63
Tabel 2. Tingkat Motivasi Usaha
Rentang Nilai Jumlah
Kriteris Keterangan
80 – 90
14 36,8
Sangat Baik 70
– 79 24
63,2 Baik
60 – 69
Cukup 50
– 59 Kurang
Berdasarkan pada tabel 2 di atas dapat dijelaskan bahwa minat atau motivasi peserta pelatihan dalam berwirausaha dalam kondisi sangat baik 36.8 dan baik 63.2. Data terlampir.
Artinya semua peserta pelatihan termotivasi dengan baik untuk mengembangkan usaha. Usaha yang dapat dikembangkan berbasis pada hobi, keterampilan yang dimiliki, menjadi ustadzah,
bahkan ingin jadi pengarang.
3. Peserta pelatihan memahami tentang contoh-contoh dan strategi menjadi wirausaha sukses.
Pemateri memberikan contoh-contoh dan ketauladanan tentang wirausaha sukses pada beberapa UMKM yang ada di wilayah nusantara, jika dievaluasi hal ini cukup efektif untuk
menumbuhkan minat wirausaha, bahwa wirausaha sukses bisa diawali dari usaha kecil dan sederhana. Melalui tes diketahui 65 peserta memahami strategi untuk menjadi wirausaha yang
sukses, peserta juga memahami bahwasanya setiap orang memiliki hak untuk sukses jika seseorang memiliki kemauan untuk berusaha.
4. Peserta pelatihan memiliki kemampuan dalam mengembangkan daya cipta dan ketrampilan yang bermanfaat bagi masa depan.
Pelatihan membuat hantaran lamaran pernikahan yang dilatihkan pada peserta memberikan kontribusi terhadap bertambahnya pemahaman dan pengalaman dalam menghasilkan produk
yang dibutuhkan masayarakat. Lebih- lebih santri di Pondok Pesantren ”Ar-Riyadh“ setelah
selesai mengajinya mereka biasanya langsung menikah dan tidak harus menunggu sekolah SMP apalagi SMA. Dengan demikian produk yang dilatihkan bisa dimanfaatkan untuk membantu
mempersiapkan sebuah pernikahan para santri yang lainmasyarakat yang membutuhkan, sekaligus bermanfaat untuk membuka usaha baru. Melalui pelatihan keterampilan inilah
diketahui 60 peserta memiliki skill membuat hantaran pernikaan.
5. Memiliki kemandirian, kreatifitas, inovatif, dan kerja sama.
Melalui pelatihan dengan outbond peserta pelatihan diupayakan ditumbuhkan upaya untuk melakukan produktifitas dalam hidup, serta berlatih menciptakan kemandirian sebagai upaya
untuk mencipta kerja bagi diri sendiri sekaligus bagi masyarakat sekelilingnya. Dari data cek list dapat diketahui 55 peserta sebenarnya memiliki kreatifitasinovasi dan kemampuan
bekerja sama yang baik.
6. Peserta pelatihan memiliki terampil untuk mengelola usaha kecil secara mandiri.
Dalam pelatihan ini juga dikenalkan tentang prinsip-prinsip mengelola usaha mandiri, supaya jiwa kewirausahaan santri dapat ditumbuhkan untuk menciptakan ekonomi yang kreatif yang
muncul dari lingkungan pondok pesantren yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya, serta memiliki pemahaman untuk memasarkan produk yang telah dilatihkan berupa hantaran
lamaran pernikahan pada masyarakat sekitar. Hasil tes menunjukkan 51 memiliki keterampilam mengelola usaha kecil.
Hasil Fisik Yang Diperoleh
Dari kegiatan ini, secara fisik peserta dapat: 1. Membuat hantaran lamaran pernikahan berupa: a mendesign dan menghias mahar lamaran
dengan menggunakan bunga dan uang mas kawin; b mendesign seperangkat alat sholat untuk lamaran; dan c mendesign dan menghias sprei sebagai hantaran lamaran., seperti berikut:
64
Gambar 1. Hasil Pembuatan Hantaran 1
Gambar 2. Hasil Pembuatan Hantaran 2
2. Diperolehnya skill berupa jasa dalam menghias hantaran lamaran pernikahan, yang siap dikenalkan dan dipasarkan pada masyarakat sekitar seperti di atas, melalui pelatihan dan praktik
di kelas.
