjualan produk perusahaan baik berupa barang atau jasa. Manajemen perusahaan berusaha untuk dapat meningkatkan penjualan produknya karena pertumbuhan penjualan yang tinggi atau stabil saling berkaitan dengan keuntungan perusahaan.

Pertumbuhan Penjualan merupakan selisih antara jumlah penjualan periode ini dengan periode sebelumnya dibandingkan dengan penjualan periode sebelumnya (Harahap, 2008:309).Pertumbuhan Penjualan yang tinggi atau stabil dapat berdampak positif terhadap keuntungan perusahaan sehingga menjadi pertimbangan manajemen perusahaan dalam menentukan struktur modal. Perusahaan yang tingkat pertumbuhan penjualannya tinggi, akan cenderung menggunakan hutang dalam struktur modalnya (Hanafi, 2004:345). Tingkat pertumbuhan penjualan tinggi, berarti volume penjualan meningkat, sehingga perlu peningkatan kapasitas produksi.Peningkatan kapasitas


(12)

produksi seperti penambahan mesin-mesin baru, akan memerlukan dana yang besar. Perusahaan cenderung menggunakan hutang dengan harapan volume produksi meningkat untuk mengimbangi tingkat penjualan yang tinggi.Volume produksi mengimbangi tingkat pertumbuhan penjualan, maka keuntungan dari penjualan juga meningkat dan dapat digunakan perusahaan untuk menutupi hutang.

Penelitian yang dilakukan oleh Supriyanti (2008), Dewani (2010), Santika (2011) menyatakan bahwa pertumbuhanpenjualan berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal.Pertumbuhan penjualan perusahaan semakin meningkat, maka struktur modal perusahaan juga meningkat.Penelitian yang berbeda dilakukan oleh Kesuma (2009) menyatakan bahwa pertumbuhan penjualan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap struktur modal.Penelitian yang dilakukan oleh Indrajaya (2011) menyatakan bahwa pertumbuhan penjualan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap struktur modal.Pertumbuhan penjualan dinyatakan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap struktur modal disebabkan karena penjualan pada perusahaan lebih banyak pada penjualan kredit yaitu dalam bentuk pihutang sehingga kreditur tidak mempertimbangkan pertumbuhan penjualan perusahaan dalam memberikan kredit.

Struktur Aktiva merupakan perbandingan antara aktiva tetap dengan total aktiva.Perusahaan manufaktur dan perusahaan jasa pada umumnya memiliki struktur aktiva yang berbeda.Perusahaan manufaktur cenderung memiliki aktiva tetap yang tinggi daripada perusahaan jasa karena dalam struktur aktivanya banyak yang berupa mesin-mesin, tanah dan bangunan. Berbeda dengan perusahaan yang bergerak di


(13)

bidang jasa seperti restaurant, akan cenderung memiliki aktiva lancar yang lebih tinggi daripada aktiva tetap. Perusahaan yang mempunyai aktiva tetap relatif besar akan cenderung menggunakan modal asing dalam struktur modalnya. Hal ini dilakukan karena aktiva tetap seperti tanah dan bangunan, dapat dijadikan agunan hutang (Atmaja, 2002:273).

Struktur aktiva biasanya akan menentukan struktur hutang jangka panjang maupun jangka pendek dalam perusahaan. Perusahaan yang bergerak dalam sektor manufaktur akan dapat dipastikan mempunyai perputaran persediaan bahan baku dalam jangka waktu yang pendek, sehingga menggunakan pinjaman jangka pendek dalam membiayai investasinya ( Hanafi dan Halim,2000: 62).

Penelitian yang dilakukan oleh Oyesola (2008), Joni dan Lina (2010), Baharuddin (2011) dan Indrajaya (2011) menyatakan bahwa struktur aktiva berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal. Penggunanan hutang perusahaan akan meningkat pada saat kondisi aktiva tetap suatu perusahaan meningkat. Perusahaan yang memiliki aktiva tetap dalam jumlah besar cenderung menggunakan hutang lebih banyakkarena aktiva-aktiva berwujud dapat dijadikan sebagai jaminan oleh perusahaaankepada pihak eksternal sehingga perusahaan lebih mudah dalam melakukanpinjaman. Penelitian yang berbeda dilakukan oleh Sheikh (2011) menyatakan bahwa struktur aktiva berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap struktur modal. Penelitian yang dilakukan oleh Shah (2004), Santika (2011), Primabodo (2014)menyatakan bahwa struktur aktiva berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap struktur modal.Struktur Aktiva perusahaan mengalami penurunan


(14)

sedangkan Struktur Modal mengalami fluktuasi.Hal ini mengakibatkan Struktur Aktiva berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Struktur Modal.Penurunan nilai Struktur Aktiva disebabkan karena aktiva lancar perusahaan mengalami kenaikan terutama pada persediaan dan pihutang, sedangkan Struktur Modal bergerak fluktuatif.Kenaikan tersebut disebabkan karena penambahan hutang.Hal ini mengindikasikan bahwa kenaikan nilai Struktur Modal tidak selalu dikarenakan bertambahnya hutang, tetapi juga bisa karena berkurangnya jumlah modal sendiri.

