MUSIK DEATH METAL SEBAGAI PENYAMPAI PESAN DAKWAH (STUDI PADA GRUP BAND "PURGATORY")

ABSTRACT

DEATH METAL MUSIC AS THE MESSENGER OF DAKWAH
(A Study of Purgatory Band)
BY
Bayu Prakoso

Music has been made as an instrument to delivery of a specific message of the a musician or the
creator of the music. A group band from Jakarta named Purgatory used a different way, who has
used this common genre to broadcast the Islamic regilion. Based on this phenomenon, and
obtained formulation research problems, of how the music Death Metal function as the
messenger of dakwah through lyrics of songs and the action on the stage made by Purgatory.
The purposes of this research are knowing and describing of how Death Metal music could be
used as messenger of dakwah trough lyrics of songs and the action on the stage made by
Purgatory. This research adopted qualitative approaches descriptive and uses social and
construction theory as the scalpel. The result of this research is the emergence of reality which
comes from the previous fact through the lyrics and their action of the stage from Purgatory as
their ideas to deliver Islamic values recognized and accepted by society, so brings up the
function of Death Metal music as messenger of dakwah and constantly created recognition to
Islamic Metal music dialectically.
Keyword: Music, Dakwah, Construction of Social.


ABSTRAK
MUSIK DEATH METAL SEBAGAI PENYAMPAI PESAN DAKWAH
(Studi Pada Grup Musik Purgatory)

OLEH

Bayu Prakoso

Musik telah dijadikan sebagai alat penyampaian pesan tertentu dari sang pemusik atau
pencipta musik tersebut. Grup musik asal Jakarta bernama Purgatory yang beraliran
Death Metal mengambil jalan berbeda, yang menggunakan aliran musik ini untuk
menyiarkan ajaran agama Islam. Berdasarkan fenomena tersebut, maka diperoleh
rumusan masalah penelitian, yaitu bagaimana fungsi musik Death Metal sebagai
penyampai pesan dakwah melalui lirik lagu dan aksi panggung grup musik Purgatory.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana musik
Death Metal dapat berfungsi sebagai penyampai pesan dakwah melalui lirik dan
penampilan grup band Purgatory. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
deskriptif serta teori Konstruksi Sosial yang digunakan sebagai pisau bedah pada
penelitian ini. Hasil penelitian ini yaitu munculnya kenyataan dari kenyataan yang ada

sebelumnya melalui lirik lagu dan aksi panggung Purgatory yang merupakan gagasan
mereka untuk menyampaikan nilai-nilai Islam yang diakui serta diterima oleh
masyarakat, sehingga memunculkan fungsi musik Death Metal sebagai penyampai
pesan dakwah dan terus-menerus menciptakan pengakuan terhadap musik Metal Islami
secara dialektik.
Kata kunci: Musik, Dakwah, Konstruksi Sosial.

MUSIK DEATH METAL SEBAGAI PENYAMPAI PESAN DAKWAH
(STUDI PADA GRUP BAND ”PURGATORY”)

Oleh :

Bayu Prakoso
Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA ILMU KOMUNIKASI

Pada


Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015

RIWAYAT HIDUP

Penulis memiliki nama lengkap Bayu Prakoso. Dilahirkan di Langsa,
pada tanggal 9 September 1993. Penulis merupakan putra dari pasangan
Bapak Amir Mulyadi dan Ibu Roslinani, sebagai anak kedua dari tiga
bersaudara. Menempuh pendidikan di SD Al-Kautsar Bandar Lampung,
SMP Al-Kautsar Bandar Lampung, dan SMA Negeri 9 Bandar
Lampung. Menjadi mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi FISIP
Universitas Lampung pada tahun 2011 melalui jalur Saringan Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(SNMPTN). Selama kuliah penulis aktif dalam keanggotaan pengurus Himpunan Mahasiswa
Jurusan (HMJ) Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung, dan pernah menjadi Ketua Umum
pada kepengurusan HMJ Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung periode 2013/2014.

Penulis pernah melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Komisi Pemilihan
Umum Kota Bandar Lampung di bagian Hupmas dan Teknis.

PERSEMBAHAN

Bismillahirrahmanirahim,
Kupersembahkan karya yang penuh dengan perjuangan ini
untuk kedua orang tuaku yang telah dan selalu berjuang matimatian demi diriku…
Bapak Amir Mulyadi dan Ibu Roslinani.
Untuk abang dan adikku,
seluruh keluarga besar Kusen dan Abdul Hay,
serta seluruh pihak yang selalu mendukungku…

MOTO

“Cause the taste is everything.
No taste, no life.”
(karena rasa adalah segalanya. Tanpa rasa, tak ada
hidup.)
-Penulis-


SANWACANA

Alhamdulillahirabbil‘alamin, puji dan syukur atas kebesaran Allah SWT. karena hanya berkat
ridho, bantuan serta kehendak-Nya semata penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Musik Death Metal Sebagai Penyampai Pesan Dakwah (Studi pada Grup Musik
Purgatory)”, sebagai salah satu persyaratan untuk meraih gelar Sarjana Ilmu Komunikasi di
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
Penulis sadar akan jauhnya penyusunan skripsi ini dari kata sempurna, namun penulis sudah
berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunan skripsi ini dengan bekal kemampuan dan
pengetahuan yang dimiliki. Tentu dalam penyusunan skipsi ini hingga selesai tak luput akan
bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima
kasih yang tak terhingga kepada:
1. Allah SWT, Tuhan Semesta Alam. Puji syukur yang tak terhingga penulis tujukan kepada
Engkau ya Rabb atas nikmat, berkah, rezeki, serta rasa sayang-Mu yang tak hentihentinya Engkau berikan kepada penulis selama hidup.
2. Kedua orang tua penulis yang sangat keren, terimakasih untuk semua dukungan baik
moril maupun materi yang Mama Papa berikan selama ini. Terimakasih pula untuk doa
yang selalu Mama Papa panjatkan untuk saya, serta kasih sayang yang berlimpah dan
telah mendidik saya agar menjadi pribadi yang baik dan membanggakan. Terimakasih
pula untuk Abang saya Koko Gondewa dan Adik saya tersayang Salsabila Inggrid Widya

Septi, atas dukungan dan doanya.

