KONTRIBUSI DAN PENGARUH BI RATE TERHADAP INFLASI, KURS DAN JUMLAH UANG BEREDAR (PERIODE 2007:01-2014:06)

ABSTRAK
KONTRIBUSI DAN PENGARUH BI RATE TERHADAP INFLASI, KURS
DAN JUMLAH UANG BEREDAR
(PERIODE 2007:01-2014:06)
Oleh
DENIS ARIS WIBOWO

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis peranan dan
pengaruh BI rate terhadap inflasi, kurs dan jumlah uang beredar selama periode
2007:01-2014:06. Alat analisis yang digunakan adalah Metode Vector Error
Correction Model (VECM). Variabel yang digunakan meliputi BI rate, inflasi,
kurs (Rp/$) dan jumlah uang beredar.
Hasil analisis menunjukan Bahwa: 1) Berdasarkan hasil analisis impulse response
dapat disimpulkan bahwa inflasi, kurs (Rp/$) dan jumlah uang beredar secara
cepat merespon perubahan shock BI rate pada awal periode setelah shock terjadi.
Pergerakan terhadap shock BI rate, inflasi merespon negatif. Sedangkan variabel
Kurs (Rp/$), pergerakan terhadap shock BI rate, kurs (Rp/$) merespon positif
Dan Shock variabel BI rate direspon variabel jumlah uang beredar negatif, 2)
Hasil analisis variance decomposition dari BI rate menunjukkan bahwa selain
berasal dari BI rate itu sendiri, variabel lain yang juga cukup besar dalam
menjelaskan dinamika BI rate yaitu Inflasi yaitu sebesar 40% pada akhir periode.

Hasil analisis variance decomposition dari dinamika inflasi paling besar
dijelaskan oleh variabel inflasi itu sendiri sebesar 97,3% , sedangkan variabel BI
rate dalam menjelaskan dinamika inflasi memberikan kontribusi sebesar 25%
hingga akhir periode. Dari hasil variance decomposition dari dinamika jumlah
uang beredar pada periode pertama paling besar dijelaskan oleh variabel jumlah
uang beredar itu sendiri yaitu sebesar 96,7%. Sedangkan variabel BI rate dalam
menjelaskan dinamika jumlah uang beredar memberikan kontribusi sebesar 3%.
Hasil variance decomposition dari dinamika kurs (Rp/$) dijelaskan oleh kurs
(Rp/$) itu sendiri yaitu sebesar 96%. Sedangkan variabel BI rate dalam
menjelaskan dinamika kurs (Rp/$) memberikan kontribusi sebesar 41% hingga
akhir periode.
Kata Kunci : BI rate, Inflasi, Kurs, Jumlah Uang Beredar dan VECM.

ABSTRACT
THE CONTRIBUTION AND INFLUENCE OF BI RATE TOWARDS
INFLATION, EXCHANGE RATE AND AMOUNT OF MONEY
CIRCULATION (PERIOD OF 2007:01-2014:06)
By
DENIS ARIS WIBOWO


The purposes of this research are to find out and to analyze the role of BI rate
towards inflation, curse, and amount of money circulation within the period of
2007:01-2014:06. The data was analyzed using Vector Error Correction Model
(VECM) method. The variables in this research included BI rate, inflation,
exchange rate (Rp/$), and the amount of money circulation.
In accordance with the data analysis, it was revealed mat: (1) From the impulse
response analysis it can be concluded that the inflation, exchange rate (Rp/$), and
amount of money circulation responded quickly towards the shock rate of BI in the
beginning of period after the shock occurred. The inflation response was negative
on the adjustment of BI shock rate; the exchange rate (Rp/$) response was positive;
and the money circulation response was negative. (2) From the variance
decomposition analysis it can be concluded that there was another factor
contributed to BI Rate Dynamics excluding BI rate itself, it was the inflation which
was 40% at the end of period. Based on the analysis of variance decomposition, it
was found that the biggest contributor of the Inflation Dynamics was the inflation
itself which was 97.3% and 25% was contributed by BT rate till the end of the
period. In the Dynamics of Money Circulation, the biggest contributor was the
money circulation itself which was 96.7% and only 3% was contributed by BI rate.
In Exchange Rate Dynamics, the biggest contributor was the exchange rate itself
which was about 96% and only 4% was contributed by BI rate till the end of the

period.
Keywords: BI rate, inflation, exchange rate, amount of money circulation, VECM

KONTRIBUSI DAN PENGARUH BI RATE TERHADAP INFLASI, KURS
DAN JUMLAH UANG BEREDAR 2007:01-2014:06

Oleh

DENIS ARIS WIBOWO

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA EKONOMI
Pada
Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG

2015

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Denis Aris Wibowo lahir pada tanggal 11 Desember 1991 di
Tanjung Karang, Provinsi Lampung. Penulis lahir sebagai anak keempat dari
empat bersaudara dari pasangan Bapak Ir. Rimin Suryono dan Ibu Nurhayati.
Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-Kanak (TK) Kartika Jaya, Bandar
Lampung pada tahun 1997 dan tamat pada tahun 1998. Selanjutnya penulis
meneruskan pendidikan di Sejahtera 01 Kedaton, Bandar Lampung, yang
diselesaikan pada tahun 2004. Kemudian, penulis melanjutkan pendidikan di
Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Budi Mulia Bandar Lampung dan tamat
pada tahun 2007. Pada tahun yang sama penulis meneruskan pendidikan di
Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN 9 Bandar Lampung dan tamat pada
tahun 2010.

Pada tahun 2010 penulis diterima di perguruan tinggi Universitas Lampung
melalui jalur Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB) pada
jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi yang sekarang berganti nama
menjadi Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Pada tahun 2014 penulis mengikuti

kegiatan KKN (Kuliah Kerja Nyata) di Pringsewu dan KKL (Kuliah Kunjung
Lapangan) di Bank Indonesia.

PERSEMBAHAN

Alhamdulillhirrabbil’alamin, segala puji hanya milik Allah SWT.
Ku persembahkan karya sederhana ini sebagai tanda cinta dan terima kasihku
kepada :

1.

Kedua orang tuaku, Akung dan Uti yang tidak pernah lelah untuk
mendoakan, memberikan semangat, motivasi, dan materi. Berusaha dengan
segenap daya upaya serta kesabaran untuk terciptanya keberhasilan masa
depanku, semoga Allah SWT senantiasa memberikan kesehatan kepada
Akung dan Uti tercinta.

2.

