PEMANFAATAN MEDIA TIK SIMULASI SEBAGAI KOMPLEMEN DEMONSTRASI PADA PEMBELAJARAN ALAT UKUR DI SMP

(1)

PEMANFAATAN MEDIA TIK SIMULASI SEBAGAI KOMPLEMEN DEMONSTRASI PADA PEMBELAJARAN

ALAT UKUR DI SMP

Oleh

MAWAR OKTIVINA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2014


(2)

ii ABSTRAK

PEMANFAATAN MEDIA TIK SIMULASI SEBAGAI KOMPLEMEN DEMONSTRASI PADA PEMBELAJARAN

ALAT UKUR DI SMP

Oleh

MAWAR OKTIVINA

Konsep fisika akan lebih mudah dipahami jika didukung dengan menggunakan peralatan yang sesuai. Keterbatasan peralatan fisika seperti di laboratorium yang tidak memenuhi standar karena jumlahnya yang sedikit dan ukurannya yang kecil tak sebanding dengan jumlah siswa menyebabkan pembelajaran tidak optimal sehingga siswa merasa sulit belajar fisika. Keadaan seperti ini secara faktual terjadi di SMP Negeri 3 Tulang Bawang Tengah (TBT). Contohnya pada pembelajaran alat ukur, siswa belum mendapat pengalaman secara optimal dikarenakan peralatan yang tersedia belum cukup lengkap. Sebagai upaya untuk membantu siswa dalam memahami materi alat ukur telah dilakukan penelitian mengenai pemanfaatan media teknologi informasi dan komunikasi (TIK) simulasi sebagai komplemen demonstrasi pada pembelajaran alat ukur. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peningkatan hasil belajar ranah kognitif, mendeskripsikan keterampilan proses sains (KPS), karakter, aktivitas dan sikap siswa terhadap pemanfaatan media TIK simulasi sebagai komplemen demonstrasi pada pembelajaran alat ukur. Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014 di SMPN 3 TBT. Sampel penelitian ini kelas VIIA SMPN 3


(3)

iii

yang tersedia dan dilengkapi penjelasan yang lebih detail menggunakan media TIK simulasi. Data hasil penelitian meliputi: hasil belajar ranah kognitif siswa yang berupa pretest dan posttest, KPS, aktivitas, karakter, dan sikap siswa. Pengujian hipotesis dianalisis menggunakan uji Paired Sample T-Test. Data hasil belajar ranah kognitif dianalisis menggunakan skor N-GAIN dan uji normalitas. Data KPS, karakter, dan aktivitas siswa dideskripsikan berdasarkan prediktor yang tertera pada masing-masing keterampilan. Selanjutnya data sikap siswa

dideskripsikan berdasarkan kata kunci pada masing-masing pernyataan pada lembar angket sikap. Kesimpulan penelitian setelah pemanfaatan media TIK simulasi sebagai komplemen demonstrasi terdapat peningkatan hasil belajar ranah kognitif, menumbuhkan KPS, membentuk karakter, mengembangkan aktivitas siswa serta menumbuhkan sikap positif siswa terhadap pemanfaatan media TIK simulasi sebagai komplemen demonstrasi pada pembelajaran alat ukur.

Kata kunci: aktivitas siswa, hasil belajar ranah kognitif, karakter siswa,

keterampilan proses sains siswa, komplemen demonstras, media TIK simulasi


(4)

(5)

(6)

(7)

xvi DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

DAFTAR GAMBAR ... xx

DAFTAR TABEL ... xxi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis ... 7

1. Media Pembelajaran Berbasis TIK Simulasi ... 7

2. Metode Demonstrasi ... 15

3. Hasil Belajar ... 19

B. Kerangka Pemikiran ... 33

C. Hipotesis Penelitian ... 37

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 39

B. Subjek Penelitian ... 39

1. Populasi Penelitian ... 39


(8)

xvii

D. Desain Penelitian ... 40

E. Data Penelitian ... 42

F. Teknik Pengumpulan Data ... 42

G. Prosedur Penelitian ... 43

H. Instrumen Penelitian ... 46

I. Analisis Instrumen ... 46

1. Validitas Isi ... 46

2. Reliabilitas ... 48

J. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 48

1. Analisis Data Hasil Belajar Ranah Kognitif ... 49

a) Menghitung Skor N-GAIN ... 49

b) Uji Normalitas ... 50

c) Paired Sample T-Test ... 51

2. Analisis Data Keterampilan Proses Sains (KPS) Siswa ... 53

3. Analisis Data Aktivitas Siswa ... 54

4. Analisis Data Karakter Siswa... 54

5. Analisis Data Sikap Siswa ... 55

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 57

1. Pemanfaatan Media TIK Simulasi sebagai Komplemen Demonstrasi ... 57

2. Data Hasil Penelitian ... 61

a) Data Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa ... 61

b) Data Keterampilan Proses Sains (KPS) Siswa ... 64

c) Data Karakter Siswa ... 66

d) Data Aktivitas Siswa ... 67

e) Data Sikap Siswa ... 69

B. Data Hasil Uji Penelitian ... 71

1. Data Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 71

a) Uji Validitas Isi ... 72

b) Uji Reliabilitas Soal ... 73

2. Uji Normalitas ... 74


(9)