3. Keluarga Besar Kusen dan Keluarga Besar Abdul Hay. Terimakasih atas dukungan dan
doanya kepada saya. Semoga saya dapat membuat bangga kedua keluarga besar ini.
4. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M. Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Lampung.
5. Bapak Drs, Teguh Budi Raharjo, M. Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi
Universitas Lampung yang telah banyak membantu saya mulai dari tahap outline skripsi
ini hingga selesai. Serta atas bantuannya dalam hal organisasi. Terimakasih banyak telah
membantu dalam hal akademis serta telah menjadi salah satu mentor tentang
kepemimpinan dalam hidup saya, Pak Teguh. Sehat selalu ya, Pak.
6. Bapak Dr. Abdul Firman Ashaf, M. Si., atau yang sering saya dan teman-teman
bimbingan lainnya memanggil dengan sebutan Babe Firman, selaku dosen pembimbing
yang lebih seperti seorang Bapak bagi saya. Terimakasih yang sebesar-besarnya atas
ketersediaan Bapak dan meluangkan waktunya untuk membimbing saya. Terimakasih
pula atas ilmu, kritik, saran, serta pengalaman-pengalaman yang telah Bapak bagikan
kepada saya. Saya harap hubungan saya dan Bapak tidak terhenti sebatas penyusunan
skripsi. Terimakasih banyak, Babe Firman.
7. Ibu Dr. Tina Kartika, M. Si. selaku dosen pembahas skripsi yang dengan ketelitiannya
mengkoreksi, membimbing, memberi kritik, saran serta masukan dalam penyusunan

skripsi saya sehingga skripsi saya bisa selesai dengan hasil yang memuaskan.
Terimakasih atas kemurahan hati dan keramahan yang selama ini ibu berikan. Sehat
selalu, bu.
8. Seluruh dosen Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung, Bapak Agung Wibawa,
Bapak Andy Corry, Ibu Dhanik Sulistyarini, Ibu Nanda Utaridah, Bapak Cahyono, Bapak
Sarwoko, Bapak Ahmad Rudy, Ibu Hestin Oktiani, Ibu Ida Nurhaida, Ibu Nina Yudha,

Ibu Andi Winda, Ibu Wulan Suciska, Ibu Bangun Suharti, Ibu Anna Gustina, Bapak
Ahmad Riza, dan Bapak Toni.
9. Bapak Johari selaku staf jurusan Ilmu Komunikasi, serta Mas Agus dan Mas Hendro
selaku kedua karyawan gedung C jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung.
10. Seluruh staf, administrasi dan karyawan FISIP Universitas Lampung.
11. MMC Fam’s, Dimas Jin, Herdy Deder, Imam Njung, Nanda Ba’so, Aldi Tabuti, Arya
Beka, Bayu EmJe, Adin Buntel, Fadel Cipeng, Anod Triansha, Dio Ciprut, Doni Keni,
Denie Ne’ni, Lutfi Triyono, Junizar Ndul, Reza Yadi, Reza Jona, Taufiq Kipot, Iqbal
Ibol, Reinhart Lae, Rizky Apek, Gema Entong, Farhan Buyan, Avalisia Iko dan Novella.
Makasih berat buat kalian semua yang sudah terus support dari kita masih di bangku SMP
sampai sekarang. Semoga kesuksesan dating menyambut kita, amin.
12. Kemiling’s Jam, Novindio Forever Alone, Dimas Hermanto, Genadi, Reza Mahesa, dan
Frian Daniel. Terimakasih banyak untuk pengalaman berharga dalam dunia musik,

semoga sukses buat kita semua. Amin.
13. Ferovan Fistandaris (Bibeh), vokalis terindah, tergalau, terbaik, termerdu, dan terobsesi
akan menjadi seorang artis. Cepat rampungkan kuliahmu. Orang tuamu berharap banyak
padamu. Lalu gapailah cita dan cintamu. Terimakasih banyak untuk pengalaman kita
dalam bermusik. Sukses selalu.
14. Ayu Luthfiah Putri, seseorang yang selalu support dan terima saya apa adanya, serta
selalu ada di saat suka dan duka. Terimakasih yang sebesar-besarnya. Semoga kita
bersama di masa depan nanti, amin.
15. Teman-teman KOMSEBELAS, yang lebih bisa dibilang sebagai keluarga. Terlalu banyak
bila kalian disebutkan satu-persatu. Sangat bersyukur dan sangat bangga telah menjadi
bagian dari kalian serta memiliki kalian. Tetap solid dan kompak untuk kita semua.

16. Keluarga besar MABES45, Bang Topik, Bang Bes, Bang Rizki Kun, Bang Ari, Febry
“Pepi” Hariyanto, Ricky A.P., Topan, Memeng, Fajar, Ajo Gusti, dan Teddy Maradona.
Terimakasih banyak untuk pengalaman dan ilmu-ilmu yang diberikan. Sukses selalu.
17. Jajaran Petarung, Tri Hana Pratiwi, Ida Putri Mulya, Jaya Aji, Calvien Muttaqin
Tenggono, Fadhillah Syakirah, Cita Adelia Rachmasari, Hamdana Fitri Sudarisman,
Theresia Windiyani Sukoco, Risky Rhomaddhon, Fajri Amien, Reza Tantowi, Nastria
Fitrianasari, Arta Novian, Yessy Tathyana Turnip, serta para pengurus HMJ Ilmu
Komunikasi Periode 2013/2014. Kalian benar-benar “Petarung”. Terimaakasih banyak

untuk perjuangan kalian, semoga tidak sia-sia semua yang telah kita dapatkan. Semoga
kita semua sukses. Amin.
18. “Yang Penting Ketawa” Gank dan Cuyung’s Gank, Aji Jegel, Bowo, Ayutia Gomez, Ade
Rempong, Hesti Ketua Gank Cuyung, Fikri Gepeng, Duta Bibir, Manda Engas, Amel,
Lidya, Dimas Overture, Rizal Haislah, Metal, Putra “Ahong” Gumilang, Riksa Pelok,
Satya U.N., dan Syahid Kaget yang Ekstrim Menolak Punah. Terimakasih atas keceriaan
kalian kepada saya.
19. Mas Yoga, Aji Ireng, Diki, Gigih, Fachri, Ady, Novian Ganteng, Rony d’Ajiz dan Arief
Rizky. Terimakasih banyak atas kesederhanaan dan ke-welcome-an kalian.
20. Gank Kosong, Ruri Uwi, Adel Paten, Vio Cetar, dan Uti Bahlul. Terimakasih banyak atas
canda tawa atas kekonyolan yang telah kalian berikan untuk saya. Serta Inka Pesek yang
rajin melakukan facial gratis pada wajah saya. Terimakasih juga atas saran-saran dari
kalian.
21. Ngadino’s Squad, Kak Ali, Kak Isa, Kak Yaying (Yasir), Kak Nanda, Kak Reksa, Mbak
Eneng (Diah), Mbak Mey, Pandu Gondrong Mempesona, Triadi Togar, Arif Bule, Imam
DMS, Ridho Wasis, Rama Dede, dan Akbar yang sudah mengisi hari-hari saya dengan

nasehat, ilmu, dan tentunya keceriaan dalam hidup. Terimakasih kakak-kakak, mbakmbak dan teman-teman semua. See you on top guys.
22. IndoSpurs SubRegional Lampung, Backurman Manullang, Iyay Baskoro, Calvin,
AldoStone, David, Nelwan, Mas Gaung, Yosa, Alwan, Bryan, Devin, Refky Suhe, Irvan,