Serta kakak-kakakku tercinta, Nita Rismayanti, Hanan Tyo, Hadian Trie

Satya, Dhani Rosa Pratama, dan Erika Jayanti, Terimakasih atas perhatian,
serta keceriaan yang selalu memotivasi Denis. Kelak tumbuh dan Sukses
seperti impian orang tua kita. Amin. Buat Teteh Jihan, Dedek Saska dan
Dedek Aska, Kelak tumbuh dewasa dan Sukses. Amin.

3.

Wanita yang kelak mendampingi ku, yang kelak menjadi istri dalam keluarga
kecil ku, yang selalu disamping ku baik di dalam keadaan suka maupun duka.

4.

Almamater tercinta jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, Universitas Lampung.

MOTO

“Seseorang yang optimis akan melihat adanya kesempatan dalam setiap
malapetaka, sedangkan orang pesimis melihat malapetaka dalam setiap
kesempatan.”

(Nabi Muhammad SAW)

“Janganlah berputus asa. Tetapi jika anda sampai berada dalam keadaan putus
asa, berjuanglah terus meskipun dalam keadaan putus asa”
(Aristoteles)

“Mengejar materi memang perlu, tetapi jangan sampai mengabaikan keberadaan
keluarga, manfaatkanlah waktu luang bersama mereka”
“Hidup ini sulit, apa yg kamu inginkan tak akan selalu kamu dapatkan, namun
jangan pernah menyerah. Berusaha dan berdoa”
(Denis Aris Wibowo)

SANWACANA

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Kontribusi dan Pengaruh BI Rate Terhadap Inflasi, Kurs dan
Jumlah Uang Beredar 2007:01-2014:06” sebagai salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.


Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang tulus kepada semua
pihak yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan bantuan selama proses
penyelesaian skripsi ini. Secara khusus, penulis ucapkan terima kasih kepada:
1.

Bapak Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2.

Bapak Muhammad Husaini, S.E., M.E.P., selaku Ketua Jurusan Ekonomi
Pembangunan.

3.

Ibu Asih Murwiati, S.E., M.E., selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi
Pembangunan. Terima kasih untuk masukan dan saran-sarannya.

4.


Ibu Tiara Nirmala, S.E., M.Sc., selaku Pembimbing Skripsi dan kakak yang
baik hati. Terima kasih selama ini memberikan masukan dan motivasi untuk
selalu semangat dan berusaha.

5.

Bapak Thomas Andrian, S.E., M.Si selaku Pembimbing Skripsi atas
kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses
penyelesaian skripsi.

6.

Ibu Nurbetty Herlina S, S.E., M.Si., selaku dosen penguji yang telah
memberikan nasehat-nasehat yang sangat bermanfaat atas kritik dan saransarannya.

7.

Bapak Moneyzar Usman S.E.,M.Si., selaku Pembimbing Akademik.


8.

Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, yang telah memberikan ilmu
dan pelajaran yang sangat bermanfaat selama masa perkuliahan.

9.

Seluruh pegawai jurusan Ekonomi Pembangunan. Mas Kuswara, Mas feri,
Ibu Mardiana, Ibu Yati, Pakde Heriyanto, Pak Ikhman dan Mas Ma’ruf serta
para pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

10. Orang tuaku Tercinta, Ibu ku tersayang Uti Nurhayati dan Ayahku tercinta
akung Ir. R. Suryono dan Kakak-Kakakku Nita Rismayanti, S.Hub., Hadian
Trie Satya, S.E., Hanan Tyo, S.E., Dhani Rosa P, S.T., Mba Ika, S.S, beserta
keluarga besarku terima kasih atas semua limpahan kasih sayang, dukungan
doa, dan bantuan yang telah diberikan selama ini.
11. Untuk Anca Virisca Debby, S.H., Terima kasih untuk motivasi yang tak
pernah henti dan juga doa serta waktunya selama ini.
12. Sahabat-sahabat A108 yang telah berjuang bersama-sama. Yanu, Rendy,
Bolang, Sandi, Hasby, Ega, Abah Yogi, Alex, Wowok, Burja, Onal, Kevray,

Hadi, Andhyka, Irfan, Ade, Brama Terima kasih untuk segalanya. Percayalah
segala usaha yang telah kita lakukan selama ini kelak akan berbuah manis.

13. Teman-teman seperjuangan Ekonomi Pembangunan 2010. Febry, Dwi Adi,
Rangga, Dede, Dicky Wong, Dimas, Dhani, Fida, Eci, Nia, Virgie, Moza,
Princes, Gege, Ata, Citra, Astri, Cpew, Angga, Darus, Fany dan teman-teman
lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu satu karena telah
memberikan banyak warna dikehidupan penulis.
14. Teman-teman konsentrasi Moneter, Abi, Alex, Wowok, Dani Darmawan
Terimakasih telah berjuang bersama-sama dalam proses penyelesaian skripsi.
15. Keluarga ‘KKN Bandung Baru’ Ibu, Bapak, Mas Wanda, Helmi, preman
pringsewu, . Terima kasih untuk semua pengalaman dan pelajaran hidupnya.
16. Sahabat-sahabat klasik. Brother boy, S.E., M.M., Brother yaya, S.E., Brother
Oci, S.T., Brother Bagus, S.H., Brother Bayu, S.H., M.H. Brother Heru
eneng- eneng, S.S., Brother Dito, Brother Adi, S.E., Brother Tata, S.H., M.H.,
Brippol Dodi, S.H., Terima kasih untuk dukungannya selama ini.
17. Sahabat, Hilman, S.H., Eky jhon, Bripda Rizky, S.H., Dicky, S.Sos, Eca,
S.H., Rido, S.H., Dedi, Prima, Eko, Candra, Yogi, Mirat, Irfan, Irul, Perdi
Hasan.
18. Keluarga Besar Polri Bandar Lampung, Keluarga Besar TNI AD Korem,
Keluarga Besar Tenis Lampung, Terima kasih untuk motivasi selama ini.
19. Keluarga Besar TAZKIYA band. Oji, Yoga, Badrian, Anggi. Terima kasih
untuk motivasi dan dukungannya selama ini
20. Beberapa pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penulisan skripsi ini
yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Terima kasih.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, 26 Maret 2015
Penulis,

Denis Aris Wibowo

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1.

Respons Jumlah Permintaan Aset Terhadap Perubahan Kekayaan,
Perkiraan Imbal Hasil, Risiko, dan Likuiditas ........................................ 37

2.

