UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NURUL ISLAM INDONESIA MEDAN MELALUI PENDEKATAN REALISTIK.
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP
NURUL ISLAM INDONESIA MEDAN MELALUI PENDEKATAN REALISTIK
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh: NUR AZIZAH NIM. 8136172061
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2017
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
i ABSTRAK
NUR AZIZAH. Upaya Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa Kelas VIII SMP Nurul Islam Indonesia Medan Melalui Pendekatan Realistik. Tesis Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2016.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa (2) meningkatkan kemandirian belajar siswa (3) mengetahui aktivitas aktif siswa (4) mengetahui kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran (5) menganalisis proses jawaban siswa dalam menyelesaikan tes kemampuan koneksi matematis siswa. Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan di SMP Nurul Islam Indonesia Medan kelas VIII-2 sebanyak 30 orang. Instrument yang digunakan terdiri dari: tes kemampuan koneksi matematis dan angket kemandirian belajar siswa. Analisis data yang dilakukan dengan menentukan persentase ketuntasan belajar. Penelitian ini terdiri dari dua siklus yaitu siklus I dan siklus II terdiri dari 6 pertemuan. Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh hasil penelitian yaitu: (1) meningkatnya kemampuan koneksi matematis siswa. (2) meningkatnya kemandirian belajar siswa. (3) Aktifitas aktif siswa meningkat pada siklus II dengan kategori baik. (4) Proses penyelesaian jawaban siswa menyelesaikan tes kemampuan koneksi matematis dan kemandirian belajar siswa lebih baik. Sehingga pembelajaran menggunakan pendekatan realistik dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematis dan kemandirian belajar siswa. Pembelajaran dengan pendekatan realistik dapat dijadikan salah satu alternatif bagi guru matematika dalam menyajikan materi pelajaran.
Kata kunci : Pendekatan Realistik, Koneksi Matematis, Kemandirian Belajar Siswa
(7)
ii ABSTRACT
Nur Azizah. Effort to Improve The Mathematics Connection Ability and Self Regulated students Junior Class VIII Nurul Islam Indonesia Medan Throght Realistic Approach, Thesis Mathematics Education Graduate Medan State University, 2016.
This study aims: (1) improve the mathematics connection ability (2) increase the independence of student learning (3) determine the activities of active students (4) determine the ability of teachers manage learning (5) analyzes the responses of the students in solving mathematical connection ability of students. This research is the Classroom Action Research held at SMP Nurul Islam Indonesia Medan. Research subjects in class VIII-2 as many as 30 people. The study consisted of two cycles of the first cycle and the second cycle consist of 6 meetings. The results of this study are (1) improve of mathematics student connection ability. (2) increasing independence of student. (3) activ in activity increased in the second cycle student in both categories. (4) the process of settlement of the answers the students completed tests of mathematics connection ability and self regulated of student better. So learning to use the realistic approach can improve the mathematical connection capability and independence of student learning. Learning with a realistic approach can be used as an alternative for mathematics teachers in presenting the subject matter.
Keywords: Mathematics Realistic Approach, Mathematics Connection, Self Regulated
(8)
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillaahi robbil ‘aalamiin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat segala rahmat dan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis dengan judul: “Upaya Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa Kelas VIII SMP Nurul Islam Indonesia Medan Melalui Pendekatan Realistik”. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika di Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan.
Penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dengan segala ketulusannya baik langsung maupun tidak langsung sampai selesainya tesis ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan kebaikan tersebut dengan kebaikan yang lebih banyak. Terima kasih dan penghargaan khususnya penulis sampaikan kepada:
1. Terutama kepada Ayahanda Zulhanuddin, kakakku Ummi Hanifah S.Pd , Abanganda Rahmat Tua S.Pd dan adikku Khoirul Syarip, S.Pd yang telah memberikan doa, rasa kasih sayang, perhatian dan dukungan serta dorongan selama pendidikan hingga terselesaikannya studi ini.
2. Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd, selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, arahan serta motivasi yang sangat berarti bagi penulis mulai awal penyusunan sampai tesis ini selesai.
(9)
iv
3. Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd, sebagai Pembimbing II yang telah mengarahkan dan memberikan motivasi yang sangat berarti bagi penulis sehingga terselesaikannya tesis ini.
4. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd, selaku Ketua Prodi Pendidikan Matematika Pascasarjana UNIMED yang telah banyak membantu dalam memberikan arahan kepada penulis dalam penulisan tesis ini.
5. Bapak Dr. Mulyono, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana UNIMED sekaligus narasumber yang telah banyak memberikan arahan dalam penyempurnaan tesis ini.
6. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd, Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd dan Ibu Dr. Yulita Moliq Rangkuti, M.Sc selaku narasumber yang telah banyak memberikan arahan dalam penyempurnaan tesis ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen di lingkungan Prodi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana UNIMED yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan yang bermakna dan membantu penulis selama menjalani pendidikan.
8. Bapak Dapot Tua Manullang, SE, M.Si selaku Staf Prodi Pendidikan Matematika Pascasarjana UNIMED.
9. Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd selaku Direktur Program Pascasarjana UNIMED.
10.Bapak Erwanto, S.Pd selaku Kepala Sekolah SMP Nurul Islam Indonesia Medan dan seluruh guru yang telah memberikan kesempatan dan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
(10)
v
11.Sahabat seperjuangan angkatan XXII Prodi Pendidkan Matematika khususnya teman-teman R.B-4, yang setia mengingatkan dan berdiskusi bersama, memberikan dorongan, semangat serta bantuan lainnya kepada penulis.