xviii

1. Data N-GAIN Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa... 77

2. Keterampilan Proses Sains Siswa yang dapat Ditumbuhkan ... 79

3. Aktivitas Siswa yang dapat Dikembangkan ... 93

4. Karakter Siswa yang dapat Dibangun ... 100

5. Sikap Siswa yang dapat Ditumbuhkan ... 105

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 113

B. Saran ... 114

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Silabus ... 119

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 131

Lampiran 3. Soal Pretest ... 154

Lampiran 4. Kunci Jawaban Soal Pretest ... 163

Lampiran 5. Soal Posttest ... 164

Lampiran 6. Kunci Jawaban Soal Posttest ... 173

Lampiran 7. Lembar Kerja Siswa Pertemuan 1: Alat Ukur Panjang ... 174

Lampiran 8. Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa Pertemuan 1 ... 180

Lampiran 9. Lembar Kerja Siswa Pertemuan 2: Alat Ukur Massa ... 182

Lampiran 10. Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa Pertemuan 2 ... 187

Lampiran 11. Lembar Kerja Siswa Pertemuan 3: Alat Ukur Suhu, Waktu, Volume, dan Listrik ... 189

Lampiran 12. Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa Pertemuan 3 ... 196

Lampiran 13. Daftar Nilai Siswa Ranah Kognitif ... 199

Lampiran 14. Perhitungan Nilai N-GAIN Siswa ... 200

Lampiran 15. Lembar Observasi Keterampilan Proses Sains Siswa setiap Pertemuan ... 201

Lampiran 16. Lembar Observasi Aktivitas Siswa setiap Pertemuan ... 205


(10)

xix

Fisika ... 224

Lampiran 19. Lembar Jawaban Angket Sikap Siswa ... 227

Lampiran 20. Hasil Uji Validitas Isi Soal Pretest ... 229

Lampiran 21. Hasil Uji Validitas Isi Soal Posttest ... 239

Lampiran 22. Hasil Uji Normalitas ... 249

Lampiran 23. Hasil Uji Reliabilitas Soal Pretest ... 250

Lampiran 25. Hasil Uji Reliabilitas Soal Posttest ... 252

Lampiran 26. Hasil Uji Paired Sample T-Test ... 254

Lampiran 27. Surat Izin Penelitian... 255

Lampiran 28. Surat Keterangan Penelitian ... 256


(11)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konsep fisika akan lebih mudah dipahami jika didukung dengan menggunakan peralatan yang sesuai. Keterbatasan peralatan fisika seperti di laboratorium yang tidak memenuhi standar karena jumlahnya yang sedikit dan ukurannya yang kecil tak sebanding dengan jumlah siswa menyebabkan pembelajaran tidak optimal sehingga siswa merasa sulit belajar fisika. Keadaan seperti ini secara faktual terjadi di SMP Negeri 3 Tulang Bawang Tengah. Contohnya pada pembelajaran alat ukur, siswa belum mendapat pengalaman secara optimal dikarenakan peralatan yang tersedia belum cukup lengkap. Hal ini menjadi salah satu faktor utama dalam mempengaruhi hasil belajar siswa yang cenderung rendah. Contoh lain ialah belum tersedianya instrumen ukur untuk mengetahui apakah

keterampilan proses sains, aktivitas, karakter, dan sikap siswa tumbuh dan berkembang sesuai dengan yang diharapkan setelah melakukan proses pembelajaran.

Uraian di atas memberikan gambaran bahwa diperlukan suatu solusi yang dapat meningkatkan hasil belajar, menumbuhkan keterampilan proses sains siswa, mengembangkan aktivitas, membentuk karakter, dan menumbuhkan sikap postif siswa dengan tetap menggunakan peralatan fisika pada proses pembelajaran. Hal


(12)

tersebut dapat dilaksanakan dengan mengoptimalkan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) simulasi sebagai komplemen demonstrasi pada proses pembelajaran, di mana guru memperagakan suatu kejadian atau fenomena fisika secara langsung dengan alat yang tersedia dan dilengkapi penjelasan yang lebih detail menggunakan media TIK simulasi supaya penyampaian isi pesan pembelajaran terlihat lebih jelas serta dapat diserap secara merata oleh seluruh siswa walaupun terdapat keterbatasan alat-alat fisika sekolah.

Bertitik tolak dari latar belakang di atas maka telah dilakukan penelitian terkait dengan peranan media TIK pada pembelajaran fisika dengan judul Pemanfaatan Media TIK Simulasi sebagai Komplemen Demonstrasi pada Pembelajaran Alat Ukur di SMP.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

(1) Apakah terjadi peningkatan hasil belajar ranah kognitif pada pembelajaran alat ukur menggunakan Media TIK Simulasi sebagai Komplemen

Demonstrasi di SMP Kelas VII?

(2) Bagaimana keterampilan proses sains siswa pada pembelajaran alat ukur menggunakan Media TIK Simulasi sebagai Komplemen Demonstrasi di SMP Kelas VII?

(3) Bagaimana pembentukan karakter siswa pada pembelajaran alat ukur

menggunakan Media TIK Simulasi sebagai Komplemen Demonstrasi di SMP kelas VII?