Tabulasi ringkas hasil beberapa penelitian sebagai rujukan ................... 41

3.

Nama, Satuan Pengukuran Variabel Dan Sumber Data .......................... 44

4.

Hasil Uji Stasioneritas dickey fuller (DF) Unit Root Periode
Januari 2007 – Juni 2014 Pada Ordo Level............................................. 61

5.

Hasil Uji Stasioneritas dickey fuller (DF) Unit Root Periode
Januari 2007 – Juni 2014 Pada Level First-Difference ........................... 61

6.

Hasil Penentuan Lag Optimum ............................................................... 62

7.

Hasil Uji Kointegrasi Johansen ............................................................... 64

8.

Hasil Uji Stabilitas VAR ......................................................................... 65

9. Hasil Uji Kausalitas Granger (Granger Causality Test) dengan
Lag Optimum ........................................................................................... 66
10. Hasil estimasi VECM .............................................................................. 67
11. Hasil impuls respon BI rate, Inflasi, kurs dan jumlah uang beredar
terhadap shock BI rate............................................................................. 80
12. Hasil Variance Decomposition Dari BI rate ........................................... 83
13. Hasil Variance Decomposition Dari inflasi ............................................ 84
14. Hasil Variance Decomposition Dari JUB ............................................... 85
15. Hasil Variance Decomposition Dari Kurs (Rp/$) ................................... 86

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

1.

Hasil Uji Unit Root Pada Ordo Level ...................................................... L-1

2.

Hasil Uji Unit Root pada Ordo First difference ...................................... L-5

3.

Hasil penentuan Lag Optimum Berdasarkan AIC ................................... L-9

4.

Hasil Uji Kointegrasi Metode Johansen ................................................ L-10

5.

Hasil Uji Stabilitas VAR ..................................................................... L-13

1.

Hasil Uji Kausalitas Metode Engle-Granger ......................................... L-15

2.

Hasil Estimasi VECM ........................................................................... L-16

3.

Hasil Impuls Respon Function ............................................................... L-19

4.

Hasil Variance Decomposition .............................................................. L-23

5.

Data Penelitian ....................................................................................... L-26

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. Hubungan suku bunga (BI rate) dengan Inflasi Periode
2007:01-2014:06 ........................................................................................ 4
2. Hubungan Suku Bunga (BI rate) dengan kurs (Rp/$) Periode 2007:012014:06 ....................................................................................................... 6
3. Hubungan Suku Bunga (BI rate) dengan Jumlah Uang Beredar (m2)
Periode 2007:01-2014:06 ........................................................................... 8
4. Kerangka Pemikiran Teoritis...................................................................... 9
5. Respon Terhadap Uang Beredar yang Terus Meningkat ......................... 27
6. Keseimbangan Nilai tukar Rupiah - US Dollar ........................................ 34
7. Keseimbangan nilai tukar rupiah – dollar ................................................ 35
8. Inverse Root Hasil Uji Stabilitas VAR ..................................................... 65
9. Respon BI Rate Terhadap guncangan BI rate .......................................... 76
10. Respon Inflasi Terhadap Guncangan BI rate ........................................... 77
11. Respon Kurs Terhadap Guncangan BI rate ............................................. 77
12. Respon Jumlah Uang Beredar Terhadap Guncangan BI rate .................. 79
13. Persentase Kontribusi Variance Decomposition Dari BI rate.................. 83
14. Persentase Kontribusi Variance Decomposition Inflasi ........................... 85
15. Persentase Kontribusi Variance Decomposition JUB .............................. 86
16. Persentase Kontribusi Variance Decomposition Kurs (Rp/$) .................. 87

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI ......................................................................................................... i
DAFTAR TABEL .............................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... v

I . PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
A.
B.
C.
D.
E.
F.

Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
Rumusan Masalah ..................................................................................... 9
Tujuan Penelitian ...................................................................................... 9
Kerangka Pemikiran .................................................................................. 9
Hipotesis.................................................................................................. 10
Sistematika Penulisan.............................................................................. 11

II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 13
A. Landasan Teori ........................................................................................ 13
1. BI rate .............................................................................................. 13
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5

2.

3.

Mekanisme Penetapan BI Rate ........................................................... 14
Strategi Komunikasi BI Rate .......................................................... 16
Teori Suku Bunga ............................................................................ 17

Tipe-tipe Suku Bunga ............................................................... 19
Manfaat Suku Bunga dalam Perekonomian Nasional ............... 19
Inflasi ................................................................................................ 20
2.1 Jenis-Jenis Inflasi ...................................................................... 21
2.2 Pengaruh Inflasi ........................................................................ 23
2.3 Analisis Permintaan Dan Penawaran Agregat .......................... 25
2.4 Teori Kuantitas (Teori Irving Fisher) ....................................... 28
Kurs .................................................................................................. 29
3.1 Pengertian Kurs Valuta Asing................................................... 29
3.2 Hubungan Kurs dengan Suku Bunga ........................................ 31
3.3 Interest rate differential ............................................................ 32
3.4 Konsep Keseimbangan Nilai Tukar .......................................... 33
3.5 Teori Permintaan Asset ............................................................. 36

4.

Jumlah Uang Beredar ....................................................................... 37
4.1 Jumlah Uang Beredar Dalam Arti Sempit (M1) ...................... 38
4.2 Jumlah Uang Beredar Dalam Arti Luas (M2) ........................ 38
4.3 Teori Jumlah Permintaan Uang .................................................. 39
4.4 Suku Bunga Dan Permintaan Uang........................................... 40

III. METODE PENELITIAN .......................................................................... 44
A.
B.
C.
D.

Jenis dan Sumber Data ............................................................................ 44
Definisi Operasional Variabel ................................................................. 44
Model Analisis ........................................................................................ 46
Prosedur Analisis Data ............................................................................ 50
1. Uji Stasioneritas................................................................................. 51
2. Penentuan Lag Optimum ................................................................... 53
3. Uji Kointegrasi .................................................................................. 53
4. Uji Stabilitas VAR ............................................................................. 56
5. Uji Kausalitas Granger ...................................................................... 57
6. Estimasi VAR atau VECM ................................................................ 57
7. Impulse Responses Function dan Variance Decomposition .............. 58

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 60
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.

Hasil Uji Stasioneritas (Unit Root Test) .................................................. 60
Hasil Penentuan Lag Optimum ............................................................... 62
Hasil Uji Kointegrasi............................................................................... 63
Hasil Uji Stabilitas VAR ......................................................................... 64
Hasil Uji Kausalitas................................................................................. 66
Hasil Estimasi VECM ............................................................................. 67
Hasil Impulse Response........................................................................... 74
Hasil Variance Decomposition................................................................ 82

IV. SIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 88
A. Simpulan ................................................................................................. 88
B. Saran ........................................................................................................ 89
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

I.