12.Semua pihak yang telah membantu dan memberikan masukan serta arahan dalam penyelesaian tesis ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang baik atas bantuan dan bimbingan yang diberikan. Dengan segala kekurangan dan keterbatasan, penulis berharap semoga tesis ini dapat memberi sumbangan dalam memperkaya penelitian-penelitian sebelumnya dan menjadi masukan bagi penelitian lebih lanjut.
Medan, Februari 2017 Penulis
(11)
vi DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
BAB I . PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 11
1.3 Batasan Masalah ... 12
1.4 Rumusan masalah ... 12
1.5 Tujuan Penelitian ... 13
1.6 Manfaat Penelitian ... 13
1.7 Definisi Operasional ... 14
BAB II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 KemampuanKoneksi Matematis ... 16
2.1.1Proses Penyelesaian Siswa Dalam Mengoneksikan Matematika.21 2.2 Kemandirian Belajar Siswa ... 22
2.2.1Karakteristik Siswa yang Memiliki kemandirian Belajar ... 27
2.2.2Strategi Kemandirian Belajar ... 27
2.2.3Pengembangan Kemandirian Belajar Matematika Siswa ... 30
2.3 Pendekatan Realistik Matematika ... 33
2.3.1Prinsip-Prinsip Realistik ... 35
2.3.2Karakteristik PMR ... 39
2.3.3Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Matematika Realistik ... 40
2.3.4Sajian Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel ... 46
2.3.5Teori-Teori yang Mendukung PMR... 48
2.3.6Respon Siswa ... 52
2.4 Kerangka Konseptual ... 54
2.5 Penelitian yang Relevan ... 55
2.6 HipotesisTindakan ... 59
BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 61
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 62
3.3 Subjek dan Objek Penelitian... 63
3.4 Mekanisme dan rancangan penelitian... 63
3.5 Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Penelitian ... 67
3.6 Instrumen danTeknik Pengumpulan Data ... 74
3.6.1InstrumenTes Kemampuan Koneksi Matematis ... 74
3.6.2Angket Kemandirian Belajar... 79
3.6.3Observasi ... 81
3.6.4Dokumen ... 81
(12)
vii
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Tindakan Kelas ... 90 4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian Tindakan Kelas Siklus I ... 92 4.1.2 Deskripsi Hasil Penelitian Tindakan Kelas Siklus II………...122 4.2 Temuan Penelitian ...146 4.3 Pembahasan Penelitian ...148 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ...159 5.2 Saran ...160 DAFTAR PUSTAKA ...162
(13)
viii
DAFTAR TABEL
Tabel
Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Matematika dengan PMR ... 42
Tabel 2.2 Sintaks Pendidikan Matematika Realistik ... 45
Tabel 3.1 Rerata Skor Validasi ... 66
Tabel 3.2 Hasil Validasi RPP ... 67
Tabel 3.3 Hasil Validasi LAS ... 70
Tabel 3.4 Kisi-kisi Soal Tes Kemampuan Koneksi Matematis Materi SPLDV ... 72
Tabel 3.5 Rubrik Penskoran ... 73
Tabel 3.6 Hasil Validasi Butir Soal ... 75
Tabel 3.7 Kisi-kisi Angket Kemandirian Belajar ... 76
Tabel 3.8 Kategori Lembar Observasi dan Angket Kemandirian ... 78
Tabel 3.9 Hasil perhitungan Uji Coba TKKM ... 80
Tabel 3.10 Interpretasi Realibilitas ... 81
Tabel 3.11 Interpretasi Aktivitas Siswa ... 83
Tabel 3.12 Kategori NKG ... 85
Tabel 4.1 Hasil Analisis Angket Kemandirian Belajar Siswa Sebelum ... 91
Tabel 4.2 Hasil Analisis Angket kemandirian Siswa Sesudah ... 95
Tabel 4.3 Kinerja Siswa Menyelesaikan LAS Siklus I ... 107
Tabel 4.4 Hasil Observasi Aktivitas Siklus I ... 108
Tabel 4.5 Persentase Hasil TKKM Siklus I ... 111
Tabel 4.6 Hasil Proses Penyelesaian Jawaban TKKM I ... 113
Tabel 4.7 Hasil Refleksi ... 119
Tabel 4.8 Persentase Aktivitas Siswa Siklus II ... 132
Tabel 4.9 Tes Kemampuan Koneksi matematis ... 135
Tabel 4.10 Proses penyelesaian Jawaban Siswa ... 136
Tabel 4.11 Refleksi Siklus II... 141
Tabel 4.12 Perbandingan Antara Siklus I dan Siklus II ... 142
(14)
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Gambar 1.1 Model Penyelesaian siswa ... 6
Gambar 2.1 Dua Tipe Koneksi ... 19
Gambar 2.2 Matematisasi konseptual De Lange... 35
Gambar 3.1 Modifikasi Spiral Tindakan Kelas ... 64
Gambar 4.1 Grafik Angket Kemandirian sebelum ... 93
Gambar 4.2 Grafik angket Kemandirian Sesudah... 97
Gambar 4.3 Aktivitas Guru ... 101
Gambar 4.4 Proses Penyelesaian Masalah LAS 1 ... 102
Gambar 4.5 Aktivitas Siswa Mempersentasikan Hasil Diskusi siklus I ... 104
Gambar 4.6 Proses Jawaban Siswa LAS 3 ... 106
Gambar 4.7 Grafik Persentase Aktivitas Siswa I ... 109
Gambar 4.8 Grafik Persentasi Aktivitas Guru I ... 109
Gambar 4.9 Grafik Persentase TKKM I ... 112
Gambar 4.10 Proses Penyelesaian Jawaban TKKM Butir 1 ... 114
Gambar 4.11 Aktivitas Guru Menjelaskan ... 124
Gambar 4.12 Proses Penyelesaian Jawaban Siswa ... 125
Gambar 4.13 Aktivitas Siswa Mempersentasikan Hasil Diskusi Siklus II ... 126
Gambar 4.14 Aktivitas Siswa dalam Kelompok ... 128
Gambar 4.15 Proses Jawaban Siswa TKKM II ... 129
Gambar 4.16 Persentase Aktivitas Siswa Siklus II ... 133
Gambar 4.17 Persentase Aktivitas Guru Siklus II ... 133
Gambar 4.18 Persentase TKKM Siklus II ... 136
Gambar 4.19 Proses Penyelesaian Jawaban Siswa Siklus II ... 138
(15)
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Tujuan pembelajaran di sekolah menurut kurikulum 2013 adalah untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi yang beriman dan produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkonstribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Menurut NCTM 2000 (Van de walle, 2008 : 3) kurikulum lebih dari sekedar kumpulan aktivitas, kurikulum harus koheren, difokuskan pada matematika yang penting dan berkaitan dengan baik antar tingkat kelas.