Gambar 3. Kegiatan pelatihan dan praktik
3. Membuat perencanaan bisnis sederhana. 4. Pesertaresponden memiliki kemampuan untuk memanage usaha kecil mulai dari
merencanakan, memproduksi hingga memasarkan. Berdasar kegiatan ini, respon atau partisipasi mitra adalah menyediakan sarana tempat dan
koordinasi jadual secara sistematis serta terlibat dalam kegiatan sebagai tim pengedali dan memonitor pelaksanaan program supaya bisa memberikan masukan yang berarti bagi pengusul.
Adapun jenis luaran dari kegiatan ini adalah berupa produk dari sebuah pelatihan dan manajemen usaha yang siap digunakan santri saat melakukan pengelolaan usaha. Lebih lanjut
partisipasi dari mitra dalam pelaksanaan program adalah memberikan perintah kepada santri, ustadazh serta wali murid diniyah untuk menjadi peserta pelatihan.
KESIMPULAN
Setelah dilakukan serangkaian kegiatan pendidikan dan pelatihan, dapat disimpulkan bahwa lebih dari 50 santri memahami kosep tentang kewirausahaan dengan baik; 63,29 peserta
pelatihan memiliki nilai-nilai kewirausahaan dan motivasi berperilaku produktif dengan antusias dan dapat ditumbuhkan; 65 peserta pelatihan memahami tentang contoh-contoh dan strategi
menjadi wirausaha sukses untuk diambil hikmahnya dan penyemangat dalam berwirausaha; 60 peserta pelatihan memiliki kemampuan dalam mengembangkan daya cipta dan ketrampilan yang
bermanfaat bagi masa depan; 55 peserta memiliki kemandirian, kreatifitas, inovatif, dan kesetiakawanan sosial yang tinggi; 55 peserta memiliki kemampuan mengembangkan jiwa
65
kewirausahaan dapat ditanamkan pada santriwati, ustadzah, dan wali murid RAMI; 60 peserta pelatihn terampil membuat hantaran lamaran pernikahan 3 tiga desain; peserta 51 pelatihan
terampil untuk mengelolamemanage usaha secara sederhana; dan peserta memiliki pemahaman dan strategi untuk memasarkan produk hantaran lamaran pernikahan pada masyarakat sekitar.
Faktor Pendukung
Faktor pendukung disini merupakan hal-hal positif yang mempengaruhi keberhasilan program pendidikan dan pelatihan Pendidikan dan Pelatihan dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Peserta diklat adalah pengguna langsungpengguna manfaat dari hasil pengabdian masyarakat ini, dimana materi tersebut sangat penting untuk membekali kecakapan hidupnya kelak untuk
membuka usaha sendiri. 2. Adanya dukungan penuh dari Pengasuh Pondok Pesantren dan adanya ketertarikan dan minat
yang tinggi dari peserta pelatihan untuk mengikuti program kegiatan pendidikan dan pelatihan ini sampai selesai, dimana peserta pelatihan tepat waktu dalam jadual kegiatan.
3. Tanggapan positif yang berupa dukungan moral dari pihak pondok pesantren baik dari pengasuh, ustadzah, santri maupun masyarakat sekitar yang berkomitmen untuk memanfaatkan
waktu luang menjadi lebih produktif. 4.
Pondok Pesantren “Ar-Riyadh” di Wrati Kejayan Wonorejo Pasuruan sebagai pesantren yang ingin selalu berbenah diri menjadi lebih baik, maka memerlukan banyak hal pengetahuan,
pemahaman, dan keterampilan yang memadai untuk mendukung visi dan misi pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan.
