± 1.60 53.65 ± 2.95 ± 0.03 Penggunaan bahan pakan sebagai bahan penyalut dalam mikroenkapsulasi minyak ikan lemuru dan pemanfaatannya dalam ransum ayam petelur

Pada Tabel 17 terlihat performa ayam petelur untuk rataan produksi telur, berat telur, massa telur dan konversi ransum tidak berbeda selama pemberian ransum perlakuan dan flushing, sedangkan rataan konsumsi ransum terjadi perbedaan sebesar 4 gekor setelah ransum perlakuan diberikan. Walaupun rataan konsumsi ransum secara angka terjadi perbedaan tetapi hasil analisis ragam selisih konsumsi ransum selama pemberian ransum perlakuan dengan masa flushing tidak nyata berbeda. Data mingguan performa ayam selama masa flushing dan adaptasi 3 dan 2 minggu serta masa penelitian 8 minggu dapat dilihat pada Lampiran 4. Hasil analisis ragam pada data performa ayam petelur untuk produksi telur, berat telur, massa telur dan konversi ransum juga tidak nyata berbeda Lampiran 15 - 19. Berdasarkan hasil diatas adanya perbedaan performa ayam petelur pada masa flushing tidak mempengaruhi performa ayam petelur selama ransum perlakuan diberikan. Hasil pengamatan rataan performa ayam petelur setelah ransum perlakuan berupa mikrokapsul minyak ikan diberikan dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18 Rataan performa ayam petelur umur 52 –59 minggu dengan perlakuan pemberian mikrokapsul minyak ikan MMI 1 Performa ayam petelur Perlakuan Konsumsi ransum gekor Produksi telur hen day Berat telur gbutir Massa telur ghari Konversi ransum R0 104.64 ± 5.32 89.97 ± 4.82 57.51 ± 1.65 51.74 ± 3.80 2.02 ± 0.05 R1 109.88 ± 4.29 91.13 ± 3.36 59.31 ± 1.61 54.05 ± 1.23 2.03 ± 0.07 R2 112.20 ± 3.66 89.95 ± 2.56

59.64 ± 1.60 53.65 ± 2.95

2.09 ± 0.08 R3 104.92 ± 4.26 88.73 ± 2.69 58.26 ± 1.88 51.70 ± 2.43 2.03 ± 0.06 R4 108.20 ± 3.86 90.97 ± 2.96 58.89 ± 0.56 53.56 ± 1.96

2.02 ± 0.03

Keterangan : 1 Rata-rata dari 32 ekor ayam Analisis ragam menunujukkan tidak berbeda nyata R0 : Ransum 0 mikrokapsul minyak ikan Ransum kontrol R1 : Ransum 0.5 mikrokapsul minyak ikan R2 : Ransum 1 mikrokapsul minyak ikan R3 : Ransum 2 mikrokapsul minyak ikan R4 : Ransum 4 mikrokapsul minyak ikan MMI mengandung 20 minyak ikan, sehingga R4 : mengandung 0.8 minyak ikan = 4 x 20 Konsumsi ransum Pemberian mikrokapsul minyak ikan dalam ransum ayam petelur tidak nyata mempengaruhi konsumsi ransum Tabel 18. Hal ini disebabkan kandungan energi metabolis dari ransum antar perlakuan sama karena ransum disusun secara isoprotein dan isokalori. Menurut NRC 1994 yang dominan mempengaruhi konsumsi ransum pada unggas adalah nilai energi ransum yang diberikan. Pemberian mikrokapsul minyak ikan MMI dalam ransum mempengaruhi kandungan dedak padi dan jagung giling dalam ransum. Pemberian 4 MMI menyebabkan dedak padi lebih banyak 8 22.8 vs 14.8 dan jagung lebih rendah 8 42 vs 50 dibandingkan dengan ransum tanpa pemberian MMI ransum kontrol. Adanya perbedaan antara kandungan dedak padi dan jagung dalam ransum tidak nyata mempengaruhi konsumsi ransum. Hal ini disebabkan oleh ransum dalam kondisi isoprotein dan isokalori. Piliang dan Sastradipraja 1984 mendapatkan perbedaan dedak padi dalam ransum sebesar 13 61 vs 74 dan jagung sebesar 15 0 vs 15 serta ransum isoprotein dan isokalori tidak nyata mempengaruhi konsumsi ransum, produksi telur, berat telur dan konversi ransum. Pemberian minyak ikan dalam bentuk mikrokapsul pada ransum ayam petelur merupakan metode baru dan belum banyak laporan penelitian mengenai hal tersebut. Berdasarkan