KEDATANGAN BANGSA EROPA PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM DAN PERUBAHAN

25

BAB III PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM DAN PERUBAHAN

SOSIAL DI INDONESIA

A. KEDATANGAN BANGSA EROPA

Sejarah pendidikan Islam di Indonesia mulanya didasarkan pada sistem kedaerahan dan tidak terkoordinir dan terpusat seperti saat ini, sebab tiap daerah berusaha melancarkan pendidikan dan pengajaran Islam menurut daerahnya masing-masing. Kondisi demikian ternyata tidak menghalangi tersebar luasnya Islam yang dipeluk mayoritas penduduk nusantara. Islam bahkan pernah menjadi agama resmi pada masa Kerajaan Pasai di Aceh abad ke-13 dan Kerajaan Demak di Jawa Tengah akhir abad ke- 15 M. Penyebaran agama Islam berlangsung damai tanpa paksaan di daerah pantai. Untuk daerah pedalaman proses islamisasi berjalan lebih lamban dan memerlukan waktu lebih lama. Orang-orang pedalaman masih memegang agama dan adatnya yang lama. Meski demikian prinsip hidup damai, bertetangga antara orang pantai yang sudah Islam dan orang pedalaman yang masih kuat memegang agama Hindu atau Budha masih tetap dipertahankan masyarakat saat itu. Kondisi yang demikian menjadi berubah setalah datangnya imperialis Eropa Barat yang selain berdagang membawa pula misi menguasai daerah yang didatangi, serta penyebaran agama. Kedatangan bangsa Eropa ini menimbulkan reaksi dan pertentangan dimana-mana di kepulauan Nusantara, karena mereka di samping merugikan penduduk pribumi, juga merusak tatanan sosial budaya masyarakat yang sudah ada. Usaha penaklukan oleh bangsa Eropa dimulai dengan jalan perdagangan, dilanjutkan dengan menggunakan kekuatan militer. Saat itu dunia Timur dikenal sebagai penghasil rempah-rempah yang merupakan komoditi sangat langka dan mahal harganya untuk bangsa Eropa. Reaksi perlawanan datang dari berbagai daerah di nusantara, seperti serangan Adipati Unus terhadap Portugis di Malaka, Sultan Agung, Trunojoyo, Diponegoro, Perang Paderi, Perang Aceh, dan sebagainya. Perlawanan tersebut sebagian besar dipimpin oleh para tokoh Islam. 1. Organisasi dan Pendidikan Islam Di setiap daerah yang penduduknya Islam berdiri masjid yang berfungsi di samping sebagai tempat ibadah juga pusat kegiatan Islam. Setiap tokoh agama Islam kiaiwali 26 pada masa itu selalu mementingkan dan mendahulukan pembangunan masjid sebagai pusat kegiatan keagamaan dan kemasyarakatan. Dengan demikian pendidikan agama non formal semakin luas dan terarah. Pendidikan agama yang diberikan saat itu bertujuan: a. Mengajak manusia berbuat baik, patuh mengerjakan agama secara bersungguh- sungguh; b. Menjaga tradisi, sesuatu yang dianggap penting dan diperlukan oleh keluarga dan masyarakat harus diturunkan dan diajarkan kepada anak cucu secara turun temurun sebagai regenerasi. 2. Metode Pendidikan a. Ceramah atau nasihat langsung Dilakukan di tempat-tempat berkumpul kaum muslimin seperti di masjid atau langgar. Nasihat secara langsung diberikan terutama yang berkenaan dengan persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat pada umumnya; b. Teladan yang baik Dengan penampilan pribadi yang menonjolkan tingkah laku baik dan terpuji yang bisa ditiru dan diteladani para murid. Factor keteladanan ini sangat berperan dalam dakwah Islam sejak awal c. Media kesenian dan permainan Seni menjadi metode dakwah paling efektif saat itu. Seperti dilakukan oleh Sunan Kalijaga dengan wayangnya. Banyak orang mulai tertarik masuk Islam, meskipun secara kualitas masih memerlukan pembinaan lebih jauh. Juga Gamelan Sekaten di Yogyakarta dan Solo dalam perayaan hari lahir Rasulullah SAW. Istilah sekaten diambil dari bahasa Arab Syahadataini yang artinya dua kalimat syahadat.

B. ZAMAN PENJAJAHAN BELANDA