FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETIDAKBERHASILAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DI DESA RUMAH BERASTAGI KECAMATAN BERASTAGI KEBUPATEN KARO.

(1)

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETIDAKBERHASILAN PROGRAM

KELUARGA BERENCANA DI DESA RUMAH BERASTAGI

KECAMATAN BERASTAGI KEBUPATEN KARO

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Jurusan

Pendidikan Luar Sekolah

Oleh :

OSNALDA SRIMONANG SITANGGANG

NIM. 1123371016

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2016


(2)

(3)

(4)

(5)

i

ABSTRAK

Osnalda Srimonang Sitanggang, NIM 1123371016. Faktor-Faktor Penyebab Ketidakberhasilan Program Keluarga Berencana Di Desa Rumah Berastagi Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo. Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan, Pendidikan Luar Sekolah, Universitas Negeri Medan, 2016. Permasalahan dalam penelitian ini yaitu: 1. Kurangnya kesadaran masyarakat

akan pentingnya program norma keluarga kecil bahagia sejahtera yang dilandasi oleh tanggung jawab, kesukarelaan, nilai agama dan nilai luhur budaya bangsa, usia pernikahan khususnya perempuan serta masih adanya pemahaman tentang keluarga berencana yang sempit, baik dikalangan masyarakat maupun para tokoh agama dan tokoh masyarakat, 2. Masih adanya presepsi bahwa banyak anak akan membawa rezeki, 3. Kurang informasi mengenai keluarga berencana diakibatkan petugas lapangan kurang melalukan kegiatan bersosialisasi, 4. Kurang memadainya fasilitas lapangan dan kantor. Rumusannya yaitu Faktor apa yang menyebabkan ketidakberhasilan Program Keluarga Berencana di Desa Rumah Berastagi Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo?” Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan faktor-faktor penyebab ketidakberhasilan Program Keluarga Berencana di Desa Rumah Berastagi Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Sampel yang diambil dari penelitian ini sebanyak 119 KK/PUS yang bertempat tinggal di Desa Rumah Berastagi. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah angket (kuesioner) dan teknik analisis datanya menggunakan rumus P=

.

Hasil Penelitian yang diperoleh bahwa faktor-faktor penyebab ketidakberhasilan program Keluarga Berencana dapat dilihat dari 2 faktor sebagai yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dimana pengetahuan pasangan usia subur kurang baik dalam Program Keluarga Berecana, jumlah anak hidup pasangan usia subur kurang baik dalam menggunakan Program Keluarga Berencana, kondisi kesehatan pasangan usia subur kurang baik dalam menggunakan Program Keluarga Berencana, informasi pasangan usia subur terhadap Program Keluarga Berencana kurang baik, faktor eksternal dimana dukungan suami pasangan usia subur kurang mendukung dalam Program Keluarga Berencana, dukungan tenaga kesehatan kurang baik dalam memberikan penyuluhan dan memeriksa kesehatan masyarakat dalam penggunaan KB dan sosial budaya masyarakat kurang mendukung Program Keluarga Berencana.


(6)

ii

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena kasih dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Faktor-faktor Penyebab Ketidakberhasilan Program Keluarga Berencana di Desa Rumah Berastagi Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Luar Sekolah di Universitas Negeri Medan. Dalam penyusunan skripsi ini, Penulis mengalami kesulitan dan Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Maka dalam kesempatan ini pula Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Drs. Faber Simorangkir. MS selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan kepada Penulis selama proses penyelesaian skripsi ini. Penulis sangat berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata, Penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, 05 September 2016

Osnalda Srimonang Sitanggang


(7)

iii

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan Syukur Penulis mengucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karunia-Nya yang telah menganugerahkan kesehatan dan petunjuk kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Penulis banyak menerima masukan, bimbingan serta dorongan untuk menyelesaikan penulisan skripsi tersebut. Oleh sebab itu, Penulis sampaikan rasa terima kasih yang tidak terhingga serta penuh keikhlasan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri Medan yang telah memberikan kesempatan kepada Penulis untuk melaksanakan studi di Universitas Negeri Medan

2. Bapak Dr. Nasrun, MS selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan

3. Bapak Prof. Dr. Yusnadi, MS selaku Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan

4. Dr. Aman Simaremare, MS, selaku Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan

5. Drs. Edidon Hutasuhut, M.Pd selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan

6. Ibu Dra. Rosdiana, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Universitas Negeri Medan


(8)

iv

7. Bapak Dr. Sudirman, SE, M.Pd selaku Sekeretaris Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Universitas Negeri Medan

8. Bapak Drs. Faber Simorangkir, MS selaku Dosen Pembimbing Skripsi maupun sebagai orangtua yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan dan pengalaman kepada Penulis

9. Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si, Dr. Yasaratodo Wau, M.Pd dan Sani Susanti, M.Pd, selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan serta saran-saran mulai dari perencanaan penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi 10.Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Universitas Negeri Medan

yang telah memberikan ilmu selama mengikuti perkuliahan dan seluruh staf tata usaha Fakultas Ilmu Pendidikan yang banyak membantu Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

11.Kakak Surya Indrawati, M.Pd yang baik hati telah banyak membantu dan memotivasi dalam penyelesaian skripsi dan administrasi mahasiswa dalam surat menyurat

12.Bapak Ijin Gurusinga, SP dan Herdianto Purba selaku Kepala Kecamatan Berastagi dan Kepala Desa Rumah Berastagi yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian dan telah memberikan data yang akurat sehingga Penulis dapat selesai dengan tepat waktu

13.Yang teristimewa kepada Ayahanda Nelson Sitanggang dan Ibunda Renta Sirait yang begitu banyak memberikan kasih sayang, doa, dorongan, motivasi, semangat serta dukungan moral maupun moril kepada Penulis dalam menyelesaikan perkuliahan di UNIMED


(9)

v

14.Saudara Abangda Oswald Reynhard Sitanggang, S.Pd dan Saudara Adinda Osman Abraham Sitanggang yang telah memberikan dukungan baik semangat buat Penulis.