Matematika sebagai ratunya ilmu pengetahuan (queen of sciences) sangat dibutuhkan dalam era globalisasi, karena melalui matematika ilmu pengetahuan yang lain menjadi sempurna dalam menjawab berbagai masalah kehidupan sehari-hari. Melihat pentingnya peranan matematika dalam ilmu pengetahuan dan teknologi serta dalam kehidupan sehari-hari maka matematika perlu dipahami oleh peserta didik mulai dari tingkat pendidikan prasekolah hingga tingkat perguruan tinggi.
Maka pendidikan di Indonesia mengalami perkembangan dari tahun ke tahun, salah satunya matematika. Pendidikan matematika dari hari ke hari semakin berkembang dan senantiasa menjadi penyokong dalam perkembangan teknologi, sains dan dalam dunia bisnis.
Dengan perkembangan IPTEK yang semakin pesat diperlukan adanya sumber daya manusia yang handal dan mampu berkompetisi secara global. Untuk mencapai tujuan tersebut dalam pendidikan matematika kita dituntut untuk
(16)
2
mempersiapkan insan yang dapat berpartisipasi dalam meningkatkan pendidikan matematika. Setidaknya seseorang itu bisa dalam matematika dasar dan untuk lebih spesifiknya mempunyai kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking). Akan tetapi pada kenyataannya, kita tidak dapat memungkiri bahwa masih banyak guru matematika sekarang ini yang masih menganut paradigma transfer of knowledge dalam hal mengambil keputusan di kelas, di mana interaksi dalam pembelajaran hanya terjadi satu arah yaitu dari guru sebagai sumber informasi dan siswa sebagai penerima informasi, dalam hal ini siswa tidak diberikan banyak kesempatan untuk berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) di kelas, dengan kata lain pembelajaran lebih berpusat pada guru, bukan pada siswa. Pembelajaran matematika yang dilaksanakan dewasa ini orientasinya lebih cenderung ditujukan pada pencapaian target materi ataupun pencapaian hasil belajar.
Salah satu mata pelajaran yang merefleksikan tujuan dari kurikulum 2013 adalah matematika. Teknologi penting dalam belajar dan mengajar matematika, teknologi mempengaruhi matematika yang diajarkan dan meningkatkan proses belajar siswa (Van de walle, 2008: 3). Karena matematika merupakan ilmu yang berkembang sesuai dengan perkembangan IPTEK menyebabkan matematika dipandang sebagai ilmu yang terstruktur, hubungan cara berpikir dan memahami dunia sekitar. Siswa diharapkan dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam mempelajarai berbagai ilmu lainnya yang penekanannya pada penataan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan pembentukan sikap siswa serta keterampilan dalam penerapan matematika. Menurut Soedjadi bahwa pendidikan matematika memiliki dua tujuan besar yang
(17)
3
meliputi pertama tujuan yang bersifat formal, yang memberi tekanan pada penataan nalar anak serta pembentukan pribadi anak kedua tujuan yang bersifat material yang memberi tekanan pada penerapan matematika serta kemampuan memecahkan masalah matematika. Hal ini di perkuat oleh NCTM (2000: 67) yang merekomendasikan lima kompetensi standar matematika yaitu kemampuan pemecahan masalah (Problem Solving), Komunikasi (Communication), Koneksi (Connection),Penalaran(Reasoning), dan Representasi (Representation). Kelima standar kompetensi yang dikenal sebagai keterampilan matematika (Doing Math ) ini diharapkan mampu memenuhi kebutuhan peserta didik pada masa kini dan masa datang melalui tugas matematika yang dapat mendukung tujuan di atas.
