dilakukan secara saniter akan memutuskan rantai penularan penyakit dengan menghilangkan faktor ke empat dari enam faktor tersebut dan merupakan penghalang
sanitasi sanitation barrier kuman penyakit untuk berpindah dari tinja ke inang yang potensial.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian dari Retno Purwaningsih 2012 yang meneliti tentang hubungan penyediaan air minum dan perilaku hygiene
sanitasi dengan kejadian diare di daerah paska bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang, diperoleh hasil bahwa ada hubungan bermakna antara
kebiasaan buang air besar dengan kejadian diare p=0,004.
5.1.2 Hubungan Antara Perilaku CTPS Dengan Kejadian Diare Pada Balita
Hasil penelitian tentang hubungan perilaku CTPS dengan kejadian diare pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kepil 2 Kecamatan Kepil Kabupaten Wonosobo
tahun 2015 dengan sampel 62 responden, menunjukkan proporsi sampel yang menderita diare dengan perilaku CTPS buruk sebesar 82,6 dan sampel dengan
perilaku CTPS baik sebesar 7,7. Sedangkan sampel yang tidak menderita diare dengan perilaku CTPS buruk sebesar 17,4 dan sampel dengan perilaku CTPS baik
sebesar 92,3. Pada hasil analisis bivariate diperoleh p value 0,0001 0,00010,05 menunjukkan adanya hubungan antara perilaku CTPS dengan kejadian diare pada
balita di wilayah kerja Puskesmas Kepil 2. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden yang berperilaku CTPS
buruk, mereka mempunyai kebiasaan hanya mencuci tangan dengan air saja tanpa menggunakan sabun pada saat sebelum memasak, setelah BAB, setelah membantu
anak BAB, setelah memegang hewan, sebelum memberi makan anak, dan sebelum menyusui. Sedangkan responden yang berperilaku CTPS baik, mereka sudah
mempunyai kebiasaan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir pada saat sebelum memasak, setelah BAB, setelah membantu anak BAB, setelah memegang
hewan, sebelum memberi makan anak, dan sebelum menyusui. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori dari UNICEFWCARO 2008 yang
menyebutkan bahwa cuci tangan menggunakan sabun adalah salah satu cara yang paling efektif dan murah untuk mencegah penyakit diare yang sebagian besar
menyebabkan kematian pada anak. Mencuci tangan dengan air saja kurang efektif dalam menghilangkan kuman peyakit jika dibanding dengan mencuci tangan dengan
sabun. Mencuci tangan dengan sabun setelah menggunakan toilet atau membantu anak BAB dan sebelum memegang makanan dapat mengurangi tingkat penyakit
diare, kolera dan disentri sebanyak 48-59. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian dari Hamzah B 2012 tentang
hubungan perilaku hidup bersih sehat dengan kejadian diare pada balita di Kecamatan Belawa Kabupaten Wajo, yang menunjukkan adanya hubungan antara kebiasaan ibu
mencuci tangan dengan air bersih dan sabun dengan kejadian diare pada balita di Kecamatan Belawa Kabupaten Wajo. Dari hasil uji bivariate didapatkan nilai p value
= 0,009. Penelitian dari Kusumaningrum et al 2011 menyebutkan bahwa ibu-ibu yang memiliki kebiasaan mencuci tangan yang baik lebih kecil untuk terkena diare di
banding dengan ibu yang memilki kebiasaan mencuci tangan yang kurang baik p value=0,000, OR=7,667.
5.1.3 Hubungan Antara Pengelolaan Air Minum Dan Makanan Dengan