Pertumbuhan Aktiva merupakan selisih antara jumlah aktiva periode ini dengan periode sebelumnya dibandingkan dengan aktiva periode sebelumnya.Aktiva digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan guna untuk meningkatkan pertumbuhan perusahaan. (Sartono, 2010:248). Semakin besar aktiva maka diharapkan semakin besar pula hasil operasional yang dilakukan oleh perusahaan.Pertumbuhan aktiva pada dasarnya dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor eksternal, internal, dan pengaruh iklim industri lokal.Tingkat pertumbuhan perusahaan yang tinggi, dalam hubungannya dengan leverage, sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai sumber pembiayaannya agar tidak terjadi biaya keagenan.Tingkat pertumbuhan perusahaan yang cepat, maka semakin besar kebutuhan dana untuk ekspansi. Semakin besar kebutuhan untuk pembiayaan mendatang maka semakin besar keinginan perusahaan untuk menahan laba.Jadi perusahaan yang sedang tumbuh sebaiknya tidak membagikan laba sebagai deviden tetapi lebih baik digunakan untuk ekspansi (Sartono, 2001:248).


(15)

Penelitian yang dilakukan oleh Joni dan lina (2010), Frinanti (2011), Seftiane dan Handayani (2011) menyatakan bahwa pertumbuhan aktiva berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal. Penelitian lain yang dilakukan oleh Utami (2009) menyatakan bahwa pertumbuhan aktiva berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap struktur modal. Penelitian yang dilakukan oleh Febriyani dan Srimindarti (2010) menyatakan bahwa pertumbuhan aktiva berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap struktur modal. Pertumbuhan aktiva dinyatakan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap struktur modal disebakan karena semakin cepat pertumbuhan perusahaan maka makin besar dana yang dibutuhkan untuk membiayai partumbuhan perusahaan tersebut. Apabila perusahaan dalam pemenuhan dananya tidak dapat dipenuhi dari sumber internal perusahaan maka perusahaan cenderung untuk menggunakan hutang yang lebih besar dan hal ini mengakibatkan rasio struktur modal meningkat.Kenaikan penjualan tidak disertai kenaikan laba, misalnya dikarenakan biaya produksi yang meningkat, sehingga laba ditahan tidak meningkat maka hutang tidak berubah atau proporsi kenaikan penjualan tidak sebanding dengan kenaikan laba sehingga laba ditahan kecil maka struktur modal tidak berubah.

Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu masih terjadi perbedaan hasil penelitian (research gap), maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang“ Pengaruh Pertumbuhan Penjualan, Struktur Aktiva, dan Pertumbuhan Aktiva terhadap Struktur Modal (Studi pada Restaurant Pawitra Sari di Ubud)”. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di Restaurant Pawitra Sari ini dikarenakan belum adanya penelitian mengenai Pertumbuhan Penjualan, struktur Aktiva, dan


(16)

Pertumbuhan Aktiva terhadap struktur Modal pada Restaurant Pawitra Sari di Ubud. Di sisi lain, begitu banyaknya persaingan di dunia pariwisata khususnya di daerah Ubud, banyak terdapat Restaurant akan tetapi Restaurant Pawitra Sari ini tetap dapat bertahan dalam kondisi perekonomian saat ini, maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada Restaurant Pawitra Sari ini.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka pokok permasalahan yang ada dalam penelitian ini yaitu:

1) Apakah pertumbuhan penjualan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal?

2) Apakah struktur aktiva berpengaruh signifikan terhadap struktur modal? 3) Apakah pertumbuhan aktiva berpengaruh signifikan terhadap struktur modal?


(17)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan pokok permasalahan di atas, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:

1) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh pertumbuhan penjualan terhadap struktur modal

2) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh struktur aktiva terhadap struktur modal

3) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh pertumbuhan aktiva terhadap struktur modal.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini yaitu : 1) Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan bisa digunakan sebagai salah satu hasil study empiris yang dapat memberikan sebuah pemahaman, gambaran, dan wawasan tentang pengaruh pertumbuhan penjualan, struktur aktiva, dan pertumbuhan aktiva terhadap struktur modal.

2) Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi sebagai dasar mengambil keputusan keuangan pada Restaurant Pawitra Sari.