Masalah yang dihadapi dalam pembelajaran matematika di Indonesia adalah rendahnya penguasaan siswa tentang matematika.Hal ini dapat dilihat dari rendahnya prestasi siswa di tingkat nasional maupun internasional. Berdasarkan rangking TIMSS 2011 Indonesia jauh di bawah Internasional yaitu menempati rangking ke 52 dari 56 negara yang berpartisipasi dalam kompetisi matematika (http://nces.ed.gov/timss/tables11.asp) sedangkan dalam rangking PISA 2012
Indonesia menempati rangking 64 dari 65 negara
(http://www.kopertis12.or.id/2013/12/05/skor-pisa-posisi-indonesia-nyaris-jadi-juru-kunci.html). Keberhasilan belajar siswa di pengaruhi oleh beberapa faktor, ada yang berasal dari diri siswa itu sendiri dan ada juga faktor dari luar seperti dalam pembelajaran.
Peneliti pernah bertanya kepada siswa SMP NURUL ISLAM INDONESIA MEDAN tentang bagaimana tanggapan siswa terhadap pelajaran matematika. Pada umumnya siswa mengatakan bahwa pelajaran matematika sulit dipahami,
(18)
4
karena itu siswa menjadi malas dan enggan untuk membuka pelajaran matematika.Jadi pada akhirnya dari ketidaksukaan siswa dalam mempelajari matematika, maka menurunlah prestasi belajar matematika siswa. Rata-rata nilai yang diperoleh siswa disekolah hanya mencapai KKM yang ditentukan oleh sekolah.Dimana nilai matematika yang diperoleh siswa masih banyak yang hanya sebatas KKM sementara KKM yang ditentukan sekolah adalah 70. Hal ini dilihat dari nilai rapor siswa dimana dari 30 siswa dalam kelas tersebut masih 40 % siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM.
Salah satu yang menjadi permasalahan dalam pembelajaran matematika adalah rendahnya koneksi matematis dan kemandirian belajar siswa. Kurikulum 2013 tentang matematika SMP siswa dituntut memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi. Menurut Fauzi (2011 : 1) pemahaman erat kaitannya dengan koneksi matematis (mathematics conection), dikarenakan dalam pemahaman siswa dituntut untuk memahami lebih dari satu konsep dan merelasikannya. Dalam pembelajaran matematika siswa harus menguasai kemampuan koneksi matematis yaitu siswa harus mampu mengaitkan antara ide-ide dan konsep yang ada dalam pelajaran matematika.
Matematika sebagai ilmu yang terstruktur dan sistematik mengandung arti bahwa konsep dan prinsip dalam matematika adalah saling berkaitan antara satu dengan lainnya.Dalam belajar matematika untuk mencapai pemahaman yang bermakna siswa harus memiliki kemampuan koneksi matematis yang memadai. Menurut NCTM (2000) berpikir matematis melibatkan mencari koneksi dan membuat koneksi untuk membangun pemahaman matematik. Tanpa koneksi, siswa harus belajar dan mengingat terlalu banyak konsep dan keterampilan.
(19)
5
Melalui koneksi matematis siswa juga bisa membangun pemahaman baru pada pengetahuan sebelumnya.Agar siswa lebih berhasil dalam belajar matematika, maka siswa harus lebih banyak diberi kesempatan untuk melihat keterkaitan antara konsep-konsep yang satu dengan yang lainnya.
Menurut NCTM oleh Yulianti (Rendya, dkk, 2012 : 1) koneksi matematik merupakan bagian penting yang harus mendapatkan penekanan disetiap jenjang pendidikan. Sedangkan tujuan koneksi matematis menurut NCTM dalam Herdian (Rendya, dkk, 2012 : 1) yang diberikan pada siswa di sekolah menengah adalah agar siswa dapat: 1) Mengenali representasi yang ekuivalen dari suatu konsep yang sama, 2) Mengenali hubungan prosedur satu representasi ke prosedur representasi yang ekivalen, 3) Menggunakan dan menilai koneksi beberapa topik matematika, 4) Menggunakan dan menilai koneksi antara matematika dan disiplin ilmu yang lain
Kenyataan yang terjadi, kemampuan koneksi matematis siswa masih belum baik. Hasil pekerjaan siswa masih tidak sesuai dengan prosedur penyelesaian yang diajarkan, dimana siswa belum mampu mengaitkan konsep-konsep yang telah mereka pelajari sebelumnya dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan topik pelajaran. Salah satu hasil penelitian yang menunjukkan bahwa kemampuan koneksi matematis masih rendah adalah hasil penelitian Ruspiana (Nurul, ddk , 2013 :151) yang menunjukkan nilai rata-rata kemampuan koneksi matematis siswa sekolah menengah masih rendah yaitu kurang dari 60 pada skor 100 (22,2% untuk koneksi matematis pada pokok bahasan lain, 44% untuk koneksi pada bidang studi lain, dan 67,3% untuk koneksi matematika pada kehidupan sehari-hari)
(20)
6
Dari hal di atas diperkuat oleh hasil penelitian awal yang dilakukan peneliti dengan memberikan soal kepada siswa untuk melihat bagaimana siswa menyelesaikan soal tersebut. Dari 30 orang siswa hanya 5 orang yang menjawab benar dan lengakap. Jawaban siswa tentang soal yang diberikan sebagai berikut. Pada tempat parkir yang luasnya 870 terdapat bus dan mobil dimana jumlah bus dan mobil adalah 40 buah. Jika tiap bus membutuhkantampat 24 dan tiap mobil membutuhkan tempat 6 . Maka banyak bus pada tempat parkir tersebut adalah…(jika model semua parkir bus dan mobil sama).
