Budaya Populer Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Popularitas Gangnam Style (Studi Pesan Terhadap Kepopuleran Gangnam Style) T1 362007102 BAB II

15 karena tampilannya berulang-ulang sehingga diterima sebagai pola-pola budaya. Dengan demikian, kebudayaan merupakan pondasi atau landasan bagi komunikasi. Kebudayaan yang berbeda akan menghasilkan praktek-praktek komunikasi yang berbeda pula. Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa karakteristik atau ciri-ciri dari komunikasi lintas budaya, adalah antara lain : a Ada dua atau lebih kebudayaan yang terlibat dalam komunikasi, b Ada jalan atau tujuan yang sama yang akhirnya menciptakan komunikasi itu, c Komunikasi lintas budaya menghasilkan kuntungan dan kerugian di antara dua budaya atau lebih yang terlibat, d Komunikasi lintas budaya yang dijalin dewasa ini, baik secara individu maupun secara berkelompok, dapat dilakukan melalui media, e Tidak semua komunikasi lintas budaya menghasilkan feedback. Hal ini tergantung kepada penafsiran dan penerimaan masyarakat dari sebuah kebudayaan yang terlibat, mau dipengaruhi atau tidak, f Bila dua kebudayaan melebur karena pengaruh komunikasi yang dijalin maka akan menghasilkan kebudayaan baru, dan inilah yang disebut akulturasi. Karena Gangnam Style tidak memiliki hambatan dalam melintasnya budaya baru ke seluruh dunia dengan pembuktian popularitasnya yang sangat pesat dan dapat diterima baik oleh masyarakat, maka teori komunikasi lintas budaya ini sesuai dengan pokok penelitian tentang Gangnam Style ini. Gangnam Style dianggap sukses dalam mengkomunikasian budaya kreatif Korea ke negara- negara di luar negara Korea, dengan pembuktian Gangnam Style sampai menembus Amerika dan Eropa.

