Latar Belakang Masalah PEBDAHULUAN

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id belajar seorang individu tergantung dengan pengelolaan dan kontrol dirinya sendiri dalam kegiatan belajar yang ia laksanakan. Pengaturan diri menjadi kata penting dalam upaya memenuhi tugas perkembangan. Pengaturan diri atau regulasi diri pada remaja pada dasarnya telah terbentuk dan mencapai tungkat yang stabil sekitar usia 13 tahun. Kemampuan seseorang untuk meregulasi diri dipengaruhi oleh umpan balik yang diberikan oleh lingkungan sehingga hasil dari proses tersebut terinternalisasi dalam diri seorang individu yang menjadi sumber pedoman dalam berperilaku. Kemampuan untuk mengatur diri perlu dikembangkan untuk membantu individu mengatasi situasi yang menekan. Individu yang mampu melakukan regulasi diri akan mampu mencapai tujuannya dengan cara- cara yang baik dan dapat diterima secara sosial. Kegagalan seseorang dalam melakukan pengaturan diri dapat menyebabkan seseorang tidak mampu mencapai tujuan dan rentan mengalami resiko psikologis. 4 Regulasi diri sendiri merujuk pada pikiran, perasaan dan tindakan yang terencana oleh diri dan secara siklis disesuaikan dengan upaya pencapaian tujuan pribadi. Kunci utama dari proses regulasi diri ini adalah penentuan tujuan dan perencaaan strategis. Dalam bimbingan dan konseling, dapat digunakan pendekatan cognitive behaviour therapy CBT karena berorientasi pada tindakan, pikiran, dan perasaan sebagai upaya agar klien dapat menginternalisasikan dirinya. 4 Chairani, Lisya Subandi, M.A, Psikologi Santri Penghafal Al- Qur’an Peran Regulasi Diri Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2010, hal. 35. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Konseling dengan cognitive behaviour therapy CBT mengajak individu untuk belajar mengubah perilaku, menenangkan pikiran dan tubuh sehingga merasa lebih baik, berpikir lebih jelas dan membantu membuat keputusan yang tepat. Strategi penerapan konseling cognitive behaviour therapy CBT sejalan dengan prinsip yang ada self-regulated learning karena mampu menyentuh aspek kognisi, motivasi, dan perilaku individu. Oleh karena itu, dalam meningkatkan aspek self-regulated learning santri kelas isti’dad kelas persiapan di Pondok Pesantren Assalafi Al fithrah Surabaya, peneliti menggunakan pendekatan cognitive behaviour therapy. Sehingga judul yang peneliti ambil dalam penelitian ini adalah “Efektifitas Cognitive Behaviour Therapy dalam Meningkatkan Self-Regulated Learning Kemandirian Belajar Santri Kelas Isti’dad Ulya B Kelas Persiapan Di Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah Surabaya”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah yang bisa dimunculkan dalam penelitian ini yaitu: 1. Bagaimana proses cognitive behaviour therapy CBT dalam meningkatkan self-regulated learning kemandirian belajar santri kelas isti’dad Ulya B persiapan di Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah Surabaya? 2. Apakah cognitive behaviour therapy CBT efektif dalam meningkatkan self-regulated learning kemandirian belajar santri kelas isti’dad Ulya B persiapan di Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah Surabaya? digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat proses dan efektivitas penggunaan cognitive behaviour therapy dalam meningkatkan self- regulated learning kemandirian belajar santri kelas isti’dad Ulya B di Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah Surabaya.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis a. Menjadi rujukan bagi para konselor di lingkungan pesantren khususnya bagi para asatidz atau guru yang mengajar di lingkungan pesantren dalam meningkatkan kemandirian belajar siswa-siswinya di sekolahpesantren. b. Menjadi rujukan bagi siswa maupun remaja, khususnya bagi santri yang masuk kelas persiapan isti’dad yang mengalami kesulitan dalam proses regulasi diri dan kemandirian dalam proses belajarnya. c. Bagi guru BK dan konselor hasil penelitian dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran dalam aplikasi maupun implementasi konsep konseling dalam setting pesantren dengan menggunakan teknik pendekatan cognitive behaviour therapy dalam meningkatkan regulasi proses belajar santri self-regulated learning di kelas khususnya atau pada remaja umunya. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 2. Manfaat Praktis a. Penelitian ini diharapkan mampu secara praktis untuk meningkatkan kemandirian belajar self-regulated learning siswa di kelas isti’dad persiapan di Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah Surabaya b. Penelitian ini diharapkan menjadi sumber rujukan dan pijakan munculnya penelitian-penelitian selanjutnya yang masih berkaitan dengan penelitian ini, agar materi yang dikaji menjadi lebih sempurna dan lengkap.

E. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan sebuah paradigma dalam penelitian yang memandang kebenaran sebagai sesuatu yang tunggal, objektif, universal dan dapat diverifikasi. Kebenaran itu dicapai dengan menggunakan metode tertentu. 5 Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian kuantitatif ini adalah jenis penelitian pre-experimental designs. Dikatakan pre- experimental designs, karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Jadi hasil eksperimen yang merupakan variabel dependen itu bukan semata-mata 5 Purwanto, Metodologi Penelitian Kuantitatif Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2008, hal. 164. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id dipengaruhi oleh variabel independen. Hal ini dapat terjadi karena tidak adanya variabel kontrol, dan sampel tidak dipilih secara random. 6 Bentuk desain pre-experimental designs yang dipakai peneliti adalah dengan one-group pretest-posttest design. Dalam desain ini terdapat pretest, sebelum diberikan perlakukan treatment. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan keadaan sebelum diberi perlakuan treatment. 7 Peneliti berusaha menemukan hasil treatment dengan konseling cognitive behaviout therapy dalam meningkatkan self-regulated learning santri kelas isti’dad. Oleh karena dilakukan pre-test untuk mengetahui skor hasil tes sebelum diadakannya treatment dan dilakukan post-test untuk mengetahui persentase perubahan setelah dilakukan treatment terhadap subjek penelitian. 2. Populasi dan Sampel a. Populasi Populasi merupakan keseluruhan dari subyekobyek penelitian, wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang menjadi kuantitas dan karasteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti. Populasi menggambarkan berbagai karakteristik subjek penelitian untuk kemudian menentukan pengambilan sampel. 8 Berdasarkan definisi tersebut, maka populasi subyek penelitian ini adalah para santri atau siswa kelas isti’dad 6 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan RD, Bandung: Alfabeta, 2015, Hal. 109. 7 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan RD, hal. 110-111. 8 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan RD, hal. 117. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Ulya B persiapan di Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah Surabaya yang berjumlah 30 santri. Alasan peneliti memilih kelas isti’dad ulya B adalah berlandaskan pada hasil wawancara dengan salah satu penanggung jawab kelas isti’dad yaitu ustadz Hermansyah, bahwa kelas isti’dad ulya B merupakan kelas yang secara kemampuan yang dimiliki oleh anak-anak relatif sama. Usia para santri yang duduk di kelas isti’dad ulya B juga relatif sama. Sehingga bisa dikatakan sampel populasi yang peneliti pilih ini bersifat homogen. Hal ini tentunya mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian. Selain itu, para santri kelas isti’dad ulya B secara kemandirian belajar juga masih kurang maksimal dibanding dengan kelas isti’dad ulya A dan kelas isti’dad yang ada pada santri putri. Menurut penuturan ustadz Hermansyah, hal ini dibuktikan dengan hasil belajar mereka selama satu tahun di kelas isti’dad, hasil yang mereka dapatkan masih kurang maksimal. Sehingga dibutuhkan usaha dan pendampingan dari para asatidz yang lebih intens dari yang lain. b. Sampel Sampel dimunculkan oleh peneliti pada suatu penelitian karena peneliti ingin mereduksi memotong obyek yang akan diteliti. Peneliti tidak melakukan penyelidikannya pada semua obyek atau gejala atau kejadian atau peristiwa tetapi hanya sebagian saja. Sebagian inilah yang disebut dengan sampel, dan peneliti ingin melakukan generalisasi dari digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id hasil penelitiannya, artinya mengenakan kesimpulannya kepada obyek, kejadian, gejala, atau peristiwa yang lebih luas. 9 Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan mampu mewakili populasi dalam penelitian. Apa yang dipelajari dan diteliti dari sempel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. 10 adapun dalam metode pengambilan sampel dalam penelitian ini, peneliti berpedoman pada pernyataan Suharsimi Arikunto yang berbunyi: “apabila subyek penelitian kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semuanya, sehingga penelitiannya adalah populasi. akan tetpai subyeknya lebih dari 100 orang, maka diperbolehkan mengambil sampel 10 - 15 atau lebih 20 - 25 atau lebih. 11 Jadi, karena jumlah santri yang ada di kelas isti ’dad ulya B berjumlah 30 anak, maka peneliti mengambil semua santri untuk menjadi subyek penelitian. Sehingga dalam penelitian ini, sampel yang digunakan adalah sampel populasi dengan tanpa menggunakan teknik sampling. 3. Variabel dan Indikator Penelitian a. Variabel Penelitian Variabel adalah gejala yang dipersoalkan, gejala yang bersifat membedakan satu unsur populasi dengan unsur yang lain. Oleh karena variabel bersifat membedakan maka variabel harus mempunyai nilai 9 Masyhuri Dan M. Zainuddin, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif Bandung: PT Refika Aditama, 2008, hal. 159. 10 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan RD, hal. 118. 11 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Jakarta: Rineka Cipta, 2010, hal. 120.