5. Dukungan dan pemberian fasilitas yang memadai dari LPPM Unikama dalam pelaksanaan program kegiatan pendidikan dan pelatihan, yang dikemas dalam pengabdian kepada
masyarakat yang dilaksanakan oleh Dosen.
Faktor Penghambat
Faktor penghambat disini merupakan hal-hal yang mengganggu kelangsungan dan kelancaran pelaksanaan program kegiatan. Faktor-faktor penghambat tersebut dapat diidentifikasi
berikut ini. 1. Penjadualan program kegiatan harus sering-sering dilakukan konfirmasi antara pihak pelaksana
program dan pihak sekolah pelatihan. Hal ini terjadi karena bertepatan dengan kegiatan di Pondok Pesantren yang sangat padat, yaitu ke
giatan pembukaan Majelis Ta’lim Sholawat. Demikian pula tim pelaksana program menunda pertemuan dengan peserta pelatihan karena
kesibukan kegiatan di kampus yang sangat padat dan sangat penting. Oleh sebab itu, perlu adanya komunikasi yang intensif di antara kedua belah pihak.
2. Lokasi kegiatan pelatihan yang agak jauh dari kampus lebih kurang 65 km menyebabkan kegiatan tidak bisa dilaksanakan tepat waktu sesuai jadual, dikarenakan adanya kendala di jalan.
3. Waktu pelaksanaan siang hari, sehingga kondisi peserta mengantuk, karena merupakan jam tidur siang bagi santri. Untuk itu dengan pelatihan dengan metode praktik akan menjadi metode
pembelajaran yang menarik dan cukup memberikan kebermaknaan. 4. Banyaknya masalah terkait dengan keterampilan yang kurang memadai, maka masih banyak
diperlukan keterampilan-keterampilan lain yang dibutuhkan.. 5.
Sarana dan prasaran di Pondok Pesantren “Ar-Riyadh” Wonorejo masih terbatas. Saran yang direkomensasikan setelah dilakukan kegiatan ini adalah: pemberdayaan
ekonomi dan pemberian keterampilam di lingkungan Pondok Pesantren hendaknya dilakukan pada tahapan lebih lanjut, intensif, dan dapat terencana dengan baik; perlunya komitmen untuk
menunda pernikahan di usia dini, diganti dengan mengisi waktunya yang lebih positif dan produktif; dan kurikulum di Pesantren hendaknya memasukkan unsur pembelajaran kewirausahaan
yang sarat dengan pemahaman dan praktik, supaya pendidikan mampu menyiapkan individu yang lebih berkualitas dengan optimal.
66
DAFTAR PUSTAKA
Arnold, K.A., Barling, J., dan Kelloway, E.K., 2001. Transformational leadership or the iron cage: which predicts trust, commitment and team efficacy?. Leadership Organization
Development Journal, 22 7: 315-320. Hendro, 2011. Dasar-dasar Kewirausahaan. Erlangga. Jakarta.
Longenecker J., Carlos W. Moore, and Petty William, 2001. Kewirausahaan Manajemen Usaha Kecil. Salemba Empat. Jakarta.
Polly, L.M., 2002. Social exchange and customer service: the relationship between perceived organizational support, leader-member exchange, and customer service behavior. Unpublished
Disertation, Blacksburg, Virginia: the Virginia Polytechnic Institute and State University. Robbins, S.P., 2003. Organizational Behavior. Upper Saddle River, New Jersey: Prentice Hall.
Siagian Sondang P., 2009. Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.