Gambar: 1.1 Model penyelesaian yang dibuat oleh siswa dalam tes kemampuan koneksi matematis
Dari jawaban soal siswa tersebut terlihat bahwa siswa mengalami kesulitan untuk memahami maksud soal tersebut, mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui dan unsur-unsur yang ditanya, merumuskan apa yang diketahui dari soal
(21)
7
tersebut, menentukan rumus yang digunakan, dan rencana penyelesaian siswa tidak terarah dan strategi penyelesaian dari jawaban yang dibuat siswa tidak benar. Kemampuan koneksi matematis siswa belum nampak dari penyelesaian yang dibuat oleh siswa. Dimana siswa belum bisa menghubungkan penyelesaiannya menggunakan sistem persamaan linear dua variabel dengan kehidupan sehari-hari. Siswa juga belum mampu menguraikan langkah-langkah dalam menggunakan strategi koneksi matematis serta belum bisa memberikan argumentasi yang baik dalam pembuktian kebenaran pilihan jawaban yang disajikan. Dari uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa kemampuan koneksi matematis siswa masih kurang. Siswa menunjukkan kemampuan koneksi matematis ketika mereka memberikan bukti bahwa mereka dapat memenuhi indikator matematis menurut NCTM yaitu: 1) Mengenali dan menggunakan hubungan antar ide-ide dalam matematika, 2) Memahami keterkaitan ide-ide matematika dan membentuk ide satu dengan yang lain sehingga mengahsilkan suatu keterkaitan yang menyeluruh, 3) Mengenali dan mengaplikasikan matematika ke dalam dan lingkungan di luar matematika.
Dengan koneksi matematis diharapkan siswa mampu memahami apa yang menjadi akar persoalan dan mencari strategi yang tepat untuk persoalan yang dimaksud, serta memiliki kemampuan untuk memeriksa kembali hasil yang diperoleh. Oleh karenanya penelitian ini diharapkan akan mampu memperbaiki proses pembelajaran. Selain dari koneksi matematis kemandirian belajar siswa sangat dibutuhkan dalam penyelesaian masalah dan prestasi belajar siswa.
Dalam pembelajaran matematika kemandirian sangat penting karena kemandirian merupakan sikap pribadi yang sangat diperlukan oleh setiap individu.
(22)
8
Kebanyakan siswa masih banyak yang belum mampu secara mandiri menemukan, mengenal, merinci hal-hal yang berlawanan dan menyusun pertanyaan-pertanyan yang timbul dari masalahnya. Dikarenakan siswa masih terfokus terhadap guru dan masih tergantung kepada guru. Hal ini senada dengan Fauzi (2011) pentingnya kemandirian belajar matematika karena dituntut kurikulum agara siswa dapat menghadapi persoalan di dalam kelas maupun di luar kelas yang semakin kompleks dan mengurangi ketergantungan siswa dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, peserta didik mengatur pembelajarannya sendiri dengan mengaktifkan kognitif, afektif dan perilakunya yang ada pada dirinya sehingga tercapai tujuan belajar yang diinginkan. Pada kemandirian belajarhal yang paling penting adalah adanya inisiatif dan motivasi dalam diri siswa sendiri sehingga pembelajaran akan lebih efektif. Ada beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kemandirian belajar yaitu: 1) inisiatif belajar, 2) mendiagnosa kebutuhan belajar, 3) menetapkan target dan tujuan belajar, 4) memonitor, mengatur dan mengontrol kemajuan belajar, 5) memandang kesulitan sebagai tantangan, 6) memanfaatkan dan mencari sumber yang relevan, 7) memilih dan menerapkan strategi belajar, 8) mengevaluasi proses dan hasil belajar dan 9) memiliki self -concept atau konsep diri (Sumarmo:2010).
Perlunya pengembangan kemandirian belajar pada individu yang belajar matematika juga didukung oleh beberapa hasil studi temuan antara lain adalah individu yang memiliki kemandirian belajar yang tinggi cenderung belajar lebih baik, mampu memantau, mengevaluasi, dan mengatur belajarnya secara efektif; menghemat waktu dalam menyelesaikan tugasnya, mengatur belajar dan waktu
(23)
9
secara efisien, dan memperoleh skor yang lebih tinggi dalam pelajaran sains (Hargis dalam Sumarmo, 2010).
Guru dalam menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar harus mampu memilih metode yang sesuai dengan materi pelajaran. Kesulitan belajar yang di rasakan oleh siswa bukan semata – mata sulitnya materi pelajaran matematika, tetapi disebabkan juga oleh metode penyampaian guru dalam mengelola pembelajaran matematika kurang efektif. Menurut Turmudi (2008 : 24) pembelajaran matematika yang efektif memerlukan pemahaman apa yang siswa ketahui dan perlukan untuk dipelajari, kemudian memberikan tantangan dan dukungan kepada mereka agar siswa dapat belajar dengan baik.
Untuk mengoptimalkan kemampuan koneksi matematis siswa dan kemandirian belajar siswa khususnya siswa kelas VIII SMP NURUL ISLAM INDONESIA MEDAN dengan solusi memperbaiki strategi pembelajaran
matematikanya.Perbaikan yang dilakukan adalah mencari pendekatan
pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa dan kemandirian belajar siswa yakni pendekatan yang lebih bermakna.Melalui pendekatan tersebut siswa mampu menemukan sendiri pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkanya.
Untuk menyikapi permasalahan yang timbul dalam proses pembelajaran matematika, perlu dicari solusi pendekatan pembelajaran yang dapat mengakomodasi peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika dan minat belajar siswa terhadap pelajaran matematika. Menyarankan perubahan dalam pembelajaran matematika ke paradigma baru, dengan menciptakan suasana
(24)
10
siswa aktif belajar dalam pencarian pengetahuan dan belajar yang menyenangkan yang akan mencegah kebosanan ketika belajar.