(13)

(4) Bagaimana aktivitas belajar siswa pada pembelajaran alat ukur menggunakan Media TIK Simulasi sebagai Komplemen Demonstrasi di SMP kelas VII? (5) Bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran alat ukur menggunakan Media

TIK Simulasi sebagai Komplemen Demonstrasi di SMP kelas VII?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan pada penelitian ini adalah:

(1) Mengetahui perbedaan hasil belajar ranah kognitif pada pembelajaran alat ukur menggunakan Media TIK Simulasi sebagai Komplemen Demonstrasi di SMP Kelas VII

(2) Mendeskripsikan Keterampilan Proses Sains (KPS) siswa pada pembelajaran alat ukur menggunakan Media TIK Simulasi sebagai Komplemen

Demonstrasi di SMP Kelas VII

(3) Mendeskripsikan pembentukan karakter siswa pada pembelajaran alat ukur menggunakan Media TIK Simulasi sebagai Komplemen Demonstrasi di SMP kelas VII

(4) Mendeskripsikan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran alat ukur

menggunakan Media TIK Simulasi sebagai Komplemen Demonstrasi di SMP kelas VII

(5) Mendeskripsikan sikap siswa terhadap pembelajaran alat ukur menggunakan Media TIK simulasi sebagai Komplemen Demonstrasi di SMP kelas VII


(14)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat bagi siswa adalah:

(1) Meningkatkan hasil belajar ranah kognitif siswa dalam pembelajaran fisika. (2) Meningkatkan hasil belajar ranah keterampilan proses sains siswa dalam

pembelajaran fisika.

(3) Meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran fisika. (4) Meningkatkan karakter siswa dalam pembelajaran fisika. (5) Meningkatkan sikap siswa dalam pembelajaran fisika. Manfaat bagi guru adalah:

(1) Memberi masukan bagi guru dan calon guru dalam kegiatan penerapan pembelajaran fisika dengan memanfaatkan media TIK simulasi sebagai komplemen demonstrasi.

(2) Meningkatkan kemampuan guru dalam mengidentifikasi kesulitan belajar siswa dan menentukan bentuk tindakan yang sesuai guna meningkatkan hasil belajar, keterampilan proses sains, aktivitas, karakter, dan sikap siswa. (3) Membuat inovasi baru dalam bidang pendidikan sebagai wujud riil dalam

mendukung kemajuan pendidikan.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah:

(1) Pembelajaran menggunakan Media TIK Simulasi sebagai Komplemen Demonstrasi pada penelitian ini dilaksanakan dengan cara memeragakan materi pembelajaran dengan menggunakan alat-alat ukur yang sesungguhnya


(15)

secara langsung, kemudian dilengkapi dengan menampilkan media TIK simulasi menggunakan LCD proyector. Dalam kegiatan ini, guru

mengarahkan siswa untuk meningkatkan kemampuannya dalam beriteraksi dan berkomunikasi baik dengan teman sejawat maupun dengan guru. (2) Hasil pembelajaran dalam penelitian ini adalah nilai kognitif, keterampilan

proses sains siswa, aktivitas, karakter, dan sikap siswa.

(3) Hasil belajar ranah kognitif diperoleh dari nilai pretest dan posttest yang ditunjukkan setelah proses pembelajaran.

(4) Keterampilan proses sains siswa yang diamati dalam penelitian ini meliputi beberapa aspek, yaitu: keterampilan mengukur, keterampilan

membandingkan, keterampilan membuat data, keterampilan infering data, dan keterampilan mengomunikasikan.

(5) Aktivitas siswa dalam penelitian ini terdiri atas aktivitas siswa dalam bertanya, menjawab, menanggapi, memperhatikan, mengerjakan LKS, membuat catatan, berdiskusi, dan presentasi.

(6) Karakter siswa yang diamati dalam penelitian ini adalah tekun dalam bekerja, teliti dalam membaca hasil ukur, tanggung jawab dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas, jujur dalam menuliskan data, percaya diri ketika menyajikan/melaporkan hasil pengukuran, menghargai pendapat ketika berdiskusi (terbuka), dan bekerjasama dalam melaksanakan tugas setelah mengikuti proses pembelajaran dengan memanfaatkan media TIK. (7) Sikap siswa yang diamati ialah sikap positif siswa yang timbul akibat

pembelajaran dengan memanfaatkan media TIK simulasi sebagai komplemen demonstrasi dengan cara menanggapi beberapa pernyataan terkait kegiatan


(16)

pembelajaran menggunakan media TIK simulasi sebagai komplemen demonstrasi pada materi alat ukur.

(8) Materi pada penelitian ini adalah Alat Ukur dan Pengukuran.

(9) Penelitian ini dilaksanakan pada kelas VII A di SMP Negeri 3 Tulang Bawang Tengah Tahun Ajaran 2013/2014.


(17)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritis

1. Media Pembelajaran Berbasis TIK Simulasi

Salah satu faktor penunjang keberhasilan program pendidikan, kesuksesan dalam proses pembelajaran, yakni tersampaikannya isi pesan pembelajaran secara menyeluruh, merupakan salah satu faktor yang sangat dominan. Proses

pembelajaran perlu diperhatikan dengan menciptakan suasana yang kondusif agar siswa benar-benar tertarik dan ikut aktif dalam proses tersebut. Salah satu solusi yang dapat digunakan ialah pemanfaatan media dalam proses pembelajaran. Media merupakan salah satu faktor yang erat kaitannya dengan usaha menciptakan suasana yang kondusif untuk menentukan keberhasilan

pembelajaran. Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar.

