NEGARA DAN PEREMPUAN Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perempuan dan Politik (Studi Kasus Perempuan dan Politik di Tewah Pada Pemilu Legislatif Tahun 2009 Kabupaten Gunung Mas) T2 752010015 BAB II

BAB II KERANGKA KONSEPTUAL PEREMPUAN DAN POLITIK

A. NEGARA DAN PEREMPUAN

Sangatlah perlu untuk dilihat dalam konteks Indonesia, bagaimana posisi perempuan dalam Negara Indonesia sendiri. Jikalau ditelusuri, Kepedulian Negara terhadap perempuan dapat dirunut sejak masa pemerintahan Presiden RI pertama, Soekarno. Pada masa itu, perempuan telah diakui haknya dalam politik, baik hak pilih dalam pemilihan umum 1955, maupun juga duduk sebagai anggota parlemen.Pada masa itu juga telah ada UU yang bernuansa keadilan gender, yaitu UU 801958. Undang-Undang tersebut menentukan prinsip pembayaran yang sama untuk pekerjaan yang sama. Perempuan dan laki-laki tidak dibedakan dalam sistem penggajian. Keluarnya UU ini merupakan salah satu contoh dari keberhasilan perjuangan kaum perempuan ketika itu. 18 Pada masa Soeharto ada juga kemajuan penting yang dicapai perempuan. Salah satu kemajuan yang dapat dicatat adalah dijadikannya masalah perempuan sebagai masalah politik dan adanya kebijakan-kebijakan publik yang secara eksplisit bertujuan untuk menangani masalah-masalah perempuan. Secara kelembagaan hal ini tercermin dari adanya suatu kementrian yang bertugas menangani masalah-masalah 18 Muhadjir M. Darwin, Negara Dan Perempuan, Reorientasi Kebijakan Publik, Yogyakarta: Grha Guru 2005, 71-72 perempuan. Pada Tahun 1978 dibentuk Kantor Menteri Muda Urusan Peranan Wanita atau lebih dikenal melalui akronim Menmud UPW. Pada tahun 1983 status menteri muda ini ditingkatkan menjadi Menteri Negara Urusan Peranan Wanita, Keppres No. 25 Tahun 1983 yang mengatur kedudukan, tugas pokok, fungsi dan tata kerja menteri Negara. Pada Bab I Pasal 1 ayat 8 Keppres tersebut ditegaskan bahwa “Menteri Negara Urusan Peranan Wanita, disingkat MenUPW, mempunyai tugas pokok menangani peranan wanita dalam pembangunan di segala bidang. 19 Visi Kantor MenUPW adalah peningkatan peranan wanita dalam pembangunan. Untuk pertama kalinya, visi ini dilembagakan melalui GBHN 1978, dan di dalamnya termuat secara khusus pembahasan mengenai Peranan Wanita dalam Pembangunan dan Pembinaan bangsa. Pada dasarnya, pembahasan ini mencoba mengembangkan sebuah perspektif mengenai peran perempuan, yaitu perspektif „peran ganda wanita‟. Secara jelas perspektif ini dirumuskan dalam bentuk kebijakan pembangunan berideologikan „Panca Dharma Wanita‟ yang meliputi wanita sebagai 1 istri dan pendamping suami; 2 pendidik dan pembina generasi muda; 3ibu pengatur rumah tangga; 4 pekerja yang menambah penghasilan keluarga; dan 5 anggota organisasi masyarakat khususnya organisasi wanita dan organisasi sosial. Dalam perkembangannya, perspektif peran ganda wanita dan kebijakan ideologis Panca Dharma wanita ini mengakar kuat dalam proses pembangunan semasa pemerintahan orde baru. 20 Prestasi penting pada masa Menmud UPW adalah keterlibatannya dalam memprakarsai berdirinya Pusat Studi Wanita PSW di 19 Ibid., 20 Ibid, 73. beberapa Universitas negeri di seluruh Indonesia. Setidaknya ada ada dua manfaat berdirinya PSW, yaitu sebagai semacam think tank bagi pembuatan kebijakan dan program yang applicable bagi pmbangunan di pusat maupun daerah tempat PSW itu berada. 21 Reformasi politik di Indonesia tentunya telah memberikan harapan besar bagi kaum perempuan. Gerakan-gerakan yang sebelumnya seperti tidak memiliki energi, muncul dengan berbagai usaha pembedayaan hak-hak perempuan, khususnya hak politik. Kebangkitan kaum perempuan dalam pola kehidupan di era globalisasi telah membawa perubahan dalam perkembangan pembangunan terutama di Indonesia. Dalam diri perempuan melekat multi peran yang menuntut pula kondisi demokrasi dalam berbagai bidang kehidupan. Demokrasi itu sendiri telah menjadi istilah yang sangat diagungkan dalam sejarah pemikiran manusia tentang tatanan sosio-politik yang ideal. Bahkan, mungkin untuk pertama kali dalam sejarah, demokrasi dinyatakan sebagai nama yang paling baik dan wajar untuk semua sistem organisasi politik dan sosial yang diperjuangkan oleh pendukung-pendukung yang “berpengaruh”. 