PERBANDINGAN KARAKTERISTIK PELUAHAN SEBAGIAN (PARTIAL DISCHARGE) PADA ISOLASI EPOKSI RESIN (RESIN EPOXY) TERHADAP KARET SILIKON (SILICONE RUBBER) MENGGUNAKAN SENSOR EMISI AKUSTIK

(1)

ABSTRAK

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK PELUAHAN SEBAGIAN (PARTIAL DISCHARGE) PADA ISOLASI EPOKSI RESIN (RESIN

EPOXY) TERHADAP KARET SILIKON (SILICONE RUBBER) MENGGUNAKAN SENSOR EMISI AKUSTIK

Oleh

DERRY FERDIANSYAH

Sistem isolasi sangat penting untuk menentukan kondisi peralatan tegangan tinggi. Salah satu pengujian terhadap kondisi sistem isolasi adalah dengan pengukuran peluahan sebagian. Akan tetapi kebanyakan penelitian peluahan sebagian yang telah diterapkan adalah bersifat merusak material isolasi yang diuji, oleh karena itu dalam penelitian ini dilakukan pengujian peluahan sebagian dengan metode Emisi Akustik yang tidak merusak material isolasi (Non-Destructive Testing). Pada metode emisi akustik ini digunakan sensor emisi akustik untuk menangkap gelombang elastis yang dikeluarkan oleh material. Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan karakteristik peluahan sebagian antara epoksi resin dan karet silikon. Karakteristik peluahan sebagian itu meliputi tegangan kritis, frekuensi dominan, arus bocor, dan waktu sampai terjadinya peluahan sebagian.

Dari hasil pengujian diketahui bahwa frekuensi dominan peluahan sebagian dari epoksi resin lebih besar dari karet silikon. Tegangan uji pada epoksi resin rata-rata lebih besar dari karet silikon (1.5-1.7 kV dan 1.0-1.2 KV), waktu sampai terjadinya peluahan sebagian pada epoksi resin lebih lama dari karet silikon (31-35 menit dan 28-33 menit), sedangkan karet silikon lebih efektif dalam mereduksi arus bocor (28-34 mA) dibandingkan epoksi resin (42-48 mA).

Kata Kunci: Peluahan Sebagian, Emisi Akustik, Epoksi Resin, Karet Silikon, Frekuensi Dominan.


(2)

ABSTRACT

COMPARATION OFPARTIAL DISCHARGECHARACTERISTICS IN RESIN EPOXY TOSILICONE RUBBER INSULATIONUSING ACOUSTIC

EMISSION SENSOR

By

DERRY FERDIANSYAH

Insulation system is essential to determine the condition of high voltage equipment. One of the conditions insulation system testing is the partial discharge testing. However, most studies that have applied partial discharge constrains destructive testing insulation material, therefore the partial discharge testing in this research is using Acoustic Emission method which does not damage the material insulation (Non-Destructive Testing).

In the acoustic emission method is used Acoustic Emission Sensors to capture the elastic waves that released by material, This research is done by comparing the characteristics of the partial discharge between resin epoxy and silicone rubber insulation. The partial discharge characteristics include critical voltage, dominant frequency, leakage current, and the duration until the occurrence of partial discharge.

From the results, it is known that the dominant frequency partial discharge of the epoxy resin is larger than silicone rubber. Epoxy resin test voltage on average larger than silicone rubber (kV 1.5-1.7 and 1.0-1.2 KV), duration until the occurrence of partial discharge in the epoxy resin longer than silicone rubber (31-35 minutes and 28-33 minutes), whereas the silicone rubber is more effective in reducing leakage current (28-34 mA) than epoxy resin (42-48 mA)

Key Words :Partial Discharge, Acoustic Emission, Resin Epoxy, Silicone Rubber, Dominant Frequency.


(3)

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK PELUAHAN SEBAGIAN (PARTIAL DISCHARGE)PADA ISOLASI EPOKSI RESIN (RESIN

EPOXY)TERHADAP KARET SILIKON (SILICONE RUBBER) MENGGUNAKAN SENSOR EMISI AKUSTIK

Oleh:

Derry Ferdiansyah

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA TEKNIK

Pada

Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Lampung

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2015


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 26 Juli 1992, sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Wakiman dan Maryati.

Pendidikan di Sekolah Dasar 1 Waydadi Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama Kartika II-2 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2007, dan Sekolah Menengah Atas Negeri 12 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2010.

Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Lampung pada tahun 2010 melalui jalur SNMPTN. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi Asisten Praktikum Rangkaian Listrik dan Intstrumentasi dan Pengukuran, asisten dosen mata kuliah Instrumentasi dan Pengukuruan, dan aktif di Himpunan Mahasiswa Teknik Elektro Universitas Lampung (Himatro Unila) sebagai Anggota Sosial dan Ekonomi 2011-2012 serta Kepala Divisi Ekonomi 2012-2013. Pada tahun 2013 penulis melaksanakan kerja praktik di PT. Bukit Asam (Persero) Tbk. Unit Pelabuhan Tarahan, di tempatkan di bagian Perencanaan, Perawatan dan Inspeksi (PPI) dan di bagian Perawatan Listrik (Watrik) untuk mempelajari dan mengaplikasikan ilmu di Sistem Energi Elektrik khususnya di bidang Tegangan Tinggi.


(8)

viii

Untuk Ibu Maryati

&


(9)

MOTO

Other things may change us, but we begin and

end with family (Anthony Brandt)

Learn to appreciate what you have, before time makes you appreciate what you had (Unknown)

it's not going to matter how many breaths you took, but how many moments took your breath away (Shing Xiong)

Where there is a life, there is a hope

Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka

menyerah. (Thomas Alva Edison)

Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh.(Confusius)

A journey of a thousand miles begins with a

single step (Lao Tzu)

Kita tidak dapat merubah arah mata angin tapi kita dapat merubah arah layar (Unknown)

Hari ini Anda adalah orang yang sama dengan Anda di lima tahun mendatang, kecuali dua hal : orang-orang di sekeliling Anda dan

buku-buku yang Anda baca


(10)

x SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan berkat-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul

“Perbandingan Karakteristik Peluahan Sebagian (Partial Discharge) Pada Isolasi Epoksi Resin (Resin Epoxy) Terhadap Karet Silikon (Silicone Rubber)

Menggunakan Sensor Emisi Akustik”. Ini adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Drs. Suharno, M.Sc., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Lampung.

2. Bapak Agus Trisanto, Ph.D. selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro Universitas Lampung;

3. Ibu Herlinawati, S.T., M.T., selaku Sekretaris Jurusan Teknik Elektro Universitas Lampung;


(11)

4. Bapak Jannus Maurits Nainggolan S.T, M.T selaku Dosen Pembimbing Utama atas kesediaan, arahan, saran, serta dorongan semangat dalam proses penyelesaian skripsi ini;

5. Ibu Dr. Eng. Dikpride Despa, S.T, M.T selaku Dosen Pembimbing Kedua atas kesediaan, arahan, saran, serta dorongan semangat dalam proses penyelesaian skripsi ini;

6. Bapak Dr. Eng. Yul Martin, S.T.,M.T selaku Dosen Penguji yang telah berkenan memberikan masukan, kritik, dan saran dalam penyelesaian skripsi ini;

7. Bapak Agus Trisanto, Ph.D. selaku Dosen Pembimbing Akademik atas bimbingannya selama penulis menempuh masa studi di Jurusan Teknik Elektro Universitas Lampung;

8. Mbak Dian Rustiningsih (Ning) atas bantuannya dalam mengurus masalah administrasi selama penulis menjadi mahasiswa;

9. Bapak dan ibu dosen yang telah memberikan ilmu dan wawasan selama penulis menimba ilmu di Jurusan Teknik Elektro Universitas Lampung; 10. Kedua Orang Tuaku Bapak Wakiman dan Ibu Maryati, Kakak-kakak ku

Taufiq Rubiantoro dan Atrilis Setiawati, terima kasih atas doa dan dukungan moril kepada kami untuk menyelesaikan skripsi ini.

11. Anwar Solihin sebagai rekan seperjuangan Penulis selama proses penyelesaian skripsi ini

12. Temen-teman di Laboratorium TPBE Ahmad, Mutmainah, Ayu, Kiki, Agus, Vina, Petrus, Oka dan adik-adik asisten lainnya terimakasih atas bantuan, semangat dan saran yang telah diberikan.


(12)

xii 13. Kak Luqvi, Kak Jumanto, dan Fendi yang telah memberikan ilmu, masukan

dan bantuan selama penelitian.

14. Sahabat, saudara, dan kawan seperjuangan mahasiswa Jurusan Teknik Elektro

’10 yang tidak bisa disebutkan namanya satu-persatu atas kebersamaan, persaudaraan, motivasi, dukungan, serta kisah yang takkan terlupa sepanjang masa.

15. Sahabat GBNH Radi, Ulin, Kismon, dan Helena yang tak henti selalu memberi semangat, motivasi dan saran.

16. Seluruh Civitas Jurusan Teknik Elektro.

Setiap karya yang dibuat oleh manusia, tidak lepas dari kesalahan. Begitupun, dengan tugas akhir ini. Kami menyadari masih banyak kekurangan, dengan segala kerendahan hati kami memohon maaf.