67
PENGOLAHAN KLOBOT JAGUNG MENJADI PRODUK HANDICRAFT BERNILAI EKONOMIS
Enike Dwi Kusumawati
1
, Irma Tyasari
1
, Suryaningsih
2
, HB Sujiantoro
2
, Cicilia I. R. Nita
1 1
Universitas Kanjuruhan Malang
2
Universitas Wisnu Wardhana Malang enikeunikama.ac.id
ABSTRAK. Masyarakat Kecamatan Kedopok perlu ditingkatkan pendapatannya, di antaranya melalui pengolahan potensi lokal yang berlimpah yaitu limbah pertanian yang masih
belum terkelola dengan baik sehingga tidak bernilai ekonomis. Selain itu juga perlu adanya peningkatan kewirausahaan bagi calon tenaga kerja sehingga berminat menjadi wirausaha
muda. Melihat potensi dan pemanfaatan wilayah demikian itu, banyak alternatif yang bisa dipilih untuk mengoptimalkan pemanfaatan dan pemberdayaan potensi daerah kota, guna
mewujudkan kesejahteraan masyarakat Kota Probolinggo melalui percepatan penanggulangan kemiskinan dan pengangguran berbasis investasi produktif dan berkesinambungan. Dengan
memperhatikan identifikasi permasalahan yang terjadi maka isu strategis pembangunan daerah Kota Probolinggo Tahun 2006-2025 dapat dirumuskan sebagai berikut: 1 Perubahan perilaku
dan gaya hidup masyarakat; 2 Kesenjangan sosial dan tekanan kemiskinan; 3 Menurunnya kualitas lingkungan hidup serta rendahnya partisipasi masyarakat dalam ikut menjaga kondisi
lingkungan; 4 Belum meratanya hasil pembangunan dan belum optimalnya aksesibilitas masyarakat miskin terhadap pelayanan umum; 5 Peningkatan daya saing daerah. Hasil yang
dicapai antara lain terlaksananya dengan sangat baik pelatihan kewirausahaan dan peluang bisnis handicraft, pembentukan kelompok setiap kelurahan, perencanaan dan pembentukan
kelompok untuk kekompakan tim dan partner kerja, pelatihan handicraft klobot jagung, pelatihan ini dilakukan di Kelurahan Kedopok dengan peserta sebanyak 15 orang, pelatihan
handicraft mendong dan klobot jagung untuk hantaran, pelatihan ini dilakukan di Kecamatan Kedopok dengan peserta sebanyak 45 orang, pelatihan manajemen pemasaran, pelatihan
manajemen keuangan dan pemasaran,
Focus Group Discussion
, pendampingan kegiatan setiap minggu sekali pada setiap kelurahan, monitoring dan evaluasi kegiatan juga dilaksanakan
setiap minggu sekali. Pelaksanaan Iptek bagi Wilayah ini telah berjalan sesuai dengan rencana yang telah disusun. Masyarakat juga mengikuti semua program dengan antusias.
Kata Kunci:
Klobot Jagung; Handicraft; Ekonomis; Pelatihan; Hantaran
PENDAHULUAN
Masyarakat Kecamatan Kedopok perlu ditingkatkan pendapatannya, di antaranya melalui pengolahan potensi lokal yang berlimpah yaitu limbah pertanian yang masih belum terkelola
dengan baik sehingga tidak bernilai ekonomis. Selain itu juga perlu adanya peningkatan kewirausahaan bagi calon tenaga kerja sehingga berminat menjadi wirausaha muda. Melihat
potensi dan pemanfaatan wilayah demikian itu, banyak alternatif yang bisa dipilih untuk mengoptimalkan pemanfaatan dan pemberdayaan potensi daerah kota, guna mewujudkan
kesejahteraan masyarakat Kota Probolinggo melalui percepatan penanggulangan kemiskinan dan pengangguran berbasis investasi produktif dan berkesinambungan.
Pada IbW tahun pertama pelaksanaan 2015 telah dilaksanakan berbagai kegiatan diantaranya pelatihan kewirausahaan dan peluang bisnis, pembentukan kelompok, pelatihan
handicraft klobot jagung, kain perca dan mending, pelatihan manajemen pemasaran dan keuangan, pendampingan dan monitoring kegiatan setiap minggu baik oleh tim IbW Perguruan Tinggi
maupun Tim teknis dari Pemkot Probolinggo,
launching product
handicraft, pemasaran melalui media
online
, seminar hasil IbW.
