CHARACTERIZING SPEECH ACT OF TEACHER IN LEARNING ACTIVITIES IN KARUNIA IMANUEL BANDAR LAMPUNG KINDERGARTEN OF 2013/2014 ACADEMIC YEAR ABSTRAK TINDAK TUTUR GURU YANG BERKARAKTER DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN DI TK KARUNIA IMANUEL BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJAR

ABSTRACT
CHARACTERIZING SPEECH ACT OF TEACHER IN LEARNING
ACTIVITIES IN KARUNIA IMANUEL BANDAR LAMPUNG
KINDERGARTEN OF 2013/2014 ACADEMIC YEAR

By
Maria Kristiningsih

Issue of the study is the characterizing speech act of teacher in the learning
activities in Karunia Kindergarten of Immanuel of 2013/2014 Academic Year.
This study aims to describe the characterizing speech act of teacher in the learning
activities that potentially forms the character of students in Karunia Kindergarten
of Immanuelof 2013/2014 Academic Year.
The method used in order to achieve the goal of research is qualitatively
descriptive method. This study examines characterizing speech of a teacher in the
learning activities. The research participant in this study is Mrs. Diana Aulele
Angganeta, the former teacher of TK B Markus. Data collection techniques used
in this study are the observation, recording (audio - visual), and field notes. The
collected data were analyzed using heuristic analysis.
The results showed that the assertive speech act potentially forms the characters of
the discipline, caring, responsible, orderly, obedient to the rules, honest, respect

for others, polite, learning spirit, democratic, working hard, and a healthy
lifestyle. Directive speech act potentially generates the character of a healthy
lifestyle, obedient, sincere, willing to share, willing to help, responsible,
discipline, attentive, orderly, polite, honest, and independent. Expressive speech
act potentially shapes the following characters: willing to share, ungrateful,
honest, responsible, sincere, respect for others, polite, self-confident, attentive,
obedient, orderly, logical thinking, critical, creative, and innovative. Commissive
speech act potentially forms the characters of attentive, obedient, orderly, hard
working, confident, polite, responsible, adherence to rules, disciplines.
Declarative speech act potentially forms the characters of attentive, obedient,
orderly, responsible, discipline, adherence to rules, honest, working hard,
independent, enthusiasm for learning, self-confidence, and a healthy lifestyle.

Keywords: charactered speech act of teacher, learning activities of
kindergarten, speech act.

ABSTRAK
TINDAK TUTUR GURU YANG BERKARAKTER DALAM KEGIATAN
PEMBELAJARAN DI TK KARUNIA IMANUEL BANDAR LAMPUNG
TAHUN PELAJARAN 2013/2014


Oleh
Maria Kristiningsih

Permasalahan dalam penelitian ini berkaitan dengan tindak tutur guru yang
berkarakter dalam kegiatan pembelajaran di TK Karunia Imanuel Bandar
Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan tindak tutur guru yang berkarakter dalam kegiatan pembelajaran
yang berpotensi pembentukan karakter siswa di TK Karunia Imanuel Bandar
Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014.
Metode yang digunakan dalam rangka mencapai tujuan penelitian yaitu metode
deskriptif kualitatif. Penelitian ini meneliti tindak tutur guru yang berkarakter
dalam kegiatan pembelajaran. Guru yang diteliti dalam penelitian ini bernama Ibu
Angganeta Diana Aulele wali kelas TK B Markus. Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi, teknik rekam (audiovisual), dan catatan lapangan. Data yang terkumpul dianalisis dengan
menggunakan analisis heuristik.
Hasil penelitian menunjukkan tindak tutur asertif berpotensi membentuk karakter
disiplin, penuh perhatian, bertanggungjawab, tertib, patuh pada aturan, jujur, taat,
menghargai orang lain, santun, semangat belajar, demokratis, kerja keras, dan
bergaya hidup sehat. Tindak tutur direktif terberpotensi membentuk karakter

bergaya hidup sehat, taat, tulus, mau berbagi, mau menolong, bertanggung jawab,
disiplin, penuh perhatian, tertib, santun, jujur, dan mandiri. Tindak tutur ekspresif
berpotensi membentuk karakter mau berbagi, tahu berterima kasih, jujur,
bertanggung jawab, tulus, menghargai orang lain, santun, percayadiri, penuh
perhatian, taat, tertib, berfikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif. Tindak tutur
komisif berpotensi membentuk karakter penuh perhatian, taat, tertib, kerja keras,
percaya diri, santun, bertanggung jawab, patuh terhadap aturan, disiplin. Tindak
tutur deklaratif berpotensi membentuk karakter penuh perhatian, taat, tertib,
bertanggung jawab, disiplin, patuh terhadap aturan, jujur, kerja keras, mandiri,
semangat belajar, percaya diri, dan bergaya hidup sehat.
Kata kunci: tindak tutur guru yang berkarakter, kegiatan pembelajarah di TK,
tindak tutur.

TINDAK TUTUR GURU YANG BERKARAKTER DALAM KEGIATAN
PEMBELAJARAN DI TK KARUNIA IMANUEL BANDAR LAMPUNG
TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh
MARIA KRISTININGSIH


Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Pada
Program Pascasarjana Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan Universitas Lampung

PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2014

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Sukoharjo, Tanggamus, pada tanggal 17
Mei 1990. Anak keempat dari empat bersaudara, pasangan
Bapak Yohanes Selo Suteki dengan Ibu Fransisca Romana

Eniwati. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar
di SDN 2 Pandansurat Sukoharjo, Kabupaten Pringsewu
tamat dan berijazah tahun 2002. SMP Xaverius 2 Pahoman Bandar Lampung,
tamat dan berijazah tahun 2005. Selanjutnya, penulis melanjutkan jenjang
pendidikan di SMA Xaverius Pahoman Bandar Lampung dan diselesaikan pada
tahun 2008.

Tahun 2008, penulis terdaftar sebagai mahasiswa STKIP-PGRI Bandar Lampung
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Program Sudi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia. Kemudian mendapatkan gelar S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia pada tahun 2012. Setelah menyelesaikan studi di STKIP-PGRI Bandar
Lampung, penulis langsung melanjutkan ke jenjang pendidikan S-2 pada tahun
2012 di Program Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

MOTO

Tuhan memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada
berdaya (Ayat Alkitab, Yesaya 40:29)


Jangan pernah menyerah.
Maju terus, bagaimanapun besarnya hambatan.
Hadapi masalah dengan tenang dan cerdik.
Periksalah keadaan dan lakukan segala yang dapat dilakukan.
Jangan menyerah, baik dalam pikiran maupun dalam tindakan.
Berdoa, percaya dan terapkan sikap berpikir positif dalam menghadapi masalah.
(Maria Kristiningsih)

Jika kau memberi tahu mereka, Mereka hanya akan melihat gerakan bibirmu
Jika kau menunjukan kepada mereka,
Mereka akan tergoda untuk melakukannya sendiri
(Maria Montessori)

PERSEMBAHAN

Tesis ini penulis persembahkan dan hadiahkan kepada
1. Orang tuaku Yohanes Selo Suteki dan Fransisca Romana Eni Wati tercinta,
yang selalu mendoakanku agar aku menjadi orang yang takut akan tuhan, cinta
sesama, dan menjadi orang sukses.
2. Saudara-saudaraku tersayang, keluarga besar Mba Ria, keluarga besar Mba

Kris, dan kakakku Beni, yang selalu memberiku dukungan.
3. Almamater tercinta, Universitas Lampung yang telah membekaliku dengan
ilmu yang bermanfaat bagi masa depanku.
Terimakasih, Tuhan memberkati.

DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK ....………….....………………………………….…..................
HALAMAN JUDUL ....………….....………………………………….…..
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................
HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................
LEMBAR PERNYATAAN .........................................................................
RIWAYAT HIDUP ......................................................................................
MOTO ...........................................................................................................
PERSEMBAHAN .........................................................................................
SANWACANA..………….................….…………………………………..
DAFTAR ISI .................................................................................................
DAFTAR SINGKATAN...............................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................


i
iii
iv
v
vi
vii
viii
ix
x
xii
xv
xvi

I.

PENDAHULUAN.............……....…….………………………………
1.1 Latar Belakang Masalah .....……..........………………….....….….
1.2 Rumusan Masalah......................................................................…...
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................

1.4 Manfaat Penelitian ...........................................................................

1
1
11
11
11

II. KAJIAN PUSTAKA ............................................................................
2.1 Tindak Tutur .............. .....................................................................
2.1.1 Jenis-jenis Tindak Tutur .........................................................
2.1.2 Peranan Konteks dalam Peristiwa Tindak Tutur.....................
2.1.3 Kesantunan Bertutur ...............................................................
2.2 Pendidikan Prasekolah .....................................................................
2.2.1 Kegiatan Pembelajaran di TK ................................................
2.2.2 Profil Guru TK .......................................................................
2.2.3 Tugas Guru TK pada Saat Kegiatan Pembelajaran ................
2.3 Hakikat Karakter ..............................................................................
2.3.1 Pengetahuan Moral .................................................................
2.3.2 Perasaan Moral .......................................................................

2.3.3 Tindakan Moral ......................................................................
2.4 Pendidikan Karakter ........................................................................
2.5 Tindak Tutur Guru TK dalam Kegiatan Pembelajaran ....................
2.5.1 Tindak Tutur Asertif Guru yang Berkarakter .........................

13
13
15
20
22
27
29
31
32
33
33
35
36
37
45

49

2.5.1. 1 Fungsi Tindak Tutur Asertif Menyatakan .................
2.5.1.2 Fungsi Tindak Tutur Asertif Melaporkan ..................
2.5.1.3 Fungsi Tindak Tutur Asertif Mengusulkan ................
2.5.1.4 Fungsi Tindak Tutur Asertif Mengemukakan
Pendapat ......................................................................
2.5.1.5 Fungsi Tindak Tutur Asertif Mengeluh ......................
2.5.2 Tindak Tutur Direktif Guru yang Berkarakter ........................
2.5.2.1 Fungsi Tindak Tutur Direktif Meminta ......................
2.5.2.2 Fungsi Tindak Tutur Direktif Memerintah .................
2.5.2.3 Fungsi Tindak Tutur Direktif Menasehati ..................
2.5.3 Tindak Tutur Ekspresif Guru yang Berkarakter .....................
2.5.3.1 Fungsi Tindak Tutur Ekspresif Mengucapkan
Terimakasih ................................................................
2.5.3.2 Fungsi Tindak Tutur Ekspresif Mengucapkan
Selamat .......................................................................
2.5.3.3 Fungsi Tindak Tutur Ekspresif Mengucapkan
Maaf ............................................................................
2.5.3.4 Fungsi Tindak Tutur Ekspresif Memuji ......................
2.5.3.5 Fungsi Tindak Tutur Ekspresif Mengkritik ................
2.5.4 Tindak Tutur Komisif Guru yang Berkarakter........................
2.5.4.1 Fungsi Tindak Tutur Komisif Menjanjikan ................
2.5.4.2 Fungsi Tindak Tutur Komisif Menawarkan ...............
2.5.4.3 Fungsi Tindak Tutur Komisif Mengancam ................
2.5.5 Tindak Tutur Deklaratif Guru yang Berkarakter ....................
2.5.5.1 Fungsi Tindak Tutur Deklaratif Memutuskan ............
2.5.5.2 Fungsi Tindak Tutur Deklaratif Membatalkan ...........
2.5.5.3 Fungsi Tindak Tutur Deklaratif Melarang ..................
2.5.5.4 Fungsi Tindak Tutur Deklaratif Mengabulkan ...........
2.5.5.5 Fungsi Tindak Tutur Deklaratif Menghukum .............
2.5.5.6 Fungsi Tindak Tutur Deklaratif Memaafkan ..............

55
56
56
57
57
58
58
58
58
59
59
59
60
60

III. METODE PENELITIAN ....................................................................
3.1 Desain Penelitian .............................................................................
3.2 Sumber Data ....................................................................................
3.3 Teknik Pengumpulan Data ...............................................................
3.4 Analisis Data ....................................................................................
3.4.1 Model Analisis Data ...............................................................
3.4.2 Langkah-langkah Analisis Data .............................................
3.5 Pengecekan Keabsahan Data ...........................................................

61
61
61
63
64
64
65
68

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………………….
IV.1 Hasil Penelitian ................................................................................
IV.2 Pembahasan .....................................................................................
4.2.1 Tindak Tutur Asertif Guru yang Berkarakter .........................
4.2.1. 1 Fungsi Tindak Tutur Asertif Menyatakan (AN) ........
4.2.1.2 Fungsi Tindak Tutur Asertif Melaporkan (AL) .........
4.2.1.3 Fungsi Tindak Tutur Asertif Mengusulkan (AU) .......
4.2.1.4 Fungsi Tindak Tutur Asertif Mengeluh (AK) .............

70

50
50
50
51
51
52
53
53
54
54
55

70
73
73
80
86
89

2.5.2 Tindak Tutur Direktif Guru yang Berkarakter ........................
2.5.2.1 Fungsi Tindak Tutur Direktif Meminta (DM) ............
2.5.2.2 Fungsi Tindak Tutur Direktif Memerintah (DP) ........
2.5.2.3 Fungsi Tindak Tutur Direktif Menasehati (DN) .........
2.5.3 Tindak Tutur Ekspresif Guru yang Berkarakter .....................
2.5.3.1 Fungsi Tindak Tutur Ekspresif Mengucapkan
Terimakasih (EMT) ....................................................
2.5.3.2 Fungsi Tindak Tutur Ekspresif Mengucapkan
Maaf (EMM) ...............................................................
2.5.3.3 Fungsi Tindak Tutur Ekspresif Memuji (EM) ...........
2.5.3.4 Fungsi Tindak Tutur Ekspresif Mengkritik (EK) .....
2.5.4 Tindak Tutur Komisif Guru yang Berkarakter........................
2.5.4.1 Fungsi Tindak Tutur Komisif Menjanjikan (KJ) ........
2.5.4.2 Fungsi Tindak Tutur Komisif Menawarkan (KN) ......
2.5.4.3 Fungsi Tindak Tutur Komisif Mengancam (KA) .......
2.5.5 Tindak Tutur Deklaratif Guru yang Berkarakter ....................
2.5.5.1 Fungsi Tindak Tutur Deklaratif Memutuskan (DT) ...
2.5.5.2 Fungsi Tindak Tutur Deklaratif Melarang (DL) .........
2.5.5.4 Fungsi Tindak Tutur Deklaratif Mengabulkan (DK) ..
2.5.5.5 Fungsi Tindak Tutur Deklaratif Menghukum (DH) ...
2.5.5.6 Fungsi Tindak Tutur Deklaratif Memaafkan (DF) .....
V.