Bandar Lampung, April 2015 Penulis


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Internal Discharge...10

2.2 Distribusi Medan ListrikVoiddan Permukaan Runcing Konduktor ...11

2.3 Elektroda Jarum Bidang...11

2.4 Surface Discharge...12

2.5 Corona Discharge...13

2.6 Uji Emisi Akustik ...19

3.1 Isolasi Uji Epoksi Resin ...28

3.2 Voltage Divider...29

3.3 Skema Rangkaian Pengujian ...30

3.4 Diagram Alir Penelitian ...32

4.1 Skema Penelitian...34

4.2 Rangkaian Pengujian ...34

4.3 Sinyal Peluahan BercampurNoise...35

4.4 Sinyal Hasil Denoised ...36

4.5 Proses Analisis dengan SoftwareSiegview...37

4.6 Proses Analisis dengan SoftwareMatlab...37

4.7 Sinyal Peluahan Sebagian pada Tegangan uji 1.4 kV...38


(14)

xvii

4.9 Grafik Arus Bocor pada tegangan 1.4 kV ...41

4.10 Sinyal Peluahan Sebagian pada tegangan 1.3 kV ...41

4.11 Frekunsi Dominan pada tegangan uji 1.3 kV...42

4.12 Grafik Arus bocor pada tegangan 1.3 kV...44

4.13 Sinyal Peluahan Sebagian pada tegangan 1.2 kV ...44

4.14 Grafik Arus bocor pada tegangan 1.2 kV...45

4.15 Grafik Perbandingan Tegangan Uji dan Waktu pada jarak 24 mm ...46

4.16 Sinyal Peluahan Sebagian pada tegangan uji 1.6 kV ...46

4.17 Frekunsi Dominan pada Tegangan uji 1.6 kV ...47

4.18 Grafik Arus bocor pada Tegangan 1.6 kV ...49

4.19 Sinyal Peluahan Sebagian pada Tegangan 1.5 kV ...49

4.20 Frekunsi Dominan pada tegangan uji 1.5 kV...50

4.21 Grafik Arus bocor pada tegangan 1.5 kV...52

4.22 Sinyal Peluahan Sebagian pada tegangan 1.4 kV ...52

4.23 Frekunsi Dominan pada tegangan uji 1.4 kV...53

4.24 Grafik Arus bocor pada tegangan 1.4 kV...55

4.25 Grafik Perbandingan Tegangan Uji dan Waktu ...56

4.26 Sinyal Peluahan Sebagian pada Tegangan 1.3 kV ...56

4.27a Frekunsi Dominan 1 pada Tegangan uji 1.3 kV...57

4.27b Frekunsi Dominan 2 pada Tegangan uji 1.3 kV ...57

4.28 Grafik Arus bocor pada tegangan 1.3 kV...59

4.29 Sinyal Peluahan Sebagian pada Tegangan 1.2 kV ...59

4.30a Frekunsi Dominan 1 pada tegangan uji 1.2 kV ...60


(15)

4.31 Grafik Arus bocor pada tegangan 1.2 kV...62

4.32 Grafik Perbandingan Tegangan Kritis Epoksi Resin dan Karet Silikon ...64

4.33 Grafik Waktu Terjadinya Peluahan Sebagian (d=24 mm)...68

4.34 Grafik Waktu Terjadinya Peluahan Sebagian (d=36 mm)...69

4.35 Grafik Waktu Terjadinya Peluahan Sebagian (Lubang Ganda)...69


(16)

xix DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Pengujian Arus Bocor pada Tegangan 1.4 kV... 40

4.2 Pengujian Arus Bocor pada Tegangan 1.3 kV... 43

4.3 Pengujian pada Jarak 24 mm ... 45

4.4 Pengujian Arus Bocor pada Tegangan 1.6 kV... 48

4.5 Pengujian Arus Bocor pada Tegangan 1.5 kV... 51

4.6 Pengujian Arus Bocor pada Tegangan 1.4 kV... 54

4.7 Pengujian pada Jarak 36 mm ... 55

4.8 Pengujian Arus Bocor pada Tegangan 1.3 kV... 58

4.9 Pengujian Arus Bocor pada Tegangan 1.2 kV... 61

4.10 Pengujian pada Lubang Ganda ... 62

4.11 Perbandingan tegangan Kritis... 63

4.12 Perbandingan Magnitude ... 65

4.13 Perbandingan Frekuensi Dominan... 66

4.14 Perbandingan Frekuensi Dominan Lubang Ganda ... 67

4.15 Perbandingan Waktu... 67


(17)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

HALAMAN JUDUL ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iv

LEMBAR PENGESAHAN ... v

PERNYATAAN ... vi

RIWAYAT HIDUP... vii

PERSEMBAHAN ... viii

MOTO………... ix

SANWACANA... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR TABEL... xix

I PENDAHULUAN... 1

A Latar Belakang dan Masalah ... 1

B Tujuan... 4

C Manfaat Penelitian... 5

D Batasan Masalah ... 5

E Hipotesis ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA... 7

A. Sistem Isolasi... 7

B. Peluahan Sebagian(Partial Discharge) ... 7


(18)

xiv

2.2.2 Mekanisme Peluahan Sebagian MenurutTownsend.... 8

2.2.3 Mekanisme KegagalanStreamer... 9

C. Jenis Peluahan Sebagian ... 10

2.3.1 Internal Discharge... 10

2.3.2 Surface Discharge... 12

2.3.3 Corona Discharge... 12

D. Polimer ... 13

E. Epoksi Resin (Resin Epoxy) ... 15

F. Karet Silikon(Silicone Rubber) ... 17

G. Emisi Akustik ... 18

H. Transformasi Wavelet... 20

I. Penelitan Pendukung ... 21

III. METODE PENELITIAN... 25

A. Waktu dan Tempat... 25

B. Alat dan Bahan ... 25

C. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 27

3.3.1 Pembuatan Peralatan Pengujian... 27

3.3.2 Pembuatan Isolasi ... 28

3.3.3 Proses Pengujian Arus Bocor ... 29

3.3.4 Proses Pengujian Peluahan Sebagian ... 30

3.3.5 Proses Pengolahan Data ... 31

D. Diagram Alir Penelitian... 32

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 33

A. Pengambilan Data... 33

B. Pengolahan Data ... 35

C. Data Hasil Pengujian ... 38

4.3.1 Pengujian Dengan Lubang Tunggal ... 38

4.3.1.1 Pengujian Pada Jarak 24 mm ... 38

4.3.1.2 Pengujian Pada Jarak 36 mm ... 46


(19)

D. Perbandingan Data Hasil Pengujian Epoksi Resin dan Karet

Silikon ... 63

4.4.1 Perbandingan Tegangan Kritis ... 63

4.4.2 Perbandingan Magnitude Gelombang Peluahan ... 64

4.4.3 Perbandingan Frekuensi Dominan ... 66

4.4.4 Perbandingan Waktu Peluahan Sebagian. ... 67

4.4.5 Perbandingan Arus Bocor ... 70

V. KESIMPULAN DAN SARAN... 72

5.1 Kesimpulan... 72

5.2 Saran... 73

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(20)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Perkembangan jaman, populasi dan teknologi yang pesat, mengakibatkan permintaan akan kebutuhan listrik semakin meningkat. Secara umum metode yang dilakukan untuk menyalurkan energi listrik dengan berbagai sumber energi yang sangat jauh letaknya dari pusat beban adalah dengan menggunakan sistem transmisi tegangan tinggi dan ekstra tinggi.

Pertumbuhan beban dan penggunaan sistem transmisi tegangan tinggi mengharuskan adanya perlakuan khusus dari peralatan tegangan tinggi. Kapasitas dan ukuran yang besar pada peralatan tegangan tinggi akan menimbulkan masalah dalam hal mobilitas, sehingga sulit dalam pemeliharaan dan perbaikan. Selain itu, kabel tegangan tinggi yang digunakan harus memiliki kualitas yang baik, agar dapat menyalukan listrik dalam jangka waktu yang lama.

Untuk mengatasi keterbatasan mobilitas dan kualitas peralatan tegangan tinggi akibat pertumbuhan beban yang tinggi dan penggunaan sistem penyaluran daya tersebut, maka diperlukan pengembangan sistem isolasi yang baik. Penggunaan sistem isolasi yang baik dan desain optimal menentukan kondisi peralatan tegangan tinggi. Kondisi


(21)

2

peralatan tegangan tinggi menentukan nilai keekonomian sistem. Sehingga beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi peralatan tegangan tinggi adalah desain peralatannya dan material isolasi yang digunakan.

Jenis isolasi yang biasa digunakan pada tegangan tinggi adalah isolasi gas, isolasi cair dan isolasi padat. Sedangkan isolasi yang sangat banyak digunakan pada peralatan dan kabel tegangan tinggi adalah isolasi padat.[14] Bahan isolasi padat yang dikenal pada umumnya adalah bahan dari porselin/keramik dan kaca/gelas, tetapi sedang dikembangkan isolator dari bahan polimer. Isolator polimer memiliki kelebihan yaitu memiliki densitas yang rendah, dibandingkan dengan logam dan keramik, memiliki rasio kekuatan terhadap berat yang baik untuk beberapa jenis polimer, ketahanan korosi yang tinggi, konduktivitas listrik dan panas yang rendah, tanpa proses pengerjaan lanjutan, polimer sangat kompetitif dalam hal harga dibandingkan logam, umumnya membutuhkan energi proses yang lebih sedikit dibandingkan logam.