(18)

1.5 Sistematika Penulisan

Laporan penelitian ini terdiri dari lima bab yang saling berhubungan antara bab yang satu dengan yang lainnya dan disusun secara sistematis dan rinci untuk memberi bagaimana gambaran yang ada dan mempermudah pembahasan tentang penelitian ini. Adapun sistimatika dari penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut: Bab I: Pendahulan

Bab ini memuat latar belakang masalah, pokok permasalahan, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan.

BabII: Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian

Bab ini memuat teori-teori yang berasal dari berbagai literatur yang dianggap relevan dengan permasalahan yang diangkat untuk dapat mengakomodasi argumentasi yang akurat sesuai dengan pokok permasalahan yang ada serta dengan menyusun hipotesis yang digunakan.

Bab III: Metode Penelitian

Bab ini memuat metode penelitian yang meliputi desain penelitian, lokasi penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi, sampel, metode penentuan sampel, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Bab IV: Data dan Pembahasan Hasil Penelitian

Bab ini menyajikan hasil-hasil penelitian yang diperoleh secara sistematis setelah dianalisis dengan menggunakan metode analisis yang sesuai dengan tujuan penelitian.Selain itu disajikan pula hasil pengujian hipotesis yang


(19)

selanjutnya dibahas berdasarkan atas semua hasil penelitian serta pengujian hipotesis yang telah ada tersebut, yaitu membandingkan hasil yang diperoleh dengan teori yang dipakai acuan dan hasil-hasil penelitian sebelumnya.

Bab V: Simpulan dan Saran

Bab ini merupakan bagian akhir dari skripsi ini yang menguraikan mengenai simpulan yang diperoleh dari hasil pembahasan dan saran-saran bagi berbagai pihak yang memiliki kepentingan (stakeholder) terkait dengan topik penelitian yang telah dihasilkan ini.


(20)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1Pengertian Struktur Modal

Struktur modal adalah perimbangan jumlah hutang jangka pendek yang bersifat permanen, hutang jangka panjang dengan saham preferen dan saham biasa (Sartono, 2010:225).Struktur Modal adalah pendanaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen, dan modal pemegang saham.Pendanaan permanen dalam definisi tersebut dimaksudkan sebagai sumber modal yang harus tetap ada pada perusahaan untuk tetap dapat menjalankan kegiatan dan kelancaran usaha (Sawir, 2005:10).Menurut Keown dan Martin (2010:148) struktur modal adalah campuran sumber-sumber dana jangka panjang yang digunakan perusahaan.Menurut Liem dkk. (2013) hutang termasuk dalam sumber dana eksternal, terlalu banyak hutang akan menghambat perkembangan perusahaan. Penentuan struktur modal yang tidak optimal disebabkan oleh permasalahan tersebut. Masalah struktur modal menarik perhatian sejumlah peneliti, karena sebagian besar perusahaan atau perusahaan bisnis apapun membutuhkan hutang atau penggunaan dana pihak kedua selain modal sendiri (Momami et al., 2010). Menurut Setiawati (2011) suatu perusahaan perlu mengusahakan tercapainya keseimbangan yang optimal dalam menggunakan dua sumber dana untuk menentukan struktur modal baik dari hutang maupum ekuitas dalam menentukan struktur modal.


(21)

Struktur modal berbeda dengan struktur keuangan dimana strukturkeuangan perusahaan terdiri dari seluruh hutang yaitu hutang jangka pendek, hutangjangka panjang, dan modal sendiri yang digunakan perusahaan untuk memenuhikebutuhan pendanaan/belanjanya.Sedangkan struktur modal adalah pendanaanpermanen perusahaan yang terdiri dari hutang jangka panjang dan modal sendiri(shareholder’s

equity) yang digunakan perusahaan untuk memenuhi

kebutuhanpendanaan/belanjanya.Keputusan struktur modal atau pendanaan dilakukan dengan tidak tepat dan tidak cermat akan menimbulkan biaya modal yang tinggi sehingga akan berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan. Biaya modal (cost of capital) merupakan biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan untuk mendapatkan pendanaan eksternal (Stice dan Skousen, 2009:387).Struktur Modal dalam penelitian ini diproksikan dengan debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai hutang dengan ekuitas. Rasio ini diukur dengan cara membandingkan antara seluruh hutang, termasuk hutang lancar dengan seluruh ekuitas (Kasmir, 2013:157).