15.Terkhusus buat Best Friends cantik manis Irma Mariati Tamba, S.Pd, Tiurma Carolina Gultom, S,Pd dan Yovita Simangunsong yang selalu ada berbagi rasa suka duka, selalu ada ketika Penulis menghadapi hambatan dan selalu memberikan bantuan berupa dukungan maupun doa, tetap semangat dalam menyelesaikan skripsi semoga kita tetap bersama dan buat teman SMA Diah Mutiara Isnaeni, S.Pd, Cut Lela Casanova S.Keb dan Zahara Marhamah Siregar, S.Pd

16.Pria yang selalu ada dan memberikan semangat serta menemani Penulis untuk mengambil data Saudari Pantun Firnanda Simorangkir, SE

17.Abangda Safri Sihite, S.Pd, kakak Desi Kyunata Solin, S.Pd dan Kakak/Abang stambuk PLS 2009-2011 yang tak bisa disebutkan satu per satu, yang memberikan ilmu ular dan pengalaman kepada penulis

18.Pemuda/i Youth GBI Abadi yang telah memberikan doa dan dukungan sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

Terima kasih atas bantuan, doa dan bimbingan yang telah penulis terima selama ini, semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan berkat-Nya kepada kita semua. Akhir kata Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 05 September 2016

Osnalda Srimonang Sitanggang


(10)

vii DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ……… i

KATA PENGANTAR ………. ii

UCAPAN TERIMA KASIH ……….. iii

DAFTAR ISI ……… vi

DAFTAR GAMBAR ………... viii

DAFTAR TABEL ……… ix

DAFTAR LAMPIRAN ……… x

BAB I PENDAHULUAN ……...……….. 1

1.1. Latar Belakang Masalah………... 1

1.2. Identifikasi Masalah……….….…... 6

1.3. Batasan Masalah………... 6

1.4. Rumusan Masalah………. 7

1.5. Tujuan Penelitian……….. 7

1.6. Manfaat Penelitian……….…………... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………. 8

2.1. Kerangka Teori………...…... 8

2.1.1. Konsep Keluarga Berencana……….……… 8

2.1.2. Tujuan Program Keluarga Berncana………..……..…… 10

2.1.3. Manfaat Keluarga Berencana ……... 11

2.1.4. Sasaran Program Keluarga Berencana………. 13

2.1.5. Program Keluarga Berencana………... 14

2.1.6. Faktor-Faktor Penyebab Ketidakberhasilan Program Keluarga Berencana………. 16

2.1.7. Metode Keluarga Berencana……….... 28


(11)

viii

2.2.Kerangka Konseptual………... 33

BAB III METODE PENELITIAN ……… 35

3.1. Jenis Penelitian………... 35

3.2. Populasi dan Sampel………... 35

3.2.1. Populasi………... 35

3.2.2. Sampel………... 36

3.3. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional……….…... 36

3.3.1. Variabel Penelitian………... 36

3.3.2. Defenisi Operasional…………... 37

3.4. Teknik Pengumpulan Data………... ... 37

3.5. Teknik Analisis Data………...…... 38

3.6. Lokasi dan Waktu Penelitian………... 39

3.6.1. Lokasi Penelitian………... 39

3.6.2. Waktu Penelitian………... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN ……… 40

4.1. Hasil Penelitian……….. 40

4.1.1. Deskripsi Data Hasil Penelitian……… 41

4.1.1.1. Data Responden……….... 41

4.1.1.2. Data Penelitian………. 42

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian……….. 50

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ………. 55

5.1. Kesimpulan………... 55

5.2. Saran………. 56


(12)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1: Skema Penelitian ……… 34


(13)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Angket Penelitian ..……….. 59 Lampiran 2 Hasil Analisis Data .……….. 68 Lampiran 3 Hasil Keseluruhan Data………. 69


(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur baik materil maupun berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, sebagai tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea IV yang merupakan tujuan nasional Bangsa Indonesia yang salah satunya adalah untuk memajukan kesejahteraan umum, yaitu mewujudkan masyarakat yang sejahtera lahir dan batin.

Potensi sumber daya manusia sangat dibutuhkan pada pelaksanaan pembangunan, apabila SDM tersebut memiliki potensi dan potensi tersebut dapat dikembangkan sebagai senjata dalam pembangunan nasional, dalam hal ini pemerintah membuat sebuah program gerakan Keluarga berencana untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak, namun yang lebih penting lagi adalah kontribusi KB dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan keluarga yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas bangsa. (Mochtar,1998)

Indonesia merupakan salah satu negara yang menghadapi masalah kependudukan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif seperti, jumlah penduduk releatif besar akibat pertumbuhan penduduk yang relalif tinggi, penyebaran dan kepadatan penduduk tidak merata, komposisi ini menurut umur yang tidak seimbang, arus urbanisasi yang relatif tinggi, dan berbagai permasalahan yang mengiringinya.


(15)

2

Jumlah Penduduk Indonesia pada tahun 2015, berdasarkan hasil sensus penduduk sebanyak 254,9 juta jiwa, yang terdiri dari 128,1 juta jiwa laki-laki dan 126,8 juta jiwa perempuan. Selain itu, BPS menunjukkan rasio jenis kelamin penduduk Indonesia pada 2014-2015 relalif sama, yaitu sebesar 101,02 dan 101. Rasio jenis kelamin, BPS menunjukkan bahwa dari 100 penduduk perempuan dan 101 penduduk laki-laki. Adapun komposisi penduduk kota atau desa menunjukkan penduduk Indonesia pada 2015 lebih banyak dipedesaan, yakni 128,5 juta jiwa. Sementara diperkotaan besar sebanyak 126,3 juta jiwa. Mesikpun jumlah penduduk dipedesaan lebih besar, pertambahan penduduk dari tahun 2014 ke 2015 diperkotaan lebih besar dibandingkan dengan pedesaan. Tercatat pertambahan penduduk diperkotaan mencapai 1,75 % sementara dipedesaan 0,52 % (BPS,2015).

Kondisi ini menjadi salah satu faktor penghambat suksesnya pelaksanaan pembangunan di Indonesia. Kerena itu pemerintah berusaha terus menekan angka pertumbuhan penduduk melalui berbagai cara, seperti menciptakan Undang-Undang perkawinan yang hanya memperkenankan penduduk menikah pada usia 21 tahun, tidak memformalkan seorang laki-laki berpoligami, serta berbagai usaha lain yang mampu menekan laju pertumbuhan penduduk.