Septa, Dignawan, dan Yogi. Tetap semangat dan sukses untuk kita.
23. Membara Group, Rizky TSY., Yusry, Eqy, Cipay Alfakkar, Blodot JiHung, Kausar, Toto,
Zazuly Strong, Pandhu, dan Yuzza. Kalian selalu menciptakan api canda tawa yang
“membara” di hati. Terimakasih teman-teman.
24. Geng Bahlul, Anin, Tiwi, Ayik, Dea, dan Eef. Terimakasih atas kekonyolan dan kebaikan
kalian selama ini. Sukses selalu.
25. Seluruh Personil dan Management Purgatory. Terimakasih atas segala bantuan dan
kerjasamanya serta mohon maaf karena sudah merepotkan kakak-kakak semua. Salam
MOGERZ!
26. Kelompok KKN Desa Karya Makmur, Rahmat Ori (beb oyi), Farid Anshari (om ayid),
Hanita Intan (mbok intan) dan Melli Novita (bi’ melli). Terimakasih banyak atas suka
duka bersama kalian. Tetap menjadi keluarga sampai kapan pun.
27. Keluarga Pak Hadi dan Pak Nanang, serta seluruh warga Desa Karya Makmur,
Kecamatan Labuhan Maringgai, Lampung Timur. Terimakasih sudah menerima dan
memberikan pengalaman berharga selama KKN disana. Semoga Allah selalu
melimpahkan berkahNya kepada kita, amin.
28. Seluruh mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung angkatan 2012, 2013,
2014 dan 2015.
29. Anak-anak IPA 1 SMALAN Bandar Lampung (SCONE SMALAN CREW). Dimas bulu,
Sapik, Danar, Bhatara, Fito, Okta, Ade, Rivi, Iis, Icha, Rara, Karima, Nana, Yesi, Dwi,


Wanda, Agung, Hiday, Hani, Lita, Sapi, Fia. Terimakasih banyak atas masa-masa remaja
yang penuh makna. Sukses selalu.
30. Serta pihak-pihak lain yang telah membantu selama proses penyelesaian studi sarjana ini,
yang tak dapat disebutkan satu per satu.
Semoga Allah S.W.T. selalu melimpahkan nikmat dan ridho-Nya kepada kita semua dalam
hidup ini sampai akhirat kelak. Amin ya Rabbal Alamin.

Bandar Lampung, 19 Oktober 2015
Penulis,

Bayu Prakoso

DAFTAR ISI

I.

Halaman
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................5
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................6
D. Kegunaan Penelitian .............................................................................6

II.

TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu ..............................................................7
B. Landasan Konsep dan Teori..................................................................18
a. Pesan Dakwah .................................................................................18
b. Konstruksi Sosial ............................................................................20
c. Konstruksi Sosial dengan Musik Death Metal ...............................23
C. Kerangka Pikir ......................................................................................24

III.

METODOLOGI PENELITIAN
A. Tipe Penelitian ......................................................................................26
B. Fokus Pengamatan ................................................................................28
C. Jenis Data ..............................................................................................28
D. Teknik Pengumpulan Data....................................................................29
E. Penentuan Informan ..............................................................................30
F. Teknik Analisa Data .............................................................................31

IV.

GAMBARAN UMUM
A. Profil Grup Musik Purgatory...............................................................33
B. Sejarah Grup Musik Purgatory ............................................................36

V.

HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ....................................................................................38
1. Analisis Lirik Lagu ....................................................................38
1. 1. Hasil Pengamatan Lirik Lagu ............................................38
1. 2. Hasil Pengamatan Aksi Panggung.....................................61
B. Pembahasan..........................................................................................65
1. Lirik Lagu Musik Death Metal Sebagai Penyampai
Pesan Dakwah ......................................................................65

2. Aksi Panggung Musik Death Metal Sebagai Penyampai
Pesan Dakwah ......................................................................86

VI.

SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan...............................................................................................98
B. Saran.....................................................................................................100

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel
1. Penelitian Terdahulu ...............................................................................17

DAFTAR GAMBAR

Gambar
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Logo Purgatory yang memiliki desain ambigram...................................37
Logo Purgatory .......................................................................................63
Topeng dan Riasan Wajah ......................................................................64
Tanggapan pendengar Purgatory tentang lirik lagu di Facebook ...........82
Tanggapan Penggemar Purgatory tentang lirik lagu di Youtube.............83
Pola 1.......................................................................................................85
Pola 2.......................................................................................................96
Model Musik Death Metal sebagai Penyampai Pesan Dakwah..............97

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Musik tidak hanya sebagai penghibur, namun kini musik juga telah
dijadikan sebagai alat penyampaian pesan tertentu dari sang pemusik atau
pencipta musik tersebut. Musik adalah suara yang disusun sedemikian rupa
sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan terutama suara yang
dihasilkan dari alat-alat yang dapat menghasilkan irama. Walaupun musik adalah
sejenis

fenomena

intuisi,

untuk

mencipta,

memperbaiki

dan

mempersembahkannya adalah suatu bentuk seni. Musik adalah sebuah fenomena
yang sangat unik yang bisa dihasilkan oleh beberapa alat musik (Wikipedia
Bahasa

Indonesia,

Musik.

Ensiklopedia

Bebas.

http://id.wikipedia.org/

wiki/Musik). Musik sendiri mampu melampaui bahasa konvensional dalam
menyampaikan apa yang dikandungnya secara universal. Bagi penciptanya, musik
yang diciptakannya pasti memiliki manfaat bagi masyarakat.
Selain menghibur, lirik lagu yang dibuat merupakan media komunikasi
untuk menyampaikan apa yang ada di dalam benak penciptanya. Pada dasarnya,
komunikasi merupakan sebuah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada
orang lain. Terkait hal tersebut, melalui musik terjadi sebuah proses komunikasi,
dimana sang penciptanya dapat saling berbagi rasa, pikiran dan gagasan

2

berdasarkan pengalaman mereka kepada orang lain. Karena musik merupakan
sebuah bentuk bahasa yang universal, maka musik dapat diterima dengan mudah
di masyarakat. (Wikipedia Bahasa Indonesia, Komunikasi Musik, Ensiklopedia
Bebas. https://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_Musik)
Dalam penelitian (tesis) milik Bambang Hernawan, 2003, yang berjudul
Wacana Kritik Lirik Musik Rock (Studi Analisis Wacana Kritikal Musik
Underground Grup Band Aliran Death Metal dan Punk di Kota Bekasi,
mengungkapkan bahwa musik identik dengan sebuah bunyi yang dihasilkan oleh
getaran sebuah benda, yang menghasilkan suara. Ritme dan nada merupakan
keteraturan dari bunyi dan dapat dikatakan sebagai musik. Dalam pengertian
musik, definisi sederhana dapat dilihat yaitu sebuah bunyi, dan juga memiliki
makna ‘tinggi’ yang merupakan sebuah bentuk ekspresi, dari refleksi diri para
pencipta

musik.