Saat ini, telah dikenal teknologi komposit dari isolator atau jenis bahan isoalator baru yang terbuat dari campuran beberapa bahan yang membentuk komponen tunggal yaitu epoksi resin, PTFE, PUR, ethylene propylene rubber (EPR) dan karet silikon (SIR). Beberapa jenis polimer seperti epoksi resin sangat kompetitif dibandingkan dengan gelas/kaca karena memiliki karakteristik yang baik dan biaya yang lebih efisien, selain epoksi resin terdapat bahan isolasi lain untuk menghadapi mekanikal stress yang besar yaitu bahan polimer karet. Salah satu aplikasi tegangan tinggi yang menggunakan karet adalah karet silikon (SIR), sudah terbukti selama bertahun-tahan terhadap kondisi lingkungan yang berbeda-beda.[6]


(22)

3

Salah satu pengujian terhadap kondisi sistem isolasi pada suatu peralatan adalah dengan pengukuran peluahan sebagian (partial discharge). Masalah yang terjadi pada peralatan tersebut tidak hanya berkaitan dengan kualitas bahan isloasi tersebut tetapi juga dapat disebabkan karena ketidaksempurnaan dalam produksi dan desain. Dalam pengujian peluahan sebagian ini banyak metode penelitian yang terus dikembangkan, dimana masing-masing metode penelitian yang digunakan dalam pengujian peluahan sebagian menunjukan indikasi yang berbeda-beda terhadap masalah yang terjadi. Akan tetapi pengujian untuk mengetahui prilaku peluahan masih perlu dilakukan lebih banyak lagi. Pengujian-pengujian tersebut dilakukan sebagai pengembangan penelitian untuk mendapatkan informasi tentang karakteristik dari bahan isolasi terhadap kegagalannya.

Emisi akustik merupakan salah satu uji coba peluahan sebagian yang tidak merusak (Non-Destructive Testing) yang berarti tidak perlu merusak material/bahan untuk mengetahui karakteristik suatu material. Beberapa pengujian lainnya seperti Ultrsonic, X-Ray, Edy Current, Liquid, dan Thermographic. Metode Accoustic Emission, Ultrasonic, Edy Current dan Liquid merupakan aplikasi pengujian tidak merusak yang paling banyak diterapkan saat ini. Kelebihan sensor emisi akustik adalah dapat mendeteksi keseluruhan struktur pengujian dengan meletkan sensor dibeberapa lokasi, pengujian dapat dilakukan saat sistem dalam keadaan berkerja, prinsip emisi akustik ini secara pasif mendengarkan gelombang suara yang dihasilkan oleh tekanan (stress) di dalam suatu material.[1]


(23)

4

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan sensor emisi akustik untuk mencari sifat kegagalan dari bahan isolasi padat pada sistem kelistrikan tegangan tinggi, bahan isolasi padat yang digunakan dalam uji peluahan sebagian adalah epoksi resin dan karet silikon. Analisis peluahan sebagian berguna untuk mendiagnosis tingkat degradasi isolasi polimer. Fenomena pre-kegagalan dapat dideteksi dengan pengamatan dan pengukuran sinyal peluahan sebagian. Sehingga mempelajari peluahan sebagian menjadi penting karena dengan mengetahui tingkat peluahan sebagian suatu isolasi agar dapat diperkirakan kondisi isolasi.

B. Tujuan

Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah :

1. Membandingkan karakteristik gelombang peluahan sebagian dari epoksi resin terhadap karet silikon, yang mencakup bentuk/besar tegangan peluahan dan arus bocor.

2. Membandingkan besaran frekuensi (Hz) peluahan sebagian yang terjadi dalam rongga udara dari epoksi resin terhadap karet silikon.


(24)

5

C. Manfaat Penelitian

Adapun Manfaat Penelitian yang dilakukan ini adalah dapat :

1. Mengetahui perbedaan sifat atau karakteristik peluahan sebagian dari epoksi resin terhadap karet silikon jika terdapat rongga udara.

2. Mengetahui perbedaan frekuensi dominan (dalam kHz) dari peluahan sebagian dalam rongga udara terhadap dari polimer epoksi resin terhadap karet silikon.

3. Mengetahui kekuatan dielektrik bahan isolasi epoksi resin dan perbandingannya dengan karet silikon.

4. Mendapatkan material isolasi yang dapat diaplikasikan sesuai karakteristik dari hasil pengujian dengan metode emisi akustik.

D. Batasan Masalah

Yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bahan isolasi yang digunakan adalah epoksi resin dan karet silikon.

2. Karakteristik gelombang yang dianalisis adalah frekuensi, magnitudo dan arus bocor dari masing-masing sumber peluahan.

3. Bahan isolasi dibuat berbentuk sampel dengan ukuran tertentu. 4. Informasi sinyal didapatkan dari deteksi sensor emisi akustik.

5. Tidak memberikan penekanan pada kandungan epoksi resin dan karet silikon yang menjadi sampel.


(25)

6

E. Hipotesis

Dari penjelasan pada latar belakang dan teori maka dapat dirumuskan beberapa hipotesa yaitu :

1. Epoksi resin memiliki tegangan kritis yang lebih besar dibandingkan dengan karet silikon.

2. Karet silikon dapat menahan arus bocor lebih baik dibandingkan dengan epoksi resin.

3. Akan didapatkan perbedaan frekuensi dominan antara epoksi resin dan karet silikon.


(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistem Isolasi

Sistem isolasi sangat diperlukan pada peralatan tegangan tinggi untuk membatasi bagian-bagian bertegangan agar tidak terjadi hubung singkat satu dengan yang lain sehingga tidak terjadi kegagalan isolasi. Kegagalan isolasi pada peralatan tegangan tinggi dapat terjadi pada saat peralatan sedang beroperasi yang bisa menyebabkan kerusakan alat sehingga kontinuitas sistem menjadi terganggu. Pada saat sistem isolasi ini menahan tekanan elektrik (electrical stresses) dan tekanan suhu (thermal stresses) yang dapat menyebabkan penuaan (aging) akan ditandai dengan adanya peristiwa peluahan sebagian.

B. Peluahan Sebagian(Partial Discharge)

2.2.1. Pengertian Peluahan Sebagian (Partial Discharge)

Peluahan sebagian ini merupakan bentuk pelepasan muatan listrik yang terjadi hanya pada sebagian dari sistem isolasi yang dapat mengawali kegagalan isolasi peluahan sebagian pada suatu bagian isolasi yang terjadi diakibatkan karena adanya beda potensial yang tinggi. Peluahan sebagian dapat terjadi pada bahan isolasi padat, bahan isolasi cair maupun bahan isolasi gas.


(27)

8

Aktivitas peluahan sebagian dapat disebabkan karena beragam cacat atau penuaan seperti voids (rongga), contaminants (ketidakmurnian), protrusions (tonjolan), tracking dari electrical treesdan lain-lain. Sebagai tambahan yang menyebabkan penuaan elektrik, aktivitas peluahan sebagian juga ditandai penuaan termal, mekanik, dan lingkungan pada peralatan tegangan tinggi. Peristiwa peluahan sebagian tidak dengan segera menjadikan kegagalan isolasi, tetapi peluahan sebagian secara berangsur-angsur menurunkan kualitas isolasi dan mengkikis material dielektrik, hal ini dapat berakibat terbentuknya lintasan (track) menyerupai pohon yang terdapat di sepanjang permukaan atau bahkan menembus bahan isolasi tersebut dan akhirnya mendorong kearah kegagalan sempurna.

Ketika peluahan sebagian terjadi, akan menghasilkan beberapa gejala timbulnya energi yang dilepaskan, beberapa bentuk dari energi tersebut antara lain :

 Elektromagnet : radio, cahaya dan panas  Akustik : audio dan ultrasonik  Gas : ozon dan oksida nitrat

Beberapa bentuk energi ini digunakan sebagai pendeteksian terjadinya peluahan sebagian berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh peluahan sebagian itu sendiri seperti gelombang elektromagnet,gelombang akustik, pemanasan lokal dan reaksi kimia.

2.2.2. Mekanisme Peluahan Sebagian menurutTownsend

Peluahan diawali dengan adanya elektron awal pada katoda, yang diperkuat oleh energi kinetik dari medan listrik yang merambat menuju anoda. Jika energi yang dimiliki cukup tinggi, elektron tersebut menumbuk atom lain sehingga elektron


(28)

9

pada atom tersebut terlepas. Elektron kedua ini mengalami mekanisme yang sama dengan elektron sebelumnya dan berulang-berulang sehingga akan terjadi banjiran elektron. Jika aliran elektron sudah mampu menjembatani katoda dan anoda, maka terjadilah peluahan sebagian.

2.2.3 Mekanisme KegagalanStreamer

Kegagalan streamer adalah kegagalan yang terjadi sesudah suatu banjiran (avalance) terjadi. Elektron yang memasuki konduktor di katoda akan bergerak menuju anoda dibawah pengaruh medan memperoleh energi antara benturan dan kehilangan energi pada waktu membentur. Jika lintasan bebas cukup panjang maka tambahan energi yang diperoleh melebihi pengionisasi latis (latice). Akibatnya dihasilkan tambahan elektron pada saat terjadi benturan, maka pada media yang berdekatan (gas atau udara) timbul tegangan. Karena gas mempunyai permitivitas lebih rendah dari zat padat sehingga gas akan mengalami tekanan listrik yang besar. Akibatnya gas tersebut akan mengalami kegagalan sebelum zat padat mencapai kekuatan asasinya. Karena kegagalan tersebut maka akan jatuh sebuah muatan pada permukaan zat padat sehingga medan yang tadinya seragam akan terganggu.

Bentuk muatan pada ujung pelepasan ini dalam keadaan tertentu dapat menimbulkan medan lokal yang cukup tinggi (sekitar 10 MV/cm). Karena medan ini melebihi kekuatan intrinsik maka akan terjadi kegagalan pada zat padat. Proses kegagalan ini terjadi sedikit demi sedikit yang dapat menyebabkan kegagalan total.[2]


(29)

10

C. Jenis Peluahan Sebagian

Peluahan sebagian atau Partial dischargediklasifikasikan menjadi tiga berdasarkan lokasi dan mekanisme terjadinya peluahan sebagian tersebut yaitu:internal discharge,surface discharge, dancorona discharge.

