Pengaruh Beberapa Genotipe Dan Bagian Asal Stek Terhadap Pertumbuhan Ubikayu (Manihot Esculenta Crantz) Untuk Meningkatkan Produktivitas

TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi Tanaman
Menurut Steenis et al., (2003) adapun klasifikasi tanaman ubikayu
adalah

sebagai

berikut:

Sub

Divisi

:

Ordo

:

Kingdom :


Angiospermae

Euphorbiales;

Famili

:

Plantae;
;

Divisi

Kelas

Euphorbiaceae;

:

:


Spermatophyta;
Dicotyledoneae;

Genus

:

Manihot;

Spesies : Manihot esculenta Crantz.
Batang memiliki pola percabangan yang khas, yang keragamannnya
tergantung pada kultivar. Pertumbuhan batang tegak dan terkadang bercabang.
Ubikayu kayu dapat tumbuh mencapai 1-4m. bagian batang yang tua memiliki
bekas daun yang jelas, ruas yang panjang menunjukkan laju pertumbuhan yang
cepat. Batang tanaman ini berkayu dengan bagian gabus (pith) yang lebar. Setiap
batang menghasilkan rata-rata satu buku (node) per hari di awal pertumbuhannya,
dan satu buku per minggu di masa-masa selanjutnya. Setiap satu satuan buku
terdiri dari satu buku tempat menempelnya daun dan ruas buku (internode).
Panjang ruas buku bervariasi tergantung genotipe, umur tanaman, dan faktor

lingkungan seperti ketersediaan air dan cahaya. Ruas buku menjadi pendek dalam
kondisi kekeringan dan menjadi panjang jika kondisi lingkungannya sesuai, dan
sangat panjang jika kekurangan cahaya (Ekanayake et al., 1997).
Daun ketela pohon termasuk daun tunggal. Jadi pada satu tangkai ada satu
helai, pada ketiak daun terdapat tunas. Tanaman ini termasuk

tumbuhan

monokotil. Perdu yang tidak bercabang atau kadang bercabang dua, tinggi bisa
mencapai 4 m, bergetah putih dan mengandung sianida pada konsentrasi yang
berbeda-beda. Umbi akar besar, memanjang dengan kulit berwarna coklat suram.

Universitas Sumatera Utara

Batang berkayu dengan tanda berkas daun yang tampak dengan jelas. Daun tungal
tersusun secara spiral, panjang tangkai daun 5-30 cm, helaian daun rata sampai
terbagi 3 - 10 sampai pangkal daunnya. Perbungaan dalam tandan di ujung batang
dengan panjang 3-10 cm. Buah bulat telur bersayap 6 dengan diameter 1-1,5 cm,
terdapat n 3 biji di dalamnya (Sharma, 1993).
Daging umbi merupakan tempat penyimpanan utama tanaman ubikayu

kayu dimana butir-butir pati disimpan. Warna daging ubikayu bervariasi dari putih
sampai krem atau kuning. Warna kuning menandakan kadar beta karoten yang
tinggi. Benang vaskular tengah terdiri dari bundel xylem. Kadar serat dan
kekuatan benang ini bergantung pada kondisi lingkungan dan umur tanaman.
Umbi ubikayu bervariasi bentuknya, bergantung kondisi tanah tempat tumbuhnya
(Ekanayake et al., 1997).
Bunga ubikayu kayu pada beberapa kultivar dapat terbentuk setelah
tanaman berumur 6 minggu, dan sebagian kultivar ada yang tidak berbunga.
Bunga berdiameter 1 cm dan tumbh dalam kelompok yang longgar pada tandan
dekat ujung cabang. Bunga betina matang jauh sebelum bunga jantan mekar
sehingga penyerbukan sendiri terbatas. Bunga menghasilkan madu, dan
penyerbukan silang dibantu oleh serangga (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Tanaman ubikayu yang diperbanyak dengan biji menghasilkan akar
tunggang yang jelas. Pada perbanyakan secara vegetative akar serabut tumbuh
dari dasar turus. Ubikayu berkembang dari penealan sekunder akar serabut
adventif (Najiyari dan Danarti, 1999).