Suparman dalam Sutikno (2013: 106) mendefinisikan media sebagai alat yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi dari pengirim kepada

penerima pesan. Media dalam aktivitas pembelajaran dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat membawa informasi dan pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung antara pendidik dengan siswa.


(18)

Media dalam pendidikan saat ini yang sering ditemukan ialah media Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), seperti yang dikemukakan oleh Miarso dalam Danim (1995: 8) mengenai teknologi komunikasi bahwa:

Pada umumnya teknologi komunikasi pendidikan memanfaatkan jasa media untuk tujuan-tujuan pendidikan yang merupakan suatu spesifikasi dalam bidang teknologi komunikasi, yaitu yang lebih banyak merupakan prinsip dan konsep ilmu komunikasi, serta lebih memperhatikan

penggunaan sumber belajar berupa media komunikasi massa dan elektronis.

Teknologi komunikasi pendidikan adalah bagian dari teknologi pendidikan karena teknologi pendidikan dapat dipandang sebagai pemanfaatan media teknologi untuk tujuan pendidikan. Penerapan teknologi pendidikan sebagai bagian integral dari kegiatan pendidikan memerlukan tindakan nyata baik dari guru maupun siswa dalam proses pembelajaran. Tindakan nyata ini berupa upaya pendidikan yang diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan yang bermutu secara kuantitatif. Dalam penggunaannya, teknologi pendidikan memiliki beberapa keuntungan, oleh commission commission On Instructional Technology dalam Danim (1995: 10) menyatakan bahwa:

Keuntungan menggunakan media teknologi pendidikan yaitu: a) membuat pendidikan lebih produktif; b) menunjang pengajaran individu atau dengan kata lain memungkinkan penerapan individualisasi dalam kegiatan

pengajaran; c) membuat kegiatan pengajaran lebih ilmiah (scientific); d) membuat pengajaran lebih powerful; e) membuat kegiatan belajar mengajar lebih immediate ; f) membuat percepatan pendidikan lebih equal. Uraian di atas memberi gambaran bahwa pada dasarnya teknologi pendidikan memiliki manfaat yang begitu luas terhadap pencapaian tujuan pendidikan. Teknologi pendidikan juga bermanfaat dalam mewujudkan pembelajaran yang


(19)

lebih produktif, ilmiah, diindividualisasikan, powerful, immediacy, sejalan dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi. Eng (2005) dalam jurnalnya

mengemukakan bahwa:

TIK memberikan kontribusi positif terhadap pembelajaran di sekolah dan untuk itu menjadi efektif, memerlukan upaya sadar dari semua spesies dalam ekosistem sekolah yaitu kepala sekolah, guru orang tua, dan siswa untuk membuatnya bekerja.

Uraian mengenai kontribusi TIK terhadap pembelajaran di atas menunjukkan kepada masyarakatan di dunia pendidikan agar menyadari akan efek TIK terhadap pembelajaran yang begitu positif. TIK sebagai teknologi pendidikan dalam ilmu pengetahuan ini dituangkan dalam suatu media TIK yang merupakan jembatan pendidikan. Deeson, dkk dalam Annatta (2008) berpendapat bahwa:

Information Technology (IT) the handling of information by electric and electronic (and microelectronic) mean. Here handling includes transfer. Processing, storage and access, IT special concern being the use of hardware and software for these tasks for the benefit of individual people and society as a whole

Uraian di atas memberikan penjelasan bahwa TIK diartikan sebagai kebutuhan manusia di dalam mengambil dan memindahkan, mengolah dan memproses informasi dalam konteks sosial yang menguntungkan diri sendiri dan masyarakat secara keseluruhan. TIK tidak hanya menguntungkan bagi masyarakat luar, namun juga memberikan pengaruh positif bagi proses pembelajaran di sekolah. Hasil belajar kemampuan berpikir kritis dan penguasaan konsep kelas uji coba mengalami peningkatan setelah diberikan pembelajaran dengan memanfaatkan media TIK (Najib, Sulhadi, & Sopyan, 2013).


(20)

Pada dasarnya, model pembelajaran berbasis multimedia berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar fisika (Siahaan, 2012). Hal ini dikarenakan pembelajaran dengan memanfatkan media TIK menimbulkan susasana yang interaktif dua arah antara siswa dan guru. Pembelajaran dengan memanfaatkan media TIK juga disarankan oleh Osman dan Vebriyanto (2013) yang mengemukakan bahwa:

Guru sains harus cekatan dalam berbagai pendekatan pengajaran mereka serta mengorientasikan diri dalam menggunakan TIK dalam pengajaran mereka. Karena berdasarkan penelitian terhadap dua grup siswa yang diberikan perlakuan yang berbeda yaitu kelompok ekperimen dengan memanfaatkan media TIK dan kelompok eksperimen konvensional ditemukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam keterampilan proses sains (KPS) dan prestasi antara kedua kelompok tersebut.