A.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan Bank Sentral,
kebijakan moneter yang dijalankan di Indonesia adalah dengan cara menetapkan
kisaran BI Rate yaitu suku bunga kebijakan yang dikeluarkan Bank Indonesia
sebagai acuan dalam menjalankan kebijakan moneter dengan tujuan kestabilan
harga. Pengaruh kebijakan moneter pertama kali akan dirasakan oleh sektor
perbankan.

Suku bunga adalah satu kebijakan moneter yang dilakukan oleh Bank Sentral
dengan menambah atau mengurangi jumlah uang dengan cara menaikan atau
menurunkan tingkat suku bunga. Jika Bank Sentral menaikan tingkat suku bunga
diharapkan masyarakat tertarik untuk menyimpan uang di bank dan dengan
demikian jumlah uang yang beredar berkurang. Selain itu kenaikan suku bunga
tabungan akan meningkatkan suku bunga kredit, dengan naiknya suku bunga
kredit maka minat untuk mengajukan kredit akan berkurang.

Jika suku bunga turun, tentu keadaannya mencerminkan keadaan bahwa di
masyarakat jumlah uang harus ditambah. Dengan bunga yang rendah masyarakat
tidak tertarik untuk menabung dan suku bunga kredit akan turun dan

2
mengakibatkan masyarakat banyak tertarik untuk mengajukan pinjaman ke bank.
Dengan demikian jumlah uang yang beredar di masyarakat bertambah.
Penurunan suku bunga biasanya dilakukan pada saat perekonomian mengalami
kelesuan (resesi). Di Indonesia, kebijakan moneter terhadap penyesuaian tingkat
suku bunga tersebut dilakukan melalui penetapan BI rate.

BI rate mempunyai peranan penting dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
di Indonesia, karna BI rate menjadi patokan oleh perbankan. Dimana perbankan
menentukan suku bunga deposito maupun pinjaman melihat dari acuan suku
bunga yang dikeluarkan oleh bank sentral dan perbankan tidak akan melebihi
suku bunga deposito maupun pinjaman melebihi suku bunga nominal yang
dikeluarkan bank sentral.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi BI rate terhadap inflasi, BI rate
terhadap jumlah uang beredar, dan BI rate terhadap kurs. Dimana hubungan BI
rate terhadap inflasi saling berkesinambungan, BI Rate atau suku bunga Bank
Indonesia selanjutnya ditetapkan sebagai patokan bagi suku bunga pinjaman
maupun simpanan bagi bank dan atau lembaga-lembaga keuangan di seluruh
Indonesia.

Jika BI Rate dinaikkan, maka bank cenderung menaruh dana tabungan nasabah
mereka di BI daripada menyalurkan kembali ke masyarakat dalam bentuk kredit.
Sebab meskipun bunga yang ditetapkan BI lebih kecil dari bunga kredit namun
penjaminnya adalah pemerintah, sehingga resiko kredit macetnya sangat kecil,
bahkan mendekati nol. Jika dana milik masyarakat yang dipegang para bank
disimpan di BI, maka jumlah uang yang beredar di masyarakat akan berkurang,

3
dan pada akhirnya menurunkan tingkat inflasi. Itulah sebabnya BI Rate
merupakan instrumen yang biasanya cukup ampuh untuk menurunkan tingkat
inflasi. Jadi ketika tingkat inflasi ternyata melebihi ekspektasi, banyak pihak
kemudian menuntut agar BI segera menaikkan BI Rate-nya.

Tingginya angka inflasi dapat berdampak pada sektor perbankan. Oleh karena itu,
Bank Indonesia juga perlu untuk menetapkan tingkat suku bunga (BI Rate) yang
sesuai sebagai dasar atau patokan bank umum dan swasta untuk menentukan suku
bunga mereka agar mereka dapat tetap likuid dan menguntungkan. Salah satu
penyebab krisis yang dialami oleh Indonesia adalah inflasi yang berkepanjangan.
Dalam mengatasi masalah ekonomi terutama yang berkaitan dengan masalah
inflasi, biasanya digunakan kebijakan fiskal dan juga kebijakan moneter. Tetapi
dalam menghadapi masalah inflasi, kebijakan moneter selalu menjadi instrumen
yang paling berperan dalam pengendalian inflasi. Dan salah satu instrumen
moneter yang digunakan adalah melalui kebijakan jalur suku bunga yang
dikeluarkan oleh bank sentral atau di Indonesia dikenal dengan nama BI Rate.
Sebagaimana yang disebutkan dalam teori bahwa “Untuk mengatasi masalah
inflasi, tindakan yang perlu dijalankan bank sentral adalah mengurangi penawaran
uang dan menaikkan suku bunga” (Sadono Sukirno, 2004 ; 349).

4

$%&

#

"

!

#

' ( )'

Sumber : Statistik Ekonomi dan Keuangan – Bank Indonesia
Gambar 1. Hubungan suku bunga (BI rate) dengan Inflasi Periode 2007:012014:06

Pada Gambar 1, pergerakan BI rate terhadap pergerakan inflasi, jika BI rate naik
maka inflasi akan turun, tetapi pada tahun 2008 Indonesia mendapatkan dampak
dari krisis ekonomi global, sehingga pergerakan BI rate dan inflasi berhubungan
positif. Hal ini dapat dilihat pada bulan September 2008 BI rate mengalami
kenaikan sebesar 0,25% dari bulan sebelumnya, diikuti dengan pergerakan inflasi
yang ikut naik sebesar 0,29% dari bulan sebelumnya.

Krisis ekonomi global berdampak di Indonesia yang mengakibatkan nilai tukar
rupiah terhadap dollar melemah dan BI rate mengalami kenaikan yang secara
tidak langsung diakibatkan oleh krisis ekonomi global Hal ini dapat dilihat
ketika BI rate turun maka nilai tukar rupiah terhadap dollar akan melemah, hal ini

5
disebabkan para investor asing tidak tertarik untuk menaruh dananya di indonesia
dalam bentuk rupiah, melainkan menaruh dananya ke investasi asing lainnya.
Sebaliknya bila BI rate naik nilai tukar rupiah terhadap dollar akan menguat, hal
ini disebabkan para investor asing tertarik untuk menaruh dananya di Indonesia
dengan cara menukarkan mata uang mereka yaitu dollar ke rupiah, sehingga mata
uang rupiah menguat, yang mengakibatkan rupiah akan terapresiasi *Sadono
Sukirno, 2004) Hal ini menyebabkan hubungan BI rate dengan kurs rupiah
terhadap dollar positif.