102
102
107
113
126
126
131
133
138
147
147
150
156
166
167
170
176
178
186

SIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 189
V.1 Simpulan ........................................................................................... 189
V.2 Saran ................................................................................................. 192

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................

193

LAMPIRAN ..................................................................................................

194

1

I. PENDAHULUAN

Bagian pendahuluan dalam tesis ini terdiri dari, latar belakang yang berisi hal-hal
yang

menjadi

latar

belakang

pemilihan

topik

penelitian,

termasuk

mensignifikasikan pemilihan topik penelitian tersebut, meletakkan penelitian yang
akan dilakukan dalam peta keilmuan yang menjadi perhatian peneliti,
menunjukkan penelitian-penelitian terdahulu yang dilakukan oleh peneliti (dan
peneliti-peneliti lain) yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan.
Berikutnya adalah bagian rumusan masalah, yaitu berisi Merumuskan masalah
penelitian (research problem) dan mengemukakan pernyataan masalah (problem
statement). Bagian selanjutnya adalah tujuan penelitian, yaitu menekankan pada
pengungkapan mengenai ruang lingkup dan kegiatan yang akan dilaksanakan dan
dirujukkan kepada masalah yang telah dibatasi atau dirumuskan. Bagian terakhir
adalah manfaat penelitian, Penjelasan mengenai nilai dan manfaat penelitian, baik
dari sisi keilmuan-akademik, maupun dari sisi praktis atau pragmatis. Berikut
adalah penyajiannya.

1.1 Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan suatu sistem lambang dalam kegiatan komunikasi, baik itu
lambang bunyi yang diujarkan secara lisan, maupun lambang-lambang yang
berupa tulisan, dan

keseluruhan lambang tersebut dimaksudkan untuk

2

menyampaikan sebuah pesan kepada orang lain. Bahasa yang baik berkembang
berdasarkan suatu sistem, yaitu seperangkat aturan yang dipatuhi oleh
pemakainya. Bahasa digunakan dalam proses komunikasi sosial di masyarakat,
baik oleh individu dengan individu, individu dengan kelompok, maupun
kelompok

dengan

kelompok.

Selain

itu,

bahasa

juga

dipakai

untuk

mengungkapkan emosi manusia, baik itu emosi positif yang berupa ungkapan rasa
bahagia, dan juga emosi negatif yang berupa ungkapan rasa sedih, marah, dan
murung.
Wujud penggunaan bahasa secara nyata terealisasi lewat tindak tutur, satu hal
yang selalu berkaitan dan tidak pernah lepas dari tindak tutur adalah penggunaan
bahasa lisan. Bahasa lisan cenderung lebih mudah digunakan dan lebih praktis.
Penggunaan bahasa lisan sering didukung oleh mimik, gerak-gerak anggota tubuh,
dan intonasi dengan tujuan untuk memperjelas maksud yang hendak disampaikan.
Tindak tutur adalah berlangsungnya interaksi linguistik dalam suatu bentuk ujaran
yang

mencakup

ekspresi

situasi

psikologis

dan

tindak

sosial

seperti

mempengaruhi prilaku orang lain atau membuat suatu kesepakatan yang
melibatkan dua pihak yaitu penutur dan mitra tutur. Jadi tindak tutur lebih dilihat
pada makna atau arti tindakan dalam tuturannya. Salah satu contoh tindak tutur
dapat dilihat dalam interaksi antara guru dengan murid dalam kegiatan
pembelajaran yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasinya.
Tuturan dalam kegiatan pembelajaran merupakan realitas komunikasi yang
berlangsung dalam interaksi kelas. Dalam interaksi kelas, guru selalu
menggunakan bahasa untuk memperlancar proses interaksi. Guru sebagai orang

3

yang memiliki peranan sangat penting dalam kegiatan pembelajaran, lebih banyak
menggunakan tuturan lisan sebagai media untuk menyampaikan ide kepada siswa.
Oleh sebab itu, bahasa memiliki peranan sentral dalam perkembangan intelektual,
sosial, dan emosional siswa dan merupakan kunci menuju keberhasilan dalam
mempelajari semua bidang studi, sehingga guru hendaknya menggunakan bahasa
lisan yang baik dan benar.
Tindak tutur berbahasa santun (kesantunan) merupakan alat yang paling tepat
digunakan dalam komunikasi, terutama dalam kegiatan komunikasi antara guru
dengan siswa pada saat kegiatan pembelajaran di kelas. Kesantunan merupakan
sistem hubungan interpersonal yang dirancang untuk mempermudah interaksi
dengan memperkecil potensi konflik dan konfrontasi yang selalu terjadi dalam
pergaulan manusia. Kesantuan merupakan prilaku yang benar yang tidak terbatas
pada bahasa, tetapi juga mencakup prilaku nonverbal atau nonlinguistik. Oleh
karena itu, pembelajaran kesantunan baik berbahasa maupun berprilaku siswa
perlu dibina dan diarahkan oleh guru.
Guru sebagai seorang pendidik perlu menyadari selayaknya tidak memperlihatkan
kecenderungan atau kebiasaan negatif, misalnya dalam menyampaikan materi
pelajaran menggunakan tuturan atau bahasa yang sulit dipahami atau dimengerti
siswa dan juga menggunakan bahasa yang kurang baik pada saat dibuat marah
oleh siswanya, karena dalam keseluruhan proses pendidikan dan pengajaran di
sekolah, selain digunakan sebagai sarana memperoleh ilmu pengetahuan juga
dijadikan sebagai sarana penenaman nilai-nilai kebaikan.