2.2 Budaya Populer

Budaya populer terdiri dari kata “budaya” dan “pop”. Menurut Williams 1983, mengenai “budaya” sebagai berikut: Pertama, budaya dapat diartikan suatu proses umum perkembangan intelektual, spiritual, dan estetis. Kedua, 16 budaya berarti pandangan hidup tertentu dari masyarakat, periode, atau kelompok tertentu. Ketiga, budaya bisa merujuk pada karya dan praktik-praktik intelektual, terutama aktif itas artistik. Kata “pop” diambil dari kata populer dan karakteristik budaya populer sebagai berikut: 1. Banyak disukai orang 2. Jenis kerja rendahan 3. Karya yang dilakukan untuk menyenangkan orang 4. Budaya yang memang dibuat oleh orang untuk dirinya sendiri Kemudian untuk mendefinisikan budaya pop kita perlu mengkombinasikan dua istilah yaitu ”budaya” dan ”populer”. Ada satu titik awal yang menyatakan bahwa budaya pop itu memang budaya yang menyenangkan atau banyak disukai orang. Kedua, untuk mendefinisikan budaya pop adalah dengan mempertimbangkan budaya tertinggal rendah, budaya pop menurut definisi ini merupakan kategori residual untuk mengakomodasi praktik budaya yang tidak memenuhi persyaratan budaya tinggi. Dengan kata lain, budaya pop didefinisikkan sebagai budaya ”substandar”, yang diuji oleh budaya pop meliputi seperangkat pertimbangan nilai teks atau praktik budayanya. Storey 2007, menekankan bahwa budaya populer muncul dari urbanisasi akibat revolusi industri, yang mengindentifikasi istilah umum dengan definisi budaya massa, beliau juga menyamakan budaya pop dengan budaya massa. Hal ini terlihat sebagai budaya komersial, diproduksi massal untuk konsumsi massa. Dari perspektif Eropa Barat, budaya pop dapat dianggap sebagai budaya Amerika, atau budaya pop dapat didefinisikan sebagai budaya autentik masyarakat. Namun, definisi ini bermasalah karena banyak cara untuk mendefinisikan masyarakat. Budaya Pop selalu berubah dan muncul secara unik di berbagai tempat dan waktu. Budaya pop membentuk arus dan mewakili suatu perspektif interdependent-mutual yang kompleks dan nilai-nilai yang memengaruhi masyarakat dan lembaga-lembaganya dengan berbagai cara. Misalnya, beberapa arus budaya pop mungkin muncul dari atau menyeleweng menjadi suatu subkultur yang melambangkan perspektif yang kemiripannya dengan budaya pop 17 arus utama begitu sedikit. Berbagai hal yang berhubungan dengan budaya pop sangat khas menarik spektrum yang lebih luas dalam masyarakat. Pierre Bourdieau 1984, pernah mengatakan bahwa perbedaan budaya seringkali dimanfaatkan untuk memperlebar dan memelihara perbedaan kelas. ”Selera” misalnya, bisa disebut sebagai sebuah kategori ideologis yang difu ngsikan sebagai ciri ”kelas” pemakaian istilah ”kelas” dalam hal ini diposisikan dalam arti ganda, yaitu kategori sosial ekonomi dan tingkat kualitas tertentu. Beliau menyebut s atu contoh, ”konsumsi budaya”, baginya konsumsi budaya sudah ditentukan, sadar dan disengaja, atau tidak untuk tujuan memenuhi fungsi sosial pengabsahan perbedaan sosial. Pembatasan ini didukung oleh pernyataan bahwa budaya pop adalah budaya komersial dampak dari produksi massal, sedangkan budaya tinggi adalah kreasi hasil kreativitas individu. Oleh karena itu budaya tinggi adalah budaya yang mendapatkan penerimaan moral dan estetis yang lebih, sementara budaya pop malah mendapatkan pengawasan secara sosiologis untuk mengendalikan sedikit yang bisa diberikannya. Singkatnya, budaya populer adalah gaya , ide, perspektif, dan sikap yang benar-benar berbeda dengan budaya arus utama. Banyak dipengaruhi oleh media massa dan dihidupkan terus-menerus oleh berbagai budaya bahasa setempat, kumpulan ide tersebut menembus dalam keseharian masyarakat. Pada tingkat rendah, kapitalisme global ala neo liberal membentuk gaya hidup baru manusia yang diciptakan melalui tren . Kombinasi antara media massa, citra, dan belanja secara bersamaan membentuk gaya hidup konsumerisme. Konsumerisme merupakan kecenderungan orang untuk mengidentifikasi dirinya dengan produk atau jasa yang mereka konsumsi, khususnya mereka dengan nama-nama merek komersial dan daya tarik meningkatkan status Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008, misalnya sebuah mobil mahal dan HP. Ini adalah istilah yang kebanyakan disangkal orang dengan memberi beberapa alasan yang lebih spesifik atau alasan untuk mengkonsum si dibandingkan dengan mereka yang „dipaksa‟ untuk mengkonsumsi. Sifat produk-produk budaya popular sebagai berikut Ibrahim, 2007: 18 1. Artificial, merujuk kepada sesuatu yang tidak alami, melainkan dibuat atau diproduksi oleh manusia. Artificial memiliki makna dan konotasi meluas, seperti: pemanis buatan; bunga buatan; dan lain-lain. 2. Sintetik, sering menyiratkan penggunaan proses kimia untuk menghasilkan suatu zat yang akan terlihat atau fungsi seperti yang asli, sering kali dengan keunggulan tertentu: karet sintetis, kain sintetis. 3. Semu ersatz adalah imitasi transparan yang inferior, contoh: kopi ersat, bulu ersat. 4. Simulasi, sering merujuk kepada pengganti palsu atau imitasi dari suatu zat lebih mahal, seperti: berlian simulasi. Perkembangan budaya populer pada masyarakat Indonesia, disini saya artikan sebagai globalisasi. Globalisasi merupakan suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang bergerak terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses manusia global itu Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008. Kehadiran teknologi informasi dan teknologi komunikasi mempercepat akselerasi proses globalisasi ini. Globalisasi menyentuh seluruh aspek penting kehidupan. Globalisasi menciptakan berbagai tantangan dan permasalahan baru yang harus dijawab, dipecahkan dalam upaya memanfaatkan globalisasi untuk kepentingan kehidupan. Dalam perkembangannya globalisasi menimbulkan berbagai masalah dalam bidang kebudayaan, misalnya: 1. Hilangnya budaya asli suatu daerah atau suatu negara, 2. Terjadinya erosi nilai-nilai budaya, menurunnya rasa nasionalisme dan patriotism, 3. Hilangnya sifat kekeluargaan dan gotong royong, 4. Kehilangan kepercayaan diri, gaya hidup kebarat-baratan. Adanya globalisasi menimbulkan berbagai masalah terhadap eksistensi kebudayaan daerah, salah satunya adalah terjadinya penurunan rasa cinta terhadap kebudayaan yang merupakan jati diri suatu bangsa, erosi nilai-nilai budaya, terjadinya akulturasi budaya yang selanjutnya berkembang menjadi budaya massa. 19 Budaya populer diproduksi dengan maksud untuk dikomersilkan dan tujuannya hanya satu, yaitu untuk meraup keuntungan sebanyak banyaknya. Ini merupakan salah satu tujuan dari mempopulerkan budaya kreatif Gangnam Style yang akan diteliti dalam penelitian ini. Jelas terbukti sang rapper , PSY, meraup keuntungan yang berlimpah, ini dibuktikan pada pemberian hadiah kepada koreografernya, sang pencipta tarian Gangnam Style adalah sebuah mobil mewah dan juga membiayai seluruh kebutuhan pernikahan kepada menejernya yang telah berjasa padanya. Gangnam Style juga turut menurunkan nilai pada tarian berkudanya yang sebenarnya berkuda berasal dari Amerika dan sangat berkelas, namun dengan diproduksinya industri ini semua orang dapat menarikan gerakan Gangnam style dalam pandangan berkelas atau tidak. Disini, Korea Selatan mengadopsi budaya Amerika yaitu berkuda dan dibuat suatu fenomena tarian, kemudian Negara Amerika sendiri mengikuti gerakan Gangnam Style yang sebenarnya itu berasal dari Amerika diturunkan nilainya oleh negara lain kemudian diadopsi balik oleh Negara Amerika tersebut. Karena mungkin terlihat santai, lucu, dan menghibur sehingga gerakan Gangnam Style dapat diterima oleh seluruh dunia.

2.3 Semiotika