Universitas Sumatera Utara

Syarat Tumbuh

Iklim
Ubikayu mampu beradaptasi pada kelengasan yang sanagat beragam dan
tumbuh pada kisaran curah hujan yang besar. Curah hujan yang sesuai untuk
tanaman ubikayu kayu antara 1.500-2.500 mm/tahun, dengan bulan kering tidak
lebih dari 6 bulan. Tanaman toleran terhadap kekeringan yang panjang dan tanpa
penyiangan

dengan cara membatasi pertumbuhannya dan menggugurkan

daunnya, dan dianggap tahapan serupa dorman (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Sinar matahari yang dibutuhkan bagi tanaman ketela pohon sekitar 10
jam/hari terutama untuk kesuburan daun dan perkembangan umbinya. Tanaman
akan tumbuh baik pada ketinggian 0-800 m dp. Diatas ketinggian 800m
pertumbuhan lambat dan daunnya kecil-kecil, umbi kecil dan sedikit.pada
ketinggian

1500m

dpl


tanaman

sudah

tidak

ekonomis

lagi

(Najiyari dan Danarti, 1999).
Udara minimal bagi tumbuhnya ubikayu kayu sekitar 100C. Bila suhunya
di bawah 100C menyebabkan pertumbuhan tanaman sedikit terhambat, menjadi
kerdil karena pertumbuhan bunga yang kurang sempurna. Kelembaban
udara

optimal

untuk


tanaman

ketela

pohon

antara

60-65%

(Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Tanah
Tanah yang paling sesuai untuk ketela pohon adalah tanah yang
berstruktur remah, gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu poros serta kaya
bahan organik. Tanah dengan struktur remah mempunyai tata udara yang baik,
unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah. Untuk pertumbuhan tanaman

Universitas Sumatera Utara

ubikayu kayu yang lebih baik, tanah dangkal dan padat mempengaruhi bentuk

dan ukuran umbi (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman ketela pohon adalah jenis aluvial
latosol,

podsolik

merah

kuning,

mediteran,

grumosol

dan

andosol

(Najiyari dan Danarti, 1999).
Derajat keasaman (pH) tanah yang sesuai untuk budidaya ketela pohon

berkisar antara 4,5-8,0 dengan pH ideal 5,8. Pada umumnya tanah di Indonesia
ber-pH rendah (asam), yaitu berkisar 4,0-5,5, sehingga seringkali dikatakan cukup
netral bagi suburnya tanaman ubikayu kayu (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Genotipe
Varietas adalah sekelompok tanaman dari suatu spesies yang ditandai oleh
bentuk tanaman , pertumbuhan tanaman, daun, bunga buah dan biji dan ekspresi
karekteristik genotip atau kombinasi genotip yang dapat membedakan
spesies yang sama.

dari

Varietas unggul berasal dari varietas local, varietas liar,

varietas introduksi, yang mempunyai hasil potensi yang tinggi. Koleksi
plasmanutfah memegang peranan penting dalam program pembentukan varietas
unggul (Suhartina, 2005).
Gunakan varietas unggul yang mempunyai potensi hasil tinggi, disukai
konsumen, dan sesuai untuk daerah penanaman. Sebaiknya varietas unggul yang
dibudidayakan memiliki sifat toleran kekeringan, toleran lahan pH rendah
dan/atau tinggi, toleran keracunan Al, dan efektif memanfaatkan hara P yang

terikat oleh Al dan Ca, seperti: varietas Adira-4, Malang-6, UJ3, dan UJ5
(Subandi, 2009).