Permasalahan Mitra
Dengan memperhatikan identifikasi permasalahan yang terjadi maka isu strategis pembangunan daerah Kota Probolinggo Tahun 2006-2025 dapat dirumuskan sebagai berikut: 1
68
Perubahan perilaku dan gaya hidup masyarakat; 2 Kesenjangan sosial dan tekanan kemiskinan; 3 Menurunnya kualitas lingkungan hidup serta rendahnya partisipasi masyarakat dalam ikut
menjaga kondisi lingkungan; 4 Belum meratanya hasil pembangunan dan belum optimalnya aksesibilitas masyarakat miskin terhadap pelayanan umum; 5 Peningkatan daya saing daerah.
METODE PELAKSANAAN
Rencana dan metode yang akan digunakan antara lain: 1 penguatan kelompok handicraft klobot jagung dengan diversifikasi produk layak jual dan diminati konsumen; 2 peningkatan
kewirausahaan bagi calon tenaga kerja sehingga berminat menjadi wirausaha muda; 3 perubahan perilaku dan pola pikir masyarakat Probolinggo untuk berjiwa kerja keras dan tidak hanya senang
menerima bantuan; 4 pelatihan pengemasan dan pemasaran produk.
HASIL YANG
DICAPAI
1. Penguatan kelompok handicraft klobot jagung dengan diversivikasi produk layak jual dan
diminati konsumen. Penguatan kelompok handicraft klobot jagung dengan memaksimalkan diversivikasi produk klobot jagung. Diversivikasi produk yang telah dibuat antara lain tempat
tissue, produk hantaran, bros, hiasan dinding, lukisan dari klobot jagung. Kegiatan yang dilakukan untuk program penguatan ini antara lain perwakilan kelompok dikirim untuk studi
banding dan magang di UMKM klobot jagung yang telah sukses untuk mempelajari manajemen produksi dan pemasarannya. Hasil yang dicapai antara lain terlaksananya dengan
sangat baik pelatihan kewirausahaan dan peluang bisnis handicraft, pembentukan kelompok setiap kelurahan, perencanaan dan pembentukan kelompok untuk kekompakan tim dan partner
kerja, pelatihan handicraft klobot jagung, pelatihan ini dilakukan di Kelurahan Kedopok dengan peserta sebanyak 15 orang, pelatihan handicraft mendong dan klobot jagung untuk
hantaran. Pelatihan ini dilakukan di Kecamatan Kedopok dengan peserta sebanyak 45 orang. Pendampingan kegiatan setiap minggu sekali pada setiap kelurahan, monitoring dan evaluasi
kegiatan juga dilaksanakan setiap minggu sekali.
2. Peningkatan kewirausahaan bagi calon tenaga kerja sehingga berminat menjadi wirausaha
muda. Upaya peningkatan ini dilakukan dengan cara masyarakat diberikan pengarahan berwirausaha dengan menghadirkan wirausahawan sukses sehingga dapat memberikan
gambaran bagaimana pola wirausaha yang berhasil. Peserta sangat antusias mengikuti kegiatan ini. Hasil
post test
menunjukkan bahwa 95 peserta dapat memahami dan bersemangat untuk menjadi wirausahawan sukses.
3. Perubahan perilaku dan pola pikir masyarakat Probolinggo untuk berjiwa kerja keras dan tidak
hanya senang menerima bantuan. Perubahan perilaku ini dilakukan secara bertahap dengan memberikan bekal keterampilan dan pencerahan serta motivasi untuk bekerja keras dalam
meningkatkan taraf kehidupan ekonomi masyarakat.
4. Pelatihan pengemasan dan pemasaran produk. Pelatihan pengemasan dan pemasaran produk
dilakukan dengan cara praktek langsung mengemas hasil produksi handicraft masyarakat untuk lebih indah dan layak jual. Sehingga konsumen akan lebih tertarik dengan pengemasan
tersebut.
KESIMPULAN
Pelaksanaan kegiatan ini telah berjalan sesuai dengan rencana yang telah disusun. Masyarakat juga mengikuti semua program dengan antusias.
