Perumusan Masalah Gunung Sinabung Tanah Karo

3 Abu vulkanik atau pasir vulkanik adalah bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan ke udara saat terjadi suatu letusan. Abu maupun pasir vulkanik terdiri dari batuan berukuran besar sampai berukuran halus, yang berukuran besar biasanya jatuh disekitar sampai radius 5-7 km dari kawah, sedangkan yang berukuran halus dapat jatuh pada jarak mencapai ratusan hingga ribuan kilometer. Material erupsi gunung ini mempunyai ukuran bervariasi dari batuan, kerikil, pasir sampai debu halus. Material letusan tersebut antara lain adalah Abu vulkanik, lava, gas beracun, hingga batuan beku yang terlempar ke atmosfer Jika tidak ada letusan gunung api maka tanah secara alami bekembang menjadi tua, akibatnya produktivitas dan daya dukungnya juga terus menurun dengan berjalannya waktu. Aliran lava dan lahar halus asal letusan saat ini merupakan sumberdaya alam luar biasa dan strategis, tetapi peluang dan kesempatan pemanfaatannya hanya bersifat lokal secara alami. Letusan gunung api akan membawa perubahan mendasar yang menguntungkan pada sumberdaya tanah yang terjangkau oleh material letusan karena terjadi ”peremajaan rejuvenation dan pengayaan enrichment tanah secara alami. Karakteristik lahan dapat diukur atau dianalisis tanpa memerlukan usaha-usaha yang sangat besar. Karakteristik lahan sangat diperlukan dalam suatu evaluasi lahan, yaitu proses pendugaan potensi lahan untuk berbagai alternatif penggunaannya. Kegiatan evaluasi lahan antara lain meliputi kegiatan survei bentang alam, survei tanah, tipe dan distribusi vegetasi, serta pengamatan iklim. Dalam prakteknya, data ini sering dikumpulkan bersamaan dengan pelaksanaan survei tanah. Hasil kajian terhadap karakteristik lahan dapat digunakan untuk berbagai kegunaan, diantaranya adalah untuk memberikan arahan pengelolaan kawasan hutan dan evaluasi kondisi daerah aliran sungai. Ada beberapa aspek karakteristik lahan yang akan digunakan untuk menilai kualitas suatu lahan, antara lain iklim curah hujan, suhu, kelembaban, tanah tekstur, kedalaman efektif, drainase, retensi hara KTK, KB, pH, ketersediaan hara N total, P tersedia, K dapat ditukar, serta persyaratan pengolahan dan konservasi.

1.2. Perumusan Masalah

Erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Tanah Karo pada bulan September 2013 hingga Februari 2014 lalu, masih banyak menyisakan lahan pertanian yang tertutup oleh deposit material vulkanik, bahkan ada yang kedalamannya lebih dari 50 cm. Aktivitas pencarian nafkah mayoritas korban bencana pun masih sulit karena kondisi fisik dan kimiawi lahan yang masih sulit 4 dibudidayakan. Rehabilitasi lahan perlu untuk terus diupayakan oleh berbagai pihak guna kembali menghidupkan aktivitas perekonomian petani. Namun perlu diteliti lebih lanjut apakah deposit material vulkanik tersebut saja dapat memberikan produksi yang optimal untuk komoditas tertentu, atau memerlukan pengayaan amelioran bahan organik agar memiliki mampu mendukung produksi yang optimal. Perlu dipelajari lebih lanjut pengaruh penambahan bahan organik dan mulsa yang relatif minim pada pertumbuhan komoditas pertanian yang bernilai ekonomis tinggi terhadap tanah endapan deposit vulkanik, agar diketahui upaya yang tepat untuk rehabilitasi lahan lereng Gunung Sinabung Tanah Karo Sumatera Utara. Bertitik tolak dari latar belakang diatas maka peneliti merumuskan permasalahannya sebagai berikut: 1. Apakah penambahan abu volkanik memberi pengaruh terhadap perubahan sifat fisik, kimia dan biologi, tanah dan air lokasi eruspi gunung Sinabung 2. Apakah rehabilitasi sifat fisika dapat memperbaiki tingkat kesuburan tanah pasca erupsi gunung Sinabung. 3. Apakah perbaikan sifat kimia dan bilogi tanah dapt berpengaruh terhadap perbaikan kesuburan tanah. 5 BAB. 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gunung Sinabung Tanah Karo

Gunung Sinabung merupakan salah satu gunung di dataran tinggi Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Indonesia. Koordinat puncak Gunung Sinabung adalah 03 o 10‟ LU dan 98 o 23‟ BT dengan puncak tertinggi gunung ini adalah 2.460 meter dari permukaan laut yang menjadi puncak tertinggi di Sumatera Utara. Gunung ini belum pernah tercatat meletus sejak tahun 1600. Aktivitas Gunung Sinabung terjadi pada tanggal 27 Agustus 2010, gunung ini mengeluarkan asap dan abu vulkanis. Kemudian, tanggal 17 September 2013, gunung Sinabung mengeluarkan lava. Abu Gunung Sinabung cenderung meluncur dari arah barat daya menuju timur laut. Letusan Gunung Sinabung menyemburkan debu vulkanis setinggi 3-5 kilometer dan gempa bumi vulkanis yang dapat terasa hingga lebih dari 100 kilometer di sekitar gunung ini. Hasil dari erupsi Gunung Sinabung tersebut mengeluarkan kabut asap yang tebal berwarna hitam disertai hujan pasir ,dan debu vukanik yang menutupi ribuan hektar tanaman para petani yang berjarak dibawah radius enam kilometer tertutup debu tersebut. Debu vulkanik mengakibatkan tanaman petani yang berada di lereng gunung banyak yang mati dan rusak. Tanah-tanah yang berada disekitar kawasan Gunung Sinabung sebelum meletus akhir-akhir ini memiliki kesuburan yang lebih tinggi sehingga tanaman yang tumbuh di atasnya dapat tumbuh subur. Hal ini disebabkan oleh material- material yang dikeluarkan dari gunung tersebut pada letusan sebelumnya mengandung hara yang baik bagi tanah setelah melapuk. Debu dan pasir vulkanik yang disemburkan ke langit mulai dari berukuran besar sampai berukuran yang lebih halus. Debu dan pasir vulkanik ini merupakan salah satu batuan induk tanah yang nantinya akan melapuk menjadi bahan induk tanah dan selanjutnya akan mempengaruhi sifat dan ciri tanah yang terbentuk.

2.2. Abu Vulkan dan Kesuburan Tanah