Universitas Sumatera Utara

Varietas Darul Hidayah dilepas menjadi varietas unggul di Indonesia
pada tahun 1998. Mempunyai ciri–ciri umur panen 8–10 bulan, potensi hasil
perhektarnya 102 ton/ha, warna daging umbi berwarna putih dan berkadar pati
antara 25.0- 31,5 %.
Jika produksi ubikayu ditujukan untuk bahan baku bioethanol, harus
memenuhi kriteria, yaitu: (1) berkadar pati tinggi; (2) Potensi hasil tinggi; (3)
Tahan cekaman biotik dan abiotik; dan (4) Fleksibel dalam usahatani dan umur
panen. Dari 16 varietas unggul ubikayu yang telah dilepas Departemen Pertanian
hingga saat ini, Adira-4, Malang-6, UJ-3, dan UJ-5 memiliki karakter yang sesuai
dengan kriteria tersebut. Sifat penting dari keempat varietas ini adalah: (1) Daun
tidak cepat gugur; (2) Adaptif pada tanah ber-Ph tinggi dan rendah; (3) Adaptif
pada kondisi populasi tinggi sehingga dapat menekan pertumbuhan gulma; dan (4)
Dapat dikembangkan pada pola tumpang sari (Wargiono, et al, 2006).
Varietas atau klon introduksi perlu diuji adaptabilitasnya pada suatu
lingkungan untuk mendapatkan genotipe unggul pada lingkungan tersebut. Pada

umumnya suatu daerah memiliki kondisi lingkungan yang berbeda terhadap
genotip. Respon genotip terhadap lingkungan ini biasanya terlihat dalam
penampilan fenotipik dari tanaman yang bersangkutan (Darliah et al, 2001).
Suatu fenotip (penampilan dan cara fungsinya) individu merupakan hasil
interaksi antara genotipe (warisan alami) dan lingkungannya. Sifat khas suatu
fenotip tertentu tidak dapat selamanya ditentukan oleh perbedaan genotipe atau
oleh linkungan, ada kemungkinan perbedaan fenotip antara individu yang
terpisahkan itu disebabkan oleh perbedaan lingkungan atau perbedaan keduanya
(Lovelles, 1989).

Universitas Sumatera Utara

Gen-gen tidak dapat menyebabkan berkembangnya karakter terkecuali
mereka berada pada lingkungan yang sesuai, dan sebaliknya tidak ada pengaruh
terhadap berkembangnya karakteristik dengan mengubah tingkat keadaan
lingkungan terkecuali jika gen yang diperlukan ada. Namun, harus disadari bahwa
keragaman yang diamati terhadap sifat-sifat yang terutama disebabkan oleh
perbedaan gen yang dibawa oleh individu yang berlainan dan terhadap variabilitas
didalam sifat yang lain, pertama-tama disebabkan oleh perbedaan lingkungan
dimana individu berada (Allard, 2005).
Bahan Tanam / Stek
Batang yang sesuai untuk bibit/stek adalah pada bagian pangkal dan
tengah. Bagian pucuk batang tidak sesuai untuk bibit, sebab selain daya
tumbuhnya rendah hasilnya juga relatif rendah. Diameter batang yang ideal untuk
bibit/stek adalah 2-3 cm. Untuk masa pertanaman musim hujan, stek yang
ditanam vertikal dan miring memberikan pengaruh yang sama terhadap jumlah
tanaman yang tumbuh, hasil, dan kadar pati ubikayu (Guritno, 2013).
Stek ubikayu tidak bisa disimpan dalam jangka waktu yang lama, sehingga
untuk menjaga kualitas stek harus selalu tersedia dalam bentuk pertanaman.
Kaitannya dengan mutu fisiologis (daya tumbuh dan vigor), stek ubikayu cepat
mengalami penurunan, terutama apabila penanganan pascapanennya kurang tepat.
Kurangnya pemahaman petani tentang pengelolaan stek menyebabkan stek yang
digunakan petani umumnya bermutu rendah (Balitkabi, 2011).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bagian-bagian dari batang yang
dipakai untuk stek sangat berpengaruh baik terhadap pertumbuhan maupun
produksi umbi dibandingkan dengan umur tanaman pada saat batang yang akan