Suku bunga memang sangat memegang peranan penting sekali dengan
pengendalian inflasi, hal ini disebabkan karena inflasi biasanya disebabkan karena
tingkat konsumsi masyarakat yang cenderung lebih konsumtif terutama pada saatsaat tertentu, misalnya libur nasional seperti Lebaran, Natal dan Tahun baru. Pada
saat itu sering terjadi kenaikan terhadap barang dan jasa yang diakibatkan karena
Tingkat permintaan barang dan jasa melebihi tingkat penawaran barang dan jasa
tersebut. “Kenaikan suku bunga dapat menguatkan nilai tukar melalui
peningkatan (positive). Demikian juga Bank Indonesia dapat mempengaruhi
ekspektasi masyarakat melalui kebijakan yang konsisten dan kredibel”. (Bank
Indonesia dalam Inflation Targeting Framework)

6

+
+
+
+
,
+
#

$%&
- )

+

#

#

+

Sumber : Statistik Ekonomi dan Keuangan – Bank Indonesia
Gambar 2. Hubungan Suku Bunga (BI rate) dengan kurs (Rp/$) Periode
2007:01-2014:06

Pada Gambar 2, pergerakan BI rate terhadap kurs (Rp/$) cenderung berfluktuatif.
Maka di duga suku bunga (BI rate) dengan kurs (Rp/$) berhubungan positif.
Dikarenakan apabila suku bunga (BI rate) mengalami kenaikan, maka nilai tukar
rupiah terhadap dollar juga akan mengalami kenaikan. Pada november 2013 BI
rate mengalami kenaikan sebesar 0,25% dari bulan sebelumnya hal ini diikuti
dengan nilai tukar rupiah pada Novermber 2013 mengalami kenaikan sebesar Rp
247 dari bulan sebelumnya.

Jika BI Rate dinaikkan, maka masyarakat cenderung menaruh dana tabungan
nasabah mereka di bank daripada menyalurkan kembali ke masyarakat *Sadono
Sukirno, 2004). Sebab meskipun bunga yang ditetapkan BI lebih kecil dari bunga

7
kredit namun penjaminnya adalah pemerintah, sehingga resiko kredit macetnya
sangat kecil, bahkan mendekati nol. Jika dana milik masyarakat yang dipegang
para bank disimpan di BI, maka jumlah uang yang beredar di masyarakat akan
berkurang, ketika jumlah uang yang beredar di masyarakat berkurang,
pertumbuhan inflasi memang akan tertekan.

Namun di sisi lain juga beresiko menekan pertumbuhan ekonomi. Misalnya, jika
bank memilih untuk tidak memberikan pinjaman modal ke pengusaha karena
lebih menguntungkan untuk menyimpan dana di BI, maka para pengusaha
tentunya akan kesulitan mengembangkan usahanya, dan pada akhirnya akan
menekan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Karena itulah, jika
kemudian tingkat inflasi telah terkendali, maka BI bisa menurunkan kembali BI
Rate-nya, agar dana yang tadinya diendapkan bisa kembali dikucurkan ke
masyarakat, untuk menumbuhkan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja. Ke
depan, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan kredit akan melambat
seiring dengan kenaikan suku bunga, perlambatan permintaan domestik dan
kebijakan makroprudensial yang ditempuh oleh Bank Indonesia.

8

+,

+

+

+

#+,

+

#+

+

+,

+

$%&

+

+

.

+,

+

+

+

,

#

#
"

!

+

#

,

Sumber : Statistik Ekonomi dan Keuangan – Bank Indonesia
Gambar 3. Hubungan Suku Bunga (BI rate) dengan Jumlah Uang Beredar
Periode 2007:01-2014:06

Pada Gambar 3, pergerakan BI rate terhadap pergerakan jumlah uang beredar
cenderung berfluktuaktif, ketika suku bunga (BI rate) turun, maka jumlah uang
beredar akan naik, karna jumlah uang beredar ketika naik akan mengakibatkan
inflasi , dimana ketika terjadinya inflasi maka BI rate akan naik, hal ini secara
tidak langsung berhubungan negatif antara BI rate dengan jumlah uang beredar.
Pada Juli 2008 BI rate mengalami kenaikan sebesar 0,25% dari bulan
sebelumnya, diikuti dengan penurunan oleh M2 yaitu sebesar 20460 milliar dari
bulan sebelumnya.

9
B.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini
adalah :
1.

Bagaimana respon inflasi, Kurs (Rp/$) dan Jumlah Uang Beredar terhadap
shock BI rate di indonesia?

2.

Berapa besar kontribusi variabel BI rate terhadap inflasi, kurs (Rp/$) dan
jumlah uang beredar?

C.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1.

Mengetahui respon Inflasi, Kurs (Rp/$) dan Jumlah Uang Beredar
terhadap shock yang terjadi pada variabel BI rate

2.

Menganalisis berapa besar kontribusi variabel BI rate terhadap inflasi,
Kurs (Rp/$) dan jumlah uang beredar

D.

Kerangka Pemikiran Teoritis

Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini, yaitu :

Inflasi

Kurs (Rp/$)

BI Rate

Gambar 4. Kerangka Pemikiran Teoritis

Jumlah Uang
Beredar

10
Pergerakan Suku Bunga (BI Rate) dalam penelitian ini dipengaruhi oleh faktorfaktor Berikut ini yaitu : Inflasi, Kurs (Rp/$), Jumlah Uang Beredar yang
berhubungan dengan pergerakan Suku Bunga (BI Rate), ketika BI rate naik maka
inflasi akan turun sehingga jumlah uang beredar akan turun, hal ini karena para
masyarakat yang memiliki dana lebih memilih menanamkan dananya ke bank.