hal tersebut data-data penelitian tentang penambahan minyak ikan ataupun penambahan bahan makanan su mber asam lemak ω-3 lainnya ke dalam ransum ayam petelur terhadap data performa ayam petelur dapat digunakan sebagai data pembanding. Pemberian mikrokapsul minyak ikan tidak menurunkan konsumsi ransum, hal ini menandakan bahwa mikrokapsul minyak ikan yang ditambahkan stabil dan tidak tengik, sebab jika lemak atau minyak yang ditambahkan tengik menyebabkan palatabilitas ransum menurun sehingga konsumsi ransum menurun. Penelitian yang dilakukan Huang 1990 penambahan minyak ikan sampai 4 dalam ransum ayam pedaging menyebabkan ransum tidak palatabilitas sehingga konsumsi ransum menurun. Mikrokapsul minyak ikan dapat ditambahkan ke dalam ransum karena karena kadar air dari mikrokapsul tersebut rendah sehingga tidak mudah tengik, serta bilangan bilangan peroksida dan TBA rendah yaitu masing-masing sebesar 9.87 Meqkg dan 1.35 umolkg Gambar 11 dan Gambar 12. Pemberian mikrokapsul minyak ikan tidak nyata mempengaruhi konsumsi ransum. Hasil penelitian ini dapat dibandingkan dengan hasil-hasil penelitian penambahan bahan yang kay a asam lemak ω-3 seperti minyak ikan, minyak flaxseed, biji chia dan kepiting merah juga tidak nyata mempengaruhi konsumsi ransum Hargis et al. 1991; Scheideler dan Froning 1996; Herber dan Van Elswyk 1996; Sudibya 1998; Meluzzi et al. 2000; Gonzalez dan Leeson 2000. Baucells et al. 2000 mendapatkan penambahan lemak baik itu minyak ikan, minyak linseed, minyak rapeseed dan lemak hewan ke dalam ransum ayam petelur tidak nyata mempengaruhi konsumsi ransum. Rataan konsumsi ransum yang diperoleh selama percobaan berkisar 104.64 - 112.20 gekorhari, dan kandungan protein ransum masing-masing perlakuan berkisar 17 dan ME 2745 kcalg. Rataan konsumsi tersebut mendekati standar ayam Isa brown dimana menurut CPI 1999 ayam Isa brown setelah umur 50 minggu dengan kebutuhan protein 17 maka kebutuhan ransum sekitar 110 sampai 115gekorhari. Produksi telur hen day Rataan produksi telur hen day selama 8 minggu percobaan pada masing- masing perlakuan juga tidak dipengaruhi oleh pemberian mikrokapsul minyak ikan Tabel 18. Hal ini disebabkan oleh kecukupan kandungan nutrisi antar perlakuan yang menyebabkan ayam sehat, sehingga tidak mempengaruhi proses pembentukan telur dan produksi telur dapat berjalan dengan normal. Hal lain yang menyebabkan tidak terpengaruhnya produksi telur karena ransum yang digunakan antar perlakuan disusun secara isokalori dan isoprotein, yang membedakannya kadar lemak kasar. Jumlah lemak dalam ransum tidak mempengaruhi perkembangan produksi telur. Penelitian sebelumnya pemberian bahan yan g kaya asam lemak ω-3 juga tidak nyata mempengaruhi produksi telur Hargis et al. 1991; Van Elswyk et al. 1994; Sudibya 1998; Meluzzi et al. 2000; Gonzalez dan Leeson 2000. Baucells et al. 2000 mendapatkan penambahan lemak baik itu minyak ikan, minyak linseed, minyak rapeseed dan lemak hewan ke dalam ransum ayam petelur tidak nyata mempengaruhi produksi telur. Berat telur Pemberian mikrokapsul minyak ikan dalam ransum ayam petelur tidak nyata mempengaruhi berat telur Tabel 18. Hal ini disebabkan adanya keseimbangan zat makanan dalam ransum masing-masing perlakuan sehingga perlakuan ransum tidak mempengaruhi berat telur yang dihasilkan. Hal lain yang menyebabkan tidak terpengaruhnya berat telur akibat pemberian mikrokapsul minyak ikan dalam ransum adalah kandungan asam linoleat. Kandungan asam linoleat