5. Dapat digunakan sebagai bahan untuk menghitung kebutuhan tenaga kerja dan modal dalam perencanaan pembangunan ekonomi wilayah, seandainya input-
nya dinyatakan dalam bentuk tenaga kerja atau modal.
2.8 Asumsi Model Input-Output
Dalam model input-output, suatu sektor produktif diidentifikasikan dengan suatu proses atau aktivitas produksi. Perekonomian dianggap merupakan kumpulan
dari sektor-sektor semacam itu. Pembagian menjadi berbagai sektor dibuat sedemikian rupa sehingga masing-masing sektor hanya menghasilkan suatu produk.
Ini berarti tidak ada produk gabungan join product. Sementara itu asumsi-asumsi yang digunakan dalam analisis input-output adalah sebagai berikut Kuncoro,
Mudrajat, 2001:312 : 1. Output total tiap sektor pada umumnya dapat digunakan sepenuhnya oleh
sektor lain, oleh sektor itu sendiri dan oleh sektor permintaan akhir. 2. Setiap sektor hanya memproduksi satu produk homogen.
3. Harga, permintaan dan persediaan faktor produksi adalah tertentu given. 4. Perbandingan antara hasil dan return of scale bersifat tetap.
5. Dalam produksi tidak terdapat eksternalitas ekonomis dan disekonomis. 6. Kombinasi input ditetapkan dalam proporsi yang ditetapkan secara ketat.
Proporsi input terhadap output selalu konstan. Dengan kata lain tidak ada kemajuan teknologi, sehingga koefisien input juga tetap.
Penggunaan analisis input-output dalam merencanakan pembangunan haruslah bersifat hati hati dikarenakan beberapa hal.
Pertama, koefisien input diasumsikan bersifat tetap, padahal dalam kegiatan ekonomi yang terus mengalami perubahan struktur, koefisien ini berubah dalam
jangka waktu yang tidak lama. Kedua, koefisien input-output dinyatakan dalam bentuk uang, sehingga gambaran keterkaitan dalam bentuk fisik ditutup oleh distorsi
harga relatif. Ketiga, penggunaan input-output yang konstan memberikan implikasi tentang return of scale dalam mentransformasi input ke dalam output. Sedangkan
keterkaitan dapat menjurus kepada economic of scale melalui integrasi vertikal ataupun horisontal dari kegiatan produksi. Tingginya keterkaitan sektoral dapat saja
distabilkan oleh akses kapasitas dan bukan karena efisiensi dalam penggunaan input sektoral. Keempat, koefisien dari kaitan sektoral relatif sangat sensitif terhadap
tingkat agregasi.
2.9 Penelitian Terdahulu Nama, Tahun, dan Judul