Salah satu usaha yang dialakukan pemerintah menekan laju pertumbuhan penduduk melalui sistem bidang kesehatan adalah pembangunan keluarga sejahtera yaitu meningkatkan jumlah keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera dengan memiliki 2 orang anak cukup. Pembangunan keluarga sejahtera diarahkan kepada terwujudnya nilai-nilai luhur budaya bangsa guna meningkatakan kesejahteraan keluarga dan membina keluarga agar mampu


(16)

3

mendukung kegiatan pembangunan. Untuk itu perlu ditumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya norma keluarga kecil bahagia sejahtera yang dilandasi oleh rasa tanggungjawab, kesukarelaan, nilai-nilai agama dan luhur budaya bangsa. Usaha mewujudkan tujuan tersebut, salah satunya melalui Program Keluarga Berencana. (Depkes RI, 2006)

Ada beberapa aspek untuk mengukur tingkat kesejahteraan dalam suatu keluarga, yaitu sandang, pangan, kesehatan, pendidikan, agama, keluarga berencana, interaksi dalam keluarga, interaksi dalam lingkungan, informasi dan transportasi. Semakin banyak aspek yang dipenuhi maka tingkat kesejahteraan semakain tinggi dan sebaliknya. (BKKBN, Hallason, 2011)

Untuk menciptkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera tadi, maka kesadaran pasangan (suami-istri) sangat diperlukan, mereka adalah pasangan yang berada dalam jangkauan usia subur, yaitu baru memulai kehidupan keluarga. Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami istri dimana istrinya berusia 15-49 tahun. (BKKBN, 2007:8)

Program keluarga berencana yang sudah dimulai sejak Replita I (1969-1974) tujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahtraan ibu dan anak, keluarga serta masyarakat pada umumnya. Berhasilnya pelaksanaan Keluarga Berencana diharapkan angka kelahiran dapat diturunkan, sehingga tingkat laju perkembangan penduduk tidak melebihi kemampuan kenaikan produksi, dengan demikian taraf kehidupan dan kesejahteraan rakyat diharapkan lebih meningat. Oleh karena itu usaha-usaha KB yang sudah dimulai sejak Repelita I terus ditingkatkan lagi dalam Replita selanjutnya. Melalui pelaksanaan


(17)

4

keluarga berencana oleh berbagai organisasi kemasyarakatan serta pemerintah daerah.

Jumlah akseptor baru program KB ditingkatkan setiap tahun. Pebinaan akseptor-akseptor yang ada dipergiat untuk menjaga kelangsungannya. Peningkatan sasaran ini membutuhkan peningkatan kemampuan organisasi dan administrasi pelaksanaan. Selain dari pada itu kegiatan-kegiatan pelayanan medis, penerangan dan motivasi, pendidikan dan latihan, serta penelitian ditingkatkan. Namun demikian, usaha pencapaian program KB diberbagai wilayah tidak selalu berhasil. Berbagai kendala dirasakan, selain dari pihak pemerintah, kendala datang dari kondisi sosial masyarakat. Kurangnya minat pasangan usia subur (PUS) dalam mengikuti Program Keluarga Berencana ditemukan di Desa Rumah Berastagi Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo, berdasarkan hasil pendataan tahun 2014-2015 pencapaian akseptor baru sangat rendah, yaitu 17,7% diakibatkan sudah adanya beberap masyarakat yang sadar arti pentingnya norma keluarga sejahtera dan bahagia dan pendidikan yang mendukung sedangkan yang tidak menggunakan 82,3% diakibatkan masi eratnya budaya yang diyakini bahwa banyak anak akan membawa rejeki dan tinggakat pendidikan yang rendah, dari pasangan usia subur target nasional yang dicapai adalah sebesar 60,88 % .(BPS, 2015).

Desa Rumah Berastagi merupakan salah satu desa di Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo. Menurut data yang diperoleh dari Kepala Desa Rumah Berastagi tahun 2015, dari jumlah 2072 KK dengan 1454 KK pasangan usia subur (PUS) , dan jumlah peserta KB yang aktif adalah sebesar 258 KK (17,74%). Pencapaian ini masih belum sesuai target yang telah ditentukan pemerintah yang bertujuan


(18)

5

untuk meningkatkan kesadaran pasangan usia subur terhadap pentingnya program KB untuk menjamin kesehatan ibu dan anak serta kebahagian keluarga.

Dari hasil mini riset yang penulis lakukan di Desa Rumah Berastagi kegagalan pelakasanaan program KB terkait erat dengan kultur masyarakat yang masih memegang kuat nilai-nilai budaya setempat dan nilai agama. Selain faktor sosio kultural dan agama diduga turut mempengaruhi presepsi PUS (pasangan usia subur) terhadap program KB yaitu kebanyakan perempuan didesa ini yang hidup berkeluarga dalam usia muda. Perkawinan dalam usia muda cenderung memiliki banyak anak, karena menyebabkan pasangan ini tidak punya atau kurang memiliki presepsi yang baik tentang keluarga bahagia/sejahtera. Program sosialisasi oleh pemerintah tentang program KB turut berperan dalam keikut sertaan masyarakat pada program ini, dan kurang memadainya fasilitas lapangan dan kantor, pandangan yang berbeda antara masyarakat dan pemerintah tentang program KB akibat rendahnya tingkat pendidikan dimasyarakat menjadi konflik yang berkepanjangan tentunya berpengaruh terhadap pelaksanaan sosialisasi KB, sehingga program ini belum mencapai hasil yang diinginkan. Hal ini ditandai oleh, banyak keluarga yang memiliki anak yang jumlahnya lebih dari dua orang dalam setiap pasangan usia subur, bahkan mencapai 4-5 orang anak, selain itu petugas KB yang ada didaerah tersebut jarang datang kekantor dan kurangnya mensosialisasikan KB ditengah-tengah masyarakat. Berdasarkan pada latar belakang tersebut, masih banyaknya yang belum berhasil diakibatkan oleh faktor internal(pengetahuan, jumlah anak, kondisi kesehatan, informasi) dan faktor eksternal (dukungan suami, dukungan tenaga kesehatan, dan sosial budaya) maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian denga judul “ Faktor-faktor penyebab


(19)

6

ketidakberhasilan program keluarga berencana di Desa Rumah Berastagi Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang, ternyata masalah yang berkaitan dengan faktor-faktor penyebab ketidakberhasilannya program keluarga berencana adalah sebagai berikut :

1. Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya program norma keluarga kecil bahagia sejahtera yang dilandasi oleh tanggung jawab, kesukarelaan, nilai agama dan nilai luhur budaya bangsa, usia pernikahan khususnya perempuan serta masih adanya pemahaman tentang keluarga berencana yang sempit, baik dikalangan masyarakat maupun para tokoh agama dan tokoh masyarakat.