4

Pendidikan seyogianya tidak cukup hanya membuat anak pandai, tetapi juga harus
mampu menciptakan nilai-nilai kesantunan, budi pekerti, dan mendorong pada
karakter anak didik yang baik. Pentingnya pendidikan karakter untuk landasan
pemikiran dan perilaku peserta didik berangkat dari pendidikan nilai moral,
watak, dan budi pekerti yang diberikan oleh guru yang kedudukannya sebagai
pendidik. Seorang pendidik dikatakan berkarakter, jika ia memiliki nilai dan
keyakinan dilandasi hakikat dan tujuan pendidikan, serta digunakan sebagai
kekuatan moral dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik. Bahasa guru atau
tuturan guru yang berkarakter mampu menyelenggarakan pendidikan yang
memungkinkan untuk menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter bagi siswanya.
Pendidikan merupakan proses yang berisi berbagai macam kegiatan yang dapat
memberikan bekal kepada anak untuk menghadapi masa dewasa, apa yang
diajarkan di masa kecil merupakan dasar pembentukan diri pada waktu dewasa.
Pendidikan itu dapat dibedakan atas lima hal: (1) pendidikan prasekolah, (2)
pendidikan sekolah, (3) penddikan sekolah menengah pertama, (4) pendidikan
menengah atas, dan (5) pendidikan perguruan tinggi.
Pendidikan prasekolah (selanjutnya, disingkat TK) merupakan awal dari
pendidikan sekolah formal. Pendidikan secara formal disini maksudnya ialah
pengetahuan secara terarah, teratur, dan disesuaikan dengan Kurikulum
Pendidikan Nasional, yang di dalamnya mencangkup tentang pentingnya
pembentukan karakter anak sejak dini. Patmonodewa (2000: 28) mengemukakan
bahwa murid TK yang berusia mulai 3-6 tahun biasanya telah mampu
mengembangkan keterampilan berbicara melalui percakapan sederhana dengan
kosa kata yang masih sangat sedikit sekali. Apabila seorang guru tidak memiliki

5

tuturan atau cara berkomunikasi yang baik dengan siswa khususnya siswa TK,
maka siswa TK tersebut akan kesulitan untuk menerima materi pelajaran yang
diberikan gurunya, dan niai-nilai pendidikan karakter tidak akan terealisasikan
dengan baik bagi anak-anak usia TK, kemudian hasilnya akan membuat anakanak usia TK kesulitan dalam mengkomunikasikan bahasanya sendiri dengan
lingkungan sekitar.
Tokoh Piaget (dalam Patmonodewa, 2008: 12) mengemukakan bahwa anak pada
usia prasekolah mempelajari sesuatu dari manusia lain, misalnya anak
menemukan makna kursi dengan meneliti atau menjelajahi ciri-ciri kursi sehingga
anak dapat mempelajari bahwa kursi ada kaki dan sebagainya tetapi tanpa
manusia lain anak tidak akan tahu bahwa benda tersebut namanya kursi. Menurut
peaget dalam teori perkembangan kognitif, anak usia prasekolah melakukan
sesuatu sebagai hasil meniru atau mengamati sesuatu model tingkah laku, pada
saat mengikuti pendidikan formal di sekolah, anak akan meniru segala macam
bentuk tuturan atau bahasa yang disampaikan oleh gurunya, oleh karena itu guru
harus menggunakan kalimat yang tidak terlalu panjang dan lebih disederhanakan
pada saat berkomunikasi dengan siswanya, serta harus lebih berhati-hati dalam
memilih kosakata pada saat berbicara.
Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah tindak tutur guru yang
berkarakter dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang salah satunya
dijadikan sebagai sarana transformasi atau penanaman nilai-nilai pendidikan
karakter. Tuturan yang dilakukan oleh seorang guru akan sangat menentukan
mudah atau tidaknya materi itu dicapai oleh siswa, dan juga menentukan pola
prilaku yang akan ditunjukkan siswa dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan

6

keluarga, maupun di lingkungan masyrakat. Apabila kegiatan belajar mengajar
tersebut terjadi di lingkungan pendidikan prasekolah maka tuturan yang
digunakan guru memang banyak mempengaruhi atau menjadi model bagi
siswanya, oleh karena itu guru harus benar-benar berhati-hati dalam memilih kosa
kata yang akan dituturkan ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Kajian penggunaan bahasa Indonesia guru ragam lisan, berkaitan dengan tindak
tutur guru yang berkarakter untuk mendukung pembentukan karakter anak dalam
kegiatan pembelajaran di kelas meliputi komunikatif, keteladanan, bertanggung

jawab, cinta damai, dan religius, yang kesemua kajian bahasa tersebut tertuang
dalam fungsi tindak tutur menurut Searle (Leech,1993:164-165) yaitu tindak tutur
asertif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklaratif. Kemudian nilai pendidikan
karakter siswa yang diharapkan dapat berkembang melalui kajian tindak tutur
guru tersebut adalah penuh perhatian, ketaatan, ketertiban, tahu berterimakasih,
ketulusan, dan pengampunan.
Peneliti memilih untuk menganalisis tindak tutur guru yang berkarakter, dalam
kegiatan pembelajaran di TK. Alasannya karena, pertama tindak tutur guru dalam
kegiatan pembelajaran di kelas umumnya menggunakan bahasa Indonesia yang
baik dan benar yaitu menggunakan bahasa baku, akan tetapi di jenjang pendidikan
formal seperti di TK, tidak mungkin ditemukan penggunaan bahasa baku seperti
pada kegiatan pembelajaran di SMA/SMP/PT. Tindak tutur guru yang
menggunaan bahasa Indonesia lisan di TK disesuaikan dengan kebutuhan peserta
didik yang kemampuan berbahasanya belum benar-benar terlatih, kemampuan
siswa dalam mengungkapkan bahasa belum benar-benar terampil dikarenakan
kosa kata yang dimiliki siswa TK masih sangat terbatas.

7

Alasan yang kedua, karena penggunaan tindak tutur guru yang digunakan dalam
kegiatan pembelajaran di TK tersebut disesuaikan dengan kebutuhan berbahasa
anak usia TK, maka akan ditemukan banyak sekali tuturan-tuturan guru yang
bermacam-macam bentuk dan fungsinya seperti yang ada pada jenis-jenis tindak
tutur yang dikemukakan oleh Searle yang meliputi tindak tutur asertif, direktif,
ekspresif, komisif, dan deklaratif. Kemudian, meskipun ragam bahasa lisannya
tidak baku pastinya harus mencerminkan tuturan atau bahasa yang dapat
membentuk pribadi siswa TK yang berkarakter, sehingga penting sekali untuk
diteliti lebih dalam.
Alasan ketiga adalah bahasa atau tuturan guru TK yang bermacam-macam bentuk
dan fungsinya tersebut harus dapat mendukung pembentukan karakter siswa.
Mengingat bahwa anak usia TK adalah usia dini dimana pembentukan pendidikan
karakter dimulai, oleh karena itu baik buruknya dan berhasil atau tidaknya pola
perkembangan karakter anak usia TK baik itu perkembangan kognitif,
perkembangan bahasa, dan juga perkembangan sosial emosinya sangat
dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam bertutur dengan baik dan benar pada
saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Baik berarti menggunakan bahasa yang
sopan, dan benar berarti disesuaikan dengan tingkat kecakapan siswa yang diajar.
Penelitian analisis wacana tindak tutur guru yang berkarakter ini difokuskan pada
tindak tutur menurut Searle berupa tindak tutur asertif, direktif, ekspresif, komisif,
dan deklaratif. Tindak tutur asertif adalah Tuturan yang mengikat penuturnya akan
kebenaran atas apa yang diujarkan, yang termasuk tindak tutur jenis ini adalah
tuturan melaporkan, mengusulkan, mengemukakanpendapat, danmengeluh.
Tindak tutur direktif merupakan tindak tutur yang dimaksudkan untuk

