36
penyakit infeksi seperti, demam typoid, hepatitis A, dan diare Siti Fathonah, 2005:10.
Makanan yang berada di rumah makan, restoran atau dipinggiran jalan akan menjadi media tempat penularan penyakit pathogen apabila tidak diolah dan
ditangani dengan baik karena dalam penanganan makanan dapat memasukkan dan menyebarkan mikroornagisme pathogen. Penularan penyakit tersebut dapat terjadi
secara langsung maupun tidak langsung. Kebersihan penjamah makanan dalam istilah populernya disebut higiene perorangan, merupakan kunci kebersihan dalam
pengolahan makanan yang aman dan sehat. Dengan demikian, penjamah makanan harus mengikuti prosedur yang memadai untuk mencegah kontaminasi pada makanan
yang ditanganinya. Prosedur yang penting bagi pekerja pengolahan makanan adalah mencuci tangan, kebersihan dan kesehatan diri Purnawijayanti, 2001:41.
2.1.3.1 Mencuci Tangan
Tangan yang kotor atau terkontaminasi dapat memindahkan bakteri dan virus patogen dari tubuh, feces, atau sumber lain ke makanan. Oleh karena itu mencuci
tangan merupakan hal pokok yang harus dilakukan oleh pekerja yang terlibat dalam penanganan makanan. Mencuci tangan, meskipun tampaknya merupakan kegiatan
ringan dan sering disepelekan, terbukti cukup efektif dalam upaya mencegah kontaminasi pada makanan. Mencuci tangan dengan sabun diikuti dengan pembilasan
akan menghilangkan banyak mikroba yang terdapat pada tangan. Kombinasi antara
37
aktivitas sabun sebagai pembersih, penggosokan dan aliran air akan menghanyutkan partikel kotor yang banyak mengandung mikroba.
Langkah-langkah mencuci tangan yang memadai untuk menjamin kebersihan kebersihan adalah sebagai berikut:
1. Membasahi tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun 2. Menggosok tangan secara menyeluruh salama sekurang-kurangnya 20 detik,
pada bagian-bagian meliputi punggung tangan, sela-sela jari, dan bagian bawah kuku
3. Menggunakan sikat kuku untuk membersihkan sekeliling dan bagian bawah kuku
4. Membilas dengan air mengalir 5. Mengeringkan tangan dengan handuk kertas tissue atau dengan alat
pengering 6. Menggunakan alas kertas tissue untuk mematikan tombol atau kran air dan
membuka pintu ruangan Siti Fathonah, 2005: 13. Menurut Purnawijayanti 2001: 43 Frekuensi mencuci tangan disesuaikan
dengan kebutuhan. Pada prinsipnya mencuci tangan dilakukan setiap saat, setelah tangan menyentuh benda-benda yang dapat menjadi sumber kontaminasi atau
cemaran. Berikut ini adalah beberapa pedoman praktis, bilamana mencuci tangan harus dilakukan :
1. Sebelum memulai pekerjaan dan pada waktu menangani kebersihan tangan harus tetap dijaga
38
2. Sesudah waktu istirahat 3. Sesudah melakukan kegiatan-kegiatan pribadi misalnya merokok, makan,
minum, bersin, batuk, dan setelah menggunakan toilet buang air kecil atau besar
4. Setelah menyentuh benda-benda yang dapat menjadi sumber kontaminan misalnya telepon, uang kain, atau baju kotor, bahan makanan mentah ataupun
segar, daging, cangkang telur, dan peralatan kotor 5. Setelah mengunyah permen karet atau setelah menggunakan tusuk gigi
6. Setelah menyentuh kepala, rambut, hidung, mulut, dan bagian-bagian tubuh yang terluka
7. Setelah menangani sampah serta kegiatan pembersihan, misalnya menyapu, atau memungut benda yang terjatuh dilantai
8. Sesudah menggunakan bahan-bahan pembersih dan atau sanitaiser kimia 9. Sebelum dan sesudah menggunakan sarung tangan kerja.
2.1.3.2 Kebersihan dan Kesehatan Diri