NCTM (Van de Walle, 2008) menyarankan reformasi pembelajaran matematika:
“Mengubah kelas dari sekedar kumpulan siswa menjadi komunitas matematika, menjauhkan otoritas guru untuk memutuskan suatu kebenaran,mementingkan pemahaman daripada hanya mengingat prosedur. Mementingkan membuat dugaan, penemuan, pemecahan masalah dan menjauhkan dari tekanan pada penemuan jawaban secara mekanis, mengaitkan matematika ide-ide dan aplikasinya dan tidak memperlakukan matematika sebagai kumpulan konsep dan prosedur yang terasingkan”
Untuk merealisasikan reformasi pembelajaran matematika seperti yang dikemukakan di atas, diperlukan suatu pengembangan materi pembelajaran matematika yang dekat dengan kehidupan siswa, sesuai dengan tahap berpikir siswa, serta metode evaluasi yang terintegrasi pada proses pembelajaran yang tidak hanya berujung pada tes akhir.
Agar siswa lebih mudah memahami dan menghubungkan konsep-konsep dalam belajar matematika digunakan pendekatan realistik. Pendekatan realistik, ini dipilih karena di dalam pendekatan ini terkandung proses yang bersifat membangun pemahaman konsep matematika siswa melalui pengetahuan informal yang mereka miliki. Pendekatan matematika realistik adalah pendekatan dalam pendidikan matematika yang berdasarkan pada ide bahwa matematika adalah aktivitas manusia dan matematika harus dihubungkan secara nyata terhadap konteks sehari-hari. De corte, dkk. (dalam Dar dan Fisher, 2004), mengemukakan komponen-komponen pengajaran yang membantu perkembangan kemandirian, yaitu: 1) Memberikan tugas-tugas realistik dan menantang. 2) Adanya variasi dalam metode pengajaran, latihan terbimbing, bekerja dalam kelompok kecil dan
(25)
11
pengajaran klasikal. 3) Menciptakan ruang kelas yang membantu perkembangan disposisi positif terhadap pembelajaran matematika.
Memberikan masalah yang kontekstual dan melihat keterkaitan antara materi matematika dan bidang lainnya pada siswa yang merupakan karakteristik dari PMR.Karakteristik dari PMR diduga dapat memberikan korelasiyang positif dalam meningkatkan kemampuan koneksi matematis dan perkembangan kemandirian belajar siswa.
Dalam pembelajaran dengan pendekatan realistik tidak hanya berhubungan dengan dunia nyata saja, tetapi juga menekankan pada masalah nyata yang dapat dibayangkan. Artinya penekanannya pada membuat sesuatu masalah itu menjadi nyata dalam pikiran siswa. Dengan demikian konsep-konsep yang abstrak dapat sesuai dan menjadi masalah siswa selama konsep itu nyata dan dapat diterima pikiran siswa.
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Nurul Islam Indonesia Medan Melalui
Pendekatan Matematika Realistik”. 1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dikemukakan beberapa permasalahan yakni:
1. Hasil belajar matematika siswa SMP Nurul Islam Indonesia Medan masih rendah
2. Kemampuan koneksi matematis siswa SMP Nurul Islam Indonesia Medan tentang konsep masih rendah
(26)
12
3. Kurangnya kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran matematika
4. Pembelajaran di SMP Nurul Islam Indonesia Medan masih bersifat konvensional
5. Pemilihan strategi dalam peningkatan kemampuan koneksi matematis kurang efektif
6. Kurangnyainteraksi antara guru dengan siswa pada saat proses pembelajaran. 1.3. Batasan Masalah
Beberapa masalah yang sudah teridentifikasi di atas, peneliti perlu membatasi penelitian ini supaya yang diteliti bisa terfokus pada permasalahan yang mendasar dan member dampak yang luas terhadap hasil belajar apabila permasalahan ini di teliti. Penelitian ini dibatasi pada permasalahan:
1. Kemampuan koneksi matematis dan kemandirian belajar siswa SMP Nurul Islam Indonesia Medan
2. Pembelajaran matematika yang digunakan adalah pendekatan matematika realistik.
3. Respon siswa terhadap pendekatan matematika realistik
4. Tidak nampaknya proses penyelesaian jawaban siswa dalam mengoneksikan masalah matematika
1.4. Rumusan masalah
Sesuai pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimana efektivitas pembelajaran melalui pendekatan realistik dalam meningkatkan kemampuan koneksi matematis dan kemandirian belajar siswa pada sub pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel?
(27)
13
2. Bagaimana peningkatan kemampuan koneksi matematis dan kemandirian belajar siswa kelas VIII SMP Nurul Islam Indonesia Medan di pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel pada pembelajaran dengan pendekatan realistik?
3. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan
pendekatan matematik realistik?
4. Bagaimana proses penyelesaian jawaban siswa dalam mengoneksikan matematika pada sub bahasan sistem persamaan linear dua variabel?
1.5. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui efektivitas pembelajaran menggunakan pendekatan realistik pada sub pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel kelas VIII SMP Nurul Islam Indonesia Medan.