2.3. 1 Internal Discharge

Internal dischargeterjadi pada rongga (void) atau permukaan konduktor yang runcing di dalam volume material isolasi padat atau cair. Bahan isolasi padat mempunyai permitivitas relatif erbesar sekitar 3, sedangkan udara atau gas

biasanya dianggap 1. Dengan demikian bila di dalam isolasi padat terdapat void yang berisi gas, maka pada saat beroperasi, gas menahan tekanan medan listrik yang lebih besar dibanding isolasi padat. Padahal kekuatan isolasi gas jauh lebih kecil dari isolasi padat. Dengan demikian, pada saat isolasi padat masih menahan kuat medan listrik jauh di bawah ambang kekuatannya, gas yang berada di dalam void mungkin sudah tidak mampu lagi menahan kuat medan listrik yang dialaminya. Akibatnya gas sudah mengalami breakdown, sementara isolasi padat masih dalam kondisi sehat. Kejadian ini disebut dengan peluahan sebagian yang lokasi dan mekanisme terjadinya akibat adanyainternal discharge. internal dischargeditunjukan pada gambar 2.1


(30)

11

Prinsip distribusi medan listrik pada void dan permukaan runcing konduktor dapat diperlihatkan pada gambar 2.2.

Gambar 2.2 Distribusi Medan ListrikVoiddan Permukaan Runcing Konduktor Dalam skala penelitian biasanya peluahan sebagian internal direpresentasikan dengan elektroda jarum-bidang, apabila pengaruh muatan ruang pada pengurangan medan diabaikan dan bila jarak antar elektroda dalam mm (d) jauh lebih besar daripada radius ketajaman jarum dalam mm (r), dan tegangan yang diterapkan dalam kV (V) maka medan listrik maksimum (Em) di sekitar ujung jarum telah dinyatakan oleh Mason dengan persamaan :

Peluahan sebagian internal yang direpresentasikan dengan elektroda jarum-bidang ditampilkan pada gambar 2.3.


(31)

12

2.3.2 Surface discharge

Surface dischargeatau pelepasan muatan permukaan adalah pelepasan muatan dari konduktor ke media gas atau cair dan terjadi pada permukaan material isolasi padat yang tidak tertutupi oleh konduktor.Surface discharge ditunjukan pada gambar 2.4.

Gambar 2.4 Surface Discharge

Bila pada suatu sistem peralatan berisolasi padat terjadi peristiwa pelepasan muatan permukaan, maka arus akan mengalir pada permukaan isolasi. Besar arus permukaan ini ditentukan oleh tahanan permukaan sistem isolasi. Arus ini sering juga disebut arus bocor atau arus yang menyelusuri permukaan isolasi. Arus bocor menimbulkan panas yang mengakibatkan terjadinya penguraian bahan kimia yang membentuk permukaan isolasi. Efek nyata dari penguraian ini adalah timbulnya jejak arus atau saluran aliran arus pada permukaan isolasi sehingga menyebabkan kenaikan tegangan pada daerah sekitarnya yang selanjutnya akan menimbulkan tekanan dielektrik yang berlebihan pada sistem isolasi. Proses ini berjalan terus-menerus sehingga akhirnya terjadi suatu kegagalan.

2.3.3 Corona Discharge

Korona ataucorona dischargeadalah peristiwa pelepasan muatan pada media isolasi cair atau gas yang berada di sekeliling konduktor. Korona disifatkan sebagai terjadinya pelepasan muatan yang bermula dari suatu kawat atau


(32)

13

konduktor bila nilai medan listrik pada permukaaan kawat tersebut melampaui nilai tertentu. Pelepasan muatan ini pada umumnya terjadi pada gas atau udara. Pelepasan muatan ini terjadi karena adanya ionisasi dalam udara yaitu lepasnya elektron dari molekul udara akibat radiasi ultraviolet, radiasi radioaktif, radiasi sinar kosmis dan sebagainya. Apabila di sekitarnya terdapat medan listrik maka elektron-elektron bebas ini mengalami gaya yang mempercepat geraknya sehingga terjadi benturan dengan molekul lain. Akibatnya timbul ion-ion dan elektron-elektron baru. Proses ini berjalan terus-menerus dan jumlah elektron bebas semakin banyak. Peristiwa Corona dischargeditunjukan pada gambar 2.5.

Gambar 2.5Corona Discharge

Korona sering terjadi pada kawat transmisi tegangan tinggi dan tegangan ekstra tinggi terutama pada bagian yang kasar, runcing atau kotor. Korona mengeluarkan cahaya berwarna ungu muda, suara mendesis dan menimbulkan panas.[3]

D. Polimer

Polimer disebut juga dengan makromolekul merupakan molekul besar yang dibangun dengan pengulangan oleh molekul sederhana yang disebut monomer. Klasifikasi polimer salah satunya berdasarkan ketahanan terhadap panas (termal) ini dibedakan menjadi dua, yaitu polimer termoplastik dan polimer termoseting.


(33)

14

Polimer termoplastik adalah polimer yang mempunyai sifat tidak tahan terhadap panas. Jika polimer jenis ini dipanaskan, maka akan menjadi lunak dan didinginkan akan mengeras. Proses tersebut dapat terjadi berulang kali, sehingga dapat dibentuk ulang dalam berbagai bentuk melalui cetakan yang berbeda untuk mendapatkan produk polimer yang baru. Polimer termoseting adalah polimer yang mempunyai sifat tahan terhadap panas. Jika polimer ini dipanaskan, maka tidak dapat meleleh. Sehingga tidak dapat dibentuk ulang kembali. Susunan polimer ini bersifat permanen pada bentuk cetak pertama kali (pada saat pembuatan). Bila polimer ini rusak/pecah, maka tidak dapat disambung atau diperbaiki lagi. Polimer termoseting memiliki ikatan-ikatan silang yang mudah dibentuk pada waktu dipanaskan. Hal ini membuat polimer menjadi kaku dan keras. Semakin banyak ikatan silang pada polimer ini, maka semakin kaku dan mudah patah. Bila polimer ini dipanaskan untuk kedua kalinya, maka akan menyebabkan rusak atau lepasnya ikatan silang antar rantai polimer.

Beberapa kelebihan yang dimiliki oleh isolator polimer yaitu ringan, kepadatan material polimer lebih rendah dibandingkan keramik maupun gelas, sehingga mudah dalam penanganan maupun instalasi. Bentuk geometri sederhana, karena mempunyai karakteristik jarak yang relatif besar menyebabkan desain isolator polimer sederhana. Tahan terhadap polusi, karena bahan polimer mempunyai sifat hidrophobik (menolak air) yang baik. Sehingga air atau kotoran lainnya akan sukar menempel pada permukaannya meskipun dioperasikan pada kondisi lingkungan yang berpolusi maka isolator polimer mempunyai ketahanan tegangan yang baik. Waktu pembuatan lebih singkat dibandingkan dengan isolator porselin.


(34)

15

Tidak terdapat lubang karena pembuatan polimer yang berbeda dengan porselin, sehingga memungkinkan tidak terjadinya tembus internal.

Sedangkan kekurangan yang dimilki oleh isolator polimer adalah: Penuaan atau degradasi pada permukaannya (surface ageing), stress yang disebabkan antara lain karena korona, radiasi UV atau zat kimia dapat menyebabkan reaksi kimia pada permukaan polimer. Sehingga dapat merusak permukaan polimer (penuaan), bahan penyusun polimer lebih mahal dibandingkan dengan porselin maupun gelas.[4]

E. Epoksi Resin (Resin Epoxy)

Material isolator yang banyak digunakan pada sistem tenaga listrik di Indonesia sampai saat ini adalah isolator berbahan porselin dan gelas. Kelebihan isolator jenis ini adalah harganya yang cukup murah dibandingkan dengan isolator polimer. Namun, isolator jenis ini memiliki kelemahan dari segi mekanis yaitu berat dan permukaannya yang bersifat menyerap air (hygroscopic)sehingga lebih mudah terjadi arus bocor pada permukaan yang akhirnya dapat menyebabkan fashover. Untuk mengatasi hal tersebut, maka sebagai alternatif digunakan isolator polimer.

Salah satu contoh dari isolator polimer adalah resin epoksi. Kelebihan yang dimiliki oleh isolator polimer dengan jenis resin epoksi ini di antaranya adalah rapat massa 0,9-2,5 gram/cm3 yang lebih rendah dibandingkan dengan isolator porselin yang rapat massanya 2,3-3,9 gram/cm3 dan isolator gelas dengan rapat massa 2,5 gram/cm3, serta proses pembuatannya yang tidak memerlukan energi


(35)

16

yang terlalu besar hanya membutuhkan suhu antara 20oC - 30oC. Juga sifat dielektrik bahan isolasi resin epoksi memiliki konstanta dielektrik 2,3 - 5,5 dan faktor disipasi (0,1 - 5,0) x 10-3 akan lebih baik dibandingkan dengan isolator porselin dengan konstanta dielektrik 5,0 - 7,5 dan faktor disipasi (20-40) x 10-3 sedangkan isolator gelas memiliki konstanta dielektrik 7,3 dan faktor disipasi (15-50) x10-3. Massa bahan isolasi polimer resin epoksi yang lebih ringan dibanding porselin dan gelas memberikan peluang baru pada desain menara saluran transmisi tegangan tinggi dan ekstra tinggi yang lebih baik.