2. Masih adanya presepsi bahwa banyak anak akan membawa rezeki.

3. Kurang informasi mengenai keluarga berencana diakibatkan petugas lapangan kurang melakukan kegiatan bersosialisasi serta kurangnya dukungan dari para tokoh masyarakat (Lurah, RT dan RW)

4. Kurang memadainya fasilitas lapangan dan kantor. 1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah pada penelitian ini adalah “Faktor-faktor penyebab ketidakberhasilan Program Keluarga Berencana di Desa Rumah Berastagi Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo”.


(20)

7

1.4 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah: ” Faktor apa yang menyebabkan ketidakberhasilan Program Keluarga Berencana di Desa Rumah Berastagi Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo?”

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengungkapkan faktor-faktor penyebab ketidakberhasilan Program Keluarga Berencana di Desa Rumah Berastagi Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo”.

1.6 Manfaat penelitian

Yang menjadi manfaat dalam penelitian ini ialah sebagai berikut : 1. Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan masukan bagi Kepala Lurah (tempat penelitian) dan Ibu-ibu untuk dapat mengimplikasikan program keluarga berencana dengan baik di Desa Rumah Berastagi Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo.

b. Sebagai bahan masukan untuk pengembangan dan pembelajaran bagi Unimed khususnya bagi Fakultas Ilmu Pendidikan jurusan Pendidikan Luar Sekolah dalam menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman untuk membuat penulisan karya ilmiah dimasa yang akan datang.

2. Manfaat Teoritis

Dapat digunakan sebagai bahan informasi dan perbandingan bagi peneliti yang akan melakukan penelitian mengenai Faktor-faktor ketidakberhasilan Program Keluarga Berencana di Desa Rumah Berastagi Kecamtan Berastagi Kabupaten Karo.


(21)

40

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Dalam penelitian ini diperlukan data, tanpa adanya sumber data maka penelitian tidak dapat dilaksanakan, karena dengan adanya sumber data tersebut akan diperoleh data yang memang diperlukan untuk dapat dipelajari dan dikelola, sehingga akan diperoleh jawaban dari permasalahan yang akan diteliti.

Sebagaimana yang telah dikemukan pada BAB III sebelumnya mengenai metode penelitian, bahwa penelitian ini dilakukan di Desa Rumah Berastagi Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo dengan jumlah penduduk yang berjumlah 2072 kepala keluaraga dengan 1454 kepala keluarga pasangan usia subur (PUS), dan jumlah peserta KB yang aktif adalah sebesar 258 KK sedangkan yang tidak aktif adalah 1198 KK.

Penelitian ini dimaksudkan adalah untuk mengetahui faktor-faktor penyebab ketidakberhasilan program keluaraga berencana di Desa Rumah Berastagi Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo dengan objek yang dijadikan sampel adalah 119 kepala keluraga yang tidak mengikuti program KB Penulis mengambil 10 % dari 1198 kepala keluaraga.

Dalam pelaksanaan pengumpulan data, terdapat 28 pertanyaan berupa angket pertanyaan beserta jawaban pilihan yang diajukan kepada 119 responden yang tidak mengikuti program keluarga berencana, sehingga dapat diperoleh jawaban memuaskan.


(22)

41

Untuk mengetahui dengan jelas faktor-faktor penyebab ketidakberhasilan program keluarga berencana di Desa Rumah Berastagi Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo.

4.1.1. Dekripsi Data Hasil Penelitian 4.1.1.1. Data Responden

Data Responden warga Desa Rumah Berastagi Kecamatan Rumah Berastagi Kabupaten Karo

Tabel 4.1

Banyaknya Pasangan Usia Subur (PUS) yang Menggunakan dan Tidak menggunakan Alat Kontrasepsi

No Alat Kontrasepsi Persentase (%)

Menggunakan 258 17,7

Tidak Menggunakan 1198 82,2

Total 1454 100

Sumber: Berastagi Dalam Angka, 2015

Tabel di atas menyatakan bahwa sebanyak 258 responden (17,7%) menggunakan alat kontrasepsi dan sebanyak 1196 responden (82,2%) tidak menggunakan alat kontrasepsi di Desa Rumah Berastagi Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo dan hal ini menyebabkan ketidakberhasilannya program dari pemerintah yang ingin dicapai yaitu sebanyak (60,88%).


(23)

42

4.1.1.2. Data Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Penulis melalui penyebaran angket kepada 119 orang responden pasangan usia subur yang tidak menggunakan alat kontrasepi di Desa Rumah Berastagi Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo, maka pembahasan selanjutnya adalah mengolah data yang terkumpul dengan menggunakan rumus persentasi dan diperjelas dengan menggunakan tabel untuk menggambarkan pertanyaan.