� = ℎ � × 100%… … … …. . (4)

2.1.2 Teori Struktur modal

2.1.2.1The Modigliani Miller Model

Teori struktur modal didasarkan atas prilaku investor dan dilakukannya studi formal secara sistematis.Franco Modigliani dan Merton Miller (MM) memperkenalkan model teori struktur modal secara sistematis, scientific dan atas


(22)

dasar penelitian terus menerus. Perlu diperhatikan bahwa MM memperkenalkan teori struktur modal dengan beberapa asumsi sebagai berikut (Sartono, 2001:230) :

1) Risiko bisnis perusahaan dapat diukur dengan standar deviasi laba sebelum bunga dan pajak dan perusahaan yang memiliko risiko bisnis sama dikatakan berbeda dalam kelas yang sama.

2) Semua investor dan investor potensial memiliki estimasi sama terhadap EBIT perusahaan dimasa dating, dengan demikian semua investor memiliki harapan yang sama atau homogeneous expectationtentang laba perusahaan dan tingkat risiko perusahaan.

3) Saham dan obligasi diperdagangkan dalam pasar modal yang sempurna. Adapun criteria pasar modal yang efisien adalah:

(1) Informasi selalu tersedia bagi semua investor (symmetric information) dan dapat diperoleh tanpa biaya.

(2) Tidak ada biaya transaksi dan investor bersikap rasional. (3) Investor dapat melakukan diversifikasi secara sempurna. (4) Tidak ada pajak pendapatan perseorangan.

(5) Investor baik individu maupun institusi dapat meminjam dengan tingkat bunga yang sama seperti halnya perusahaan sebesar tingkat bunga bebas risiko.

Kemudian MM mengenalkan teori struktur modal dengan asumsi tidak ada pajak, sehingga struktur modal tidak memengaruhi niai perusahaan.Dalam perkembangannya MM memasukan adanya unsure pajak. Dalam kondisi ada pajak,


(23)

perusahaan yang memiliki leverageakan memiliki nilai lebih tinggi jika dibandingkan dengan perusahaan tanpa leverage. Kenaikan nilai perusahaan terjadi karena pembayaran bunga atas hutang merupakan pengurang pajak oleh karena itu laba operasi yang mengalir kepada investor menjadi semakin besar.

2.1.2.2 Pecking Order Theory

Teori pecking order ini pertama kali dikemukakan oleh Myers dan Majluf pada tahun 1984. Disebut teori pecking order karena teori ini menjelaskan mengapa perusahaan akan menentukan hierarki sumber dana yang paling disukai. Menurut Suad Husnan (2012:324) secara ringkas teori tersebut menyatakan bahwa:

1) Perusahaan menyukai internal financing (pendanaan dari hasil operasi perusahaan).

2) Perusahaan mencoba menyesuaikan rasio pembagian deviden yang ditargetkan dengan berusaha menghindari perubahan pembayaran deviden secara drastis.

3) Kebijakan deviden yang relatif segan untuk diubah, disertai dengan fluktuasi profitabilitas dan kesempatan investasi yang tidak bisa diduga, mengakibatkan bahwa dana hasil operas kadang-kadang melebihi kebutuhan dana untuk investasi, meskipun pada kesempatan yang lain, mungkin kurang. Apabila dana hasil operasi kurang dari kebutuhan investasi, maka perusahaan akan mengurangi saldo kas atau menjual sekuritas yang dimiliki.


(24)

4) Apabila pendanaan dari luar (external financing) diperlukan, maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling “aman” terlebih dahulu yaitu dimulai dengan penerbitan obligasi, kemudian diikuti oleh sekuritas yang berkarakteristik opsi (seperti obligasi konversi), baru akhirnya apabila masih belum mencukupi, saham baru diterbitkan. Menurut Sartono (2010:249) perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi akan menggunakan dana pinjaman yang sedikit, hal ini sesuai dengan pecking order theory, karena kebutuhan dana sudah tercukupi dari menggunakan sumber dana internal yaitu laba ditahan sedangkan perusahaan yang kurang profitable akan menggunakan hutang yang lebih besar.

2.1.2.3 TeoriTrade Off

Teori struktur modal ini dikemukakan oleh Mars pada tahun 1982.Menurut Brigham & Houston (2011:183), dijelaskan mengenai ringkasan teori pertukaran (trade-off theory) adalah adanya fakta bahwa bunga yang dibayarkan sebagai beban pengurang pajak membuat hutang menjadi lebih murah dibandingkan dengan saham biasa atau saham preferen. Secara tidak langsung, pemerintah membayar sebagian biaya hutang atau dengan kata lain hutang memberikan manfaat perlindungan pajak. Rasio hutang yang optimal ditentukan berdasarkan pada perimbangan antara manfaat dan biaya yang timbul akibat penggunaan hutang. Secara prinsip, tambahan hutang masih dapat dilakukan perusahaan selama manfaat yang diberikan masih jauh lebih besar dan adanya aktiva tetap sebagai jaminan, tetapi jika biaya hutang sudah terlalu