2. Mengetahui peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa setelah mengikuti pembelajaran melalui pendekatan realistic mathematics education 3. Mengetahui peningkatan kemandirian belajar siswa setelah mengikuti
pembelajaran melalui pendekatan realistic mathematics education
4. Mendiskripsikan proses penyelesaian jawaban yang dibuat siswa dalam mengkoneksikan konsep-konsep dalam sistem persamaan linear dua variabel 1.6. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Siswa untuk dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuan koneksi matematis dan kemandirian belajar serta memperoleh informasi cara belajar dengan pendekatan realistik.
(28)
14
2. Guru diharapkan dapat menyumbangkan pemikiran tentang upaya merancang pembelajaran menggunakan pendekatan realistic mathematics education pada materi lain yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi pada siswa
3. Peneliti dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya. 1.7. Defenisi Operasional
Untuk menghindari adanya perbedaan penafsiran, perlu adanya penjelasan dari beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Beberapa istilah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan koneksi matematis siswa adalah keahlian siswa dalam
mengaitkat atau menghubungkan konsep-konsep matematika baik antar konsep matematika sendiri, dengan konsep bidang lain maupun dengan kehidupan sehari-hari.
2. Kemandirian belajar siswa adalah keaktifan siswa dalam proses pembelajaran khususnya dalam bidang matematika.
3. Pendekatan realistik adalah salah satu pendekatan yang ada pada PMR yang memiliki 5 karakteristik yaitu (1) menggunakan konteks dunia nyata, (2) model-model, (3) produksi dan konstruksi, (4) interaktif, (5) keterkaitan (intertwinment)
4. Respon siswa adalah tanggapan siswa tentang senang, tidak senang, baru,
tidak baru terhadap komponen dan kegiatan pembelajaran,
berminat,tidakberminat mengikuti pembelajaran berikutnya dan pendapat siswa terhadap lembar aktivitas siswa.
(29)
15
5. Proses penyelesaian jawaban siswa dalam mengoneksikan matematika adalah suatu rangkaian tahapan penyelesaian secara lebih rinci dan benar berdasarkan indikator koneksi yaitu:
- Menyelesaikan masalah menggunakan grafik, hitungan numerik, ljabar dan representasi verbal
- Menerapkan konsep dan prosedur yang telah diperoleh pada situasi baru - Menyadari hubungan antar topik dalam matematika
(30)
159 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dikemukakan dapat diambil kesimpulan yang berkaitan dengan penerapan pemebelajaran matematika realistik untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematis dan kemandirian belajar siswa pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel sebagai berikut:
1. Pembelajaran melalui pendekatan realistik efektif dalam meningkatkan kemampuan koneksi matematis dan kemandirian belajar siswa. Hal ini diketahui dari hasil observasi terhadap kemampuan guru mengelola pembelajaran dari siklus I berkategori cukup meningkat menjadi baik pada siklus II dan memenuhi indikator keberhasilan.
2. Penerapan pembelajaran matematika realistik dapat meningkatkan
kemampuan koneksi matematis dan kemandirian belajar siswa kelas VIII-2 SMP Nurul Islam Indonesia Medan. Hal ini diketahui dari persentase siswa yang telah mampu mengoneksikan matematika pada siklus I adalah 50 % meningkat menjadi 90 % pada siklus II. Sedangkan untuk kemandirian belajar siswa meningkat diketahui dari persentase tiap indikator siswa yang memiliki kemandirian belajar sebelum diberikan tindakan dan sesudah diberikan tindakan dari kategori kurang menjadi baik.
3. Penerapan pembelajaran dengan pendekatan realistik dapat meningkatkan respon siswa terhadap pembelajaran. Hal ini diketahui dari hasil observasi
(31)
160
aktivitas siswa pada siklus I 72,59% berada pada kategori cukup meningkat menjadi 86.56% dengan kategori baik.
4. Berdasarkan hasil analisis terhadap proses penyelesaian jawaban siswa dalam mengoneksikan matematika pada siklus I setiap aspek indikator koneksi masih kurang dari 80% secara klasikal menjawab minimal benar. Sedangkan pada siklus II terdapat secara klasikal 80% menjawab minimal benar pada setiap aspek indikator koneksi.
5.2 SARAN
Berdasarkan simpulan penelitian yang diuraikan di atas, dapat dikemukan beberapa saran sebagai berikut:
1) Penerapan pembelajaran dengan pendekatan realistik mampu meningkatkan kemampuan koneksi dan kemandirian belajar siswa. Temuan penelitian, hasil analisis data, perangkat pembelajaran, maupun intrumen yang dihasilkan dalam penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam upaya meningkatkan kemampuan koneksi matematis pada jenjang yang berbeda maupun mata pelajaran yang berbeda dengan penelitian ini.
2) Dalam penelitian ini meneliti kemampuan koneksi matematis dan
kemandirian belajar siswa. Untuk penelitian lebih lanjut disarankan untuk meneliti kemampuan lain yang belum terjangkau penulis, seperti kemampuan penalaran dan kemampuan berfikir kritis melalui penerapan pembelajaran dengan pendekatan realistik
(32)
161
3) Bagi guru matematika pembelajaran dengan pendekatan realistik dapat menjadi salah satu alternatif dikelas yang dinilai dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematis dan kemandirian belajar siswa serta aktivitas belajar siswa.
(1)
13
2. Bagaimana peningkatan kemampuan koneksi matematis dan kemandirian belajar siswa kelas VIII SMP Nurul Islam Indonesia Medan di pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel pada pembelajaran dengan pendekatan realistik?
3. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan pendekatan matematik realistik?
4. Bagaimana proses penyelesaian jawaban siswa dalam mengoneksikan matematika pada sub bahasan sistem persamaan linear dua variabel?