Dengan bunga yang tinggi masyarakat lebih tertarik memilih menanamkan
dananya dalam bentuk simpanan atau deposito di bank daripada membelanjakan
uangnya. Jika BI rate naik maka nilai kurs rupiah terhadap dollar naik. Sehingga
hubungan BI rate dengan kurs rupiah terhadap dollar berpengaruh positif, bila BI
rate naik nilai tukar rupiah terhadap dollar akan menguat, hal ini disebabkan para
investor asing tertarik untuk menaruh dananya di Indonesia dengan cara
menukarkan mata uang mereka yaitu dollar ke rupiah, sehingga mata uang rupiah
menguat, yang mengakibatkan rupiah akan terapresiasi. Sebaliknya ketika mata
uang rupiah menguat maka kurs ($/Rp) akan melemah, yang mengakibatkan
dollar akan terdepresiasi. Sehingga hubungan BI rate dengan kurs dollar terhadap
rupiah berpengaruh negatif.
E.

Hipotesis Penelitian

Hipotesis berperan sebagai pedoman pelaksanaan penelitian dan membantu
membuat rancangan kesimpulan. Adapun hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :

11
1.

Diduga variabel inflasi dan jumlah uang beredar merespon shock variabel
BI rate secara negatif sedangkan variabel kurs rupiah terhadap dollar
merespon positif.

2.

Diduga variabel BI rate memberikan kontribusi terhadap inflasi, Kurs
(Rp/$) dan jumlah uang beredar.

F.

Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai
berikut :
BAB I

PENDAHULUAN

Berisi tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian,
Kerangka Pemikiran, Hipotesis, serta Sistematika penulisan.
BAB II

LANDASAN TEORI

Berisi tentang teori teori ekonomi yang memiliki kaitan dengan penelitian ini serta
penelitian terdahulu yang menjadi rujukan serta acuan dalam penelitian ini.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Berisi tentang tahapan penelitian, penentuan sampel, jenis dan sumber data,
metode pengumpulan data, serta metode analisis data.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berisi tentang hasil penelitian secara sistematika kemudian dianalisis dengan
menggunakan metode penelitian yang telah ditetapkan untuk selanjutnya diadakan
pembahasan.

12
BAB V

PENUTUP

Berisi tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1.

BI rate

Sebagaimana yang disebutkan dalam Inflation Targeting Framework bahwa BI
Rate merupakan suku bunga acuan Bank Indonesia dan merupakan sinyal (stance
) dari kebijakan moneter Bank Indonesia. “BI Rate adalah suku bunga instrumen
sinyaling Bank Indonesia yang ditetapkan pada RDG (Rapat Dewan Gubernur)
triwulanan untuk berlaku selama triwulan berjalan (satu triwulan), kecuali
ditetapkan berbeda oleh RDG bulanan dalam triwulan yang sama”. (Bank
indonesia dalam Inflation Targeting Framework)

Dari pengertian tersebut terlihat jelas bahwa BI Rate berfungsi sebagai sinyal dari
kebijakan moneter Bank Indonesia, dengan demikian dapat diambil kesimpulan
bahwa respon kebijakan moneter dinyatakan dalam kenaikan, penurunan, atau
tidak berubahnya BI Rate tersebut. “BI Rate adalah suku bunga dengan tenor satu
bulan yang diumumkan oleh Bank Indonesia secara periodik untuk jangka waktu
tertentu yang berfungsi sebagai sinyal (stance) kebijakan moneter”. (Dahlan
siamat, 2005;139)

14
Dari pengertian yang dikeluarkan oleh Dahlan Siamat tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa Bi Rate digunakan sebagai acuan dalam operasi moneter untuk
mengarahkan agar rata-rata tertimbang suku bunga SBI-1 bulan hasil lelang OPT
(Operasi Pasar Terbuka) berada disekitar BI Rate. Selanjutnya suku bunga SBI-1
bulan tersebut diharapkan akan mempengaruhi suku bunga pasar uang antar Bank
(PUAB), suku bunga deposito dan kredit serta suku bunga jangka waktu yang
lebih panjang.

1.1 Mekanisme Penetapan BI Rate
BI Rate ditetapkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia dalam Rapat Dewan
Gubernur (RDG) triwulanan setiap bulan Januari, April, Juli dan Oktober. Dalam
kondisi tertentu, jika dipandang perlu, Bi Rate dapat disesuaikan dalam RDG pada
bulan-bulan yang lain.

Pada dasarnya perubahan BI Rate menunjukkan penilaian Bank Indonesia
terhadap prakiraan Inflasi ke depan dibandingkan dengan sasaran Inflasi yang
ditetapkan. Pelaku pasar dan masyarakat akan mengamati penilaian Bank
Indonesia tersebut melalui penguatan dan transparansi yang akan dilakukan,
antara lain dalam Laporan Kebijakan Moneter yang disampaikan secara
triwulanan dan press release bulanan. “Operasi Moneter dengan BI Rate
dilakukan melalui lelang mingguan dengan mekanisme variabel rate tender dan
multiple price allotments”. (Dahlan Siamat,2005; 140)

Dengan demikian sinyal respon kebijakan moneter melalui BI Rate yang
ditetapkan oleh Bank indonesia akan diperkuat melalui berbagai transaksi

15
keuangan di pasar keuangan. “Untuk meningkatkan efektifitas pengendalian
likuiditas di pasar, Bank Indonesia akan memperkuat operasi moneter harian
melalui instrumen Fine-Tune Operations (FTO) dengan underlying instrument
SBI dan SUN”. (Dahlan Siamat, 2005;140)

Proses Penetapan respon kebijakan moneter dalam hal ini BI Rate:
-

Penetapan respon kebijakan moneter dilakukan dalam RDG triwulanan.

-

Respon kebijakan moneter diharapkan untuk periode satu triwulan kedepan.

-

Penetapan respon kebijakan moneter dilakukan dengan memperhatikan efek
tunda (Lag) kebijakan moneter dalam mempengaruhi inflasi.

Dalam kondisi yang luar biasa, penetapan respon kebijakan moneter dapat
dilakukan dalam RDG bulanan. (Bank Indonesia dalam Inflation Targeting
Framework)
Selain itu yang menjadi pertimbangan dalam penetapan respon kebijakan tersebut
adalah :

BI Rate merupakan respon bank sentral terhadap tekanan inflasi ke depan agar
dapat tetap berada pada sasaran yang telah ditetapkan. Perubahan BI Rate
dilakukan terutama jika deviasi proyeksi inflasi terhadap targetnya dipandang
telah bersifat permanen dan konsisten dengan informasi dan indikator lainnya.
BI Rate ditetapkan oleh Dewan Gubernur secara diskresi dengan
mempertimbangkan rekomendasi BI Rate yang dihasilkan oleh fungsi reaksi
kebijakan dalam model ekonomi untuk pencapaian sasaran inflasi. Berbagai
informasi lainnya seperti leading indocators, expert opinion, asesmen faktor

16
resiko dan ketidakpastian serta hasil-hasil riset ekonomi dan kebijakan moneter.
(Bank Indonesia dalam Inflation Targeting Framework)

1.2 Strategi Komunikasi BI Rate

Untuk lebih memudahkan masyarakat memahami tentang kebijakan moneter
Bank Indonesia yang dilihat dari perubahan BI Rate, maka dilakukan berbagai
strategi komunikasi terhadap masyarakat Tujuan strategi komunikasi ini menurut
Dahlan Siamat adalah : “untuk membantu secara bertahap menurunkan dan
mengarahkan ekspektasi inflasi di masyarakat ke sasaran inflasi yang ditetapkan”.