Bambang

juga

mengatakan

bahwa

musik

dalam

perkembangannya terjadi penambahan lirik dan lagu, menjadi lebih ‘berwarna’ ,
bahwa musik dan lagu menjadi menarik untuk ‘dilihat’, ‘dinikmati’ dan
‘dirasakan’ karena mengandung dimensi lain dari hasil karya yang dapat di
dengar. Dalam kehidupan sehari-hari, musik sebagai sebuah bentuk komunikasi
dalam bentuk penyampaian aspirasi masyarakat seperti dalam menyampaikan
protes saat demo, gerakan sosial untuk menggalang dana, iklan-iklan sosial dan
sebagainya. Dalam konteks penggunaannya, musik sebagai media komunikasi
digunakan sebagai perantara dalam menyampaikan maksud seseorang kepada
orang lain.
Musik sendiri punya banyak jenis dan aliran. Aliran atau biasa disebut
genre musik, secara gaya dibagi dalam 3 (tiga) bagian, yaitu klasik, popular, dan

3

tradisional. Musik klasik dapat digambarkan seperti musik yang berakar dari
tradisi kesenian barat, musik kristiani dan musik orchestra yang mencakup pada
abad ke-9 hingga ke abad 21. Musik popular merupakan musik yang banyak
dikenal oleh masyarakat luas dan sangat digemari. Musik popular terdiri dari jazz,
gospel, blues, rhytem and blues, funk, rock, metal/hardcore, electronic, ska,
reggae, dub, hiphop/rap/rapcore, dan pop. Sedangkan musik tradisional
merupakan musik yang dipertahankan oleh masyarakat secara turun temurun,
seperti latin, country, dan dangdut. (http://id.wikipedia.org/wiki/Genre_musik dan
http://www.magomagz.com/2013/03/artikel-sejarah-dan-genre-musik.html)
Death metal adalah sebuah sub-genre dari musik heavy metal yang
berkembang dari thrash metal pada awal 1980-an. Beberapa ciri khasnya adalah
lirik lagu yang bertemakan kekerasan atau kematian, ritme gitar rendah
(downtuned rhythm guitars), perkusi yang cepat, dan intensitas dinamis. Vokal
biasanya dinyanyikan dengan gerutuan (death grunt) , geraman garau (guttural
growl)

atau

geraman

maut

(death

growl).

(http://id.wikipedia.org/

wiki/Death_metal)
Musik Death Metal seringkali dikaitkan dengan hal-hal negatif.
Kebanyakan lirik di Death Metal adalah fiksi dan tidak untuk diikuti. Jadi jangan
menganggap apa yang anda dengar di musik Death Metal adalah serius. Lirik lirik itu hanyalah penumpahan emosi seorang musisi pada lagunya. Mungkin
liriknya terdengar tidak sopan dan sadis, tentang zombie, pembunuh berantai, atau
bunuh diri. Hal-hal mistis pun kerap membayang-bayangi para musisi Death
Metal. Namun, grup musik asal Jakarta bernama Purgatory mengambil jalan
“berbeda” dari grup musik beraliran Death Metal pada umumnya. Purgatory

4

adalah sebuah grup musik Death Metal asal Jakarta, grup musik ini dibentuk pada
tahun 1994 oleh Lutfi sang gitaris bersama dengan adik kandungnya yaitu Al yang
memainkan drum. Lirik yang dibawakan oleh Purgatory adalah berkisar tentang
ajaran agama Islam, perang Uhud, kematian, dan lain-lain. Awal terbentuknya
mereka sering membawakan lagu Obituary dan Sepultura. Baru sekitar tahun
2002 mereka memutuskan untuk menggunakan topeng dan penambahan personel
seorang

DJ.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Purgatory_%28grup_musik%29).

Mereka menggunakan aliran musik ini sebagai sarana menyiarkan ajaran-ajaran
agama Islam. Lirik-lirik musiknya penuh dengan nilai-nilai Islam, yang didasari
oleh ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits. Bahkan aksi mereka di pangggung pun
benar-benar menggambarkan nilai-nilai Islam, seperti melakukan “Salam Satu
Jari” atau dikenal sebagai “Salam Tauhid” yang mengganti salam Metal dan
penggunaan aksesoris yang mengandung unsur Islam. Sebelumnya, penelitian
William H. Frederick dalam sebuah jurnal yang berjudul Rhoma Irama and
Dangdut Style – Aspects of Contemporary Indonesian Popular Culture membahas
musik sebagai sarana dakwah, namun objek yang diteliti teliti adalah musik
dangdut. Pada penelitian tersebut mengungkapkan bahwa musik dangdut yang
dipopulerkan oleh Rhoma Irama merupakan sebuah bentuk ekspresi diri Rhoma
dalam mempertahankan budaya Melayu dalam menghadapi masa dimana musikmusik Barat mulai masuk ke Indonesia. Pada perkembangan selanjutnya, Rhoma
terpengaruh oleh budaya Islam dan kondisi politik yang kental akan Islam
akhirnya memberikan perubahan kepada Rhoma Irama dalam bermusik. Rhoma
mengubah total konsep Soneta yang sebelumnya lekat akan budaya popular
menjadi kental akan unsur Islam baik dari penampilan maupun lirik lagunya. Hal

5

ini merupakan sebuah bentuk ekspresi Rhoma Irama dalam menyebarkan nilainilai Islam melalui musik dangdut. Terkait hal tersebut, dapat terlihat bahwa
musik telah menjadi sebuah alat atau media komunikasi dalam mengekspresikan
gagasan musisi kepada khalayak luas. Hampir pada semua aspek kehidupan musik
pun menyertai aspek kehidupan tersebut, tak terkecuali aspek-aspek yang bersifat
religious (agama).
Terkait dengan musik yang telah menjadi sebuah alat komunikasi, grup
musik Death Metal asal Jakarta yang bernama Purgatory ini menggunakan musik
ini sebagai penyampai dakwah, yang menarik perhatian peneliti untuk melakukan
penelitian pada fenomena ini. Peneliti pun mengambil judul “Musik Death Metal
sebagai Penyampai Pesan Dakwah” dengan objek penelitiannya yaitu Grup Musik
asal Jakarta, Purgatory.

B.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian ini, rumusan masalahnya adalah:
1. Bagaimana fungsi musik Death Metal sebagai penyampai pesan
dakwah melalui lirik lagu band”Purgatory”?
2. Bagaimana fungsi musik Death Metal sebagai penyampai pesan
dakwah melalui aksi panggung band “Purgatory”?

C.

Tujuan Penelitian

6

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan deskripsikan bagaimana
musik Death Metal dapat berfungsi sebagai penyampai pesan dakwah melalui
lirik dan penampilan grup band “Purgatory”.

D. Kegunaan Penelitian
1.

Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu

komunikasi serta dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya,
khususnya penelitian yang berkaitan dengan fungsi musik Death Metal sebagai
sarana dakwah.
2.

Secara Praktis
Penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk melengkapi dan

memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar sarjana Ilmu Komunikasi
pada program studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.

Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu disertakan pada penelitian ini sebagai alat bantu acuan
dan pertimbangan penelitian bagi peneliti. Sebagai bahan pertimbangan dan alat
bantu penelitian ini, peneliti telah mencantumkan beberapa penelitian terdahulu.
Penelitian yang dilakukan oleh Ade Rizki Melina, 2011, dengan judul Musik Punk
Sebagai Sarana Kritik (Studi Pada Lirik Lagu Band “Cuci Otak” di Bandar
Lampung). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan hasil yang
mendeskripsikan bagaimana fungsi musik punk sebagai sarana ekspresi
emosional,

kritik

sosial

dan

kritik

politik.