22 Demokrasi itu sendiri adalah bagian dari khazanah pembuatan keputusan kolektif. Demokrasi mengejawantahkan keinginan bahwa keputusan- keputusan yang mempengaruhi perkumpulan secara keseluruhan, harus diambil oleh semua anggotanya, dan bahwa masing-masing anggota harus mempunyai hak yang sama dalam proses pengambilanpembuatan keputusan-keputusan tersebut. Meskipun demikian, intensitas perkembangan eksistensi kemanusiaan perempuan secara umum 21 Ibid, 76. 22 Hendra Nurtjahjo, Filsafat Demokrasi, Jakarta: Bumi Aksara,2006, 1 adalah belum optimal. Hal ini tersirat nyata dari masih kuatnya tradisi sebagian besar anggota masyarakat yang mendiskreditkan perempuan dengan menempatkan perempuan sebagai second person. Pemimpin perempuan di masyarakat terkadang masih diragukan kapaitasnya yang pada akhirnya menjadi kurang dapat diterima oleh masyarakat secara luas. Kondisi peran perempuan tidak lebih sebagai obyek politik. Oleh karena itu sikap arif dan keterbukaan dari semua pihak untuk menerima kenyataan bahwa kaum perempuan sebenarnya adalah merupakan sosok pribadi yang menarik dan bisa mengatasi persoalan-persoalan di masyarakat. 1. Kepemimpinan Perempuan 23 Kesempatan bagi munculnya peran serta masyarakat termasuk kelompok perempuan dalam proses pengambilan keputusan sejalan dengan pembangunan nasional di negara kita telah terjamin. Upaya-upaya maksimal pemberdayaan perempuan menunjukkan political will dari pemerintah yang apresiatif terhadap perkembangan pengarusutamaan gender pada pergulatan politik nasional pada kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan. Dalam GBHN 1999 telah mengarah bahwa pemberdayaan perempuan dilaksanakan dengan: pertama, meningkatkan kedudukan dan peran perempuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang diemban oleh lembaga yang mampu memperjuangkan terwujudnya kesetaraan gender. Kedua, meningkatkan kualitas peran dan kemandirian organisasi perempuan dengan tetap mempertahankan nilai persatuan dan kersatuan usaha pemberdayaan perempuian serta kesejahteraan keluarga dan masyarakat. Untuk sampai ke arah tersebut, 23 Santi Wijaya Hesti Utami dkk, Perempuan Dalam Pusaran Demokrasi, Dari Pintu Otonomi ke Pemberdayaan Bantul: IP4 Lappera Indonesia, 2001, 23-25. peningkatan kualitas dari perempuan perlu mendapat perhatian yang serius. Untuk menjawab semua itu sebagai tindak lanjutnya adalah perlu peningkatan partisipasi perempuan dengan beberapa hal seperti: a. Adanya gerakan penyadaran bahwa laki-laki dan perempuan mempunyai hak yang sama sebagai warga Negara. Hal ini perlu dilakukan paling tidak untuk meminimalisir ketidakadilan yang terjadi atau harapan tertinggi untuk mencapai suatu keadilan dan keseimbangan. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk menciptakan wajah baru dalam dunia kita tentunya wajah yang bebas dari diskriminasi. Masing-masing individu perlu menyadari akan kedudukannya, dan mengerti bahwa laki-laki dan perempuan mempunyai posisi yang sejajar dan diharapkan mampu memunculkan kesadaran bahwa antara laki-laki dan perempuan bisa memberikan kontribusi dengan porsi yang sama tanpa ada niat untuk menguasai atau menghegemoni dari pihak laki-laki dan perasaan minder dari pihak perempuan karena merasa dirinya hanya menjadi warga Negara kelas dua. Pada akhirnya nanti tidak ditemukan lagi pihak-pihak yang merasa tersubordinasi. b. Salah satu jalan yang bisa ditempuh untuk melakukan hal tersebut antara lain dengan mengikut sertakan para perempuan untuk masuk dalam proses pengambilan keputusan. Perlu ditegaskan sekali lagi bahwa kesetaraan menjadi langkah utama berjalannya proses demokratisasi karena akan muncul jaminan terbukanya akses dan