dalam ransum cukup sehingga menyebabkan berat telur tidak terjadi penurunan. Kekurangan asam linoleat dalam ransum dapat menurunkan berat telur. Tidak terpengaruhnya berat telur akibat penambahan mikrokapsul minyak ikan dalam ransum ayam petelur dapat dibandingkan dengan hasil penelitian penambahan bahan makanan yang mengandung asam lemak ω-3 seperti pemberian minyak ikan. Pemberian minyak ikan dalam ransum ayam petelur tidak mempengaruhi berat telur dilaporkan oleh peneliti sebelumnya Hargis et al. 1991; Van Elswyk et al. 1992; Sudibya 1998, Baucells et al. 2000. Baucells et al. 2000 melaporkan bahwa pemberian 4 sumber lemak seperti minyak ikan, minyak bunga matahari, lemak hewan dan sumber lemak lainnya ke dalam ransum ayam petelur tidak mempengaruhi berat telur. Massa telur dan Konversi ransum Pemberian mikrokapsul minyak ikan dalam ransum ayam petelur tidak nyata meningkatkan produksi massa telur dan konversi ransum Tabel 18. Hal ini disebabkan oleh produksi telur hen day, berat telur dan konsumsi ransum juga tidak dipengaruhi oleh pemberian mikrokapsul minyak ikan. Persentase produksi telur hen day dan berat telur mempengaruhi produksi massa telur, sedangkan produksi massa telur dan konsumsi ransum mempengaruhi konversi ransum. Pemberian mikrokapsul minyak ikan dalam ransum tidak mempengaruhi produksi massa telur dan nilai konversi ransum. Kondisi yang sama didapatkan oleh peneliti lain dengan penambahan bahan yang kaya asam lemak ω-3 dalam ransum. Penambahan minyak ikan dalam ransum tidak mempengaruhi produksi massa telur dan nilai konversi ransum Scheideler dan Froning 1996; Meluzzi et al. 2000; Gonzales dan Leeson 2000. Selanjutnya Baucells et al. 2000 menda- patkan penambahan lemak baik itu minyak ikan, minyak linseed, minyak rapeseed, minyak biji bunga matahari dan lemak hewan ke dalam ransum ayam petelur tidak nyata mempengaruhi massa telur dan konversi ransum. Pengaruh Perlakuan Ransum terhadap Kualitas Telur Nilai Haugh Unit Pemberian mikrokapsul minyak ikan dalam ransum tidak nyata mempengaruhi nilai Haugh Unit. Hal ini disebabkan oleh pemberian mikro- kapsul tersebut hanya mempengaruhi kandungan lemak ransum tetapi tidak mem- pengaruhi kandungan protein ransum. Kandungan protein dalam ransum dapat mempengaruhi nilai Haugh unit. Menurut Uddin et al. 1991 nilai Haugh unit menurun dengan meningkatnya protein makanan. Selanjutnya Christmas 1982 mendapatkan ayam petelur yang mengkonsumsi ransum dengan kandungan protein rendah menghasilkan telur dengan nilai Haugh unit lebih tinggi. Penambahan mikrokapsul minyak ikan dalam ransum tidak mempengaruhi kandungan protein ransum akibatnya nilai Haugh unit juga tidak terpengaruh. Ransum perlakuan dengan pemberian mikrokapsul minyak ikan disusun isoprotein dan isokalori sehingga pemberian mikrokapsul tersebut tidak mempengaruhi nilai haugh unit. Menurut North dan Bell 1990, pada umumnya nilai Haugh Unit lebih menggambarkan umur penyimpanan telur serta umur induk yang menghasilkannya dan nilainya tidak dipengaruhi oleh susunan ransum yang diberikan selama imbangan antara protein dan energi metabolis dalam ransum yang diberikan sama. Pengaruh pemberian mikrokapsul minyak ikan terhadap nilai haugh unit selama 2, 4, 6 dan 8 minggu dapat dilihat pada Gambar 17. Nilai Haugh Unit yang diperoleh dalam penelitian berkisar 80.31-82.96 Gambar 17. Nilai tersebut cukup tinggi dan selisihnya kecil sehingga kualitas telur yang dihasilkan dapat digolongkan kelas AA. Menurut standar