12
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Teori Keagenan
Agency Theory
Teori ini diperkenalkan oleh jensen meckling 1976. Esensi dari teori keagenan manajemen dianologkan sebagai agen dan pihak pemilik perusahaan
pemegang saham sebagai prinsipal. Dalam hubungan antara prinsipal dan agen, prinsipal mengajak agen untuk melayani kepentingan prinsipal dan mendelegasikan
wewenang kepada agen dalam pengambilan keputusan. Dengan demikian sebagai wujud pertanggungjawaban, agen akan berusaha untuk memenuhi seluruh
keinginan pihak prinsipal dalam hal pengungkapan sekarela yang lebih luas Mujiyono, 2004.
Dalam teori keagenan, asimetri informasi dapat terjadi antara manajer dengan pemilik perusahaan. Hal ini dikarenakan manajer yang berinteraksi
langsung pada kegiatan perusahaan sehingga mempunyai informasi yang lengkap tentang perusahaan yang dikelolanya, sedangkan pemilik perusahaan tidak
berinteraksi langsung pada kegiatan perusahaan melainkan hanya mengandalkan laporan yang diberikan oleh manajer. Oleh karena itu, pemilik perusahaan
mempunyai informasi yang lebih sedikit dibandingkan manajer. Berdasarkan perspektif teori keagenan, informasi yang disajikan dapat
digunakan dalam proses pengambilan keputusan pemilik dan manajer, serta dapat dijadikan oleh pemegang saham dan stakeholders lainnya untuk mengontrol
aktivitas manajer Jensen Dan Meckling, 1976. Semakin besar tingkat penguungkapan sukarela, maka masalah agensi yang ditimbulkan juga akan sedikit.
Selain itu, menurut pandangan teori keagenan bahwa terdapat pemisahan antara pihak agen dan principal yang mengakibatkan munculnya potensi konflik
dapat mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan. Dengan demikian diperlukan suatu pengendalian yang dapat mensejajarkan perbedaan kepentingan antara kedua
belah pihak. Penerapan corporate governance bertujuan untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan, sehingga tidak terjadi konflik
antara pihak agen dan principal yang berdampak pada penurunan agency cost.
2.2 Teori Sinyal