Pada

penelitian

tersebut

mengungkapkan fungsi-fungsi yang muncul dari musik Punk sebagai penyampai
kritik terkait realitas kehidupan yang ada saat ini. Pesan-pesan kritik yang
merupakan ekspresi diri dari grup musik Cuci Otak ini disampaikan melalui
musik Punk milik mereka agar khalayak menyadari realitas yang kehidupan yang
ada, namun dari pespektif grup musik Cuci Otak tersebut.
Penelitian ini dapat menjadi referensi peneliti, karena memiliki kesamaan
yaitu sama-sama mencari fungsi dari sebuah musik dalam konteks komunikasi.
Musik adalah suara yang disusun demikian rupa sehingga mengandung irama,
lagu, dan keharmonisan terutama suara yang dihasilkan dari alat-alat yang dapat

8

menghasilkan irama. Walaupun musik adalah sejenis fenomena intuisi, untuk
mencipta, memperbaiki dan mempersembahkannya adalah suatu bentuk seni.
Mendengar musik pula adalah sejenis hiburan. Musik adalah sebuah fenomena
yang

sangat

unik

yang

bisa

dihasilkan

oleh

beberapa

alat

musik.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Musik)
Dalam penelitian (tesis) milik Bambang Hernawan, 2003, yang berjudul
Wacana Kritik Lirik Musik Rock (Studi Analisis Wacana Kritikal Musik
Underground Grup Band Aliran Death Metal dan Punk di Kota Bekasi),
mengungkapkan bahwa musik identik dengan sebuah bunyi yang dihasilkan oleh
getaran sebuah benda, yang menghasilkan suara. Ritme dan nada merupakan
keteraturan dari bunyi dan dapat dikatakan sebagai musik. Dalam pengertian
musik, definisi sederhana dapat dilihat yaitu sebuah bunyi, dan juga memiliki
makna ‘tinggi’ yang merupakan sebuah bentuk ekspresi, dari refleksi diri para
pencipta

musik.

Bambang

juga

mengatakan

bahwa

musik

dalam

perkembangannya terjadi penambahan lirik dan lagu, menjadi lebih ‘berwarna’ ,
bahwa musik dan lagu menjadi menarik untuk ‘dilihat’, ‘dinikmati’ dan
‘dirasakan’ karena mengandung dimensi lain dari hasil karya yang dapat di
dengar. Pada penelitian ini menjelaskan bagaimana lirik musik Rock yang
merupakan sebuah bentuk ekspresi diri dari para pencipta musik untuk
disampaikan kepada khalayak luas. Dalam hal ini, musik menjadi sebuah alat
untuk menyampaikan pesan tertentu dari para pencipta musik kepada khalayak.

Penelitian milik Bambang Hernawan ini dapat digunakan oleh penulis
sebagai referensi karena turut membahas tentang musik Death Metal dan

9

menganalisis tentang lirik lagunya, dimana peneliti juga akan meneliti lirik lagu
yang memiliki fungsi tertentu. Penelitian tersebut juga menjelaskan bagaimana
lirik lagu sebagai bentuk ekspresi diri para pencipta musik untuk disampaikan
kepada khalayak luas. Bambang mengatakan bahwa Death Metal suatu cabang
musik yang mulai ‘membelah’ dari induknya, Trash Metal dan Punk. Musik jenis
ini menajikan teknik musik yang lain ditambah speed gitar dan ketukan drum
yang cepat pula. Lirik yang selalu bertema kritik, kematian, kehancuran,
pembantaian, bhlespenry, sexual masochist, misteri dan lain-lain, merupakan ciri
dari musik beraliran Death Metal ini.

Lanjut Bambang, musik ini lahir di Inggris tahun 1970-an yang muncul
akibat ketidakpuasan terhadap Metal dan Punk. Discharge adalah grup band
Inggris yang memulai dengan musik lain dari aliran Metal dan Punk. Ada
perbedaan dalam aliran musik ini, yaitu dapat dipahami dari era-nya, old-school
dan new-school. Dalam aliran ‘old-school’, dilihat kemunculannya pada awal 80an dan awal 90-an. Beberapa pelopor genre ini adalah Venom dengan albumnya
Welcome to Hell (1981) dan Death dengan albumnya Scream Bloody Gore (1987).
Death Metal kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh band-band seperti
Cannibal Corpse, Morbid Angel, Entombed, God Macabre, Carnage, dan Grave.
Kemudian era 2000'an, Death Metal berkembang sangat pesat. Banyak band-band
jebolan aliran Death Metal menjadi pembaharu dalam musik metal. Band-band
tersebut antara lain Inhuman Dissiliency, Disavowed, Viraemia, Hiroshima Will
Burn, Amon Amarth, Inveracity, The Berzeker, Dying Fetus, Necrophagist,
Condemned, dan masih banyak lagi. Death Metal sendiri adalah sebuah sub-genre
dari musik heavy metal yang berkembang dari thrash metal pada awal 1980-an,

10

yang struktur musiknya terbangun dari thrash metal dan black metal awal.
Beberapa ciri khasnya adalah lirik lagu yang bertemakan kekerasan atau kematian,
ritme gitar rendah (downtuned rhythm guitars), perkusi yang cepat, dan intensitas
dinamis. Vokal biasanya dinyanyikan dengan gerutuan (death grunt), geraman
garau (guttural growl) atau geraman maut (death growl). Teknik menyanyi seperti
ini

juga

sering

disebut

“Cookie

Monsters

Vocal”.

(https://dewanada.

wordpress.com/2010/12/17/apa-itu-death-metal/)

Penelitian ini mengusung sebuah aliran musik yang dapat menjadi sebuah
alat untuk menyampaikan pesan berdakwah dalam kehidupan. Untuk itu penulis
turut menggunakan penelitian milik William H. Frederick yang berjudul Rhoma
Irama and Dangdut Style – Aspects of Contemporary Indonesian Popular Culture
(1982). Penelitian ini membahas tentang Rhoma Irama dan musik ciptaannya,
yaitu musik Dangdut yang menjadi budaya popular di dalam masyarakat
Indonesia. Hasil penelitian ini mengungkapkan bagaimana Rhoma Irama
menciptakan musik dangdut sebagai sarana dakwah melalui lirik lagu ciptaannya.
Serta menjelaskan penampilan/aksi panggung serta warna musik mereka yang
mengikuti perkembangan jaman dan tujuannya. Penelitian tersebut turut
menjelaskan bahwa musik dangdut yang dipopulerkan oleh Rhoma Irama yang
terpengaruh oleh nilai Islam dan kondisi politik yang kental akan Islam,
menjadikan musik dangdut untuk menyampaikan gagasan Rhoma tentang Islam
kepada masyarakat melalui lirik lagu dan penampilannya bersama Soneta.

Dalam hal ini, penulis dapat menjadikan penelitian tersebut sebagai
referensi karena sama-sama meneliti musik yang digunakan sebagai penyampai

11

pesan dakwah. Dalam konteks komunikasi, penelitian tersebut menjelaskan
bagaimana musik dangdut digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan
gagasan Rhoma Irama mengenai Islam kepada masyarakat. Hanya saja
perbedaannya yaitu jenis musik yang menjadi objek penelitian berbeda satu sama
lain.