DAFTAR PUSTAKA
Pemerintah Kota Probolinggo. 2013. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2006- 2025. Pemerintah Daerah Kota Probolinggo.
69
MANAJEMEN PEMASARAN DAN MANAJEMEN USAHA KELOMPOK WANITA TANI PEMBUAT TELUR BEBEK ASIN ASAP
Ernawati, Gusti Marliani, Khairiyahtul Anwar Universitas Achmad Yani Banjarmasin
yayana_feuvayayahoo.co.id, marlianigustiyahoo.co.id
ABSTRAK. Program Ipteks bagi Masyarakat khususnya Kelompok Wanita Tani pembuat telur bebek asin asap ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi berupa
pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan wanita tani dalam memecahkan masalah di bidang manajemen pemasaran dan manajemen usaha. Peningkatan manajemen pemasaran
berupa strategi pemasaran, pembuatan leaflet, papan nama, kemasan dan merk. Peningkatan manajemen usaha berupa pembuatan profil dan struktur organisasi mitra. Kegiatan ini
dilaksanakan selama 8 bulan sejak Mei sampai Desember 2016. Sasaran dari kegiatan ini adalah kelompok wanita tani pembuat telur bebek asin asap sebanyak 2 kelompok yaitu
Kelompok Wanita Tani Melati Desa Kalibaru kecamatan Batu Benawa dan Kelompok Wanita Tani Mufakat Desa Hilir Banua Kecamatan Pandawan Kabupaten Hulu Sungai
Tengah Kalimantan Selatan. Pelaksanaan program pengabdian ini disusun secara strategis dengan melakukan diskusi kelompok kerja FGD dengan mitra, pelatihan, penyuluhan,
pendampingan teknis, evaluasi dan monitoring program penerapan iptek tersebut. Hasil dari kegiatan ini adalah meningkatnya pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan dalam
manajemen pemasaran dan manajemen usaha. Selain itu dihasilkannya produk berupa leaflet atau brosur, papan nama, kemasandan merk, profil usaha dan struktur organisasi.
Kata Kunci
: Telur Bebek Asin; Telur bebek asin asap; Pemasaran; Manajemen usaha
PENDAHULUAN A.
Analisis Situasi
Telur merupakan hasil ternak yang memiliki andil besar dalam mengatasi masalah gizi yang terjadi dalam masyarakat. Hal ini dimungkinkan karena telur sarat akan
zat gizi yang diperlukan untuk kesehatan. Beternak ayam dan bebek banyak dilakukan oleh masyarakat khususnya petani
sebagai pekerjaan tambahan. Hasil ternak ayam dan bebek berupa telur merupakan produk yang dapat memenuhi kebutuhan akan gizi dalam keluarga sedangkan sisa dari
pemenuhan gizi tersebut telur juga bisa dijual sebagai penghasilan keluarga. Banyaknya telur yang dihasilkan biasanya langsung dijual kepada konsumen, hal ini menyebabkan
harga jual yang rendah karena telur mempunyai daya tahan yang tidak lama sehingga peternak tidak bisa menunggu harga menjadi lebih tinggi.
Supaya telur tahan lama dan dapat meningkatkan harga jual dari telur tersebut oleh ibu-ibu kelompok wanita tani dibuatlah telur menjadi telur asin dan telur asin asap .
Telur asin dan telur asin asap disebut intalu jaruk Bahasa Banjar yang banyak dibuat berasal dari telur bebek atau sering disebut intalu itik oleh orang Kalimantan Selatan.
Teknik mengasinkan telur telah ada dilakukan sejak dahulu. Telur asin dibuat dengan tujuan agar mempunyai daya tahan telur yang lama, dapat disimpan, dapat langsung
dimakan konsumen, mempunyai cita rasa dan mempunyai daya jual yang tinggi.
Adapun kelebihan telur bebek dibandingkan dengan telur yang lainnya adalah telur bebek memiliki pori pori kulit yang lebih besar, sehingga sangat baik untuk diolah
menjadi telur asin dan telur asin asap. Telur asin asap merupakan telur bebek yang dibuat dari telur asin kemudian dimasak dengan cara pengasapan dingin.