Bahan isolasi polimer resin epoksi yang ringan dapat pula dipergunakan sebagai pemisah fase guna mengurangi ayunan mekanik konduktor saluran transmisi. Sifat perekat resin epoksi yang sempuma, mudah dibentuk, kekuatan mekanis yang baik, daya tahan kimia yang kuat merupakan keuntungan yang paling penting dari resin padat.

Epoksi resin merupakan golongan polimer termoset dimana campuran dua komponen yang akhirnya berbentuk seperti kaca pada temperature ruang yang mempunyai sifat isolasi listrik yang layak dan juga mempunyai kekedapan air yang tinggi. Epoksi resin sudah menjadi bagian penting dari material isolasi khusunya dibidang kelistrikan karna jenis polimer ini sudah dikenal lebih dari 50 tahun.

Epoksi resin mempunyai kegunaan yang luas dalam industri teknik kimia, listrik, mekanik, dan sipil, sebagai perekat, cat pelapis, percetakan cor dan benda-benda cetakan. Sedikitnya terdapat keuntungan resin epoksi yaitu bahan ini memiliki dielektrik yang baik dan mudah dibentuk sesuai desain yang diinginkan pada


(36)

17

temperatur ruang. Penggunaan bahan isolasi polimer resin epoksi antara lain adalah isolator pasangan dalam, trafo tegangan, trafo arus, trafo uji, isolasi lilitan pada motor dan generator, serta peralatan elektronik.

Kelebihan Epoksi resin antara lain:

1. Sifat kekentalan yang rendah sehingga mudah untuk diproses.

2. Mudah dibentuk, dimana epoksi resin dapat dibentuk dengan cepat dan mudah dalam temperatur 5-1500C tergantung pada alat pembentuk yang dipilih. 3. Penyusutan yang rendah, epoksi resin ini bereaksi kembali sangat kecil dengan

membentuk susunan yang lain.

4. Tingkat kerekatan yang tinggi, karena adanya pembentukan secara kimiawi.[5]

F. Karet Silikon (Silicone Rubber)

Karet Silikon adalah bahan yang tahan terhadap temperatur tinggi yang biasanya digunakan untuk isolasi kabel dan bahan isolasi tegangan tinggi. Karet Silikon merupakan polymeric synthetic yang relatif baru penggunaannya sebagai bahan isolasi dalam bidang teknik listrik dibanding dengan polimer lainnya seperti resin epoksi atau polyethylene. Kepopuleran bahan ini dibanding dengan bahan keramik/porselin dan jenis polimer lainnya yaitu karena memiliki sifat hidrofobik tinggi, dengan demikian konduktivitas permukaan isolator tetap rendah, sehingga dapat meminimalkan arus bocor. Selain itu, memiliki sifat dielektrik yang baik, sangat ringan, mudah penanganan dan pemasangannya. Bahan ini lebih mahal dibandingkan dengan bahan lainnya tetapi untuk pemakaian khusus dapat dibenarkan karena memberikan sifat yang lebih unggul pada kabel.


(37)

18

Keuntungan dari karet silikon adalah flexibility meskipun di suhu rendah, high mechanical strength, tahan terhadap cuaca seperti ozon, radiasi ultraviolet dan panas. SIR merupakan satu-satunya material yang membentuk layer terhadap polusi di permukaannya. Sehingga leakage currentdanflashover dapat direduksi. Sebagai tambahan, karet silikon tidak membutuhkan pembersihan secara berkala.[6]

G. Emisi Akustik

Emisi Akustik didefinisikan sebagai gelombang transien elastik yang dibangkitkan oleh suatu pelepasan ketika terjadi propagasi keretakan dan deformasi (perubahan bentuk) di dalam suatu material. Uji emisi akustik dapat didefiniskan sebagai uji coba yang tidak merusak (Non-Destructive Testing, NDT). Pengujian NDT ini memiliki beberapa jenis tipe pengujian yang lain seperti Ultrsonic, X-Ray, Edy Current, Liquid, dan Thermographic. Pada penerapannya metode Accoustic Emission, Ultrasonic, Edy Current dan Liquid merupakan aplikasi NDT yang paling banyak digunakan saat ini. Kelebihan dari emisi akustik ini adalah dapat mendeteksi keseluruhan struktur pengujian dengan meletakan sensor dibeberapa lokasi, pengujian dapat dilakukan saat struktur dalam keadaan bekerja, memungkinkan melakukan pemantauan terus menerus dengan menggunakan bantuan alarm, dapat mendeteksi perubahan skala kecil bila energi yang dilepaskan sudah mencukupi dan penggunaan beberapa sensor memungkinkan menentukan sumber lokasi kesalahan, prinsip emisi akustik ini secara pasif mendengarkan gelombang suara yang dihasilkan olehstress(tekanan) di dalam suatu material. Dengan demikian, seolah-olah suatu bahan material dapat


(38)

19

“berbicara/mengeluh” apabila mereka memiliki masalah internal, seperti adanya

pertumbuhan defek (cacat), perkembangan keretakan, dan kerusakan-kerusakan internal lainnya yang diakibatkan olehstress(tekanan).

Gelombang suara yang terjadi yang berasal dari material dideteksi, lalu diubah oleh piezoelektrik menjadi variabel voltase (volt). Lalu, dengan peralatan yang terkomputerisasi, fungsi tegangan terhadap waktu dapat diketahui (V(t)). Pengujian emisi akustik ditampilkan pada gambar 2.6

Gambar 2.6 Uji Emisi Akustik (Euro Physical Acoustics SA)[7]

Jadi, dengan menggunakan emisi akustik kerusakan skala kecil suatu material dapat dideteksi sedini mungkin untuk mencegah kemungkinan-kemungkinan berbahaya yang dapat muncul dikemudian hari. Dengan demikian, mengenai adanya pengetahuan mengenai emisi akustik dari suatu material, penelitian dan pengembangan di bidang material akan semakin berkembang.

Penggunaan sensor emisi akustik digunakan karena melihat beberapa kelebihan dibandingkan dengan sensor lainnya. Adapun kelebihan dari sensor emisi akustik, yaitu :


(39)

20

• Dapat memantau sistem secara menyeluruh dari sedikit lokasi , walaupun sistem tersebut sedang digunakan, sehingga dapat menentukan tempat terjadinya kerusakan di dalam sistem.

• Dapat memberikan indikasi langsung perilaku dan respons material

• Sensitivitas tinggi sehinnga memberikan informasi dengan sangat cepat

• Pemantauan dapat dilakukan tanpa henti

• Tidak membutuhkanscanpermukaan struktur secara menyeluruh[7]

H. Transformasi Wavelet

Sinyal akustik yang ditangkap biasanya memiliki tambahan sinyal karena dipengaruhi oleh lingkungan yang biasanya dikenal dengan noise atau derau sehingga membuat sedikit kesulitan untuk menentukan karakteristik peluahan sebagian pada sinyal akustik yang didapat. Untuk memecahkan problematika sinyal gangguan noise atau derau ini maka digunakan metode dengan analisis transformasiwavelet, transformasiwaveletmerupakan metode yang sudah banyak digunakan dalam penelitian dalam pemisahan sinyal noise dengan sinyal aslinya untuk membantu mempermudah analisis karakteristik peluahan sebagian.

Metode transformasi wavelet umumnya menggunakan salah satu toolbox pada software matlab, yaitu dengan menggunakan toolbox Wavelet 1-D. Pada metode transformasi wavelet ini analisis yang digunakan dapat melalui beberapa jenis mother waveletnya, pemilihan jenis mother wavelet tergantung dari aplikasnya[8],

[9]

, akan tetapimother waveletyang paling cocok untuk menganalisis karakteristik peluahan sebagian adalah dengan menggunakan mother wavelet Daubechies (db)


(40)

21

dan Symlets (sym) yang cocok dalam pendeteksian durasi yang singkat, pendeteksian kerusakan secara cepat, penggunaan frekuensi yang tinggi dan sinyal dengan amplitude yang kecil.

Pada penelitian ini transformasi wavelet yang digunakan adalah dengan menggunakan mother wavelet Daubechies (db) 4 pada level 1 dan pada level 2, serta menggunakanSymlets(sym) 4 pada level 1 hasil dari pemilihan jenismother wavelet pada transfomasi wavelet ini terlampir dalam lampiran dimana pada akhirnyamother wavelet Symlets(sym) 4 pada level 1 dipilih menjadi yang paling cocok dalam pengujian ini. Karena memiliki nilai perbandingan noise dan sinyal aslinya yang paling mendekati ideal dibandingkan dengan mother wavelet yang lain.

I. Penelitian Pendukung

Penelitian telah dilakukan oleh D Zhu, A J Mc Grail, S Swingler', D W Auckland and B R Varlow[10] mengenai pendeteksian peluahan sebagian pada terminasi kabel menggunakan teknik emisi akustik dan proses sinyal adaptif. Sebuah sistem yang didasari dari sistem emisi akustik yang berguna untuk mendeteksi kegiatan prilaku peluahan sebagian pada terminasi kabel. Pada pengujian ini menggunakan dua jenis metode yaitu dengan metode emisi akustik dan EDPM. Pada pengujian ini pengaturan pengujian sama persis yang berbeda hanya penggunaan sampel yang digunakan yaitu mengganti sampel AE untuk melakukan pengujian EDPM.