mutu telur yang dikeluarkan USDA 1999 telur dengan nilai Haugh unit lebih besar dari 72 dapat digolongkan ke dalam kelas AA. Selanjutnya nilai Haugh Unit yang dihasilkan tidak berbeda antar perlakuan karena selisihnya kecil. Menurut Nesheim et al. 1979 nilai Haugh Unit baru dapat dinyatakan berbeda apabila selisihnya minimal 8 unit. 60 65 70 75 80 85 90 2 4 6 8 Waktu pengamatan minggu N il a i H a u g h u n it R0 R1 R2 R3 R4 Gambar 17 Pengaruh pemberian mikrokapsul minyak ikan terhadap nilai haugh unit telur yang diamati selama 2, 4, 6 dan 8 minggu. Gambar 17 menunjukkan nilai haugh unit meningkat setelah minggu ke dua pemberian mikrokapsul minyak ikan. Pada minggu ke 6 terjadi penurunan dan kemudian meningkat lagi pada minggu ke 8. Hasil analisis ragam Lampiran 20 menunjukkan pemberian mikrokapsul minyak ikan tidak mempengaruhi nilai haugh unit. Indeks warna kuning telur Hasil analisis ragam terhadap pemberian mikrokapsul minyak ikan dalam ransum tidak nyata mempengaruhi indeks warna kuning telur Lampiran 21. Secara angka semakin tinggi pemberian mikrokapsul minyak ikan semakin meningkat indeks warna kuning telur. Grobas et al. 2001 menyatakan penambahan minyak atau lemak dalam ransum dapat meningkatkan indeks warna kuning telur kemungkinan disebabkan oleh oxykarotinoid yang terkandung dalam ransum berupa lemak yang mudah larut yaitu lemak babi, minyak kedele, minyak flaxseed dan minyak olive. Menurut Leeson dan Summer 2001 minyak ikan merupakan sumber yang baik untuk vitamin A dengan kandungan sebesar 750 IUg minyak ikan lemuru. Prekursor dari vitamin A yaitu karoten dapat mempengaruhi lndeks warna kuning telur. Pemberian mikrokapsul minyak ikan yang mengandung sumber vitamin A diharapkan dapat meningkatkan indeks warna kuning telur meningkat, akan tetapi dalam penelitian ini secara statistik tidak nyata ada peningkatan indeks warna kuning telur dengan penambahan mikrokapsul minyak ikan, hal ini kemungkinan disebabkan jumlah pemberian mikrokapsul minyak ikan tersebut dalam jumlah kecil. Pemberian mikrokapsul minyak ikan dalam ransum menjadikan indeks warna kuning telur lebih tinggi. Tingginya indeks warna kuning telur disebabkan oleh penambahan sumber lemak ke dalam ransum sehingga terganggunya keseimbangan asam lemak dalam kuning telur. Menurut Karunajewa et al. 1984 dan Hamilton dan Parkhurst 1990 warna kuning telur diuntungkan dengan penambahan sumber lemak ke dalam ransum, dan warna kuning telur dihasilkan oleh oxykarotinoid atau pigmen xantofil yang diperoleh ayam dari ransum. Absorpsi dan deposisi oxykarotinoid dalam kuning telur sangat dipengaruhi oleh keseimbangan lemak dalam kuning telur. Pengaruh pemberian mikrokapsul minyak ikan terhadap indeks warna kuning telur dapat dilihat pada Gambar 18. 6.0 6.5 7.0 7.5 8.0 8.5 9.0 9.5 10.0 10.5 11.0 2 4 6 8 Waktu pengamatan minggu In d e k s w a rn a k u n in g te lu r R0 R1 R2 R3 R4 Gambar 18 Pengaruh pemberian mikrokapsul minyak ikan terhadap indeks warna kuning telur yang diamati selama 2, 4, 6 dan 8 minggu. Gambar 18 menunjukkan indeks warna kuning telur pada perlakuan R4 dan R3 mulai minggu ke-2 sampai minggu ke-8 meningkat sebaliknya perlakuan R0, R1 dan R2 hanya meningkat sampai minggu ke-2 kemudian menurun sampai minggu ke -8. Hasil analisis ragam menunjukkan pemberian mikrokapsul minyak ikan tidak mempengaruhi indeks warna kuning telur . Pemberian mikrokapsul minyak ikan dalam ransum ayam petelur merupakan cara baru dalam penggunaan minyak ikan dalam