70 Proses pengasapan dapat memperpanjang masa simpan telur asin sampai 1 bulan.
Telur asin asap pembuatannya serupa dengan pembuatan telur asin, yang membedakannya hanyalah proses pengasapan. Selain memperpanjang masa simpan,
proses pengasapan pada telur asin asap berfungsi untuk mengeluarkan tekstur kulit yang menarik, bau tidak amis serta aroma khas asap yang menggugah selera. Sistem
pengasapan yang digunakan adalah pengasapan dingin, dengan suhu sekitar 30-40
C. Bahan bakar yang bisa digunakan dalam pengasapan adalah kayu bakar, batok
kelapa, sekam serta bahan bakar lain sebagai alternatif adalah serbuk gergaji, serutan kayu, tempurung, sabut kelapa dan sebagainya. Sabut kelapa merupakan hasil limbah
pertanian yang murah dan mudah didapatkan, dan belum ada pemanfaatan yang maksimal serta ketersediaannya sangat melimpah di daerah Kalimantan Selatan. Pengasapan telur
asin asap menggunakan waktu 4 jam.
Kalimantan Selatan terdiri dari 13 Kabupatenkota. Daerah-daerah yang merupakan sentra pembuat telur bebek asin di Kalimantan Selatan adalah Kabupaten
Banjar, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Tapin, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Utara dan Kabupaten Tabalong.
Untuk Kabupaten Hulu Sungai Tengah pembuat telur bebek asin banyak dikerjakan oleh kumpulan ibu-ibu rumah tangga yang pekerjaan utamanya adalah bertani
dan berkebun seperti di Desa Kalibaru Kecamatan Batu Benawa dan Desa Hilir Banua Kecamatan Pandawan. Kumpulan ibu-ibu rumah tangga yang tergabung dalam kelompok
Wanita Tani Melati pembuat telur bebek asin asap yang anggotanya sebanyak 21 orang. Sedangkan di Kecamatan Pandawan Desa Hilir Banua terdapat 1 satu Kelompok
Wanita Tani yaitu Kelompok Wanita Tani Mufakat yang anggotanya sebanyak 17 orang pembuat telur bebek asin.
Berdasarkan hasil penelitian Marliani dan Ernawati, 2015 Pembuatan telur asin dan telur asin asap di daerah tersebut mampu meningkatkan pendapatan keluarga
sehingga terciptanya kesejahteraan ekonomi keluarga, tetapi pembuatan telur asin dan telur asin asap ini masih merupakan pekerjaan tambahan atau sampingan dari ibu-ibu tani.
Kebanyakan pekerjaan utamanya adalah petani dan berkebun.
Selain itu dari segi produk dan pemasaran masih sederhana. Produk telur bebek asin dan telur bebek asin asap hanya ada satu rasa yaitu rasa asin atau original belum ada
rasa yang lain seperti rasa bawang putih yang diproduk masyarakat pulau Jawa. Pada segi pemasaran belum ada distribusi yang jelas, produksi banyak berdasarkan pesanan. Belum
ada promosi dan kemasan yang baik, produk telur hanya diberi tok stempel saja.
Pemasaran sangat penting bagi penjual menurut Kotler dan Keller 2009 : 5 pemasaran adalah sebuah proses kemasyarakatan dimana individu dan kelompok
memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan orang lain.
Selanjutnya menurut Lupiyoadi dan Hamdani 2008 : 70 bauran pemasaran mencakup produk, harga, tempat dan promosi.
Kegiatan pembuat telur bebek asin dan telur bebek asin asap oleh ibu-ibu tani harus terus digerakan dan dikembangkan dengan menerapkan strategi pemasaran dan
manajemen usaha karena kegiatan pembuat telur asin ini dapat menyerap tenaga kerja khususnya ibu-ibu rumah tangga dan dapat menambah penghasilan sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan keluarga.
B. Permasalahan dan Solusi Yang Ditawarkan