8

menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan oleh penutur. Tindak
tutur jenis ini antara lain tuturan meminta, memerintah, danmenasehati(Searle
dalam Chaer, 2010:29-30).
Tindak tutur ekspresif merupakan tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar
tuturannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan dalam tuturan
itu,

meliputi

tuturan

mengucapkan

terima

kasih,

mengucapkan

maaf,

mengucapkan selamat, memuji, dan mengkritik.Tindak tutur komisif adalah
tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan segala hal yang
disebutkan dalam ujarannya, misalnyamenjanjikan, menawar, mengancam.
Tindak tutur deklaratif adalah tuturan yang dimaksudkan penuturnya untuk
menciptakan hal (status, keadaan, dsb) yang baru. Tindak tutur ini disebut juga
dengan istilah isbati, yang termasuk ke dalam jenis tututran ini adalah tuturan
dengan maksudmemutuskan,membatalkan, melarang, mengabulkan, menghukum,
memaafkan (Searle dalam Chaer, 2010:29-30).
Alasan peneliti memilih kelima fungsi tindak tutur menurut Searle untuk diteliti,
karena tindak tutur guru dalam kegiatan pembelajaran di TK, mengandung fungsi
tindak tutur yang bermacam-macam sehingga sangat penting untuk diteliti dan
dikaji lebih dalam. Alasan berikutnya, karena kelima fungsi tindak tutur guru
tersebut sangat mendukung pada pembentukan karakter siswa TK, mengingat
penelitian ini ingin mengetahui potensidarimasing-masingtindaktuturasertif,
direktif, ekspresif, komisif, dandeklaratif. Kemudian dalam analisis datanya juga
akan memperhatikan maksim kesopanan menurut Leech (kebijaksanaan,
kedermawanan, penghargaan, kesederhanaan, kecocokan, kesimpatian), dan
melihat skala kesantunan menurut Robin Lakof (formalitas, ketidaktegasan,

9

kesekawanan) kemudian menyimpulkanapapengaruhdaritindaktutur guru yang
berkarakterterhadapsiswa, khususnyasiswa di TK KaruniaImanuel Bandar
Lampung.
Tindak tutur guru yang berkarakter adalah bentuk fungsi tuturan-tuturan guru
yang mampu memotivasi siswanya untuk melakukan tindakan-tindakan atau
perbuatan-perbuatan yang baik, serta dapat menanamkan dalam diri siswa sifatsifat yang berkarakter. Ciri dari tindak tutur guru yang berkarakter adalah tuturantuturannya yang santun, tuturan-tuturannya yang memperhatikan bagaimana
seharusnya cara yang digunakan guru sebagai penutur, yaitu meliputi
serius/tegas/main-main

tapi

tetap

mendidik,

dan

tuturan-tuturan

yang

memperhatikan norma-norma dalam berinteraksi.
Selanjutnya alasan dipilihnya TK Karunia Imanuel, karena sekolah tersebut
merupakan tempat peneliti mengajar, sehingga peneliti dapat dengan bebas
mengambil data penelitian sampai peneliti benar-benar memperoleh data yang
diinginkan. Alasan yang kedua adalah karena TK Karunia Imanuel ini terletak di
daerah perkotaan sehingga pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar
lebih tinggi dibandingkan bahasa daerah sehingga sangat memungkinkan
ditemukannya bentuk-bentuk dari kelima fungsi tindak tutur menurut Searle.
Alasan yang ketiga karena penelitian ini memfokuskan pada tindak tutur guru
yang berkarakter yang memiliki potensi untuk pembentukan karakter peserta
didik, dan hanya TK Karunia Imanuel Bandar Lampung yang memiliki program
pengembangan dan pelatihan karakter di dalam kelas yang didasarkan pada teori
yang termuat dalam modulCharacter First. Dimana buku tersebut didapat ketika

10

guru-guru di TK Karunia Imanuel Bandar Lampung mengikuti workshoop.
Kemudian, setelah pendidikan karakter tersebut dikembangkan di dalam kelas,
akan dilakukan evaluasi karakter anak di lingkungan rumah oleh orang tua
masing-masing, yang hasilnya akan membantu guru dalam mengetahui karakter
anak di rumah, yang masih perlu diubah.
Penelitian mengenai tindak tutur sudah banyak dilakukan, dan salah satu
penelitian yang relefan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan
oleh Refa (2012:158) yang menghasilkan temuan: pertama, fungsi tindak tutur
guru dalam konteks proses pembelajaran berorientasi pendidikan karakter di SD
Budi Mulia Padang ditemukan beberapa fungsi tindak tutur searle yaittu, fungsi
asertif, fungsi direktif, fungsi ekspresif, fungsi komisif, dan fungsi deklaratif.
Kedua, strategi kesantunan tindak tutur guru dalam konteks proses pembelajaran
berorientasi pendidikan karakter di SD Budi Mulia Padang menggunakan strategi
tindak tutur langsung. Ketiga, skala kesantunan tindak tutur guru dalam konteks
proses pembelajaran berorientasi pendidikan karakter di SD Budi Mulia Padang,
guru cenderung menggunakan skala formalitas, skala ketidaktegasan, dan skala
kesekawanan.
Berbeda dengan penelitian Refa, peneliti hanya memfokuskan tindak tutur
menurut Searle yaitu tindak tutur asertif, direktif, ekspresif, komisif, dan
deklaratif. untuk dianalisis dalam penelitian ini, dengan memperhatikan skala
kesantunan dan strategi kesantunan yang dijadikan sebagai ukuran untuk
menentukan apakah tuturan guru dalam kegiatan pembelajaran tersebut
berkarakter atau tidak. Meski demikian, keduanya merujuk pada hal yang sama.

11

Perbedaannya, pada penelitian ini kesimpulannya akan mengulas potensi dari
masing-masing fungsi tindak tutur terhadap pembentukan karakter anak usian TK.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti merasa perlu melakukan penelitian mengenai
“Tindak Tutur Guru yang Berkarakterdalam Kegiatan Pembelajaran di TK
Karunia Imanuel Bandar Lampung”.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah bagaimanakah bentuk-bentuk tindak tutur asertif, direktif, ekspresif,
komisif, deklaratif guru yang berkarakter dalam kegiatan pembelajaran di TK
Karunia Imanuel Bandar Lampung?

1.3 Tujuan Penelitan
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk tindak tutur asertif,
direktif, ekspresif, komisif, deklaratif guru yang berkarakter dalam kegiatan
pembelajaran di TK Karunia Imanuel Bandar Lampung.