ransum. Belum banyak laporan penelitian tentang pemberian mikrokapsul minyak ikan untuk ternak khususnya ternak unggas. Berdasarkan hal itu pemberian minyak ikan atau bahan sumber asam lemak ω-3 lainnya ke dalam ransum ayam petelur dapat dijadikan sebagai data pembanding. Penelitian terhadap pemberian minyak ikan atau bahan yang mengandung sumber asam lemak ω-3 dalam ransum ayam petelur terhadap kualitas telur nilai Haugh unit, indeks warna kuning telur dan tebal kerabang telur tidak banyak dilaporkan. Ahn et al. 1999 melaporkan pemberian asam linoleat konjugasi ke dalam ransum ayam petelur tidak nyata mempengaruhi indeks warna kuning telur, indeks warna kuning telur berkisar dari 9.53 – 9.98. Tebal kerabang telur Hasil analisis ragam Lampiran 22 menunjukkan penambahan mikrokapsul minyak ikan dalam ransum tidak nyata mempengaruhi tebal kerabang telur. Hal ini disebabkan oleh penambahan mikrokapsul minyak ikan tidak mempengaruhi kandungan kalsium dalam ransum, kandungan kalsium dalam semua perlakuan tidak nyata berbeda yaitu sebesar 3.3 – 3.5 . Walaupun kandungan tepung daging dan tulang yang digunakan sebagai bahan penyalut dalam proses mikroenkapsulasi mengandung kalsium yang tinggi akan tetapi kandungan kalsium dalam mikrokapsul minyak ikan tersebut belum dapat meningkatkan kandungan kalsium dalam ransum ayam petelur, hal ini disebabkan karena pemberian mikrokapsul tersebut dalam jumlah kecil sehingga perbedaan kalsium dalam ransum perlakuan rendah. Perbedaan kalsium yang tinggi dalam ransum perlakuan dapat mempengaruhi tebal kerabang telur. Sale dan El-naggar 1993 menyatakan bahwa perbedaan kalsium 1 - 2 dalam ransum perlakuan dapat mempengaruhi tebal kerabang telur. Tebal kerabang telur sangat nyata lebih tinggi untuk ayam yang mendapatkan kalsium dalam ransumnya 2.5 – 3.5 dibandingkan dengan yang memperoleh 1.5. Kandungan kalsium dalam ransum mempengaruhi tebal kerabang telur dan berat telur. Berat telur berkorelasi negatif dengan tebal kerabang telur Mohantly et al. 1986. Tidak terpengaruhnya tebal kerabang telur akibat penambahan mikrokapsul minyak ikan ke dalam ransum ayam petelur disebabkan oleh berat telur juga tidak dipengaruhi dengan pemberian mikrokapsul minyak ikan. Pengaruh pemberian mikrokapsul minyak ikan terhadap tebal kerabang telur dapat dilihat pada Gambar 19. 0.30 0.31 0.32 0.33 0.34 0.35 0.36 0.37 0.38 0.39 2 4 6 8 Waktu pengamatan minggu T e b a l k e ra b a n g te lu r m m R0 R1 R2 R3 R4 Gambar 19 Pengaruh pemberian mikrokapsul minyak ikan terhadap tebal kera- bang telur yang diamati selama 2, 4, 6 dan 8 minggu. Gambar 19 menunjukkan tebal kerabang telur pada minggu ke-2 pengamatan tidak berbeda pada semua perlakuan. Perlakuan R3, R4 dan R0 menurun sampai minggu ke-6 dan kemudian meningkat pada minggu ke-8. sedangkan perlakuan R1 dan R2 pada minggu ke-4 meningkat selanjutnya pada minggu ke-6 keduanya mulai menurun. Hasil analisis ragam menunjukkan pemberian mikrokapsul minyak ikan tidak mempengaruhi tebal kerabang telur. Tidak terpengaruhnya tebal kerabang telur akibat pemberian mikrokapsul minyak ikan dapat dibandingkan dengan penelitian pemberian sumber asam lemak ω-3 dalam ransum ayam petelur. Sudibya 1999 dalam penelitiannya dengan pemberian minyak ikan lemuru sampai 4 dalam ransum ayam petelur juga tidak nyata mempengaruhi tebal kerabang telur. Grobas et al. 2001 juga mendapatkan penambahan minyak atau lemak ke dalam ransum tidak nyata mempengaruhi tebal kerabang telur. Pengaruh Pemberian