Universitas Sumatera Utara

digunakan stek diambil. Produksi umbi yang dihasilkan oleh stek yang berasal
dari batang bagian bawah berada pada 6.4% dan 12.7% lebih besar dari pada stek
yang berasal dari batang bagian tengah dan atas. Begitu pula dengan ukuran
umbinya. Umbi yang dihasilkan oleh stek yang berasal dari batang bagian bawah
berukuran 4.1% dan 11.9% lebih besar, dibanding dengan umbi yang dihasilkan
oleh stek batang bagian tengah dan atas (Guritno, 2013).
Asal stek, diameter bibit, ukuran stek, dan lama penyimpanan bibit
berpengaruh terhadap daya tumbuh dan hasil ubikayu. Bibit yang dianjurkan
untuk ditanam adalah stek dari batang bagian tengah dengan diameter batang 2-3
cm, panjang 15-20 cm, dan tanpa penyimpanan (Roja, 2009).
Stek dengan panjang 25 cm menghasilkan produksi umbi dan laju
pertumbuhan umbi yang lebih besar dibandingkan dengan stek yang lebih pendek
maupun lebih panjang. Semakin besar atau semakin kecil diameter stek,
mengakibatkan produksi semakin menurun. Stek berdiameter 2.25 - 2.50 cm
menghasilkan produksi umbi yang tertinggi dibandingkan dengan stek yang
berdiameter lebih kecil dari 2.25 cm dan lebih besar dari 2.50 cm. Walaupun
panjang dan diameter stek berhubungan erat dengan berat stek tetapi dart hasil
penelitian tidak terlihat hubungan secara nyata antara berat stek dan produksi
umbi (Guritno, 2013).
Panjang stek berpengaruh terhadap pertumbuhan akar dan tunas. Semakin
panjang stek maka persediaan cadangan makanan bagi stek semakin besar
sehingga akar yang dihasilkan nantinya akan semakin banyak. Buku pada stek
batang merupakan tempat tumbuhnya tunas. Pertumbuhan akar tidak akan terjadi
apabila seluruh tunas dihilangkan atau dalam keadaan istirahat, karena tunas

Universitas Sumatera Utara

berperan sebagai sumber auksin yang menstimulir pembentukan akar terutama
pada saat tunas mulai tumbuh.Jumlah tunas berpengaruh pada pertumbuhan stek
berhubungan dengan ketersediaan cadangan makanan. Tunas merupakan tempat
tumbuhnya daun, semakin banyak tunas maka akan semakin banyak daun yang
tumbuh maka proses fotosintesis akan meningkat (Hartman et al., 1997).
Batang yang sesuai untuk bibit/stek adalah pada bagian pangkal dan
tengah. Bagian pucuk batang tidak sesuai untuk bibit, sebab selain daya
tumbuhnya rendah hasilnya juga relatif rendah (Tabel). Diameter batang yang
ideal untuk bibit/stek adalah 2-3 cm.
Tabel 1. Daya tumbuh dan hasil ubikayu berdasarkan asal bagian batang dan
diameter bibit.
Asal dan diameter bibit
Daya tumbuh
Hasil relatif
(%)
(%)
Asal bibit
- Bagian tengah batang
100
100
- Bagian pangkal batang
95
88
- Bagian pucuk batang
33
62
Diameter bibit/stek
- < 2 cm
94
93
- 2-3 cm
100
100
- > 3 cm
95
90
Sumber: Tonglum (2001) dan Wargiono (2001) dalam Wargiono et al. (2006)

Heritabilitas atau daya waris suatu sifat dari tanaman merupakan proporsi
besaran ragam genetik ditambah ragam lingkungannya, artinya nilai heritabilitas
akan memberi gambaran suatu karakter dipengaruhi oleh faktor genetik atau
lingkungannya yang dapat digunakan untuk mengetahui hubungan genetik antara
tetua dengan keturunannya. Disamping itu besaran nilai heritabilitas dapat
digunakan untuk mengetahui kemajuan genetik dan juga sebagai landasan untuk
menentukan metode Seleksi lebih lanjut pada suatu populasi tanaman
(Machfud dan Sulistyowati, 2009).

Universitas Sumatera Utara