1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoretis maupun
secara praktis.
a. Secara teoretis, penelitian ini diharapkan menjadi bahan teoretis untuk
pembelajaran tindak tutur guru yang berkarakter guna mendukung
pembentukan karakter siswa dalam kegiatan pembelajaran di TK. Penelitian
ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangsih positif terhadap

12

perkembangan keilmuan khususnya dalam bidang pragmatik dan pendidikan
karakter anak di sekolah.
b. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi
guru TK untuk pembelajaran kesantunan dalam bertindak tutur guna
membentuk karakter siswa menjadi lebih baik, dan bagi penelitilain dapat
dijadikan bahan rujukan dan bandingan untuk penelitian dibidang bahasa
khususnya pragmatik.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Bagian tinjauan pustaka dalam tesis ini berisi kajian kepustakaan yang relevan
dengan masalah penelitian. Bagian ini dikaji/didiskusikan mengenai konsep dan
teori yang digunakan berdasarkan literatur yang tersedia, terutama dari artikelartikel yang dipublikasikan dalam berbagai jurnal ilmiah. Tinjauan pustaka
berfungsi untuk membangun konsep atau teori yang menjadi dasar studi. Berikut
adalah penyajiannya.

2.1 Tindak Tutur
Bahasa dalam keadaannya yang abstar (karena berada di dalam benak) tidak bisa
langsung dicapai oleh pengamat tanpa melalui medium buatan seperti kamus dan
buku tata bahasa. Menurut pengalaman nyata, bahasa itu selalu muncul dalam
bentuk tindakan atau tingkah tutur individual. Karena itu tiap telaah struktur
bahasa harus dimulai dari pengkajian tindak tutur. Wujudnya ialah bahasa lisan.

Peristiwa tutur merupakan peristiwa sosial karena menyangkut pihak-pihak yang
bertutur dalam satu situasi dan tempat tertentu. Peristiwa tutur ini pada dasarnya
merupakan rangkaian dari sejumlah tindak tutur (inggris: speech act) yang
terorganisasikan untuk mencapai suatu tujuan. Kalau peristiwa tutur merupakan
gejala sosial seperti disebut di atas, maka tindak tutur merupakan gejala
individual, bersifat psikologis, dan keberlangsungannya ditentukan oleh

14

kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Kalau dalam
peristiwa tutur lebih dilihat pada tujuan peristiwannya, tetapi dalam tindak tutur
lebih dilihat pada makna atau arti tindakan dalam tuturannya. Tindak tutur dan
peristiwa tutur merupakan dua gejala yang terdapat pada satu proses, yakni proses
komunikasi.

Kegiatan berkomunikasi secara lisan, penutur secara langsung menyampaikan
informasi, baik gagasan atau idenya kepada lawan tutur. Melalui proses
komunikasi ini terjadi peristiwa tutur. Jadi, peristiwa tutur dikatakan sebagai
proses terjadinya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang
melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur, dengan satu pokok tuturan,
di dalam waktu, tempat dan situasi tertentu.
Chaer (2010: 27) menyatakan bahwa ”Tindak tutur adalah tuturan dari seseorang
yang bersifat psikologis dan yang dilihat dari makna tindakan dalam tuturannya
itu”. Maksudnya, tindak tutur merupakan ujaran yang berupa pikiran atau gagasan
dari seseorang yang dapat dilihat dari makna tindakan atas tuturannya tersebut.
Selanjutnya, Yule (1996: 82), Ia menyatakan bahwa ”Tindak tutur merupakan
tindakan-tindakan yang ditampilkan lewat tuturan, misalnya usaha seseorang
dalam mengungkapkan diri mereka. Mereka tidak hanya menghasilkan tuturan
yang mengandung kata-kata saja, tetapi mereka memperlihatkan tindakantindakan melalui tuturan itu”. Maksudnya sudah jelas bahwa jika seseorang ingin
mengungkapkan sesuatu maka ia akan menunjukkannya melalui tindakan yang
disampaikan dengan ujaran.

15

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tindak tutur merupakan
suatu cara yang menegaskan bahwa suatu bahasa dapat dipahami dengan baik jika
diungkapkan sejalan dengan situasi dan konteks terjadinya bahasa tersebut, baik
berupa psikologis maupun sosial. Selain itu, tindak tutur merupakan suatu aspek
yang membentuk peristiwa tutur pada proses komunikasi.

2.1.1 Jenis-Jenis Tindak Tutur
Jenis-jinis tindak tutur merupakan penggolongan/pengklasifikasian/pengelopokan
bagian-bagian dari tindak tutur berdasarkan fungsi komunikatifnya. Wijana
(1996:39) menjelaskan bahwa Tindak tutur literal adalah tindak tutur yang
maksudnya sama dengan makna kata-kata penutur, sedangkan tindak tutur tidak
langsung adalah tindak tutur yang maksudnya tidak sama atau berlawanan dengan
makna kata-kata penutur. Tindak tutur langsung literal adalah tindak tutur yang
diutarakan dengan modus tuturan dan makna yang sama dengan maksud
pengutarannya; maksud memerintah disampaikan dengan kalimat perintah,
memberitahukan dengan kalimat berita, menanyakan sesuatu dengan kalimat
tanya.

Tindak tutur tidak langsung literal adalah tindak tutur yang diutarakan dengan
modus kalimat yang sesuai dengan maksud tuturannya, tetapi kata-kata yang
menyusunnya tidak memiliki makna yang sama dengan maksud penuturnya.
Jika kalimat berita dikonvensional untuk mengatakan sesuatu, kalimat tanya untuk
bertanya, dan kalimat perintah untuk menyuruh, mengajak, memohon dan lain
sebagainya, maka tindak tutur yang terbentuk adalah tindah tutur langsung.

16

Sedangkan tindak tutur yang diutarakan secara tidak langsung, biasanya tidak
dapat dijawab secara langsung tetapi harus segera dilaksanakan maksud yang
terimplikasi di dalamnya. Untuk berbicara secara lebih sopan, perintah dapat
diutarakan dengan kalimat berita atau kalimat tanya sehingga orang yang
diperintah tidak merasa bahwa dirinya sedang diperintah.
Searle (dalam Rahardi, 2002:35) mengemukakan bahwa secara pragmatis, ada tiga
jenis tindakan yang dapat diwujudkan dari tuturan seseorang, yaitu: (1)Tindak
lokusioner, adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu hal ( the act of saying
something), (2) Tindak ilokusioner, adalah tindak tutur yang berfungsi untuk
melakukan sesuatu (the act of doing), (3) Tindak perlokusioner, tindak tutur yang
pengutaraannya dimaksudkan untuk mempengaruhi lawan tutur ( the act of
affecting).
Secara garis besar kategori-kategori menurut Searle (dalam Chaer, 2010:29-30)
mengenai tindak ilokusi atau yang disebut The Act of Doing something adalah
sebagai berikut:
1. Asertif (assertives)
Tuturan yang menjelaskan apa dan bagaimana sesuatu itu ada, artinya tindak tutur
ini mengikat kebenaran atas apa yang dituturkan. Tindak tutur jenis ini meliputi
tindak tutur menyatakan, melaporkan, mengusulkan, mengemukakan pendapat,
mengeluh. Berikut adalah contoh tuturan yang termasuk ke dalam tindak tutur
asertif.
(1) “Bapak Gubernur meresmikan gedung baru ini”.
(2) “Saya suka makan nasi goreng”
(3) “Besok peringatan hari pahlawan”

17

(4) “R.A Kartini lahir di Jepara”
Tuturan (1) termasuk tindak tutur asertif sebab berisi informasi yang penuturnya
terikat oleh kebenaran isi tuturan tersebut. Penutur bertanggung jawab bahwa
tuturan yang diucapkan itu memang fakta dan dapat dibuktikan di lapangan bahwa
memang sedang ada peresmian gedung oleh Bapa Gubernur. Tuturan (2)
merupakan tindak tutur representatif karena penutur mengakui bahwa dirinya suka
nasi goreng, hal tersebut mengikat penuturnya akan kebenaran isi tuturan tersebut.
Demikian pula dengan tuturan (3) dan (4), tuturan (3) merupakan tuturan
pernyataan bahwa besok akan diadakan peringatan hari pahlawan, sedangkan
tuturan (4) merupakan tuturan menyebutkan bahwa R.A Kartini lahir di Jepara.