1.5. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui efektivitas pembelajaran menggunakan pendekatan realistik pada sub pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel kelas VIII SMP Nurul Islam Indonesia Medan.
2. Mengetahui peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa setelah mengikuti pembelajaran melalui pendekatan realistic mathematics education 3. Mengetahui peningkatan kemandirian belajar siswa setelah mengikuti
pembelajaran melalui pendekatan realistic mathematics education
4. Mendiskripsikan proses penyelesaian jawaban yang dibuat siswa dalam mengkoneksikan konsep-konsep dalam sistem persamaan linear dua variabel
1.6. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Siswa untuk dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuan koneksi matematis dan kemandirian belajar serta memperoleh informasi cara belajar dengan pendekatan realistik.
(2)
2. Guru diharapkan dapat menyumbangkan pemikiran tentang upaya merancang pembelajaran menggunakan pendekatan realistic mathematics education pada materi lain yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi pada siswa
3. Peneliti dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya.
1.7. Defenisi Operasional
Untuk menghindari adanya perbedaan penafsiran, perlu adanya penjelasan dari beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Beberapa istilah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan koneksi matematis siswa adalah keahlian siswa dalam mengaitkat atau menghubungkan konsep-konsep matematika baik antar konsep matematika sendiri, dengan konsep bidang lain maupun dengan kehidupan sehari-hari.
2. Kemandirian belajar siswa adalah keaktifan siswa dalam proses pembelajaran khususnya dalam bidang matematika.
3. Pendekatan realistik adalah salah satu pendekatan yang ada pada PMR yang memiliki 5 karakteristik yaitu (1) menggunakan konteks dunia nyata, (2) model-model, (3) produksi dan konstruksi, (4) interaktif, (5) keterkaitan (intertwinment)
4. Respon siswa adalah tanggapan siswa tentang senang, tidak senang, baru, tidak baru terhadap komponen dan kegiatan pembelajaran, berminat,tidakberminat mengikuti pembelajaran berikutnya dan pendapat siswa terhadap lembar aktivitas siswa.
(3)
15
5. Proses penyelesaian jawaban siswa dalam mengoneksikan matematika adalah suatu rangkaian tahapan penyelesaian secara lebih rinci dan benar berdasarkan indikator koneksi yaitu:
- Menyelesaikan masalah menggunakan grafik, hitungan numerik, ljabar dan representasi verbal
- Menerapkan konsep dan prosedur yang telah diperoleh pada situasi baru - Menyadari hubungan antar topik dalam matematika
(4)
159 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dikemukakan dapat diambil kesimpulan yang berkaitan dengan penerapan pemebelajaran matematika realistik untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematis dan kemandirian belajar siswa pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel sebagai berikut:
1. Pembelajaran melalui pendekatan realistik efektif dalam meningkatkan kemampuan koneksi matematis dan kemandirian belajar siswa. Hal ini diketahui dari hasil observasi terhadap kemampuan guru mengelola pembelajaran dari siklus I berkategori cukup meningkat menjadi baik pada siklus II dan memenuhi indikator keberhasilan.
2. Penerapan pembelajaran matematika realistik dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematis dan kemandirian belajar siswa kelas VIII-2 SMP Nurul Islam Indonesia Medan. Hal ini diketahui dari persentase siswa yang telah mampu mengoneksikan matematika pada siklus I adalah 50 % meningkat menjadi 90 % pada siklus II. Sedangkan untuk kemandirian belajar siswa meningkat diketahui dari persentase tiap indikator siswa yang memiliki kemandirian belajar sebelum diberikan tindakan dan sesudah diberikan tindakan dari kategori kurang menjadi baik.
3. Penerapan pembelajaran dengan pendekatan realistik dapat meningkatkan respon siswa terhadap pembelajaran. Hal ini diketahui dari hasil observasi
(5)
160
aktivitas siswa pada siklus I 72,59% berada pada kategori cukup meningkat menjadi 86.56% dengan kategori baik.
4. Berdasarkan hasil analisis terhadap proses penyelesaian jawaban siswa dalam mengoneksikan matematika pada siklus I setiap aspek indikator koneksi masih kurang dari 80% secara klasikal menjawab minimal benar. Sedangkan pada siklus II terdapat secara klasikal 80% menjawab minimal benar pada setiap aspek indikator koneksi.
5.2 SARAN
Berdasarkan simpulan penelitian yang diuraikan di atas, dapat dikemukan beberapa saran sebagai berikut:
1) Penerapan pembelajaran dengan pendekatan realistik mampu meningkatkan kemampuan koneksi dan kemandirian belajar siswa. Temuan penelitian, hasil analisis data, perangkat pembelajaran, maupun intrumen yang dihasilkan dalam penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam upaya meningkatkan kemampuan koneksi matematis pada jenjang yang berbeda maupun mata pelajaran yang berbeda dengan penelitian ini.
2) Dalam penelitian ini meneliti kemampuan koneksi matematis dan kemandirian belajar siswa. Untuk penelitian lebih lanjut disarankan untuk meneliti kemampuan lain yang belum terjangkau penulis, seperti kemampuan penalaran dan kemampuan berfikir kritis melalui penerapan pembelajaran dengan pendekatan realistik
(6)
3) Bagi guru matematika pembelajaran dengan pendekatan realistik dapat menjadi salah satu alternatif dikelas yang dinilai dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematis dan kemandirian belajar siswa serta aktivitas belajar siswa.