Uraian di atas menunjukkan bahwa pemanfaatan TIK memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap keterampilan proses sains dan prestasi siswa pada proses pembelajaran. Siswa yang diberikan perlakuan dengan memanfaatkan media TIK ini memiliki keterampilan proses sains dan prestasi lebih tinggi

dibandingkan dengan siswa yang hanya diberi pembelajaran secara konvensional. Selain keterampilan proses sains, pembelajaran dengan memanfaatkan media TIK juga dapat membangun karakter siswa seperti pernyataan yang dikemukakan oleh Sriyanti (2011) bahwa:

Sejalan dengan perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), komputer banyak membawa perubahan pada dunia pendidikan. Perubahan tersebut antara lain: pada learning material, learning media dan karakter siswa.

Pernyataan mengenai pemanfaatan media TIK menunjukkan bahwa pemanfaatan media TIK dalam pembelajaran membawa banyak pengaruh positif di dunia pendidikan. Media TIK menjadi sebuah inovasi dalam media pembelajaran


(21)

terutama pada materi pembelajaran, media pembelajaran, dan karakter siswa yang dapat dibangun pada proses pembelajaran. Aspek lain yang dapat dipengaruhi oleh Inovasi dalam pembelajaran dengan memanfaatkan media TIK yaitu aktivitas siswa. Beauchamp dan Kennwell (2013) dalam jurnalnya mengemukakan bahwa:

Terdapat potensi TIK untuk mendukung pendekatan yang lebih sinergis dan dialogis dalam aktivitas kelompok dan individu daripada yang terlihat saat ini. Hal ini juga mengidentifikasi potensi untuk menggunakan

kerangka kerja dalam penelitian masa depan mengenai dampak perkembangan teknologi pembelajaran dalam pengaturan kelas. Uraian mengenai potensi TIK di atas menunjukkan bahwa potensi lain yang dimiliki oleh pemanfaatan media TIK pada pembelajaran adalah meningkatkan aktivitas individu dan kelompok. Hal tersebut dibandingkan dengan aktivitas individu atau kelompok yang terlihat saat ini. Memanfaatkan potensi TIK menjadi saran yang cukup berarti agar di masa depan dapat dikembangkan dan digunakan dalam peraturan kelas, dengan kata lain TIK memiliki potensi yang baik dalam pembelajaran di kelas.

Aspek lain yang dapat disorot pada pembelajaran dengan memanfaatkan media TIK dalah sikap siswa. Siragusa dan Dixon (2008) dalam jurnalnya menyatakan bahwa:

Data kuantitatif yang dikumpulkan menunjukkan bahwa siswa percaya bahwa TIK sangat membantu dan mudah, temuan kualitatif menunjukkan bahwa beberapa rasa cemas dan intimidasi dialami ketika bekerja melalui interaksi menggunakan TIK.

Uraian mengenai sikap siswa terhadap TIK menunjukkan bahwa dalam pembelajaran di kelas, siswa menunjukkan sikap positif ketika bekerja dan


(22)

TIK terhadap pembelajaran agar tercipta suasana yang interaktif sehingga siswa lebih mudah dan terbantu dalam memahami materi pembelajaran. Terdapat tiga kedudukan TIK dalam pembelajaran, salah satunya adalah teknologi sebagai komplemen (pelengkap). Menurut Nusantara (2010):

Apabila pembelajaran melalui TIK diprogram untuk melengkapi materi pembelajaran yang diterima peserta didik di dalam kelas. Sebagai

komplemen berarti materi pembelajaran melalui TIK diprogramkan untuk menjadi materi reinforcement (pengayaan) bagi peserta didik di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran konvensional.

Penyataan di atas dapat dijelaskan bahwa dalam proses pembelajaran, TIK dapat digunakan sebagai alat bantu untuk melengkapi kegiatan pembelajaran

konvensional. Pernyataan tersebut didukung oleh hasil penelitiannya yang menunjukkan bahwa teknologi informasi menyediakan peluang-peluang yang memunginkan pembelajaran lebih inovatif, bermakna, dan kreatif.

Teknologi Informasi sebagai media pembelajaran yang digunakan berperan sebagai pelengkap (komplemen) materi pembelajaran di dalam kelas juga dilengkapi oleh Hartati, dkk (2011: 51) mengemukakan bahwa:

Pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran berbasis TIK sebagai pelengkap dengan menerapkan pendekatan pembelajaran kontruktivisme dapat meningkatkan minat, aktivitas, dan hasil belajar siswa.

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa penggunaan media TIK untuk melengkapi materi pembelajaran memiliki pengaruh yang positif dalam meningkatkan beberapa aspek yaitu minat, aktivitas, dan hasil belajar siswa. Pembelajaran dengan memanfaatkan media TIK sebagai komplemen ini tentu


(23)

membuat suatu kondisi pembelajaran yang kondusif dan interaktif sehingga siswa lebih mudah memahami materi yang disampaikan oleh guru. Adanya media TIK sebagai pelengkap juga dapat dijadikan pengayaan bagi siswa yang belum mencapai hasil belajar yang baik karena pembelajaran seperti ini menuntut siswa agar lebih aktif dan memiliki banyak referensi, dengan kata lain pembelajaran semakin menyenangkan dan tidak hanya terpaku pada satu literatur saja. Salah satu ketercapaian hal tersebut adalah dengan memanfaatkan media TIK simulasi pada proses pembelajaran. Metode simulasi, dalam pembelajarannya, siswa diarahkan kemampuannya berkaitan dengan keterampilan berinteraksi dan berkomunikasi baik dengan teman sejawat secara berkelompok maupun dengan guru. Dalam pembelajaran dengan metode simulasi juga, siswa diajak untuk dapat bermain peran beberapa perilaku yang dianggap sesuai dengan isi pesan

pembelajaran. Menurut Sa’ud dan Makmum (2005: 129):

Simulasi adalah sebuah replika atau model dari perilaku sebuah sistem yang berisi seperangkat variabel yang menampilkan ciri utama dari sistem kehidupan sebenarnya. Simulasi juga memungkinkan keputusan-keputusan yang menentukan bagaimana ciri-ciri utama itu bisa dimodifikasi secara nyata.