2. Direktif (directives)
Tindak tutur yang dimaksudkan untuk menghasilkan suatu efek berupa tindakan
yang dilakukan oleh penutur. Tindak tutur direktif disebut juga dengan tindak
tutur impositif. Indikator dari tindak tutur jenis ini ialah adanya suatu tindakan
yang dilakukan oleh mitra tutur setelah mendengar tuturan tersebut. Tindak tutur
ini mendorong lawan tuturnya untuk mau melakukan sesuatu. Pada dasarnya
tindak tutur ini dapat memerintah lawan tutur melakukan suatu tindakan baik
verbal maupun nonverbal. Tindak tutur jenis ini antara lain tuturan meminta,
memerintah, menasehati. Contoh tindak tutur direktif terdapat pada tuturan
berikut.
(5) “Nak, bantu Ibu membagikan buku ini kepada teman-temanmu”
(6) “ Berikan buku itu!”
(7) “Silakan masuk!”
(8) “Tolong ambilkan pensil di meja itu!”

18

Tuturan (5) dimaksudkan penuturnya agar melakukan tindakan yang sesuai yang
disebutkan dalam tuturannya yakni membantu membagikan buku. Tuturan (6)
termasuk tuturan direktif karena tuturan tersebut dimaksudkan penuturnya agar
mitra tutur melakukan tindakan memberikan buku yang dipegang oleh mitra
tuturnya. Demikian juga dengan tuturan (7) dan (8) masing-masing dimaksudkan
untuk menyuruh mitra tuturnya untuk melakukan apa yng disebutkan oleh
penutur.
3. Ekspresif (expresissves)
Tindak tutur ini disebut juga dengan tindak tutur evaluatif. Tindak tutur ekspresif
adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar tuturannya diartikan
sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan dalam tuturan itu. tindak tutur jenis
ini merupakan tindak tutur yang menyangkut perasaan dan sikap. Tindak tutur ini
berfungsi untuk mengekspresikan dan mengungkapkan sikap psikologis penutur
terhadap lawan tutur. Tindak tutur jenis ini meliputi tuturan mengucapkan
terimakasih, mengucapkan selamat, mengucapkan maaf, memuji, mengkritik.
Contoh tindak tutur ekspresif terdapat pada tuturan berikut.
(9) “Pertanyaanmu bagus sekali”.
(10) “Bagus sekali jawabanmu, hanya masih kurang spesifik”
(11) “Terimakasih atas sanjunganmu”
(12) “Sudah bekerja keras tapi gaji tidak naik”
Tuturan (9) merupakan tindak tutur ekspresif memuji. Tuturan (10) merupakan
tindak tutur ekspresif berupa pujian yang memiliki maksud agar mitra tutur dapat
memperbaiki jawaban yang dinilai kurang spesifik. Demikian pula dengan tuturan
(11) dan (12) masing-masing memiliki maksud agar mitra tutur tidak memuji

19

penutur terlalu berlebihan dan tuturan (12) merupakan keluhan terhadap apa yang
selama ini telah dikerjakannya.

4. Komisif (commissives)
Tindak tutur komisif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk
melaksanakan segala hal yang disebutkan dalam ujarannya. Tindak tutur ini
berfungsi mendorong penutur untuk melakukan sesuatu. Tindak tutur ini berfungsi
menyenangkan dan kurang bersifat kompetitif karena tidak mengacu pada
kepentingan penutur melainkan kepentingan mitra tuturnya. Tindak tutur ini
meliputi tindak tutur komisif menjanjikan, menawarkan, mengancam. Contoh
tindak tutur komisif berjanji terdapat pada tuturan berikut.
(13)“Saya akan segera datang ke rumahmu”
(14)“Saya berani bersumpah bahwa saya tidak melakukan hal itu”
(15)“ Awas kalau kamu berani berbohong”
Tuturan (13) adalah tindak komisif berjanji yang mengikat penuturnya untuk
melaksanakan apa yang diucapkan bahwa penutur akan segera datang ke rumah
mitra tutur. Demikian juga dengan tuturan (14) dan (15) masing-masing
merupakan tindak tutur komisif bersumpah bahwa penutur tidak melakukan hal
yang dituduhkan dan tuturan (15) merupakan tuturan mengancam mitra tutur.

5. Deklarasi (declarations)
Tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk menciptakan hal (status,
keadaan, dsb) yang baru. Tindak tutur ini disebut juga dengan istilah isbati.
Tindak tutur deklaratif berfungsi memantabkan atau membenarkan sesuatu tindak
tutur yang lain atau tindak tutur sebelumnya. Yang termasuk ke dalam jenis

20

tututran ini adalah tuturan dengan maksud memutuskan, membatalkan, melarang,
mengabulkan, menghukum, memaafkan. Tindak tutur deklarasi dapat dilihat dari
contoh berikut ini.
(16) “Kakak tidak jadi mengajakku berlibur” (membatalkan).
(17) “Kamu jangan keluar rumah ya, nak”
(18) “Besok aku tidak jadi ke sana”
(19) “Anda boleh mengajukan lamaran”
Tuturan (17) merupakan tuturan deklaratif melarang agar mitra tutur tidak keluar
dari rumah, demikian juga dengan tuturan (18) dan (19) masing-masing memiliki
maksud membatalkan janji dengan mitra tutur dan mengizinkan mitra tutur untuk
mengajukan lamaran.

Berdasarkan jenis-jenis tindak tutur yang dikemukakan tersebut, penulis akan
menganalisis tindak tutur guru yang berkarakter, yang dikategorikan ke dalam
tindak tutur asertif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklaratif dalam kegiatan
pembelajaran di kelas yang mendukung pada pembentukan karakter anak TK.

2.1.2 Peranan Konteks dalam Peristiwa Tindak Tutur

Sebuah peristiwa tindak tutur selalu terjadi pada konteks tertentu. Artinya
peristiwa tutur selalu terjadi pada waktu tertentu, tempat tertentu, untuk tujuan
tertentu, dan sebagainya. Oleh karena itu, analisis terhadap peristiwa tutur tersebut
sama sekali tidak dapat dilepaskan dari konteks yang melatarinya. Schiffrin
(1994:371-372) menyatakan bahwa konteks memainkan dua peran penting dalam
teori tindak tutur. Dua peran penting tindak tutur tersebut adalah (1) sebagai

21

pengetahuan abstrak yang mendasari bentuk tindak tutur dan (2) suatu bentuk
lingkungan

sosial

dimana

tuturan-tuturan

dapat

dihasilkan

dan

dapat

diinterprestasikan sebagai relasi aturan-aturan yang mengikat.