(25)

tinggi, perusahaan seharusnya tidak menambah hutang lagi untuk menghindari resiko yang tidak diinginkan yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Trade-off Theorymuncul karena penggabungan teori Modigliani-Miller yang memasukkan biaya kebangrutan dan biaya agensi. Sitanggang (2013:88) mengemukakan penggunaan hutang 100% sulit ditemui dalam praktek, tetapi kenyataannya semakin banyak hutang semakin tinggi risiko yang akan ditanggung perusahaan. Seperti biaya kebangkrutan, biaya keagenan dan biaya bunga yang semakin besar dan sebagainya. Pada teori ini, dilakukan pertukaran manfaat pajak dengan potensi kebangrutan yaitu apabila perusahaan mengharapkan laba yang besar sebagai akibat penghematan pajak, maka bersiap-siap menerima risiko biaya dari potensi kebangkrutan.

2.1.2.4 Signalling Theory

Signalling theory merupakan langkah-langkah manajemen dalam perusahaan yang seharusnya memberikan petunjuk secara implisit kepada investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Sebuah perusahaan dengan prospek yang tidak menguntungkan akan ingin menjual saham, yang artinya menarik investor baru untuk berbagi kerugian yang mereka alami. Perusahaan dengan prospek yang sangat cerah lebih memilih untuk melakukan pendanaan melalui penawaran saham baru, sedangkan perusahaan dengan prospek yang buruk akan memilih untuk melakukan pendanaan dengan ekuitas pihak luar. Jika ada pengumuman penawaran saham biasannya akan dianggap sebagai suatu sinyal bahwa prospek perusahaan tidak terlalu cerah. Jika prospek perusahaan itu sebetulnya cerah hal ini sebaiknya


(26)

perusahaan dalam waktu normal, menggunakan lebih banyak ekuitas dan lebih sedikit hutang (Houston dan Brigham, 2006:38-40).

2.1.3 Pertumbuhan Penjualan

Pertumbuhan penjualan merupakan selisih antara jumlah penjualan periode ini dengan periode sebelumnya dibandingkan dengan penjualan periode sebelumnya.Menurut (Brigham dan Houston, 2006:39) adanya pengaruh pertumbuhan penjualan, perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil.

Perusahaan yang berada dalam industri yang mempunyai laju pertumbuhan yang tinggi, harus menyediakan modal yang cukup untuk membelanjai perusahaan.Perusahaan yang bertumbuh pesat cenderung lebih banyak menggunakan hutangdaripada perusahaan yang tumbuh secara lambat(Weston dan Brigham, 2002: 25).Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil berarti memiliki aliran kas yang relatif stabil pula, maka dapat menggunakan hutang lebih besar daripada perusahaan- perusahaan dengan penjualan yang tidak stabil (Sartono, 2010:248). Pertumbuhan penjualan dapat dihitung dengan rumus (Weston dan Copeland, 2008:35):


(27)

2.1.4 Struktur Aktiva

Struktur aktiva merupakan perbandingan antara aktiva tetap dengan total aktiva.Struktur aktiva menggambarkan sebagian jumlah aktiva yang dapat dijadikan jaminan (collateral value of aktivas).Myers dan Majluf pada tahun 1984 menyatakan bahwa komposisi aktiva yang dapat dijadikanjaminan perusahaan dapat mempengaruhi pembiayaannya. Perusahaan yang sebagian besar dari aktivanya sendiri dari aktiva lancar akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan dananya dengan hutang jangka pendek (Riyanto, 2011:298). Disisi lain, jika perusahaan menggunakan hutang yang disertai dengan jaminan maka akan mengurangi resiko kebangkrutan perusahaan. Perusahaan yang memiliki aktiva yang dapat diserahkan sebagai jaminan pinjaman, maka akan cenderung menggunakan hutang dalam jumlah yang besar. Perusahaan yang struktur aktivanya memiliki perbandingan aktiva tetap jangka panjang lebih besar akan menggunakan hutang jangka panjang lebih banyak karena aktiva tetap yang dapat digunakan sebagai jaminan hutang (Brigham dan Houston, 2011:188).