(41)

22

Dengan kata lain, pengujian ini dilakukan dengan menggunakan dua buah metode yang berbeda untuk mendapatkan hasil bahwa semakin jauh jarak sensor dari sumber peluahan sebagian maka semakin kecil energi yang dihasilkan lalu ketika semakin dekat jarak antara sensor dengan sumber peluahan sebagian maka semakin besar energi yang dihasilkan.

Penelitian berikutnya dilakukan oleh Tatsuya Sakoda, Jannus Maurits Nainggolan, Toshihiko Nakashima, Masahisa Otsubo[11] mengenai diagnosis kerusakan Isolasi dariEthylene Propylene Rubber(EPR) Menggunakan Teknik Emisi Akustik yang membahas tentang hubungan antara penurunan kinerja isolasi ethylene propylene rubber (EPR) yang digunakan sebagai bahan isolasi pada kabel polyethylene cross-linked (XLPE) dengan peluahan sebagian (PD) dengan menggunakan Sensor emisi akustik.

Sehingga hasil yang didapatkan pada penelitian ini adalah hubungan antara penurunan kinerja isolasi bahan EPR dari sinyal emisi akustik karena peluahan sebagian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak hanya intensitas sinyal emisi akustik tetapi juga jumlah yang dihitung sinyal emisi akustik lebih dari nilai kritis yang sangat berguna untuk mendiagnosa EPR. Penelitian menunjukkan bahwa untuk menilai tingkat kerusakan, tidak hanya intensitas sinyal emisi akustik pada peluahan sebagian tetapi juga dihitung dari karakteristik besar frekuensi dominan sinyal emisi akustik, secara garis besar hubungan antara intensitas emisi akustik, jumlah sinyal emisi akustik dihitung, dan tingkat kerusakan yang diperoleh.

Pengujian selanjutnya dilakukan oleh Department of Electrical Engineering bekerjasama dengan National Cheng Kung Universitydan Nan Jeon Institute of


(42)

23

Technology, yang ditulis oleh Ju-Chu Hsieh, Cheng-Chi Tai, Ching-Chau Su, Chien-Yi Chen, Ting-Cheng Huang, Yu-Hsun Lin[12] yaitu pengujian mengenai perbandingan metode Acoustic Emission dengan metode pengukuran arus impuls dan kapasitif coupler dalam mendeteksi peluahan sebagian pada terminasi kabel. Pengujian ini bertujuan untuk mengembangkan metode pemeriksaan pada masalah sambungan kabel. Penyebab kerusakan isolasi pada kabel listrik biasanya dikarenakan konstruksi yang buruk, adanya tekanan, pengerutan, atau kerusakan berjerumbai. Masalah lain yang mungkin terjadi karena listrik panas, atau faktor lingkungan kimia.

Pencegahan terjadinya peluahan sebagian sangat penting untuk industri tenaga listrik. Metode pengukuran peluahan sebagian dapat dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu jenis listrik dan jenis non-listrik. Penelitian menunjukan tiga metode pengukuran peluahan sebagian berguna untuk melakukan pemeriksaan kabel listrik yang telah diadopsi, mereka diperkenalkan sebagai berikut :

(a) Metode pengukuran arus impuls: Metode ini menghubungkan resistansi secara seri dengan kawat tanah dari objek di bawah deteksi. Ketika PD terjadi, arus impuls yang akan terukur dari deteksi resistansi sebagai bagian dari rangkaian deteksi. Metode ini sangat sensitif dan dapat mengukur impuls dengan mudah. Unit diadopsi dalam pengukuran arus impuls PD diatur oleh IEC adalah pico coulomb atau pC.

(b) Metode Pengukuran kapasitif coupler: Ketika PD terjadi di dalam kabel, sinyal impuls EM akan menyebar dengan lokasi kesalahan sebagai asalnya, lalu pada arah yang berlawanan sepanjang kabel menuju kedua ujungnya


(43)

24

(c) Metode pengukuran AE: Ketika sebuah PD merupakan sebuah impuls kemudian terjadi di dalam kabel sehingga impuls akan menghasilkan gelombang tekanan mekanis dalam dielektrik dan merumuskan sumber akustik untuk memancarkan gelombang akustik. Metode pengukuran emisi akustik menggunakan sensor emisi akustik untuk melekatkan langsung pada permukaan peralatan (atau kabel itu) dan menggunakan bahan piezoelektrik didalam bagian sensor untuk mengubah tekanan mekanis menjadi sinyal listrik emisi akustik, yang akan diperkuat sebelum tahap penguatan.


(44)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik Pengukuran Besaran Elektrik, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Lampung dan dilaksanakan pada bulan Agustus 2014 sampai bulan Januari 2015.

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain: 1. Kerangka Pengujian

Kerangka pengujian ini digunakan sebagai tempat pengujian bahan isolasi sekaligus lokasi sensor dan elektroda yang terbuat dari bahan kaca yang berbentuk bidang persegi yang bertingkat dengan ukuran 21x21 cm dengan tinggi tiang penyangganya adalah 18 cm.

2. Bahan Isolasi

Bahan Isolasi yang digunakan pada pengujian ini adalah bahan epoksi resin (resin epoxy)dan kemudian dibandingkan dengan bahan karet silikon (silicone rubber)yang merupakan penelitian sebelumnya.


(45)

26

3. Sensor Emisi Akustik (Acoustic Emission)

Sensor ini digunakan untuk menangkap sinyal akustik yang terjadi pada bahan isolasi.Sensor yang digunakan adalah sensorAcoustic Emissiontipe SR800

4. Pre-Amplifier

Pre Amplifier yang digunakan adalah Preamplifier 40 untuk menguatkan sinyal yang ditangkap sensor emisi akustik

5. Signal Conditioner

Signal Conditioner digunakan untuk pengkondisi sinyal-sinyal lemah dari pre-amplifier menjadi sinyal tegangan analog yang lebih kuat.

6. Voltage Regulator

Digunakan untuk mengatur dan menguubah besarnya teganganinput yang akan masuk pada transformator.

7. TransformatorStep-Up6 kV

Transformatorstep updigunakan untuk menaikkan tegangan dari 220 Volt menjadi 6 kV.

8. OsiloskopDigital Protek3110

Osiloskop digunakan untuk menampilkan sinyal atau bentuk gelombang yang dibangkitkan oleh peluahan sebagian

9. Multimeter digital

Digunakan untuk mengukur besarnya tegangan output Regulator, transformator dan mengukur besar tegangan darivoltage divider.


(46)

2

10. Pembagi Tegangan (Voltage Divider)

Rangkaian pembagi tegangan berikut ini digunakan untuk membantu dalam pengukuran uji arus bocor pada hasil pengujian.

11.Personal Computer

Komputer digunakan untuk menyimpan data gelombang output dari osiloskop.

C. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Adapun cara pengujian dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu: 3.3.1 Pembuatan Peralatan Pengujian

Proses pembuatan peralatan pengujian dimulai dengan pembuatan kerangka pengujian. Kerangka pengujian dibuat menggunakan bahan acrelic berbentuk bidang segiempat. Pada keempat tepi tersebut dipasangkan tiang penyangga yang terbuat dari kaca berbentuk siku dengan tinggi tiang 18 cm. Pada kerangka pengujian yang dibuat terdiri dari dua lantai yaitu lantai atas dan lantai bawah. Pada bagian lantai atas dengan ukuran 21 x 21 cm digunakan sebagai tempat pengujian yang dilakukan. Dibagian bawah lantai atas akan dipasang elektroda pentanahan dengan diameter 13 mm yang digunakan untuk menghubungkan dengan sistem pentanhan, kemudian sensor dipasang pada jarak tertentu dari titik tengah elektroda ground.

Tegangan tinggi terhubung pada elektroda jarum. Sementara elektroda pentanahan terhubung padaground. Panjang elektroda jarum adalah 70 mm dengan diameter 3 mm. Lebar elektroda plat adalah 3 mm dengan diamater


(47)

28

13 mm. Diantara elektroda terdapat Isolasi uji dengan tebal 8 mm. Diantara elektroda terdapat sampel isolasi (yaitu epoksi resin) dengan tebal 8 mm. Pada titik tengah epoksi resin dibuat lubang (hole) dengan diameter 3 mm. Hal ini dilakukan untuk menghasilkan sumber peluahan sebagian jenis rongga.

3.3.2 Pembuatan Isolasi

Penelitian ini menggunakan jenis isolasi padat berupa polimer. Polimer yang akan digunakan yaitu epoksi resin. kemudian penelitian ini akan dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang menggunakan karet silikon. Epoksi resin dibuat dengan cara menggabungkan cairan Resin Bening dengan katalis (Catalys Hardener Polyster Resin).

Gambar 3.1 Isolasi Uji Epoksi Resin

Resin bening dan katalisnya dicampurkan dengan perbandingan 100 : 1, yang artinya bila resin yang digunakan adalah 100 ml, maka katalis yang digunakan adalah 1 ml. Lalu kemudian dibentuk dengan ukuran 110 x 110 mm2 dengan ketebalan 8 mm. isolasi epoksi resin dengan ukuran tersebut


(48)

2✁

kemudian dilubangi dengan diameter 3 mm dan kedalaman 6 mm, kemudian lubang tersebut dilubangi lagi dengan jarum berdiamter 1 mm dengan ketebalan 1-1.5 mm, Sehingga menyisakan 1 mm bagian yang tidak dilubangi.