Dalam bahasa Al-Qur’an, dakwah secara etimologi memiliki kesamaan
makna dengan kata al nidȃ yang berarti menyeru atau memanggil. Adapun dari
tinjauan aspek terminologis, pakar dakwah Syekh Ali Mahfuz mengartikan
dakwah dengan mengajak manusia kepada kebaikan dan petunjuk Allah SWT.,
menyeru mereka kepada kebiasaan yang baik dan melarang mereka dari kebiasaan
buruk supaya mendapatkan keberuntungan di dunia dan akhirat. Dakwah juga
dapat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk memotivasi orang dengan basîrah,
supaya menepuh jalan Allah SWT. dan meninggikan agamanya. (Ismail dan
Hotman, 2011: 27-28) Menurut Arifin dalam Dakwah Kontemporer (Sebuah Studi
Komunikasi) (2011), yang mengutip beberapa pendapat dari para ahli, seperti M.
Quraish Shihab (1992:194) yang menulis bahwa dakwah adalah seruan atau
ajakan kepada keinsafan atau usaha mengubah situasi kepada yang lebih baik dan
sempurna terhadapa individu dan masyarakat. Perwujudan dakwah bukan sekedar
usaha peningkatan pemahaman keagamaan dalam tingkah laku dan pandangan
hidup saja, tetapi juga menuju sasaran yang lebih luas. Pada hakikatnya, dapat
disimpulkan bahwa dakwah pada prinsipnya adalah mengembalikan manusia
kepada fitrah dan kehanifaannya secara integral, yaitu selalu cenderung berpihak
kepada kebaikan, kesucian, kebenaran dan keadilan serta mencegah yang munkar
(jahat).

12

Dakwah secara harfiyah artinya ajakan atau seruan, yaitu ajakan ke jalan
Tuhan (Allah SWT). Asal kata dakwah adalah da'a-yad'u-da'wah yang artinya
mengajak atau menyeru. Secara istilah, dakwah bermakna ajakan untuk
memahami, mempercayai (mengimani), dan mengamalkan ajaran Islam, juga
mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemunkaran (amar ma'ruf nahyi
munkar). (http://www.risalahislam.com/2014/03/pengertian-dan-metode-dakwahislam.html)

Dakwah bukanlah propaganda, baik dalam niat, cara maupun

tujuannya. Dakwah tidak boleh dikotori oleh kepentingan-kepentingan tertanam.
Dakwah juga tidak mengahalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya.
Dakwah harus disampaikan secara jujur, terbuka, dan bebas. (Ismail dan Hotman,
2011: 12-13) Mengutip dari tulisan Nur Setyaningsih (2006), Prof. H. M. Arifin
menyatakan bahwa dakwah dikatakan sebagai suatu kegiatan mengajak dengan
cara lisan, tulisan, tingkah laku, dan sebagainya. Yang dilakukan dalam usaha
mempengaruhi orang lain baik secara individual maupun kelompok agar timbul
dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran sikap, penghayatan, serta pengamalan
kepada ajaran agama sebagai pesan (message) yang disampaikan kepadanya
dengan tanpa adanya unsur paksaan. Secara umum, dakwah bertujuan untuk
menyampaikan kebenaran, membawa manusia dari kegelapan, dan jalan sesat
menuju tauhid yang menjanjikan kebahagiaan. (http://www.bimbie.com/dakwahislam.htm)

Dapat disimpulkan bahwa musik adalah suatu aktivitas seni, yang terdiri
dari suara yang disusun sedemikian rupa yang memiliki keindahan tersendiri, serta
seni merupakan sebuah bentuk kebudayaan (Samosir, 2007). Islam merupakan
agama yang universal dan mewajibkan umatnya untuk menyampaikan atau

13

menyerukan nilai-nilai Islam serta mengajak ke jalan kebenaran sesuai dengan
kemampuan-kemampuan masing-masing. Musik pun dapat dijadikan sebagai
penyampai pesan dakwah tersebut. Rohiman Notowidagdo (2000) dalam
bukumya

Ilmu

Budaya

Dasar

Berdasarakan

Al-Qur’an

dan

Hadits

mengungkapkan bahwa keindahan pada dasarnya adalah alamiah. Alam itu
ciptaan Tuhan. Ini berarti bahwa keindahan juga milik Tuhan. Menurut AlQur’an, ala mini sepenuhnya milik Allah, karena Allah-lah yang menciptakan.
Firman Allah SWT.:
Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka Siapakah yang
menciptakan langit dan bumi? Tentu mereka akan menjawab: ‘Allah’.
Katakanlah: “Segala puji bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka itu tidak
mengetahui. Kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan yang di
bumi”. Sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji.
(QS Luqman, 31:25-26)

Allah menciptakan alam (bumi dan langit) yang indah ini untuk manusia,
untuk

kemakmuran,

kebahagiaan

dan

kesejahteraan

manusia.

Manusia

menciptakan keindahan itu sebenarnya mencontoh keindahan alam yang
dianugerahkan Tuhan kepada umatNya. Pembentukan kebudayaan dan kesenian
yang mengarah pada terbentuknya peradaban yang indah, tidak dapat dilepaskan
kaitannya dengan alam, karena alamiah yang menyediakan bahan yang diperlukan
manusia bagi kepentingan pembentukan kebudayaan, kesenian, peradaban dan
keindahan.

14

Imam al-Ghazali berkata: “Kepunyaan Allah-lah keindahan, keagunga dan
kebesaran. Kesempurnaan dan kesucian tidak dapat disandangkan dan
dibayangkan kecuali hanya untuk Allah sendiri, Yang Maha Esa, Yang Maha
Benar, Yang Memiliki Keluhuran dan Kemuliaan. Yang dimaksud keindahan (alJamal) disini adalah kesempurnaan Ilahi. Kepunyaan-Nya-lah keindahan dan
kesempurnaan. Seluruh nama-Nya baik dan sifat-Nya sempurna. Allah itu indah,
dan di antara keindahan perbuatan-Nya ialah kasih saying dan kelemahlembutanNya.

Sesungguhnya pemahaman seni modern benar-benar berbeda dengan seni
Islami. Kesenian modern yang hanya mementingkan bentuk tubuh dan sesuatu
yang kasar mata tidak akan menyejukkan hati dan tidak akan memperluas
wawasan keilmuan penikmatnya. Sedangkan seni Islami dapat membuka
pemikiran penikmat seluas-luasnya. Segala sesuatu yang ada di dunia ini bias
diapreasiasikan dengan seni sebagai ungkapan rasa keimanan terhadap keagungan
semua makhluk dan ciptaan Ilahi Rabbul Izzati. Seniman yang Islami tidak akan
merasa angkuh, sebab ia mengetahui dengan pasti bahwa bagaimanapun keahlian
dan keterampilannya mengekspresikan seni, ia tidak akan mengungguli derajat
Sang Maha Pencipta. Ia hanya dapat menggunakan sarana yang ada dengan
inspirasi yang tinggi sehingga dapat memberikan manfaat yang baik dan indah.