Siyilgan et al (2006) mengemukakan, struktur aktiva memiliki pengaruh pada keputusan pendanaan perusahaan dikarenakan memiliki tingkat informasi asimetris yang rendah dan memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan intangible aktivas

apabila perusahaan mengalami kebangkrutan.Struktur Aktiva dapat dihitung dengan rumus (Weston dan Brigham, 2005:175):


(28)

2.1.5 Pertumbuhan Aktiva

Pertumbuhan aktiva merupakan selisih antara jumlah aktiva periode ini dengan periode sebelumnya dibandingkan dengan aktiva periode sebelumnya. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai sumber pembiayaannya, sedangkan perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah sebaiknya menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaannya karena penggunaan hutangakan mengharuskan perusahaan tersebut membayar bunga secara teratur (Sriwandany, 2006). Semakin besar aktiva maka diharapkan semakin besar pula hasil operasional yang dilakukan oleh perusahaan. Peningkatan aktiva yang diikuti peningkatan hasil operasi akan semakin menambah kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan. Semakin cepat perusahaan maka semakin besar pembiayaan dana untuk pembiayaan ekspansi. Pertumbuhan yang lebih cepat harus mengandalkan diri pada modal eksternal (Brigham dan Houston, 2011:189). Perusahaan yang menginginkan pertumbuhan akan menggunakan dana internalnya terlebih dahulu maka semakin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, maka semakin besar kebutuhan dana yang diperlukan untuk membiayai pertumbuhan tersebut (Husnan dan Pudjiastuti, 2006:311). Pertumbuhan Aktiva dalam penelitian ini adalah selisih total aktiva pada tahun ini dengan total aktiva pada tahun sebelumnya terhadap total aktiva tahun sebelumnya. Tingkat pertumbuhan perusahaan dapat dihitung dengan rumus (Safrida, 2008) :


(29)

2.2 Hipotesis

2.2.1 Pengaruh Pertumbuhan Penjualan terhadap Struktur Modal

Salah satu faktor yang mempengaruhi struktur modal adalah pertumbuhan penjualan.Pertumbuhan penjualan merupakan selisih antara jumlah penjualan periode ini dengan periode sebelumnya dibandingkan dengan penjualan periode sebelumnya.Bagi perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, kecenderungan penggunaan hutang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan dengan tingkat pertumbuhan rendah (Halim, 2007:92).Kusumajaya (2011) mengemukakan bahwa

tingkat pertumbuhan perusahaan yang diukur dengan pertumbuhan penjualan

memengaruhi nilai perusahaan sebab pertumbuhan penjualan menjadi tanda perkembangan perusahaan yang baik. Adanya kecenderungan perusahaan dengan tingkat

pertumbuhan yang tinggi menghasilkan tingkat arus kas masa depan dan kapitalisasi

pasar yang tinggi sehingga memungkinkan perusahaan memiliki biaya modal rendah (Sriwardany, 2006). Menurut Barton et al.(1989) perusahaan dengan tingkat

pertumbuhan akan memengaruhi kemampuan mempertahankan keuntungan.

Perusahaan dengan pertumbuhan penjualan yang stabil dapat lebih aman, lebih

banyak pinjaman dan lebih mampu menanggung beban yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang pertumbuhan penjualannya tidak stabil.Sitanggang (2012:33)

menyatakan bahwa rasio pertumbuhan pada dasarnya adalah untuk mengetahui seberapa besar pertumbuhan prestasi yang dicapai perusahaan pada kurun waktu

tertentu.Perusahaan yang penjualannya mengalami pertumbuhan secara cepat akan perlu untuk menambah aktiva tetapnya, sehingga pertumbuhan perusahaan yang


(30)

tinggi akan menyebabkan perusahaan mencari dana yang lebih besar (Pandey, 2001). Tingkat pertumbuhan penjualan merupakan ukuran sampai sejauhmana penjualan perusahaan dapat ditingkatkan, sehingga semakin tinggi peningkatan penjualan, maka akan semakin tinggi pula struktur modal perusahaan.

Dewani (2010) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pertumbuhan penjualan berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal.Elim (2010) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pertumbuhan penjualan berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal.Santika (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pertumbuhan penjualan berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal. Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu, maka hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:

H1 :Pertumbuhan Penjualan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Struktur Modal.

2.2.2 Pengaruh Struktur Aktiva terhadap Struktur Modal

Faktor kedua yang mempengaruhi struktur modal adalah struktur aktiva. Sitanggang (2013:75) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki komposisi aktiva tetap berwujud yang jumlahnya besar, tentu akan mempunyai peluang untuk memperoleh tambahan modal dengan hutang karena aktiva tetap tersebut dapat dijadikan sebagai agunan untuk memperoleh hutang. Dengan demikian struktur aktiva dapat digunakan untuk menentukan seberapa besar hutang jangka panjang


(31)

yang dapat diambil dan hal ini akan berpengaruh juga terhadap penentuan besarnya struktur modal.

Hasil penelitian Utami (2009) dalam penelitiannya menyatakan bahwa struktur aktiva berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal.Penelitin yang dilakukan oleh Joni dan Lina (2010) dalam penelitiannya menyatakan bahwa struktur aktiva berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal.Hasil penelitian Indrajaya (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa struktur aktiva berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal.Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu, maka hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:

H2 : Struktur Aktiva berpengaruh positif dan signifikan terhadap Struktur Modal.

