dalam mengolah alur sebuah cerita hingga memiliki daya tarik yang memikat para pembaca.
Berdasarkan kaidah pengaluran pada sebuah cerita fiksi, Nurgiyantoro 1998:153 menggolongkan ragam alur berdasarkan kriterian urutan waktu. Pembeda
alur berdasarkan kriteria waktu, berkaitan dengan logika cerita. Urutan waktu kejadian berperan penting terhadap penahapan pengaluran. Oleh karena itu,
pengarang memiliki keleluasaan kreatifitas dalam memanipulasi uruta kejadian dalam sebuah cerita. Dengan demikian dikenalah pengaluran secara kronologis dan tak
kronologis yang mendasari ragam alur berikut ini.
2.2.4.1 Alur Lurus
Plot sebuah novel dikatakan lurus atau maju jika peristiwa-peristiwa yang dikisahkan bersifat kronologis, peristiwa yang pertama diikuti oleh peristiwa-
peristiwa yang kemudian. Atau secara runtut cerita dimulai dari tahap awal penyituasian, pengenalan, pemunculan konflik, tengah koflik meningkat, klimaks.
Dan akhir penyelesaian. Jika dituliskan dalam bentuk skema, secara garis besar alur lurus berwujud sebagai berikut.
A B
C D
E Simbol A melambangkan tahap awal cerita, B-C-D melambangkan kejadian-
kejadian berikutnya, tahap tengah yang merupakan inti cerita dan E merupakan tahap
penyelesaian cerita. Oleh karena kejadian-kejadian yang dikisahkan bersifat kronologis yang secara istilah berarti sesuai dengan urutan waktu. Plot yang demikian
disebut juga plot maju. Plot maju biasanya menunjukan kesederhanaan cara penceritaan, tidak berbelit-belit dan mudah diikuti Nurgiyantoro 1998:153.
2.2.4.2 Alur Sorot balik, Flash Back
Cerita dimulai dari tahap awal, melainkan mungkin dari tahap tengah atau mungkin dari tahap akhir baru kemudian tahap awal cerita dikisahkan. Karya plot
jenis ini, dengan demikian langsung menyuguhkan adegan-adegan konflik. Bahkan barangkali konflik yang telah meruncing. Padahal pembaca belum lagi dibawa masuk
mengetahui situasi dan permasalahan yang menyebabkan terjadinya konflik dan pertentangan itu. Kesemuanya dikisahkan justru sesudah peristiwa-peristiwa yang
secara kronologis terjadinya sesudahnya. Jika dituliskan dalam bentuk skema, secara garis besar alur flash back berwujud sebagai berikut.
D
1
A B
C D
2
E D
1
berupa awal penceritaan yang berintikan meninggalkan tokoh A, B, dan C adalah peristiwa-peristiwa yang disorot balik yang berintikan kemelut pada rumah
tangga tokoh, D
2 sengaja dibuat sedemikian untuk menegaskan pertalian kronologisnya D
1
dan E berupa kelanjutan langsung peristiwa cerita awal D
1
yang berintikan akhir peristiwa yang terjadi Nurgiyantoro 1998:154 bisa disebut dengan teknik
pembalikan cerita, atau penyorotbalikan peristiwa-peristwa, ke tahap sebelumnya dapat dilakukan melalui beberapa cara. Mungkin pengarang “menyuruh” tokoh
merenung kembali ke masa lalunya, menuturkannya kepada tokoh lain baik secara lisan maupun tertulis, tokoh lain menceritakan masa lalu tokoh lain, atau pengarang
sendiri yang menceritakannya.
2.2.4.3 Alur Campuran