Data-data yang terkumpul adalah data yang berhubungan dengan responden, sesuai dengan kondisi yang diperoleh di lapangan, tentang faktor-faktor penyebab ketidakberhasilan program keluarga berencana di Desa Rumah Berastagi Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo. Angket yang digunakan terdiri dari 28 pertanyaan yang mempunyai tiga alternatif jawaban yaitu: a, b dan c. Melalui persentase jawaban yang diperoleh dari responden, maka peneliti akan dapat membuat kesimpulan dari penelitian tersebut. Adapun peresentase jawaban tersebut adalah sebagai berikut :

a. Faktor Internal

Adapun yang menjadi penyebab Pasangan Usia Subur tidak mengikuti Program Keluarga Berencana berasal dari dalam diri sendiri yaitu:


(24)

43

1. Pengetahuan tentang Program Keluaraga Berencana Tabel 4.2

Jawaban Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang Program KB No

Item

Jawaban Responden

Skor

A B C

1 31 47 41 1,91

2 53 52 14 2,32

3 71 27 21 2,42

4 20 16 83 1,47

5 87 20 12 2,61

6 27 44 48 1,82

Jumlah 289 206 219 12,55

X 48,16 34,33 36,5

P

= 40,47 %

= 28,85%

= 30,67 %

Sesuai dengan angket yang diajukan kepada pasangan usia subur dari nomor soal 1-6 menyangkut tentang pengetahuan mereka terhadap Program Keluarga Berencana, sehingga menghasilkan jawaban dan sesudah diadakan tabulasi data terhadap 119 responden, maka hasil yang diperoleh yaitu: hanya (40,47%) responden memilki pengetahuan yang sangat baik tentang program keluarga berencana, (28,85%) responden memiliki pengetahuan yang baik tentang program keluarga berencana, kemudian sebanyak (30,67%) responden memiliki pengetahuan yang kurang tentang program keluarga berencana.


(25)

44

2. Jumlah Anak

Tabel 4.3

Jawaban Responden Berdasarkan Jumlah Anak

No Jawaban Responden

Skor

Item A B C

7 15 52 52 1,68

8 31 41 47 1,86

9 36 39 44 1,93

Jumlah 82 132 143 5,47

X 27,33 44 47,66

P

= 22,96 %

= 36,97 %

= 40 %

Sesuai dengan angket yang diajukan kepada pasangan usia subur dari nomor soal 7-9 menyangkut tentang jumlah anak yang mereka harapkan, sehingga menghasilkan jawaban dan sesudah diadakan tabulasi data terhadap 119 responden, maka hasil yang diperoleh yaitu: hanya (22,94%)responden sangat setuju memilih 2 anak sudah cukup, (36,97%) responden setuju memiliki anak 2, kemudian (40%) kurang setuju hanya memiliki 2 anak saja.


(26)

45

3. Kondisi Kesehatan

Tabel 4.4

Jawaban Responden Berdasarkan Kondisi Kesehatan No

Item

Jawaban Responden

Skor

A B C

10 27 27 65 1,68

11 27 27 65 1,68

Jumlah 54 54 130 3,36

X 27 27 65

P

= 22,68 %

= 22,68%

= 54,62 %

Sesuai dengan angket yang diajukan kepada pasangan usia subur dari nomor soal 10-11 menyangkut tentang kondisi kesehatan, sehingga menghasilkan jawaban dan sesudah diadakan tabulasi data terhadap 119 responden, maka hasil yang dipe roleh yaitu: hanya (22,68%) responden pasangan usia subur memiliki kondisi kesehatan yang sangat baik, (22,68%) responden pasangan usia subur memilki kondisi kesehatan yang baik, kemudian (54,62%) responden pasangan usia subur kurang memiliki kondisi kesehatan yang baik.


(27)

46

4. Informasi

Tabel 4.5

Jawaban Responden Berdasarkan Informasi No

Item

Jawaban Responden

Skor

A B C

12 43 39 37 2,05

13 41 41 37 2,03

14 27 38 54 1,77

Jumlah 111 118 128 5,85

X 37 39,33 42,66

P

= 31,0 %

= 33,0 %

= 35,85 %

Sesuai dengan angket yang diajukan kepada pasangan usia subur dari nomor soal 12-14 menyangkut tentang informasi yang dimiliki oleh pasangan usia subur, sehingga menghasilkan jawaban dan sesudah diadakan tabulasi data terhadap 119 responden, maka hasil yang diperoleh yaitu: hanya (31,0%) responden pasangan usia subur memiliki informasi yang sangat baik mengenai program keluarga berencana,( 33,0%) responden pasangan usia subur memilki informasi yang baik mengenai program keluarga berencana, kemudian (35,85%) responden pasangan usia subur kurang memiliki informasi yang baik mengenai program keluarga berencana.


(28)

47

b. Faktor Eksternal

Adapun yang menjadi penyebab Pasangan Usia Subur tidak mengikuti Program Keluarga Berencana berasal dari dalam diri pengaruh luar yaitu:

1. Dukungan Suami

Tabel 4.6

Jawaban Responden Berdasarkan Dukungan Suami No

Item

Jawaban Responden

Skor

A B C

15 29 33 57 1,76

16 29 37 53 1,79

17 27 41 51 1,79

Jumlah 85 111 161 5,34

X 28,33 37 53,66

P

= 23,80%

= 31,0%

= 45,0%

Sesuai dengan angket yang diajukan kepada pasangan usia subur dari nomor soal 15-17 menyangkut tentang dukungan suami, sehingga menghasilkan jawaban dan sesudah diadakan tabulasi data terhadap 119 responden, maka hasil yang diperoleh yaitu: (23,7%)responden memiliki dukungan suami yang sangat baik, (31,0%) responden memilki dukungan dari suami yang baik, kemudian (45,0%) responden memiliki dukungan yang kurang dari suami.


(29)

48

2. Dukungan Tenaga Kesehatan Tabel 4.7

Jawaban Responden Berdasarkan Dukungan Tenaga Kesehatan No

Item

Jawaban Responden

Skor

A B C

18 46 43 30 2,13

19 20 19 80 1,49

20 29 30 60 1,73

21 30 39 50 1,83

22 60 49 10 2,42

Jumlah 185 180 230 9,6

X 37 36 46

P

= 31%

= 30,2%

= 38,6%

Sesuai dengan angket yang diajukan kepada pasangan usia subur dari nomor soal 18-22 menyangkut tentang dukungan tenaga kesehatan, sehingga menghasilkan jawaban dan sesudah diadakan tabulasi data terhadap 119 responden, maka hasil yang diperoleh yaitu: (31%) responden memiliki dukungan dari tenaga kesehatan yang sangat baik, (30,2%)responden memiliki dukungan yang baik dari tenaga kesehatan, kemudian (38,6%) responden kurang memiliki dukungan yang baik dari tenaga kesehatan.