Uraian di atas dapat dipahami bahwa pelaksanaan simulasi adalah memperagakan suatu objek menggunakan tiruan yang menampilakan ciri utama objek tersebut. Misalnya, sebuah perencanaan pendidikan, yang berjalan pada kurun waktu yang tertentu. Jadi dapat dikatakan bahwa simulasi itu adalah sebuah model yang berisi seperangkat variabel yang menampilkan ciri utama dari sistem kehidupan yang sebenarnya. Simulasi memungkinkan keputusan-keputusan yang menentukan bagaimana ciri-ciri utama itu bisa dimodifikasi secara nyata.


(24)

Pernyataan di atas dilengkapi oleh Anitah, dkk (2007: 522) dengan mendefinisikan bahwa metode simulasi merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran kelompok. Proses pembelajaran yang menggunakan metode simulasi cenderung objeknya bukan benda atau kegiatan yang sebenarnya, melainkan kegiatan mengajar yang bersifat pura-pura. Anitah, dkk juga memaparkan tentang karakteristik metode simulasi di antaranya: pembinaan kemampuan kerjasama, komukasi, dan interaksi serta menuntut lebih banyak akivitas siswa.

Bertolok ukur dari uraian mengenai media, TIK, dan TIK simulasi di atas maka dapat didefinisikan bahwa media pembelajaran berbasis TIK simulasi merupakan suatu alat bantu dalam proses pembelajaran dengan memanfaatkan media TIK simulasi dengan cara membuat replika atau tiruan suatu objek baik dari bentuk maupun fungsi dan kegunaan yang mirip dengan objek sesungguhnya.

Media TIK simulasi ini dilaksanakan dalam proses pembelajaran komplemen metode demonstrasi, di mana TIK digunakan sebagai pelengkap dalam pemaparan pesan pembelajaran menggunakan metode demostrasi dalam kegiatan

pembelajaran di kelas. Dikatakan sebagai komplemen (pelengkap) apabila materi pembelajaran TIK diprogramkan untuk melengkapi materi pembelajaran yang diterima oleh siswa di dalam kelas (Lewis, 2002). Dalam pelaksanaannya, guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengamati tampilaan materi

pembelajaran dengan memanfaatkan media TIK setelah guru memberikan

penjelasan dan pengalaman secara langsung melalui metode demonstrasi di depan kelas.


(25)

2. Metode Demonstrasi

Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode demonstrasi. Metode demonstrasi dilakukan dengan cara memberikan peragaan secara langsung di depan kelas sesuai materi pembelajaran yang disampaikan. Sutikno (2013: 92) memaparkan bahwa:

Metode demonstrasi merupakan metode membelajarkan dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media

pembelajaran yang relevan dengan pokok bahasan yang sedang disajikan. Uraian mengenai pengertian metode demonstrasi di atas memberikan penjelasan bahwa dalam pelaksanaan metode demonstrasi pembelajaran dilakukan dengan memberikan penjelasan secara langsung melalui peragaan objek yang menjadi fokus materi pembelajaran. Metode demonstrasi juga dapat dilengkapi dengan pemanfaatan media pembelajaran yang relevan dengan objek yang menjadi fokus materi pembelajaran yang sedang disajikan. Menurut Sagala (2008: 210):

Metode demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang

dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata atau tiruannya.

Pendapat Sagala ini tidak jauh berbeda dengan pendapat-pendapat sebelumnya yaitu mengarah pada pengertian demonstrasi merupakan suatu pertunjukkan dalam proses pembelajaran yang akan menghasilkan suatu tingkah laku sebagai cara mempertunjukkan proses terjadinya suatu peristiwa atau benda yang dapat dicontohkan secara langsung agar peserta didik dapat memahami kejadian yang sesungguhnya.


(26)

Syah (2002: 208) juga mengemukakan bahwa:

Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan.

Menurut Djamarah (2005: 239) metode demonstrasi adalah cara menyajikan bahan pelajaran dengan memperagakan situasi baik sebenarnya atau tiruan yang disertai penjelasan secara lisan. Metode ini digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran. Demonstrasi dalam hubungannya dengan penyajian, pada dasarnya diartikan sebagai upaya peragaan tentang suatu cara melakukan sesuatu. Pendapat ini didukung oleh Khamsinah (2008) yang berpendapat dalam jurnalnya bahwa:

Metode demonstrasi merupakan metode mengajar dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu dengan jalan mendemonstrasikannya dulu kepada siswa.