3.3.3 Proses Pengujian Arus Bocor

Pada Pengujian arus bocor dihitung dengan bantuan voltage divider agar tegangan yang masuk ke osiloskop tidak terlalu besar dan bisa ditangkap oleh osiloskop. Selanjutya tegangan yang dibaca osiloskop dikonversi menjadi arus bocor. Rangkaian pembagi tegangan yang digunakan untuk bantuan arus bocor ditunjukan pada gambar 3.2

Gambar 3.2Voltage Divider

Rangkaian pembagi tegangan tersebut memiliki nilai resistor yang berbeda-beda, tegangan yang akan ditangkap oleh osiloskop adalah tegangan pada resistor terbesar agar nilai tegangan yang didapatkan dapat dibaca osiloskop, sedangkan resistor lainnya digunakan sebagai perbandingan, dan nilai resistor tersebut harus lebih kecil dari resistor yang akan diukur pada osiloskop agar mengurangi rugi-rugi yang terjadi.[15] Tegangan keluaran yang dihasilkan dari pengujian peluahan


(49)

30

sebagian direpresentasikan dengan V dan ILC merupakan arus bocor yang dihasilkan oleh peluahan yang terjadi, sedangkan VCF adalah tegangan yang ditangkap oleh osiloskop dari hasil proses pembagian tegangan pada rangkaian. Melalui perhitungan Nilai ILCnya adalah

ILC= 0.02764499949 VCF`

Maka dari rangkaian dan persamaan diatas nilai arus bocor direpresentasikan dengan ILC yang bernilai 0.02764499949 kalinya

nilai tegangan yang dibaca oleh osiloskop (VCF).

3.3.4 Proses Pengujian Peluahan Sebagian

Pada proses pengujian peluahan dilakukan pengambilan data dengan tahap-tahap sebagai berikut:

1. Dipasang alat dan bahan seperti pada gambar 3.2 di bawah ini


(50)

31

2. Dipasang keluaran Signal Conditioner pada CH1 untuk menampilkan

hasil peluahan sebagian dan keluaran Voltage Divider pada CH2untuk

menampilkan sinyal tegangan uji arus bocor.

3. Mengukur tegangan output darivoltage regulatordan trafostep-up 4. Dilakukan variasi pengujian terhadap benda uji yaitu isolasi epoksi

resin sampai terjadi peluahan.

5. Diambil data hasil pengujian berupa tegangan peluahan, sinyal peluahan dan arus bocor yang ditampilkan osiloskop.

6. Disimpan data gelombang peluahan dengan format .csv untuk proses analisis selajutnya.

7. Dilakukan pengulangan pada langkah 3-4 untuk mendapatkan data yang cukup agar memudahkan untuk menganalisa data.

3.3.5 Proses Pengolahan Data

Data hasil pengujian berupa sinyal peluahan dan arus bocor, dimana sinyal peluahan ditangkap oleh sensor dan ditampilkan osiloskop kemudian gelombang disimpan dalam bentuk microsoft office excel (.csv), file (.csv) hasil eksekusi dianalisis untuk mengetahui peluahan yang terjadi dengan bantuan Wavelet 1-D tools pada software Matlab. Selanjutnya arus bocor didapat dengan bantuan rangkian pembagi tegangan (voltage divider) yang dibandingkan dengan tegangan Vpp (tegangan peak-to-peak) yang didapat


(51)

32

D. Diagram Alir Penelitian

Gambar 3.4 Diagram Alir Penelitian Tidak

Ya Mulai

Membuat kerangka pengujian, dan elektroda pengujian

Merangkai rangkaian pengujian

Pengujian menggunakan bahan isolasi epoksi resin dengan metode emisi akustik

Mengolah sinyal menggunakan matlab

Pola sinyal hasil penghilangan noise, hasil FFT, dan Arus

Bocor (Leakage Current)

Analisis dan perbandingan epoksi resin dan karet silikon

Selesai Didapatdata


(52)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Setelah melakukan proses pengujian serta analisa data maka diperoleh simpulan sebagai berikut. 1. Tegangan kritis pada isolasi epoksi resin lebih besar (1.5-1.7 kV) dibandingkan dengan

karet silikon (1.0-1.2 kV). Hal ini terjadi karena material epoksi resin memiliki struktur yang lebih padat.

2. Rerata frekuensi dominan pada epoksi resin untuk lubang tunggal adalah 960 kHz dan untuk lubang ganda adalah 62.5 kHz dan 935 kHz. Rerata frekuensi dominan pada karet silikon untuk lubang tunggal adalah 60 kHz dan untuk lubang ganda adalah 60 kHz dan 940 kHz.

3. Arus bocor pada epoksi resin lebih besar (42-48 mA) dibandingkan pada karet silikon (28-34 mA). Hal ini terjadi karena epoksi resin memiliki nilai tegangan kritis yang lebih besar sehingga arus bocor yang didapat lebih besar. Selain itu karet silikon juga memiliki sifathydrofobicyang dapat mereduksi arus bocor.

4. Durasi yang dibutuhkan sampai fenomena peluahan sebagian terjadi pada isolasi epoksi resin lebih lama (31-35 menit) dibandingkan karet silikon (28-33 menit). Ini terjadi karena material epoksi resin lebih padat, sehingga penyebaran gelombang elastis pada material lebih lama.


(53)

73

B. SARAN

1. Penelitian lebih lanjut mengenai pendeteksian beragam sumber peluahan sebagian sebaiknya dilakukan dengan menggunakan sumber tegangan yang memiliki kapasitas tegangan yang lebih besar, sensor yang sensitif dan terhindar dari inteferensi gelombang gangguan (noise), sehingga dapat diperoleh karakteristik gelombang peluahan sebagian secara jelas dari peluahan yang dihasilkannya.

2. Penelitian lebih lanjut sebaiknya menggunakan panjang sinyal atau jumlah titik data pada osiloskop yang memiliki kapasitas lebih besar agar banyaknya interval antara peluhan sebagian yang terjadi dalam suatu pengujian dapat diketahui.


(54)

DAFTAR PUSTAKA

[1] Richard D. Finleyson. Handbook of Nondestructive Evaluation, chapter 10 –

Acoustic Emission Testing, pp10.-10.39. McGraw-Hill Companies, (2003). [2] Bonggas L. Tobing. 2003.Dasar Teknik Pengujian Tegangan Tinggi. h. 12 [3] D. König, Y.N. Rao,“Partial Discharges imn Electrical Power Apparatus”.

Berlin; Offenbach: VDE-Verlag, 1993, pp. 15-36

[4] Suwarno. 1996. Study on electrical treeing and partial discharge in Polymeric Insulating Materials, A Dissertation for The Doctor Degree at School of Enginering, Nagoya University, Japan.

[5] Nurlailati.2010.Analisis Degradasi Permukaan Bahan Isolasi Resin Epoksi karena Proses Penjejakan dan Erosi,Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. [6] Munteanu, R.1996.Silicone insulator use on the rise worldwide: Transmission

and Distribution.

[7] Janus, Patrick. 2012Acoustic Emission properties of Partial Discharge in Time-Domain and Their Applcation. Master’s Degree Project, Stockholm,

Sweden.

[8] L. Satish and B. Nazneen. 2003.Wavelet-based de-noising of partial discharge signals buried inexcessive noise and interference”, IEEE Transactions on Dielectrics and Electrical Insulation, Vol. 10, No. 2,, pp. 354-367.

[9] X. Ma, C. Zhou and I.J.Kemp.2002“Interpretation of wavelet analysis and its application inpartial discharge detection”,IEEE Transactions on Dielectrics and Electrical Insulation, Vol. 9, No. 3, pp.446–457.


(55)

[10] D, Zhu, et al,(1994) Partial Discharge Detection in Cable Termination Using Acoustic Emission Techniques and Adaptive Signal Processing.Conferce Record of the 1994 IEEE International Symposium on Electrical Insulation. Pittsburgh, PA USA.

[11] Nainggolan, Jannus, et al,(2010) Diagnostics of Insulation Deterioration of Ethylene Propylene Rubber Using an Accoustic Emission Technique.IEEE, Vol.17,Issue 4. Pp.1242-1248.

[12] Ju-Chu, Hseish, et al,(2006) Evaluation And Comparasion of On-Line PD Detection Methods For High-Voltage Power Cable.Asia-Pasific Conference on NDT. Auckland, New Zealand.

[13] MM Yaacob, et al,(2013) Detection and Wavelet Analysis of Acoustic Emission Signal from Partial Discharge Captured by Multimode Optical Fiber and Piezoelectric Sensors in Insulation Oil.FKE (IVAT) and Advanced Teknologi Malaysia , Malaysia.

[14] Syakur, A., dan Suwarno “Karakteristik Partial Discharge Void pada

Kelembaban Tinggi”, Jurnal Teknik Tegangan Tinggi Indonesia, FOSTU,

Vol. 4, No. 2, Juli 2002.

[15] Sulistiawati ,Dyah Eka, et al,(2012) “Analisa Arus Bocor Permukaan Bahan Isolasi Resin Epoksi Silane Menggunakan Metode Pengukuran Inclined-Plane Tracking.Universitas Diponegoro, Semarang.


(1)

2. Dipasang keluaran Signal Conditioner pada CH1 untuk menampilkan

hasil peluahan sebagian dan keluaran Voltage Divider pada CH2untuk

menampilkan sinyal tegangan uji arus bocor.

3. Mengukur tegangan output darivoltage regulatordan trafostep-up

4. Dilakukan variasi pengujian terhadap benda uji yaitu isolasi epoksi

resin sampai terjadi peluahan.

5. Diambil data hasil pengujian berupa tegangan peluahan, sinyal

peluahan dan arus bocor yang ditampilkan osiloskop.

6. Disimpan data gelombang peluahan dengan format .csv untuk proses

analisis selajutnya.

7. Dilakukan pengulangan pada langkah 3-4 untuk mendapatkan data

yang cukup agar memudahkan untuk menganalisa data.