Mikrokapsul Minyak Ikan terhadap Komposisi Asam Lemak Kuning Telur Asam lemak Jenuh dan asam lemak tidak jenuh rangkap tunggal Pemberian mikrokapsul minyak ikan dalam ransum ayam petelur menyebabkan kandungan asam lemak jenuh SAFA dan asam lemak tidak jenuh rangkap tunggal MUFA dalam ransum penelitian tidak berbeda dan akibatnya kandungan asam-asam lemak tersebut dalam kuning telur juga tidak berbeda Tabel 19. Menurut Keshavarz 1999 komposisi asam lemak dalam kuning telur dipengaruhi oleh komposisi asam lemak dalam ransum. Jika asam lemak dalam ransum banyak mengandung asam lemak jenuh, asam lemak tidak jenuh rangkap tunggal atau asam lemak ω-3 maka dalam kuning telur ditemukan banyak asam- asam lemak tersebut. Tabel 19 Kandungan asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh rangkap tunggal dalam ransum penelitian dan kuning telur dengan pemberian mikrokapsul minyak ikan Asam lemak ransum penelitian Asam lemak R0 R1 R2 R3 R4 SAFA 20.78 22.04 21.08 23.85 22.16 MUFA 32.10 32.47 33.28 32.44 32.33 Asam lemak kuning telur 1 Asam lemak R0 R1 R2 R3 R4 SAFA 28.11 27.61 24.86 26.33 26.78 MUFA 50.72 48.83 51.10 49.45 45.48 Keterangan : SAFA : Saturated Fatty AcidAsam lemak jenuh MUFA : Mono Unsaturated Fatty AcidAsam lemak tidak jenuh rangkap tunggal 1 Rata-rata dari 32 ekor ayam dan persentase berdasarkan berat kuning telur . Analisis ragam menunujukkan tidak berbeda nyata Kandungan asam lemak jenuh maupun asam lemak tidak jenuh rangkap tunggal meningkat dalam ransum dan kuning telur jika bahan makanan yang banyak mengandung asam-asam lemak tersebut diberikan dalam ransum ayam petelur. Baucells et al. 2000 mendapatkan pemberian 4 lemak hewan yang kaya asam lemak jenuh dan 4 minyak rapeseed yang kaya asam lemak tidak jenuh rangkap tunggal ke dalam ransum ayam petelur menyebabkan ransum dan kuning telur banyak mengandung asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh rangkap tunggal. Rusmana 2000 mendapatkan pemberian minyak sawit yang kaya asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh rangkap tunggal ke dalam ransum ayam petelur menyebabkan kandungan asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh rangkap tunggal tinggi dalam ransum dan kuning telur. Selanjutnya pemberian bahan makanan yang kaya asam lemak ω-3 seperti minyak ikan ke dalam ransum ayam petelur tidak mempengaruhi asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh rangkap tunggal tetapi mempeng aruhi asam lemak ω-3 pada ransum maupun kuning telur Hargis et al. 1991; Van Elswyk et al. 1992,1994,1995; Herber dan Van Elswyk 1996. Asam lemak ω-6, asam lemak ω-3 dan imbangan ω-6 : ω-3 Pemberian mikrokapsul minyak ikan ke dalam ransum ayam petelur m empengaruhi kandungan asam lemak ω-6, asam lemak ω-3 dan imbangan asam lemak ω-6 dan ω-3 dalam ransum Tabel 20. Semakin tinggi pemberian mikrokapsul minyak ikan menyebabkan kandungan asam lemak ω-6 menurun dan sebaliknya kandungan asam lemak ω-3 meningkat. Hal ini disebabkan oleh mikrokapsul yang digunakan mengandung asam lemak ω-3 lebih tinggi dibandingkan dengan asam lemak ω-6 Lampiran 1. Menurunnya asam lemak ω- 6 dan meningkatnya asam lemak ω-3 menyebabkan imbangan asam lemak ω-6 dan ω-3 dalam ransum menurun. Tabel 20 Kandungan asam lemak ω-6, asam lemak ω-3 dan imbangan ω-6 : ω-3 dalam ransum ayam petelur dengan pemberian mikrokapsul minyak ikan 1 ω-3 Perlakuan Σ ω-6 Linolenat EPA DHA Σ ω-3 ω-6 : ω-3 R0 45.48 1.64 td td 1.64 28 : 1 R1 43.14 2.08 0.27 td

2.35 18 : 1