Mengutip dari penelitian Syarifah Farah (2008) menyatakan bahwa seni
adalah keelokan yang menghiasi dunia ini, dan Islam mengajarkan untuk
mensyukuri nikmat yang diberikan Allah SWT. tersebut. Seni merupakan perilaku
yang menimbulkan keindahan baik pendengaran maupun penglihatan. Seni adalah

15

eksplorasi keindahan, namun jangan sampai seni digunakan untuk mengingkari
Allah SWT. Ibnu Mas’ud meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW. bersabda:
“Sesungguhnya Allah Maha Indah dan menyukai keindahan”. (HR.
Muslim)

Pada hakikatnya, seni dalam Islam adalah tafsiran bagi makna-makna
Qurani dan penguat atas pengakuan terhadap hikmah Allah Yang Maha Bijaksana
dalam alam ini. Seni dalam Islam juga merupakan pengungkapan secara terusmenerus akan keagungan makhluk dan ciptaan-Nya, serta sebagai ibadah dan
penyucian jiwa sehingga terisilah hati dan seniman mukmin dengan ketenangan,
kenyamanan dan ketenteraman. Dalam jurnal milik Fredericks (1982),
menjelaskan bahwa musik dakwah telah dilakukan oleh Rhoma Irama di awal
karirnya melalui musik dangdut bersama Soneta Grup. Hal ini terjadi ketika
Rhoma Irama dan Soneta Grup memasuki periode yang intens akan aktivitas
bermusik – dengan kata lain, mereka harus memiliki ciri khas dan karakter sendiri
dalam musik Dangdut. Rhoma memilih 2 tema besar pada masa itu, Islam dan
Politik. Setelah kepulangannya dari Mekkah, Rhoma Irama yang telah
terpengaruhi secara mendalam baik secara personal maupun pengalaman, maka
Rhoma dan Soneta Grup mulai menggunakan lirik-lirik yang mengandung nilainilai Islam serta menggunakan kostum-kostum yang bernuansa Islam Timur
Tengah, serta penampilan diri yang lebih tertata rapi (potongan rambut yang lebih
pendek dan tertata). Pada akhirnya Rhoma secara tegas merubah haluan
bermusiknya ke dalam arena yang dapat disebut “Musik Dakwah”, yaitu musik
yang mengandung pesan Islam (kata-kata dalam Al-Qur’an yang digunakan
sebagai komposisi lagu). Rhoma Irama dan Soneta Grup melakukan musik

16

dakwahnya tak hanya melalui lantunan-lantunan lagunya yang berisikan pesanpesan Islam, namun juga penampilan mereka dengan kostum ala Muslim Timur
Tengah dan kerapihan penampilan diri mereka.

Selain tentang lirik lagu yang dijadikan fokus penelitian oleh peneliti, aksi
panggung pun turut disertakan demi memaksimalkan hasil penelitian. Untuk itu,
penelitian milik Dimas Adi Jayasakti (2013) melakukan sebuah penelitian dengan
judul Simbol-Simbol Musik Metalcore turut membuka pandangan peneliti untuk
melanjutkan penelitian ini. Penelitian ini membahas tentang makna dari musik
Metalcore yang muncul dari simbol-simbol yang ada, yaitu lirik, aksi panggung
dan musiknya sendiri. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa ketiga hal
tersebut memiliki simbol-simbol, kesan serta makna tersendiri. Terkait hal
tersebut, makna-makna yang terkandung dari aksi panggung yang dilakukan
pemusik merupakan sebuah bentuk pesan yang ingin disampaikan kepada
khalayak. Dalam hal ini, penulis dapat menjadikan penelitian tersebut sebagai
referensi karena metode penelitian yang sama, serta sama-sama membahas
tentang aksi panggung dan lirik lagu dari suatu grup musik yang tentunya
memiliki makna tersendiri yang ingin disampaikan kepada khalayak, hanya saja
musik yang menjadi objek penelitiannya serta tujuan penelitiannya berbeda.

Dari penelitian-penelitian diatas menjelaskan bahwa musik merupakan
suatu hal yang unik dan menarik untuk diteliti. Serta musik yang dijadikan
sebagai media untuk berdakwah menambah sebuah keunikan dari musik yang
sangat menarik untuk diteliti. Dapat penulis simpulkan bahwa penelitianpenelitian terdahulu yang dijadikan panutan oleh penulis berbicara tentang musik

17

yang memiliki fungsi-fungsi dan maksud tersendiri. Berikut ini peneliti
menyajikan tabel beberapa penelitian terdahulu terkait penelitian ini:
1.

Judul

Musik Punk Sebagai Sarana Kritik (Studi Pada
Lirik Lagu Band “Cuci Otak” di Bandar
Lampung)

Penulis
Kontribusi
bagi
Peneliti

Ade Rizki Melina (Universita Lampung, 2011)
Hasil penelitian ini yaitu menemukan fungsi
musik punk sebuah media untuk menyampaikan
pesan. Pesan yang disampaikan yaitu berupa
ekspresi emosional (rasa marah dan benci), kritik
terhadap perilaku orang-orang yang suka
menghasut dan masyarakat yang pasif terhadap
sistem, serta kritik politik terhadap pemerintah.
Perbedaan jelas terlihat dari aliran musik yang
diteliti, serta penelitian ini meneliti fungsi yang
berbeda dari musik, yaitu sebagai media kritik.
Wacana Kritik Lirik Musik Rock (Studi Analisis
Wacana Kritikal Musik Underground Grup Band
Aliran Death Metal dan Punk di Kota Bekasi

Perbedaan
Penelitian
2.

Judul

Penulis
Kontribusi
bagi
Peneliti

Perbedaan
Penelitian

3.

Judul

Penulis
Kontribusi
bagi

Bambang Hernawan (Universitas Indonesia,
2003)
Hasil penelitian ini menemukan dalam sebuah
lirik kritik rock (underground) yang bernada kritik
bukanlah
sebuah
penggambaran
realitas
sesungguhnya, tapi penggambaran lirik kritik
tersebut merupakan sebuah bahasa lingkaran trand
atau yang bisa dikenal dengan “bahasa pergaulan”
yang bukan dari hasil sebuah penghayatan pribadi
secara sepihak. Tapi sebuah perpaduan besar
dalam kesepakatan dari aspek eksternal para
pencipta (kepentingan para kapitalisme). Hal ini
menjelaskan bagaimana musik digunakan sebagai
ekspresi diri musisi terhadap realitas yang ada.
Penelitian ini tidak hanya mengangkat musik
Death Metal tetapi juga musik Punk, dan
mengambil sample penelitian pada komunitas
musik Underground di Bekasi
Rhoma Irama and Dangdut Style – Aspects of
Contemporary Indonesian Popular Culture (1982)
William H. Frederick
Hasil penelitian ini mengungkapkan bagaimana
Rhoma Irama menciptakan musik dangdut

18

Peneliti

Perbedaan
Penelitian
Judul
Penulis

4.

