Dedak padi Jagung giling Bungkil kedele

b. Dedak padi

Penggunaan dedak padi sebagai bahan penyalut dalam mikroenkapsulasi belum ada laporan. Dedak padi dipilih sebagai bahan penyalut alternatif karena dedak padi dapat menyerap lemak dan air, kemampuan menyerap lemak atau minyak sekitar 1.5 x dari berat dedak dan kemampuan menyerap air sekitar 2x dari berat dedak Giles 1965 dan Susulshi 1962 disitasi dari Pomeranz 1991. Kemampuan menyerap air tersebut lebih rendah dibandingkan dengan dedak gandum dimana menurut Choct 1997 dedak gandum mampu menyerap air lebih 10x dari beratnya.

c. Jagung giling

Jagung dipilih sebagai bahan penyalut alternatif karena dapat memberikan sumbangan sebagai karbohidrat dalam enkapsulasi. Jagung yang telah diproses lebih lanjut ke dalam bentuk dekstrin, maltodesktrin ataupun Corn syrup solid telah banyak digunakan sebagai bahan penyalut dalam mikroenkapsulasi di bidang pangan Bangs dan Reineccius 1988; Afeli 1998; Lianawati 1998; Kenyon 1992. Penggunaan jagung yang telah diproses tersebut membutuhkan biaya yang lebih besar sehingga tidak dapat digunakan sebagai bahan penyalut dalam proses mikroenkapsulasi untuk bidang pakan. Jagung yang digunakan sebagai bahan penyalut pada enkapsulasi dalam pakan digunakan jagung giling yang biasa diberikan dalam ransum ternak yang harganya lebih murah.

d. Bungkil kedele

Bungkil kedele merupakan hasil ikutan atau bahan yang tersisa setelah kedele diolah dan minyaknya dipisahkan. Bungkil kedele mengandung protein dan karbohidrat dalam proporsi yang hampir sama. Protein pada bungkil kedele defisiensi asam amino metionin dan sistein tetapi memiliki kandungan lisin dan triptopan yang tinggi, sedangkan karbohidrat dalam bungkil kedele sebesar 40 dari berat kering Potter dan Potchanakorn 1984. Interaksi dengan komponen bahan pakan lain dapat meningkatkan nilai guna bungkil kedele sebagai bahan penyalut dalam mikroenkapsulasi dan sebagai bahan pakan. Bungkil kedele dipilih sebagai bahan penyalut alternatif karena kandungan protein yang ada dalam kedele tersebut melalui proses lebih lanjut dapat dijadikan isolat protein kedele. Isolat protein kedele dapat digunakan sebagai bahan penyalut dalam mikroenkapsulasi Kim dan Morr 1996; Afeli 1998; Ariati 1998; Kristiani 1997; Lianawati 1998. Salah satu alasan utama untuk membuat isolatkonsentrat protein dari kedele adalah untuk menurunkan atau menghilangkan flavor kedele yang tak diingini. Flavor kedele yang tidak menyenangkan tersebut dikenal dengan beany. Isolat protein kedele tersebut dapat digunakan sebagai bahan penyalut terutama untuk produk mikroenkapsulasi yang aplikasinya untuk di konsumsi manusia. Selain sebagai sumber protein, bungkil kedele juga mengandung berbagai jenis karbohidrat. Potter dan Potchanakorn 1984 menyatakan bahwa bungkil kedele mengandung oligosakarida sukrosa, stakiosa dan rafinosa maupun polisakarida pektin, arabinogalaktan dan selulosa. Kandungan oligosakarida dan polisakarida masing-masing sebesar 15 dan 16.5. Fraksi oligosakarida meru- pakan komponen karbohidrat yang lebih mudah dicerna dari keseluruhan karbo- hidrat yang terkandung dalam bungkil kedele.

e. Corn gluten meal