peluang bagi seluruh elemen masyarakat baik itu laki-laki maupun perempuan. c. Gerakan pemberdayaan perempuan ini adalah suatu gerakan transformasi. Yang utama dalam gerakan pemberdayaan perempuan adalah, dengan dibukanya peluang dan kesempatan yang sama bagi perempuan untuk ikut serta berperan aktif dalam seluruh kegiatan dalam masyarakat. d. Perlu juga adanya penyadaran bagi kaum perempuan sendiri bahwa kesempatan yang diberikan pada kaum perempuan harus digunakan sebaik- baiknya, hal ini dilakukan untuk membuktikan bahwa perempuan siap dengan pemberian peluang tersebut karena selama ini ada suara minor yang mengatakan bahwa perempuan belum mampu atau siap dengan kesetaraan gender tersebut. Hal tersebut terjadi karena banyak dari pihak perempuan tidak punya kepercayaan diri untuk mengaktualisasi diri. Perempuan masa depan harus mampu menunjukkan potensi aktif dan kualitas dalam dirinya guna membuka mata dunia lain bahwa perempuan mampu dan bisa. e. Perlunya pemfokusan perbaikan relasi antara perempuan dan laki-laki. Adanya kesadaran bahwa kedudukan antara laki-laki dan perempuan adalah sama sehingga tidak ada yang merasa dirinya lebih tinggi dari yang lain. Pada dasarnya antara laki-laki dan perempuan adalah mitra maka perbaikan relasi ini mencakup hubungan di segala aspek yaitu meliputi hubungan ekonomi, politik, ekonomi sosial dan budaya. Kepemimpinan atau leadership yang sering kita dengar sebagai sesuatu yang hanya dimiliki oleh kalangan elit atau kaum laki-laki saja, kini sudah luntur sejalan dengan pergerakan dari kaum perempuan yang concern terhadap pengarusutamaan gender. Karena kepemimpinan yang secara umum diartikan sebagai suatu kegiatan seserang dalam memimpin, membimbing, mempengaruhi atau mengontrol pikiran, perasaan atau tingkah laku orang lain dapat dilakukan oleh kaum perempuan melalui suatu karya kepemimpinan yang bersifat tidak langsung atau kontak pibadi antara seseorang dengan orang lain secara tatap muka kepemimpinan yang bersifat langsung. 2. Hak Politik Perempuan 24 Secara Yuridis formal hak politik perempuan merupakan hak azasi sebagaimana dimuat dalam Deklarasi Universal Hak-Hak Azasi Manusia. Pasal 1 intinya adalah bahwa semua orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang tidak berbeda. Pasal 7 menegaskan bahwa setiap orang berhak atas perlindungan hukum yang sama dan Pasal 21 menentukan bahwa setiap orang berhak turut serta dalam pemerintahan negerinya sendiri, baik dengan langsung maupun melalui wakil-wakil yang dipilih secara bebas. Setiap orang diangkat berhak atas kesempatan yang sama, untuk diangkat dalam jabatan pemerintahan dinegerinya instrument Internasional Pokok Hak-Hak Azasi Manusia, 1997. Selain itu perlu diperhatikan pula bahwa pemerintah telah meratifikasi konvensi tentang hak politik perempuan sebagaimana tertuang dalam UU No. 68 Tahun 1958. Dalam UU tersebut terdapat ketentuan bahwa perempuan berhak memberikan suara dalam semua pemilihan dengan status yang sama dengan pria tanpa diskriminasi. Selain itu UU No.39 Tahun 1999 tentang Hak azasi Manusia 24 Ibid, 40-41. khususnya Pasal 46 seara tegas memberikan jaminan keterwakilan perempuan. Atas dasar itu semua, kiranya tidak perlu ragu bahwa perempuan pun juga dijamin hak politiknya. Persoalan tinggal pada perempuan sendiri mau atau tidak memanfaatkan ini. Memperhatikan tentang ruang politik yang sudah terbuka bagi kaum perempuan, maka dapatlah dikatakan perempuan dapat mengimplementasikan hak politiknya secara terbuka pula. Adanya jaminan mengenai hak politik, memberikan dampak yang sangat positif bagi pergerakan politik kaum perempuan. Dalam upaya merepresentasikan hak politik dalam keterwakilannya dalam pengambilan keputusan politik, maka yang perlu untuk dilihat bagaimanakah konteks perempuan dan perwakilan politik. Hal ini sangat perlu untuk dicermati guna memperhatikan lebih jauh, bagaimanakah aktualisasi perempuan dalam perwakilan politik yang mereka jalani.