(30)

49

3. Sosial Budaya

Tabel 4.8

Jawaban Responden Berdasarkan Sosial Budaya No

Item

Jawaban Responden

Skor

A B C

23 20 73 26 1,94

24 28 41 50 1,81

25 39 33 47 1,93

26 31 42 46 1,87

27 28 39 52 1,79

28 28 36 55 1,77

Jumlah 174 264 276 11,11

X 29 44 46

P

= 24,3%

= 36,9%

= 38,6%

Sesuai dengan angket yang diajukan kepada pasangan usia subur dari nomor soal 23-28 menyangkut tentang Sosial Budaya, sehingga menghasilkan jawaban dan sesudah diadakan tabulasi data terhadap 119 responden, maka hasil yang diperoleh yaitu: (24,3%)responden tidak setuju dengan sosial budaya yang dianut, (36,9%) responden setuju dengan sosial budaya yang dianut, kemudian (38,6%) responden sangat setuju dengan sosial budaya yang dianut.


(31)

50

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil penelitian tentang faktor-faktor penyebab ketidakberhasilan program keluarga berencana di Desa Rumah Berastagi, diperoleh dari hasil analisis data yang didapat dari responden dengan menyebarkan angket yang terdiri dari 28 item pertanyaan yang kemudian dikelompokan menjadi 2 aspek yaitu faktor internal meliputi (pengetahuan, jumlah anak, kondisi kesehatan dan informasi, serta faktor internal meliputi (dukungan suami, dukungan tenaga kesehatan dan social budaya).

a. Faktor Internal

1. Pengetahuan Akseptor

Berdasarkan hasil analisis data mengenai pengetahuan responden dengan menggunakan angket tentang program keluarga berencana di Desa Rumah Berastagi, data responden yang memiliki pengetahuan yang baik lebih banyak yaitu 40,47% sedangkan yang kurang baik yaitu 28,82% dan yang tidak mengetahui yaitu 30,67%. Tingkat pengetahuan sangat berpengaruh terhadap proses menerima atau menolak inovasi. Memiliki pengetahuan tentang KB merupakan suatu aspek penting dalam pemahaman pemakaian alat kontrasepsi.

2. Jumlah Anak Hidup

Berdasarkan hasil analisis data mengenai jumlah anak hidup dengan menggunakan angket, sebanyak 22,94% responden sangat setuju dengan hanya memiliki 2 orang anak saja. Sebab menurut responden memiliki anak dengan jumlah 2 orang segala kebutuhan anak dapat terpenuhi dengan baik. Oleh sebab itu responden lebih memilih option A, 36,97% responden setuju


(32)

51

memiliki 2 orang anak tetapi mereka masih beranggapan 2 orang anak terlalu sedikit sehingga mengurangi rasa kebahagian dalam keluarga. Oleh sebab itu responden memilih option B. Kemudian 40% responden kurang setuju memiliki 2 orang anak saja, sebab mereka beranggapan banyak anak banyak rezeki. Ini merupakan salah satu faktor yang menentukan keikutsertaan pasang usia subur dalam gerakan Keluarga Berencana.

3. Kondisi Kesehatan

Berdasarkan hasil analisis data mengenai kondisi kesehatan dengan menggunakan angket, sebanyak 22,68% responden memiliki kondisi kesehatan sangat baik, hal ini memungkinkan responden dapat menggunakkan KB, 22,86% responden memiliki kondisi yang baik, kemudian responden yang paling banyak 54,62% responden kurang memiliki kondisi kesehatan yang baik untuk ikut ber-KB. Sementara kondisi kesehatan adalah salah satu faktor penentu keikutsertaan responden dalam menggunakan KB, kondisi yang siap dan sehat secara mental juga menjadi perhatian. Sebab jika responden tidak memiliki kecocokan dalam memakai kontrasepsi maka responden tidak diperbolehkan menggunakan kontrasepsi.

4. Informasi

Berdasarkan hasil analisis data mengenai informasi dengan menggunakan angket tentng informasi yang diperoleh dari responden yaitu sebanyak 31 % responden memiliki informasi yang sangat baik mengenai program Keluarga Berencana, 33% responden memiliki informasi yang baik mengenai program Keluarga Berencana. Kemudian sebanyak 35,7%


(33)

52

responden kurang memiliki informasi yang baik tentang program Keluarga Berencana, faktor ini menjadi penentu keikutsertaan responden terletak pada informasi yang diperoleh baik itu dari masyarakat, media massa maupun media cetak. Banyak masyarakat yang belum mendapatkan informasi yang baik mengenai program KB sehingga tidak tercapainya program KB dimasyarakat.

b. Faktor Eksternal 1. Dukungan Suami

Berdasarkan hasil analisis data mengenai dukungan suami dengan menggunakan angket tentang dukungan suami terhadap keberhasilan program KB sebanyak 23,7% responden mendapatkan dukungan suami (pasangan usia subur) yang sangat baik, 31% responden memiliki dukungan suami yang baik, responden ingin menggunakan alat kontrasepsi tetapi suami lebih menyukai yang alamiah. Oleh sebab itu responden memilih option B.

Kemudian sebanyak 45% responden kurang memiliki dukungan suami, mereka mengatakkan suami (pasangan usia subur) kurang menyukai pemakaian alat kontrasepsi lebih baik memakai yang alamiah. Oleh sebab itu responden memilih option C. Dukungan suami memiliki kontribusi yang cukup besar sebagai pendukung dan menyarankan istri dalam memilih alat kontrasepsi, keterbatasan informasi kepada suami mengakibatkan kurang berhasilnya program KB. Oleh sebab itu suami memerlukan pengetahuan tentang program KB dan alat kontrasepsi.


(34)

53

2. Dukungan Tenaga Kesehatan

Berdasarkan hasil analisis data mengenai tenaga kesehatan dengan menggunakan angket sebanyak 31% responden menjawab bahwa tenaga kesehatan memberikan dukungan yang sangat baik terhadap masyarakat, oleh sebab itu responden memilih option A, 30,2% responden memiliki dukungan yang baik dari tenanga kesehatan, dari sikap sikap para tenaga kesehatan memberikan sikap yang ramah terhadap masyarakat akan tetapi kurang rutin melakukan kunjungan kepada masyarakat, sehingga responden memilih option B.