2.2.3 Pengaruh Pertumbuhan Aktiva terhadap Struktur Modal

Faktor ketiga yang mempengaruhi struktur modal adalah pertumbuhan aktiva.Pertumbuhan aktiva merupakan selisih antara jumlah aktiva periode ini dengan periode sebelumnya dibandingkan dengan aktiva periode sebelumnya.Semakin besar aktiva maka diharapkan semakin besar pula hasil operasional yang dilakukan oleh perusahaan. Peningkatan aktiva yang diikuti peningkatan hasil operasi akan semakin menambah kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan. Semakin cepat pertumbuhan perusahaan maka semakin besar pembiayaan dana untuk pembiayaan ekspansi. perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah kebutuhan modal baru relatif kecil sehingga dapat dipenuhi dari laba di tahan. Perusahaan dengan tingkat


(32)

pertumbuhan yang tinggi cenderung menggunakan hutang yang relatif besar daripada perusahaan dengan pertumbuhan yang rendah (Atmaja, 2008:274)

Hasil penelitian Joni dan Lina (2010) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pertumbuhan aktivaberpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal.Baharuddin, dkk (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pertumbuhan aktiva berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal. Penelitian yang dilakukan Firnanti (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pertumbuhan aktiva berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal.Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu, maka hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut: H3 : Pertumbuhan Aktiva berpengaruh positif dan signifikan terhadap Struktur

Modal.

2.3 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan landasan teori dan beberapa penelitian terdahulu yang telah diuraikan diatas, maka disusun hipotesis yang merupakan alur pemikiran dari peneliti, kemudian digambarkan dalam kerangka teoritis yang disusun pada Gambar.

Gambar 2.1 Pengaruh Pertumbuhan Penjualan, Struktur Aktiva, dan Pertumbuhan Aktiva terhadap Struktur Modal (Studi pada Restaurant Pawitra Sari di Ubud)


(33)

H1 (+)

H2 (+)

H3 (+)

Sumber :Hasni Yusrianti (2013) Pertumbuhan

Penjualan

Struktur Aktiva Struktur Modal

Pertumbuhan Aktiva


(1)

2.1.5 Pertumbuhan Aktiva

Pertumbuhan aktiva merupakan selisih antara jumlah aktiva periode ini dengan periode sebelumnya dibandingkan dengan aktiva periode sebelumnya. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai sumber pembiayaannya, sedangkan perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah sebaiknya menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaannya karena penggunaan hutangakan mengharuskan perusahaan tersebut membayar bunga secara teratur (Sriwandany, 2006). Semakin besar aktiva maka diharapkan semakin besar pula hasil operasional yang dilakukan oleh perusahaan. Peningkatan aktiva yang diikuti peningkatan hasil operasi akan semakin menambah kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan. Semakin cepat perusahaan maka semakin besar pembiayaan dana untuk pembiayaan ekspansi. Pertumbuhan yang lebih cepat harus mengandalkan diri pada modal eksternal (Brigham dan Houston, 2011:189). Perusahaan yang menginginkan pertumbuhan akan menggunakan dana internalnya terlebih dahulu maka semakin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, maka semakin besar kebutuhan dana yang diperlukan untuk membiayai pertumbuhan tersebut (Husnan dan Pudjiastuti, 2006:311). Pertumbuhan Aktiva dalam penelitian ini adalah selisih total aktiva pada tahun ini dengan total aktiva pada tahun sebelumnya terhadap total aktiva tahun sebelumnya. Tingkat pertumbuhan perusahaan dapat dihitung dengan rumus (Safrida, 2008) :


(2)

2.2 Hipotesis

2.2.1 Pengaruh Pertumbuhan Penjualan terhadap Struktur Modal

Salah satu faktor yang mempengaruhi struktur modal adalah pertumbuhan penjualan.Pertumbuhan penjualan merupakan selisih antara jumlah penjualan periode ini dengan periode sebelumnya dibandingkan dengan penjualan periode sebelumnya.Bagi perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, kecenderungan penggunaan hutang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan dengan tingkat pertumbuhan rendah (Halim, 2007:92).Kusumajaya (2011) mengemukakan bahwa tingkat pertumbuhan perusahaan yang diukur dengan pertumbuhan penjualan memengaruhi nilai perusahaan sebab pertumbuhan penjualan menjadi tanda perkembangan perusahaan yang baik. Adanya kecenderungan perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi menghasilkan tingkat arus kas masa depan dan kapitalisasi pasar yang tinggi sehingga memungkinkan perusahaan memiliki biaya modal rendah (Sriwardany, 2006). Menurut Barton et al.(1989) perusahaan dengan tingkat pertumbuhan akan memengaruhi kemampuan mempertahankan keuntungan.