Kontribusi
bagi
Peneliti
Perbedaan
Penelitian

B.

sebagai sarana dakwah melalui lirik lagu
ciptaannya. Serta menjelaskan penampilan/aksi
panggung serta warna musik mereka yang
mengikuti perkembangan jaman dan tujuannya.
Hal ini menjelaskan bagaimana musik digunakan
Rhoma Irama untuk menyampaikan gagasannya
kepada khalayak.
Perbedaan terlihat dari jenis musik yang diteliti
Simbol-Simbol Musik Metalcore
Dimas Adi Jayasakti (Universitas Lampung,
2013)
Metode penelitian kualitatif. Hasil penelitian ini
meneliti tentang aksi panggung, lirik serta musik
dari musik Metalcore yang memiliki arti
tersendiri.
Perbedaan terlihat dari jenis musik yang diteliti
serta tujuan penelitian.

Landasan Konsep dan Teori
a.

Pesan Dakwah

Dakwah secara harfiyah artinya ajakan atau seruan, yaitu ajakan ke jalan
Tuhan (Allah SWT). Secara istilah, dakwah bermakna ajakan untuk memahami,
mempercayai (mengimani), dan mengamalkan ajaran Islam, juga mengajak
kepada kebaikan dan mencegah kemunkaran (amar ma'ruf nahyi munkar).
(http://www.risalahislam.com/2014/03/pengertian-dan-metode-dakwahislam.html) Mengutip dari tulisan Nur Setyaningsih (2006), Prof. H. M. Arifin
menyatakan bahwa dakwah dikatakan sebagai suatu kegiatan mengajak dengan
cara lisan, tulisan, tingkah laku, dan sebagainya. Yang dilakukan dalam usaha
mempengaruhi orang lain baik secara individual maupun kelompok agar timbul
dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran sikap, penghayatan, serta pengamalan
kepada ajaran agama sebagai pesan (message) yang disampaikan kepadanya
dengan tanpa adanya unsur paksaan.

19

Aktivitas dakwah adalah kegiatan komunikasi yang menimbulkan
interaksi sosial. Komunikasi dalam konteks dakwah bisa saja menjadi sekedar
kegiatan penyampaian informasi. Tetapi dalam kondisi tertentu komunikasi ini
bisa menjadi hiburan atau bahkan sebagai pengendali tingkah laku. Dakwah yang
dilakukan di tengah masyarakat diharapkan dapat mengarahkan dan membentuk
perilaku tertentu. Namun diantara dua hal tersebut, ada sedikit perbedaan pada
muatan pesan. Apabila dalam komunikasi pesan bersifat netral, maka di dalam
dakwah terdapat nilai-nilai keteladanan. (Slamet: 2009).
Dalam jurnal milik Slamet (2009), Dosen Fakultas Dakwah UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta, dengan judul Efektifitas Komunikasi Dalam Dakwah
Persuasif, dijelaskan bahwa keberhasilan seorang komunikator adalah ketika dia
bisa menjadi orang lain secara tepat sebagaimana yang dibutuhkan untuk
menyampaikan pesan-pesan tertentu. Seseorang harus bisa menjadi layaknya
seorang aktor. Akan tetapi dalam kegiatan dakwah, pelaku dakwah bukan hanya
sekedar menjadi komunikator, melainkan juga pendorong dan juga contoh dalam
kehidupan praktik sehari-hari. Sebab pesan dalam dakwah bukan sekedar data
informasi, melainkan nilai-nilai keyakinan, ibadah, dan moral yang menuntut
pengamalannya dalam sepanjang rentang kehidupan individu di tengah
masyarakat.
Dakwah akan berpengaruh terhadap perubahan sikap dan perilaku
bilamana komunikasi yang dilakukan dalam cukup efektif. Komunikasi efektif
dalam dakwah ditandai dengan adanya feedback dalam bentuk: timbulnya
pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang semakin baik, dan
tindakan yang dikehendaki.

20

b.

Konstruksi Sosial

Konstruksi sosial merupakan sebuah teori sosiologi kontemporer yang
dicetuskan oleh Peter L.Berger dan Thomas Luckman. Dalam Bungin (2011:
193), asal mula konstruksi sosial dari filsafat konstruktivisme, yang dimulai dari
gagasan-gagasan konstruktif kognitif. Menurut von-Glasersfeld, pengertian
konstruktif kognitif muncul pada abad ini. Dalam tulisan Mark Baldwin yang
secara luas diperdalam dan disebarkan oleh Jean Piaget. Namun apabila ditelusuri,
sebenarnya gagasan-gagasan pokok konstruktivisme sebenarnya telah dimulai
oleh Giambatussta Vico, seorang epistimolog Italia.
Dalam pandangan realism hipotesis, pengetahuan adalah setaubuah
hipotesis dari struktur realitas yang mendekati realitas dan menuju kepada
pengetahuan yang hakiki. Sedangkan konstruktivisme biasa mengambil seua
konsekuensi konstruktivisme dan memahami pengetahuan sebagai gambaran dari
realitas itu. Kemudian pengetahuan individu dipandang sebagai suatu gambaran
yang dibentuk dari realitas objek dalam dirinya sendiri. Dari ketiga macam
konstruktivisme, terdapat kesamaan, dimana konstruktivisme dilihat sebagai
sebuah kerja kognitif individu untuk menafsirkan dunia realitas yang ada, karena
terjadi relasi sosial antara individu dengan lingkungan atau orang di sekitarnya.
Kemudian individu membangun sendiri pengetahuan yang telah ada sebelumnya,
yang oleh Piaget disebut dengan skema/schemata. Konstruktivisme macam ini
yang oleh Berger dan Luckmann disebut dengan konstruksi sosial. (Bungin, 2011:
194-195)
Istilah konstruksi atas realitas sosial (social construction of reality)
menjadi terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann

21

melalui bukunya yang berjudul The Sosial Construction of Reality: A Treatise in
the Sociological of Knowledge (1966). Ia menggambarkan proses sosial melalui
tindakan dan interaksinya, di mana individu menciptakan secara terus-menerus
suatu realitas yang dimiliki dan dialami secara subyektif. (Bungin, 2008: 15-25)
Berger dan Luckman (2013; 176) menyatakan bahwa aspek-aspek
struktural dalam eksistensi sosial memperoleh pengakuan yang semestinya apabila
dipahami dari segi suatu proses dialektis yang berlangsung terus-menerus dan
terdiri dari tiga momen: eksternalisasi, obyektivasi dan internalisasi. Sejauh yang
menyangkut fenomena masyarakat, momen-momen itu tidak dapat dipikirkan
sebagai berlangsung dalam satu urutan waktu. Yang benar adalah bahwa
masyarakat dan tiap bagian darinya serentak dikarakterisasi oleh ketiga momen
itu, sehingga setiap analisa yang hanya dari satubatau dua segi dari ketiga momen
itu, tidak memadai. Hal itu juga berlaku bagi anggota masyarakat secara
individual, yang secara serentak mengeksternalisasi keberadaannya sendiri ke
dalam dunia sosial dan menginternalisasikannya sebagai suatu kenyataan obyektif.
Dengan kata lain, berada dalam masyarakat berarti berpartisipasi dalam dialektika
itu.
Bungin (2008: 15) menjelaskan tentang ketiga dialektika