B. PEREMPUAN DAN PERWAKILAN POLITIK

Dokumen yang terkait

Etnisitas dan Preferensi Politik (Studi Kasus : Masyarakat Etnis India dan Etnis Tionghoa Di Dalam Pemilu Legislatif 2009 Di Kelurahan Polonia.

7 110 85

Partai Politik Dan Pemilu (Suatu Studi Marketing Politik Terhadap Partai Demokrat dalam Pemilu Legislatif 2009)

0 56 96

AFILIASI POLITIK KYAI (Studi Keterlibatan Kyai dalam Partai Politik Pada Pemilu Legislatif 2009 di Kabupaten Probolinggo)

1 31 34

PARTISIPASI POLITIK PEREMPUAN DALAM PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2009

0 17 149

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perempuan dan Politik (Studi Kasus Perempuan dan Politik di Tewah Pada Pemilu Legislatif Tahun 2009 Kabupaten Gunung Mas)

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perempuan dan Politik (Studi Kasus Perempuan dan Politik di Tewah Pada Pemilu Legislatif Tahun 2009 Kabupaten Gunung Mas) T2 752010015 BAB I

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perempuan dan Politik (Studi Kasus Perempuan dan Politik di Tewah Pada Pemilu Legislatif Tahun 2009 Kabupaten Gunung Mas) T2 752010015 BAB IV

0 0 19

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perempuan dan Politik (Studi Kasus Perempuan dan Politik di Tewah Pada Pemilu Legislatif Tahun 2009 Kabupaten Gunung Mas) T2 752010015 BAB V

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perempuan dan Politik (Studi Kasus Perempuan dan Politik di Tewah Pada Pemilu Legislatif Tahun 2009 Kabupaten Gunung Mas)

0 0 5

Pemilu 2009 dan Perlawanan Politik Perempuan

0 0 4