Perusahaan dengan pertumbuhan penjualan yang stabil dapat lebih aman, lebih banyak pinjaman dan lebih mampu menanggung beban yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang pertumbuhan penjualannya tidak stabil.Sitanggang (2012:33) menyatakan bahwa rasio pertumbuhan pada dasarnya adalah untuk mengetahui seberapa besar pertumbuhan prestasi yang dicapai perusahaan pada kurun waktu tertentu.Perusahaan yang penjualannya mengalami pertumbuhan secara cepat akan perlu untuk menambah aktiva tetapnya, sehingga pertumbuhan perusahaan yang


(3)

tinggi akan menyebabkan perusahaan mencari dana yang lebih besar (Pandey, 2001). Tingkat pertumbuhan penjualan merupakan ukuran sampai sejauhmana penjualan perusahaan dapat ditingkatkan, sehingga semakin tinggi peningkatan penjualan, maka akan semakin tinggi pula struktur modal perusahaan.

Dewani (2010) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pertumbuhan penjualan berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal.Elim (2010) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pertumbuhan penjualan berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal.Santika (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pertumbuhan penjualan berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal. Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu, maka hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:

H1 :Pertumbuhan Penjualan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Struktur Modal.

2.2.2 Pengaruh Struktur Aktiva terhadap Struktur Modal

Faktor kedua yang mempengaruhi struktur modal adalah struktur aktiva. Sitanggang (2013:75) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki komposisi aktiva tetap berwujud yang jumlahnya besar, tentu akan mempunyai peluang untuk memperoleh tambahan modal dengan hutang karena aktiva tetap tersebut dapat dijadikan sebagai agunan untuk memperoleh hutang. Dengan demikian struktur aktiva dapat digunakan untuk menentukan seberapa besar hutang jangka panjang


(4)

yang dapat diambil dan hal ini akan berpengaruh juga terhadap penentuan besarnya struktur modal.

Hasil penelitian Utami (2009) dalam penelitiannya menyatakan bahwa struktur aktiva berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal.Penelitin yang dilakukan oleh Joni dan Lina (2010) dalam penelitiannya menyatakan bahwa struktur aktiva berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal.Hasil penelitian Indrajaya (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa struktur aktiva berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal.Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu, maka hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:

H2 : Struktur Aktiva berpengaruh positif dan signifikan terhadap Struktur Modal.

2.2.3 Pengaruh Pertumbuhan Aktiva terhadap Struktur Modal

Faktor ketiga yang mempengaruhi struktur modal adalah pertumbuhan aktiva.Pertumbuhan aktiva merupakan selisih antara jumlah aktiva periode ini dengan periode sebelumnya dibandingkan dengan aktiva periode sebelumnya.Semakin besar aktiva maka diharapkan semakin besar pula hasil operasional yang dilakukan oleh perusahaan. Peningkatan aktiva yang diikuti peningkatan hasil operasi akan semakin menambah kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan. Semakin cepat pertumbuhan perusahaan maka semakin besar pembiayaan dana untuk pembiayaan ekspansi. perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah kebutuhan modal baru relatif kecil sehingga dapat dipenuhi dari laba di tahan. Perusahaan dengan tingkat


(5)

pertumbuhan yang tinggi cenderung menggunakan hutang yang relatif besar daripada perusahaan dengan pertumbuhan yang rendah (Atmaja, 2008:274)

Hasil penelitian Joni dan Lina (2010) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pertumbuhan aktivaberpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal.Baharuddin, dkk (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pertumbuhan aktiva berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal. Penelitian yang dilakukan Firnanti (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pertumbuhan aktiva berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal.Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu, maka hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut: H3 : Pertumbuhan Aktiva berpengaruh positif dan signifikan terhadap Struktur

Modal.

2.3 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan landasan teori dan beberapa penelitian terdahulu yang telah diuraikan diatas, maka disusun hipotesis yang merupakan alur pemikiran dari peneliti, kemudian digambarkan dalam kerangka teoritis yang disusun pada Gambar.

Gambar 2.1 Pengaruh Pertumbuhan Penjualan, Struktur Aktiva, dan Pertumbuhan Aktiva terhadap Struktur Modal (Studi pada Restaurant Pawitra Sari di Ubud)


(6)

H1 (+)

H2 (+)

H3 (+)

Sumber :Hasni Yusrianti (2013) Pertumbuhan

Penjualan

Struktur Aktiva Struktur Modal

Pertumbuhan Aktiva