Kemudia 38,6% responden memilih option C, responden mengatakan petugas kesehatan tidak pernah melakukan kunjungan kemasyarakat sehingga informasi yang didapatkan responden kurang baik. Dukungan dari tenaga kesehatan sangat berpengaruh besar dalam meyakinkan masyarakat untuk menggunakan alat kontrasepsi dan sekaligus memeriksa kesehatan masyarakat dalam penggunaan dan pemilihan alat kontrasepsi.

3. Sosial Budaya

Berdasarkan hasil analisis data mengenai sosial budaya dengan menggunakan angket, sebanyak 24,3% responden kurang setuju dalam sosial budaya yang menyatakan banyak anak banyak rezeki ataupun jika anak laki-laki dan perempuan tidak ada dalam keluarga, maka keluarga tersebut tidak memiliki penerus. Menurut responden memiliki banyak anak akan membawa beban yang berat apalagi dijaman saat ini semakin banyak anak akan membuat semakin banyak kebutuhan yang harus dipenuhi


(35)

54

sementara pendapatan dijaman sekarang tidak mudah. Oleh sebab itu responden lebih memilih option A.

36,95 responden setuju pada sosial budaya yang menyatakan anak akan membawa rezeki ataupun anak perempuan dan laki-laki sebagai penerus keluarga. Menurut responden apa yang sudah di berikan Tuhan sebaiknya disyukuri, sebagai orang tua hanya biasa mengusahakan yang terbaik buat anaknya. Kemudia 38,6% responden sangat setuju dengan sosial budaya yang dianutnya sebab didalam adat mereka, khususnya bagi orang batak anak adalah sumber rezeki, ketika keluarga mendapatkan anak maka akan semakin banyak juga rezeki yang diperoleh. Sebab menurut semboyan orang batak anak itu adalah “hagabeon, hasangapon dan hamoraon” yang artinya anak adalah sebagai penerus, kehormatan dan kekayaan dalam keluarga. Faktor sosial budaya memiliki peran yang cukup besar sebab didalam diri masyarakat pengaruh sosial budaya sangat kuat dalam kehidupan mereka.


(36)

57

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Bina Aksara BKKBN, 2006. Buku Saku Bagi Petugas Lapangan Program KB Nasional

Materi Konseling. Jakarta: BKKBN

BKKBN Sumatera Utara. 2008. Peningkatan Kualitas Lingkungan Keluarga dalam program KB nasional. Medan: BKKBN

BKKBN Sumatera Utara. 2008. Pedoman Oprasional Program Ketahanan Keluarga. Medan: BKKBN

Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo. 2015. Berastagi Dalam Angka 2015. Berastagi: BAPPEDA Kabupaten Karo

Badan Pusat Statistik. 2015. Jumlah Penduduk Indonesia 2015.

Depkes RI. 2006. Pedoman Baku Klinis Program Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: EGC

Handayani, S. 2010. Buku Ajaran Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka Rihama

Hartono, H. 2002. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Hidayah Pepy. 2012. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Program KB di Kecamatan Taktakan Kota Serang. Skripsi. Serang. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Dalam http://repository.fisip-untirta.ac.id/48/ Diakses pada tanggal 29 April 2016

Ihung. 2008. Banyak Anak Banyak Rejeki. Dalam

http://f3ihung.wordpress.com/2008/08/19/banyak-anak-banyak-rejeki/. Diakses 03 Mei 2016

Minarwati. 2011. Analisis Ketidakberhasilan Keluarga Berencana di Desa Tanjung Barus Kecamatan Barus Jahe kabupaten Karo. Skripsi. Medan. Universitas Negeri Medan

Muslina. 2012. Faktor-faktor Penyebab Ketidakberhasilan Program Keluarga Berencana di Desa Reudeup Kecamatan Lhoksukon Aceh Utara. Skripsi. Medan. Universitas Negeri Medan


(37)

58

Farahwati, C. 2009. Perbandingan Karakteristik Literatur. Skripsi. Bekasi. Universitas UI. Dalam http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/125445-S-5754-Perbandingan%20karakteristik-Literatur.pdf. Diakses pada tanggal 03 Mei 2016

Pinem, S. 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta: Trans Info Media

Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Proverawati, A. 2010. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). Yogyakarta: NuhaMedika

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sulistyawati, A. 2011. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba Medika


(1)

memiliki 2 orang anak tetapi mereka masih beranggapan 2 orang anak terlalu sedikit sehingga mengurangi rasa kebahagian dalam keluarga. Oleh sebab itu responden memilih option B. Kemudian 40% responden kurang setuju memiliki 2 orang anak saja, sebab mereka beranggapan banyak anak banyak rezeki. Ini merupakan salah satu faktor yang menentukan keikutsertaan pasang usia subur dalam gerakan Keluarga Berencana.

3. Kondisi Kesehatan

Berdasarkan hasil analisis data mengenai kondisi kesehatan dengan menggunakan angket, sebanyak 22,68% responden memiliki kondisi kesehatan sangat baik, hal ini memungkinkan responden dapat menggunakkan KB, 22,86% responden memiliki kondisi yang baik, kemudian responden yang paling banyak 54,62% responden kurang memiliki kondisi kesehatan yang baik untuk ikut ber-KB. Sementara kondisi kesehatan adalah salah satu faktor penentu keikutsertaan responden dalam menggunakan KB, kondisi yang siap dan sehat secara mental juga menjadi perhatian. Sebab jika responden tidak memiliki kecocokan dalam memakai kontrasepsi maka responden tidak diperbolehkan menggunakan kontrasepsi.