3.3.5 Proses Pengolahan Data

Data hasil pengujian berupa sinyal peluahan dan arus bocor, dimana sinyal

peluahan ditangkap oleh sensor dan ditampilkan osiloskop kemudian

gelombang disimpan dalam bentuk microsoft office excel (.csv), file (.csv)

hasil eksekusi dianalisis untuk mengetahui peluahan yang terjadi dengan

bantuan Wavelet 1-D tools pada software Matlab. Selanjutnya arus bocor

didapat dengan bantuan rangkian pembagi tegangan (voltage divider) yang

dibandingkan dengan tegangan Vpp (tegangan peak-to-peak) yang didapat


(2)

32

D. Diagram Alir Penelitian

Gambar 3.4 Diagram Alir Penelitian Tidak

Ya Mulai

Membuat kerangka pengujian, dan elektroda pengujian

Merangkai rangkaian pengujian

Pengujian menggunakan bahan isolasi epoksi resin dengan metode emisi akustik

Mengolah sinyal menggunakan matlab

Pola sinyal hasil penghilangan noise, hasil FFT, dan Arus

Bocor (Leakage Current)

Analisis dan perbandingan epoksi resin dan karet silikon

Selesai Didapatdata


(3)

A. SIMPULAN

Setelah melakukan proses pengujian serta analisa data maka diperoleh simpulan sebagai berikut.

1. Tegangan kritis pada isolasi epoksi resin lebih besar (1.5-1.7 kV) dibandingkan dengan karet silikon (1.0-1.2 kV). Hal ini terjadi karena material epoksi resin memiliki struktur yang lebih padat.

2. Rerata frekuensi dominan pada epoksi resin untuk lubang tunggal adalah 960 kHz dan untuk lubang ganda adalah 62.5 kHz dan 935 kHz. Rerata frekuensi dominan pada karet silikon untuk lubang tunggal adalah 60 kHz dan untuk lubang ganda adalah 60 kHz dan 940 kHz.

3. Arus bocor pada epoksi resin lebih besar (42-48 mA) dibandingkan pada karet silikon (28-34 mA). Hal ini terjadi karena epoksi resin memiliki nilai tegangan kritis yang lebih besar sehingga arus bocor yang didapat lebih besar. Selain itu karet silikon juga memiliki sifathydrofobicyang dapat mereduksi arus bocor.

4. Durasi yang dibutuhkan sampai fenomena peluahan sebagian terjadi pada isolasi epoksi resin lebih lama (31-35 menit) dibandingkan karet silikon (28-33 menit). Ini terjadi karena material epoksi resin lebih padat, sehingga penyebaran gelombang elastis pada material lebih lama.


(4)

73

B. SARAN

1. Penelitian lebih lanjut mengenai pendeteksian beragam sumber peluahan sebagian

sebaiknya dilakukan dengan menggunakan sumber tegangan yang memiliki kapasitas

tegangan yang lebih besar, sensor yang sensitif dan terhindar dari inteferensi gelombang

gangguan (noise), sehingga dapat diperoleh karakteristik gelombang peluahan sebagian

secara jelas dari peluahan yang dihasilkannya.

2. Penelitian lebih lanjut sebaiknya menggunakan panjang sinyal atau jumlah titik data pada

osiloskop yang memiliki kapasitas lebih besar agar banyaknya interval antara peluhan


(5)

[1] Richard D. Finleyson. Handbook of Nondestructive Evaluation, chapter 10 –

Acoustic Emission Testing, pp10.-10.39. McGraw-Hill Companies, (2003).

[2] Bonggas L. Tobing. 2003.Dasar Teknik Pengujian Tegangan Tinggi. h. 12

[3] D. König, Y.N. Rao,“Partial Discharges imn Electrical Power Apparatus”. Berlin; Offenbach: VDE-Verlag, 1993, pp. 15-36

[4] Suwarno. 1996. Study on electrical treeing and partial discharge in Polymeric Insulating Materials, A Dissertation for The Doctor Degree at School of Enginering, Nagoya University, Japan.

[5] Nurlailati.2010.Analisis Degradasi Permukaan Bahan Isolasi Resin Epoksi karena Proses Penjejakan dan Erosi,Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

[6] Munteanu, R.1996.Silicone insulator use on the rise worldwide: Transmission and Distribution.

[7] Janus, Patrick. 2012Acoustic Emission properties of Partial Discharge in Time-Domain and Their Applcation. Master’s Degree Project, Stockholm,

Sweden.

[8] L. Satish and B. Nazneen. 2003.Wavelet-based de-noising of partial discharge signals buried inexcessive noise and interference”, IEEE Transactions on Dielectrics and Electrical Insulation, Vol. 10, No. 2,, pp. 354-367.

[9] X. Ma, C. Zhou and I.J.Kemp.2002“Interpretation of wavelet analysis and its application inpartial discharge detection”,IEEE Transactions on Dielectrics and Electrical Insulation, Vol. 9, No. 3, pp.446–457.


(6)

[10] D, Zhu, et al,(1994) Partial Discharge Detection in Cable Termination Using Acoustic Emission Techniques and Adaptive Signal Processing.Conferce Record of the 1994 IEEE International Symposium on Electrical Insulation. Pittsburgh, PA USA.

[11] Nainggolan, Jannus, et al,(2010) Diagnostics of Insulation Deterioration of Ethylene Propylene Rubber Using an Accoustic Emission Technique.IEEE, Vol.17,Issue 4. Pp.1242-1248.

[12] Ju-Chu, Hseish, et al,(2006) Evaluation And Comparasion of On-Line PD Detection Methods For High-Voltage Power Cable.Asia-Pasific Conference on NDT. Auckland, New Zealand.

[13] MM Yaacob, et al,(2013) Detection and Wavelet Analysis of Acoustic Emission Signal from Partial Discharge Captured by Multimode Optical Fiber and Piezoelectric Sensors in Insulation Oil.FKE (IVAT) and Advanced Teknologi Malaysia , Malaysia.

[14] Syakur, A., dan Suwarno “Karakteristik Partial Discharge Void pada

Kelembaban Tinggi”, Jurnal Teknik Tegangan Tinggi Indonesia, FOSTU,

Vol. 4, No. 2, Juli 2002.

[15] Sulistiawati ,Dyah Eka, et al,(2012) “Analisa Arus Bocor Permukaan Bahan Isolasi Resin Epoksi Silane Menggunakan Metode Pengukuran Inclined-Plane Tracking.Universitas Diponegoro, Semarang.


Dokumen yang terkait

RESPON SENSOR MONOPOLE UNTUK MENDETEKSI SINYAL ELEKTROMAGNETIK YANG DIPANCARAKAN OLEH SUMBER PELUAHAN SEBAGIAN (PARTIAL DISCHARGE)

7 32 61

KARAKTERISTIK PELUAHAN SEBAGIAN (PARTIAL DISCHARGE) PADA ISOLASI KARET SILIKON (SILICONE RUBBER) MENGGUNAKAN SENSOR EMISI AKUSTIK

9 49 53

PENGARUH POLUTAN INDUSTRI TERHADAP KINERJA BAHAN ISOLASI POLIMER RESIN EPOKSI BERPENGISI SILICONE RUBBER DAN ABU SEKAM

1 11 29

ANALISIS GUGUS FUNGSI KIMIA DAN DEGRADASI PERMUKAAN BAHAN ISOLASI RESIN EPOKSI BERPENGISI SILICONE RUBBER ANALISIS GUGUS FUNGSI KIMIA DAN DEGRADASI PERMUKAAN BAHAN ISOLASI RESIN EPOKSI BERPENGISI SILICONE RUBBER DAN ABU SEKAM YANG TERKONTAMINASI POLUTA

0 2 19

PENDAHULUAN ANALISIS GUGUS FUNGSI KIMIA DAN DEGRADASI PERMUKAAN BAHAN ISOLASI RESIN EPOKSI BERPENGISI SILICONE RUBBER DAN ABU SEKAM YANG TERKONTAMINASI POLUTAN INDUSTRI.

0 0 7

PENGARUH POLUTAN INDUSTRI TERHADAP ARUSBOCOR BAHAN ISOLASI RESIN EPOKSI DENGAN BAHAN PENGARUH POLUTAN INDUSTRI TERHADAP ARUS BOCOR BAHAN ISOLASI RESIN EPOKSI DENGAN BAHAN PENGISI SILICONE RUBBER DAN ABU SEKAM PADI.

0 1 20

PENDAHULUAN PENGARUH POLUTAN INDUSTRI TERHADAP ARUS BOCOR BAHAN ISOLASI RESIN EPOKSI DENGAN BAHAN PENGISI SILICONE RUBBER DAN ABU SEKAM PADI.

0 1 7

SIFAT HIDROFOBIK BAHAN ISOLASI RESIN EPOKSIBERPENGISI SILICONE RUBBER DAN ABU SEKAM PADI SIFAT HIDROFOBIK BAHAN ISOLASI RESIN EPOKSI BERPENGISI SILICONE RUBBER DAN ABU SEKAM PADI YANG TERKONTAMINASI POLUTAN INDUS.

0 1 18

PENDAHULUAN SIFAT HIDROFOBIK BAHAN ISOLASI RESIN EPOKSI BERPENGISI SILICONE RUBBER DAN ABU SEKAM PADI YANG TERKONTAMINASI POLUTAN INDUS.

0 1 6

ANALISIS PARTIAL DISCHARGE PADA MATERIAL POLIMER RESIN EPOKSI DENGAN MENGGUNAKAN ELEKTRODA JARUM BIDANG - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 8