Hal ini menjadi sangat penting karena di Indonesia pengaruh dari ekspetasi inflasi
sebagai faktor penyebab inflasi, disamping dampak administered prices, volatile
foods dan pengaruh langsung nilai tukar (direct exchange rate pass-trough).
Selain melalui press release dan konferensi pers yang secara reguler
mengumumkan keputusan RDG, penguatan strategi komunikasi tersebut
dilakukan melalui penerbitan Laporan Kebijakan moneter secara triwulanan. Di
dalamnya akan memuat assesmen menyeluruh Bank Indonesia mengenai
perkembangan terkini makroekonomi, inflasi, kondisi moneter, prakiraan inflasi
kedepan, dan respon kebijakan moneter yang diperlukan untuk membawa inflasi
ke arah sasaran inflasi yang telah ditetapkan.

Strategi komunikasi lain yang lazim dipraktekan oleh bank-bank sentral yang
menerapkan ITF (Inflation Targeting Framework) adalah dengan penjelasanpenjelasan Dewan Gubernur mengenai kebijakan moneter di berbagai kesempatan
maupun publikasi dan penjelasan mengenai kerangka kebijakan moneter yang

17
baru, proses inflasi di Indonesia, proses perumusan kebijakan moneter, modelmodel prakiraan ekonomi, maupun operasi operasi moneter. Selain itu juga
melalui media elektronik dan juga website Bank Indonesia.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa strategi komunikasi yang dilakukan
oleh Bank Indonesia adalah melalui :
1.

Press Realease.

2.

Laporan Kebijakan moneter secara triwulanan.

3.

Publikasi dan penjelasan Dewan Gubernur.

4.

Media elektronik.

5.

Situs resmi Bank Indonesia.

Selain strategi komunikasi terhadap masyarakat, diperlukan juga koordinasi
dengan pemerintah agar kebijakan moneter yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia
dalpat sejalan dengan kebijakan umum pemerintah.
1.3 Teori Suku Bunga
Terdapat beberapa acuan teori mengenai suku bunga yang digunakan untuk
menganalisis dalam penelitian ini. Beberapa teori tersebut diantaranya adalah
1.3.1 Teori Suku Bunga Fisher
Suku bunga atau tingkat bunga adalah hal yang penting diantara variabel-variabel
makroekonomi. Esensinya, tingkat bunga adalah harga yang menghubungkan
masa kini dan masa depan.

Terdapat dua tingkat suku bunga yaitu tingkat bunga rill dan nominal. Ekonom
menyebutkan bahwa tingkat bunga yang dibayar bank sebagai tingkat bunga

18
nominal (nominal interest rate) dan kenaikan dalam daya beli masyarakat dengan
tingkat bunga rill (real interest rate). Jika i menyatakan tingkat bunga nominal, r
tingkat bunga rill, dan

tingkat inflasi, maka hubungan diantara ketiga variabel

ini bisa ditulis sebagai:
r=i–

................................( 1)

Tingkat bunga rill adalah perbedaan diantara tingkat bunga nominal dan tingkat
inflasi. Persamaan diatas disebut persamaan fisher (fisher equation). Persamaan
tersebut menunjukan bahwa tingkat bunga dapat berubah karena dua alasan yaitu
karena tingkat bunga rill berubah atau karena tingkat inflasi berubah
(mankiw,2000).
1.3.2 Teori Tingkat Bunga Keynes
Keynes berpendapat bahwa bunga adalah semata-mata merupakan gejala moneter,
bunga adalah sebuah pembayaran untuk menggunakan uang. Berdasarkan
pendapat tersebut, Keynes menganggap adanya pengaruh uang terhadap sistem
perekonomian seluruhnya. Dalam buku klasiknya the general theory, Keynes
menjabarkan pandangannya tentang bagaimana tingkat bunga ditentukan dalam
jangka pendek. Penjelasan itu disebut teori preferensi likuiditas, dimana teori ini
menyatakan bahwa tingkat bunga ditentukan oleh keseimbangan dari penawaran
dan permintaan uang.

19
1.4 Tipe-tipe Suku Bunga
Ada 2 tipe suku bunga, yaitu :
1.4.1 Real interest rate
Koreksi atas tingkat inflasi dan didefenisikan sebagai nominal interest rate
dikurangi dengan tingkat inflasi.
Real rate = Nominal Rate – Rate of inflation
1.4.2 Nominal interest rate
Tingkat suku bunga yang biasanya tertera di rekening koran dimana mereka
memberikan tingkat pengembalian untuk setiap investasi yang dilakukan.
1.5 Manfaat Suku Bunga dalam Perekonomian Nasional
1.5.1

Peranan suku bunga terhadap perekonomian bertujuan untuk menstabilkan

nilai tukar melalui kebijakan fiskal ataupun kebijakan moneter. Kebijakan fiskal
yang berkesinambungan berusaha menekan defisit anggaran serendah mungkin,
baik melalui peningkatan pajak maupun pengurangan subsidi. Dari sisi moneter,
sejak pertengahan tahun 2005 telah terjadi perubahan pardigma, yakni perubahan
dari stabilisasi yang berbasis jumlah uang beredar menjadi Inflation Targeting
Framework dengan menggunakan instrumen suku bunga. Secara operasional,
kebijakan moneter dicerminkan oleh kebijakan penetapan suku bunga (BI Rate)
yang diharapkan akan mempengaruhi suku bunga pasar uang dan suku bunga
deposito serta suku bunga kredit perbankan.