4. Informasi

Berdasarkan hasil analisis data mengenai informasi dengan menggunakan angket tentng informasi yang diperoleh dari responden yaitu sebanyak 31 % responden memiliki informasi yang sangat baik mengenai program Keluarga Berencana, 33% responden memiliki informasi yang baik mengenai program Keluarga Berencana. Kemudian sebanyak 35,7%


(2)

responden kurang memiliki informasi yang baik tentang program Keluarga Berencana, faktor ini menjadi penentu keikutsertaan responden terletak pada informasi yang diperoleh baik itu dari masyarakat, media massa maupun media cetak. Banyak masyarakat yang belum mendapatkan informasi yang baik mengenai program KB sehingga tidak tercapainya program KB dimasyarakat.

b. Faktor Eksternal 1. Dukungan Suami

Berdasarkan hasil analisis data mengenai dukungan suami dengan menggunakan angket tentang dukungan suami terhadap keberhasilan program KB sebanyak 23,7% responden mendapatkan dukungan suami (pasangan usia subur) yang sangat baik, 31% responden memiliki dukungan suami yang baik, responden ingin menggunakan alat kontrasepsi tetapi suami lebih menyukai yang alamiah. Oleh sebab itu responden memilih option B.

Kemudian sebanyak 45% responden kurang memiliki dukungan suami, mereka mengatakkan suami (pasangan usia subur) kurang menyukai pemakaian alat kontrasepsi lebih baik memakai yang alamiah. Oleh sebab itu responden memilih option C. Dukungan suami memiliki kontribusi yang cukup besar sebagai pendukung dan menyarankan istri dalam memilih alat kontrasepsi, keterbatasan informasi kepada suami mengakibatkan kurang berhasilnya program KB. Oleh sebab itu suami memerlukan pengetahuan tentang program KB dan alat kontrasepsi.


(3)

2. Dukungan Tenaga Kesehatan

Berdasarkan hasil analisis data mengenai tenaga kesehatan dengan menggunakan angket sebanyak 31% responden menjawab bahwa tenaga kesehatan memberikan dukungan yang sangat baik terhadap masyarakat, oleh sebab itu responden memilih option A, 30,2% responden memiliki dukungan yang baik dari tenanga kesehatan, dari sikap sikap para tenaga kesehatan memberikan sikap yang ramah terhadap masyarakat akan tetapi kurang rutin melakukan kunjungan kepada masyarakat, sehingga responden memilih option B.

Kemudia 38,6% responden memilih option C, responden mengatakan petugas kesehatan tidak pernah melakukan kunjungan kemasyarakat sehingga informasi yang didapatkan responden kurang baik. Dukungan dari tenaga kesehatan sangat berpengaruh besar dalam meyakinkan masyarakat untuk menggunakan alat kontrasepsi dan sekaligus memeriksa kesehatan masyarakat dalam penggunaan dan pemilihan alat kontrasepsi.

3. Sosial Budaya

Berdasarkan hasil analisis data mengenai sosial budaya dengan menggunakan angket, sebanyak 24,3% responden kurang setuju dalam sosial budaya yang menyatakan banyak anak banyak rezeki ataupun jika anak laki-laki dan perempuan tidak ada dalam keluarga, maka keluarga tersebut tidak memiliki penerus. Menurut responden memiliki banyak anak akan membawa beban yang berat apalagi dijaman saat ini semakin banyak anak akan membuat semakin banyak kebutuhan yang harus dipenuhi


(4)

sementara pendapatan dijaman sekarang tidak mudah. Oleh sebab itu responden lebih memilih option A.

36,95 responden setuju pada sosial budaya yang menyatakan anak akan membawa rezeki ataupun anak perempuan dan laki-laki sebagai penerus keluarga. Menurut responden apa yang sudah di berikan Tuhan sebaiknya disyukuri, sebagai orang tua hanya biasa mengusahakan yang terbaik buat anaknya. Kemudia 38,6% responden sangat setuju dengan sosial budaya yang dianutnya sebab didalam adat mereka, khususnya bagi orang batak anak adalah sumber rezeki, ketika keluarga mendapatkan anak maka akan semakin banyak juga rezeki yang diperoleh. Sebab menurut semboyan orang batak anak itu adalah “hagabeon, hasangapon dan hamoraon” yang artinya anak adalah sebagai penerus, kehormatan dan kekayaan dalam keluarga. Faktor sosial budaya memiliki peran yang cukup besar sebab didalam diri masyarakat pengaruh sosial budaya sangat kuat dalam kehidupan mereka.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Bina Aksara BKKBN, 2006. Buku Saku Bagi Petugas Lapangan Program KB Nasional

Materi Konseling. Jakarta: BKKBN

BKKBN Sumatera Utara. 2008. Peningkatan Kualitas Lingkungan Keluarga dalam program KB nasional. Medan: BKKBN

BKKBN Sumatera Utara. 2008. Pedoman Oprasional Program Ketahanan Keluarga. Medan: BKKBN

Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo. 2015. Berastagi Dalam Angka 2015. Berastagi: BAPPEDA Kabupaten Karo

Badan Pusat Statistik. 2015. Jumlah Penduduk Indonesia 2015.

Depkes RI. 2006. Pedoman Baku Klinis Program Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: EGC

Handayani, S. 2010. Buku Ajaran Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka Rihama

Hartono, H. 2002. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Hidayah Pepy. 2012. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Program KB di Kecamatan Taktakan Kota Serang. Skripsi. Serang. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Dalam http://repository.fisip-untirta.ac.id/48/ Diakses pada tanggal 29 April 2016

Ihung. 2008. Banyak Anak Banyak Rejeki. Dalam

http://f3ihung.wordpress.com/2008/08/19/banyak-anak-banyak-rejeki/. Diakses 03 Mei 2016

Minarwati. 2011. Analisis Ketidakberhasilan Keluarga Berencana di Desa Tanjung Barus Kecamatan Barus Jahe kabupaten Karo. Skripsi. Medan. Universitas Negeri Medan

Muslina. 2012. Faktor-faktor Penyebab Ketidakberhasilan Program Keluarga Berencana di Desa Reudeup Kecamatan Lhoksukon Aceh Utara. Skripsi. Medan. Universitas Negeri Medan


(6)

Farahwati, C. 2009. Perbandingan Karakteristik Literatur. Skripsi. Bekasi. Universitas UI. Dalam http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/125445-S-5754-Perbandingan%20karakteristik-Literatur.pdf. Diakses pada tanggal 03 Mei 2016

Pinem, S. 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta: Trans Info Media

Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Proverawati, A. 2010. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). Yogyakarta: NuhaMedika

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sulistyawati, A. 2011. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba Medika