Schiffrin (1994:365-373) menyatakan bahwa konteks dapat dipandang dalam
terminologi pengetahuan, yakni tentang apakah yang dapat diasumsikan oleh
penutur dan mitra tutur untuk mengetahui sesuatu tentang bagaimana pengetahuan
tersebut memberikan panduan dalam penggunaan bahasa dan interpretasi terhadap
tuturan. Konteks juga dipandang sebagai situasi, yaitu susunan keadaan sosial
sebagai bagian konteks pengetahuan dengan mana tuturan tersebut diproduksi dan
diinterpretasi. Teori tindak tutur memandang konteks dalam terminologi
pengetahuan, tentang segala sesuatu yang dapat diasumsikan oleh penutur dan
mitra tutur untuk mengetahui sesuatu (misalnya tentang situasi sosial, tantang
kebutuhan dan keinginan orang lain, tentang sifat dasar rasional manusia) dan
tentang bagaimana pengetahuan tersebut dapat memberikan panduan dalam
penggunaan bahasa dan interpretasi terhadap tuturan (Schiffrin, 1994:365).

Dalam kaitan dengan konteks ini, Hymes (dalam Eko, 2010:57) menyatakan
bahwa konteks mencakup delapan komponen yang disebutkan dengan akronim
SPEAKING, yaitu (1) setting, yang meliputi waktu, tempat, atau kondisi fisik lain
yang berada di sekitar tempat terjadinya peristiwa tutur; (2) participants, yang
meliputi penutur dan mitra tutur yang terlibat dalam peristiwa tutur; (3) ends,
yaitu tujuan atau hasil yang diharapkan; (4) act sequences, yanitu bentuk dan isi
pesan; (5) instrumentalistis, yaitu saluran yang digunakan dan bentuk yang
dipakai, (6) keys, yaitu cara yang berkenaan dengan sesuatu yang harus dikatakan

22

oleh pentur (serius, kasar, atau main-main); (7) nirms, yaitu norma-norma yang
digunakan dalam interaksi; (8) genres, yaitu register khusus yang dipakai dalam
peristiwa tutur. Syafi‟‟ie (1990:126) secara lebih konkrit membedakan konteks ke
dalam empat klasifikasi, yaitu (1) konteks fisik, yang meliputi tempat terjadinya
pemakaian bahasa dalam suatu komunikasi, (2) konteks epistemis, atau latar
belakang pengetahuan yang sama-sama diketahui oleh penutur dan mitra tutur, (3)
konteks linguistik, yang terdiri atas kalimat-kalimat atau ujaran-ujaran yang
mendahului atau mengikuti ujaran tertentu dalam suatu peristiwa komunikasi, dan
(4) konteks sosial, yaitu relasi sosial dan latar yang melengkapi hubungan antara
penutur dan mitra tutur.

2.1.3 Kesantunan Bertutur

Kesopansantunan pada umumnya berkaitan dengan hubungan antara dua
partisipan yang dapat disebut sebagai „diri sendiri‟ dan „orang lain‟ dalam
kegiatan tindak tutur. Kajian kegiatan tindak tutur ini berkaitan dengan
penggunaan bahasa sehari-hari yang tidak selalu hanya dimaksudkan untuk
menyampaikan pesan, melainkan juga untuk menjaga hubungan baik dengan
mitra tutur dan mengusahakan agar interaksi dapat berjalan dengan baik. Dengan
kata lain, dalam kegiatan komunikasi yang wajar, penutur tidak hanya bermaksud
untuk mencapai tujuan pribadi yang wajar melainkan juga tujuan sosial. Dengan
demikian, kajian terhadap tindak tutur tidak dapat dipisahkan dengan prinsip
sopan santun.

23

Prinsip kesopanan memiliki beberapa maksim, yaitu maksim kebijaksanaan (tact
maxim),

maksim

kemurahan

(generosity

maxim),

maksim

penerimaan

(approbation maxim), maksim kerendahhatian (modesty maxim), maksim
kecocokan (agreement maxim), dan maksim kesimpatian (sympathy maxim).
Prinsip kesopanan ini berhubungan dengan dua peserta percakapan, yakni diri
sendiri (self) dan orang lain (other). Diri sendiri adalah penutur, dan orang lain
adalah lawan tutur (Dewa Putu Wijana, 1996).

Maksim merupakan kaidah kebahasaan di dalam interaksi lingual; kaidah-kaidah
yang

mengatur

tindakannya,

penggunaan

bahasanya,

dan

interpretasi-

interpretasinya terhadap tindakan dan ucapan lawan tuturnya. Selain itu maksim
juga disebut sebagai bentuk pragmatik berdasarkan prinsip kerja sama dan prinsip
kesopanan. Maksim-maksim tersebut menganjurkan agar

Dokumen yang terkait

TEACHING LEARNING ACTIVITIES OF EXPRESSING ATTENTION SPEECH ACT IN ENGLISH TEXTBOOK FOR THE FIRST YEAR SENIOR HIGH SCHOOL

0 23 19

ROLE OF THE DEPARTMENT OF EDUCATION BANDAR LAMPUNG IN EXECUTION TEACHER CERTIFICATION

0 2 2

ROLE OF THE DEPARTMENT OF EDUCATION BANDAR LAMPUNG IN EXECUTION TEACHER CERTIFICATION

4 36 63

THE IMPACTS OF EXTENSIFICATION ACTIVITIES ON PERSONAL INCOME TAX REVENUE IN BANDAR LAMPUNG

1 8 15

TINDAK TUTUR MEMINTA PADA SISWA TK DWI TUNGGAL BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN DI TK

0 10 53

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN METODE LATIHAN DENGAN MEDIA REALIA SISWA KELAS IV SD KARUNIA IMANUEL BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 33 58

THE REPRESENTATION OF POWER IN TEACHER’S SPEECH ACTS IN INDONESIAN LANGUAGE LEARNING OF THE ELEVENTH A GRADE OF SMPN 10 KOTABUMI IN ACADEMIC YEAR 2013/2014 REPRESENTASI KEKUASAAN PADA TINDAK TUTUR GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS VIII A SMP

2 9 70

COMPETENCE EVALUATION OF TEACHERS IN LEARNING MANAGEMENT AT JUNIOR HIGH SCHOOL IN BANDAR LAMPUNG EVALUASI KOMPETENSI GURU DALAM PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PADA SMP DI BANDAR LAMPUNG

0 21 118

CHARACTERIZING SPEECH ACT OF TEACHER IN LEARNING ACTIVITIES IN KARUNIA IMANUEL BANDAR LAMPUNG KINDERGARTEN OF 2013/2014 ACADEMIC YEAR ABSTRAK TINDAK TUTUR GURU YANG BERKARAKTER DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN DI TK KARUNIA IMANUEL BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJAR

0 15 87

TINDAK TUTUR GURU DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH DI KELAS XII IPA SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

2 9 73