Uraian mengenai pengertian metode demonstrasi di atas menunjukkan bahwa penggunaan metode demonstrasi dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuan mengamati segala benda yang sedang terlibat dalam proses serta dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan yang

diharapkan. Tujuan pembelajaran menggunakan metode demonstrasi adalah untuk memperlihatkan proses terjadinya suatu peristiwa sesuai materi ajar, memperjelas pengertian konsep, dan cara pencapaiannya serta kemudahan untuk dipahami oleh siswa dalam pengajaran kelas. Metode demonstrasi mempunyai beberapa


(27)

Riandi (2012) dalam kajian pustakanya mengemukakan bahwa:

Kelebihan dari metode demonstrasi adalah : a) perhatian siswa dapat lebih dipusatkan; b) proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari; dan c) pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa.

Uraian mengenai kelebihan metode demonstrasi di atas memberikan gambaran bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode ini akan terjadi suatu efek di antaranya yaitu: pertama, perhatian siswa dapat lebih dipusatkan, hal ini dikarenakan penjelasan yang dilakukan mengarah pada suatu objek yang merupakan fokus materi yang sedang dipelajari. Kedua, proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari karena terdapat batasan-batasan

sebagai ruang lingkup pembelajaran dalam metode ini.

Kelebihan ketiga yaitu pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa, hal ini dikarenakan penjelasan terkait objek yang dipelajari secara langsung diperagakan sehingga siswa dapat lebih mudah memahami keadaan sesungguhnya. Djamarah dan Zain (2010: 91) menyatakan bahwa:

Kelebihan metode demonstrasi, yaitu: a) pengajaran menjadi lebih luas dan konkret sehingga menghindari verbalisme; b) siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari; c) proses pembelajaran lebih baik; dan d) siswa dirangsang untuk lebih aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan, dan mencoba melakukannya sendiri. Sedangkan kekurangan yang dipaparkan yaitu: a) memerlukan keterampilan guru secara khusus; b) fasilitas seperti peralatan, tempat, dan biaya yang memadai; dan f) memerlukan kesiapan dan perencanaan yang cukup panjang, yang mungkin terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran lain.


(28)

Pendapat Djamarah & Zain mengenai kelebihan dan kekurangan metode demonstrasi di atas menjelaskan bahwa dengan metode demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Siswa juga dapat mengamati dan memperhatikan apa yang diperlihatkan selama proses

pembelajaran berlangsung. Terlepas dari beberapa kekurangan yang dipaparkan, metode demonstrasi tetap bisa digunakan dengan ketelitian dan kesabaran sehingga akan memperoleh proses pembelajaran yang baik. Salah satu kelebihan metode demonstrasi dipaparkan oleh Hermanto (2013) dalam jurnalnya

menunjukkan bahwa penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik dalam pembelajaran IPA.

Metode demonstrasi baik digunakan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses mengatur sesuatu, proses membuat sesuatu, proses bekerjanya sesuatu proses mengerjakan atau

menggunakannya, komponen-komponen yang membentuk sesuatu,

membandingkan suatu cara dengan cara lain dan untuk mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu. Penggunaan metode demonstrasi memiliki kendala terbesar mengenai alat dan bahan sebagai media demonstrasi, tetapi hal itu tidak menjadi masalah lagi dikarenakan saat ini telah terdapat beragam pengganti alat yang akan digunakan sebagai media pembelajaran dalam menggunakan metode ini, yaitu alat atau media sederhana yang dibuat oleh guru sehingga guru lebih dituntut untuk memiliki kreativitas tinggi ketika mengalami kendala keterbatasan alat. Salah satu alat bantu yang cukup efektif adalah dengan memanfaatkan media TIK Simulasi sebagai komplemen demonstrasi. Penyataan ini didukung oleh Finkelstein dalam


(29)

Siahaan (2012) yang menyatakan bahwa penggunaan Teknologi dalam pembelajaran fisika lebih produktif dibandingkan dengan metode tradisional seperti ceramah dan demonstrasi. Sehingga pembelajaran konvensional seharusnya dilengkapi dengan memanfaatkan media TIK simulasi.

Uraian mengenai pelaksanaan kegiatan pembelajaran menggunakan media TIK simulasi di atas merupakan kunci dasar dalam melaksanakan penelitian untuk meningkatkan beberapa aspek hasil belajar meliputi: hasil belajar ranah kognitif, keterampilan pembelajaran sains siswa, karakter, aktivitas, dan sikap siswa.

3. Hasil Belajar

Aspek pertama yang diamati sebagai hasil belajar ialah hasil belajar ranah

kognitif. Hasil belajar merupakan bukti kemampuan atau keberhasilan siswa yang didapatkan dari serangkaian proses pembelajaran. Adapun hasil belajar yang diamati meliputi 3 ranah, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor setelah

dilakukan pembelajaran aktif menggunakan penerapan penilaian otentik. Proses penilaian otentik itu secara tidak langsung berkaitan dengan pengukuran. Menurut Daryanto (2007: 100):

Pada dasarnya pengukuran hanya memberikan angka-angka tentang kriteria tertentu. Pengukuran dalam sekolah berkaitan dengan pencandraan (deskripsi) kuantitatif mengenai tingkah laku siswa. Pengukuran tidak melibatkan pertimbangan mengenal baiknya atau nilai tingkah laku yang diukur itu. Seperti halnya tes, pengukuran pun tidak menentukan siapa yang lulus dan siapa yang tidak lulus, melainkan pengukuran hanya membuahkan data kuantitatif mengenai hal yang diukur yang kemudian data tersebut dapat diolah. Pengukuran sebuah silinder, misalnya hanya membuahkan data mengenai beberapa sentimeter persegi luas alasnya dan berapa tingginya.