20
1.5.2

Menentukan jenis-jenis investasi yang akan memberi keuntungan kepada

para pengusaha apabila tingkat pengembalian modal yang mereka peroleh
melebihi tingkat bunga. Dengan demikian besarnya investasi dalam suatu jangka
waktu tertentu adalah sama dengan nilai dari seluruh investasi yang tingkat
pengembalian modalnya adalah lebih besar atau sama dengan tingkat bunga.
1.5.3

Dengan turunnya tingkat resiko usaha akan menyebabkan penurunan pada

tingkat suku bunga perbankan. Penurunan tersebut menyebabkan penambahan
jumlah kredit perbankan yang dikucurkan yang akhirnya akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi.
2. Inflasi
Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus
menerus Sukirno (2002). Akan tetapi bila kenaikan harga hanya dari satu atau
dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas atau
menyebabkan kenaikan sebagian besar dari harga barang-barang lain
(Boediono,2000). Kenaikan harga-harga barang itu tidaklah harus dengan
persentase yang sama.Inflasi merupakan kenaikan harga secara terus-menerus dan
kenaikan harga yang terjadi pada seluruh kelompok barang dan jasa (Pohan,
2008). Bahkan mungkin dapat terjadi kenaikan tersebut tidak bersamaan. Yang
penting kenaikan harga umumbarang secara terus-menerus selama suatu periode
tertentu. Kenaikan harga barang yang terjadi hanya sekali saja, meskipun dalam
persentase yang cukup besar dan terus-menerus, bukanlah merupakan inflasi
(Nopirin, 2000). Kenaikan sejumlah bentuk barang yang hanya sementara dan
sporadis tidak dapat dikatakan akan menyebabkan inflasi.

21
Tingkat inflasi antara negara yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda, seperti
inflasi di Indonesia dalam keadaan normal biasanya di bawah 10% per tahun.
Tetapi tingkat itu dapat berubah-ubah, seperti ketika terjadi krisis ekonomi di
Indonesia, tingkat inflasi mencapai kurang lebih 80%. Tingkat inflasi setinggi ini
juga pernah terjadi di negara-negara lain. Bahkan negara-negara Amerika Latin
seperti Meksiko dan Brasil, pernah mengalami hiperinflasi yaitu diatas 100%.

Ada beberapa definisi inflasi yang dikemukakan oleh ahli-ahli ekonomi di
antaranya adalah:
1.

A.P. Lerner:

Inflasi adalah keadaan dimana terjadi kelebihan permintaan terhadap barangbarang dalam perekonomian secara keseluruhan.
2.

G. Cowt Hrey:

Inflasi adalah suatu keadaaan dari nilai uang turun terus-menerus dan harga naik
terus.
3.

Hawtry:

Inflasi adalah suatu keadaan karena terlalu banyak uang beredar.
2.1 Jenis-Jenis Inflasi

Inflasi dapat digolongkan sebagai berikut:
2.1.1 Penggolongan berdasarkan sifat
Inflasi ringan (100% setahun), dimana inflasi ini paling parah akibatnya.
Masyarakat tidak lagi berkeinginan untuk menyimpan uang, nilai uang
merosot dengan tajam, sehingga ditukar dengan barang. Harga-harga naik
lima hingga enak kali. Biasanya keadaan ini timbul oleh adanya perang yang
dibelanjai atau ditutupi dengan mencetak uang.
2.1.2 Berdasarkan sebab terjadinya, inflasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
2.1.2.1 Demand pull inflation.
Adalah inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat terhadap akan berbagai
barang terlalu kuat. Demand pull inflation terjadi karena kenaikan permintaan
agregat dimana kondisi perekonomian telah berada pada kesempatan kerja penuh.
Jika kondisi produksi telah berada pada kesempatan kerja penuh, maka kenaikan
permintaan tidak lagi mendorong kenaikan output ataupun produksi tetapi hanya
mendorong kenaikan harga-harga yang disebut inflasi murni. Kenaikan
permintaan yang melebihi produk domestic bruto akan menyebabkan inflationary
gap yang menyebabkan inflasi.

23
2.1.2.2 Cost Push Inflation
Adalah inflasi yang timbul karena kenaikan biaya produksi. Pada cost push
inflation tingkat penawaran lebih rendah dibandingkan tingkat permintaan.
Karena adanya kenaikan harga faktor produksi sehingga produsen terpaksa
mengurangi produksinya sampai pada jumlah tertentu. Penawaran agregat terus
menurun karena adanya kenaikan biaya produksi.

2.1.2.3 Mixed Inflation
Merupakan gejala kombinasi antara unsure inflasi yang disebabkan karena
kenaikan permintaan dan kenaikan biaya produksi. Pada umumnya bentuk yang
sering terjadi adalah inflasi campuran, yaitu kombinasi dari kenaikan permintaan
dan kenaikan biaya produksi, dan sering sekali keduanya saling memperkuat satu
sama lain.
2.2 Pengaruh Inflasi
Akibat buruk inflasi dapat dibedakan dalam dua aspek, yaitu:
a.

Akibatnya terhadap perekonomian.

-

Inflasi menggalakkan spekulasi penanaman modal

-

Tingkat bunga meningkat dan akan mengurangi investasi

-

Terjadi defisit dalam neraca perdagangan serta meningkatkan besarnya utang
luar negeri

b.

Akibatnya terhadap individu dan masyarakat

-

Memperburuk distribusi pendapatan

-

Pendapatan riil merosot dan nilai tabungan juga merosot.

24
Inflasi dapat mempengaruhi distribusi pendapatan, alokasi faktor produksi serta
produk nasional. Efek terhadap distribusi pendapatan disebut dengan equity
effect, sedangkan efek terhadap alokasi faktor produksi dan pendapatan nasional
masing-masing disebut dengan efficiency dan output effects (Nopirin, 2000).

- Efek terhadap Pendapatan (Equity Effect)
Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan tetapi ada
pula yang diuntungkan dengan adanya inflasi. Seorang yang memperoleh
pendapatan tetap akan dirugikan oleh adanya inflasi. Demikian juga orang yang
menumpuk kekayaannya dalam bentuk uang kas akan menderita kerugian karena
adanya inflasi. Sebaliknya, pihak-pihak yang mendapat keuntungan dengan
adanya inflasi adalah mereka yang memperoleh kenaikan pendapatan dengan
persentase yang lebih besar dari laju inflasi, atau mereka yang mempunyai
kekayaan bukan uang dimana nilainya akan naik dengan persentase lebih besar
daripada laju inflasi. Dengan demikian inflasi dapat menyebabkan terjadinya
perubahan dalam pola pembagian pendapatan dan kekayaan masyarakat.

- Efek terhadap Efisiensi (Efficiency Effect)
Inflasi dapat pula mengubah pol