(30)

Hasil belajar menurut Sukardi (2008: 2) merupakan pencapaian pertumbuhan siswa dalam proses belajar mengajar. Pencapaian ini dapat dievaluasi dengan menggunakan pengukuran. Mudjiono dan Dimyati (2006: 3) mengatakan bahwa:

Hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi dari tindak belajar dan tindak mengajar. Bagi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya proses belajar sedangkan dari sisi guru hasil belajar merupakan suatu pencapaian tujuan pembelajaran.

Pendapat ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran haruslah memiliki suatu tujuan yang dapat dicapai. Tujuan ini dapat terlihat pada akhir pembelajaran setelah guru melakukan evaluasi. Evaluasi tersebut yang akan menentukan apakah tujuan pembelajaran tercapai atau tidak. Evaluasi dapat berupa pengukuran terkait perubahan tingkah laku dan pengetahuan siswa. Siswa yang tidak tahu pada awalnya dapat mengalami perubahan menjadi tahu tentang suatu materi atau konsep pembelajaran yang dipelajari atau bahkan lebih dari itu.

Perubahan itulah yang sering disebut sebagai hasil belajar seperti yang dikemukakan oleh Daryanto (2007: 30):

Hasil belajar menunjukkan pada prestasi belajar sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya perubahan tingkah laku siswa. Hasil belajar sebagai tanda terjadinya perubahan tingkah laku dalam bentuk perubahan pengetahuan. Perubahan tersebut terjadi dengan peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan yang


(31)

Hal lain yang berhubungan dengan hasil belajar ialah pemberian nilai berupa angka atau skor. Lord dan Novick dalam Daryanto (2007: 100) menyatakan bahwa:

Pengukuran ialah suatu prosedur untuk memberikan angka (biasanya disebut skor) kepada suatu sifat atau karakteristik tertentu seseorang sedemikian sehingga mempertahankan hubungan senyatanya antara seseorang dengan orang lain sehubungan dengan sifat yang diukur itu. Untuk mengukur seseorang menurut batasan tersebut di atas, perlu: 1) mengidentifikasi orang yang hendak diukur itu; 2) mengidentifikasi karakteristik (sifat-sifat khas) orang yang hendak diukur itu; dan 3) menetapkan prosedur yang hendak dipakai untuk dapat memberikan angka-angka pada karakteristik tersebut.

Pernyataan mengenai pengukuran di atas menunjukkan bahwa dalam melakukan pengukuran diperlukan beberapa batasan agar pengukuran dapat memberikan angka atau skor yang merupakan keadaan riil dari suatu sifat atau karakter tertentu yang diukur dan dapat mempertahankan hubungan antara pengukur yang

mengukur dengan yang diukur. Batasan-batasan tersebut antara lain: menetapkan identitas orang yang hendak diukur, mengidentifikasi sifat dan karakter orang yang hendak diukur, dan menentukan prosedur pengukuran sesuai dengan keadaan dan sifat orang yang hendak diukur tersebut.

Pada penelitian ini, hasil belajar yang akan diukur yaitu hasil belajar ranah kognitif. Dalam hubungan dengan satuan pelajaran, ranah kognitif memegang peranan paling penting, terutama peningkatan kemampuan siswa dalam aspek kognitif yang merupakan tujuan pengajaran di SD, SMP, dan SMA. Aspek kognitif dibedakan atas enam jenjang menurut taksonomi Bloom (1956) yang diuraikan secara hierarki pyramidal. Sistem klasifikasi Bloom itu disajikan pada Gambar 1.


(32)

Gambar 1. Sistem Klasifikasi Bloom

Gambar 1 menunjukkan tingkatan keenam aspek yang bersifat kontinu dan overlap (saling tumpang tindih). Daryanto (2007: 102-116) menyatakan bahwa:

Tingkatan keenam aspek yang bersifat kontinu, yaitu: 1) aspek Pengetahuan (knowledge); 2) aspek pemahaman; 3) aspek penerapan (Application) ; 4) aspek analisis (Analysis); 5) sintesis (synthesis); 6) penilaian (evaluation).

Uraian di atas merupakan penjelasan mengenai keenam aspek pada klasifikasi taksonomi bloom yang meliputi beberapa aspek, yaitu: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian. Aspek pertama adalah aspek

pengetahuan, kata kerja operasional yang sering digunakan adalah: menyebutkan, menunjukkan, mengenal, mengingat kembali, mendefinisi, memilih, dan

mengatakan.

Aspek kedua merupakan aspek pemahaman, contoh kata kerja operasional yang sering digunakan dalam aspek pemahaman adalah mengklasifikasikan, mengutip, mengubah, menguraikan, membahas, memperkiraan, menjelaskan,

menggeneralisasikan, memberikan contoh, menggambarkan, menyatakan kembali (dalam kata-kata sendiri), merangkum, menelusuri, mengerti, dan lain sebagainya.


(33)

Aspek ketiga ialah penerapan, bentuk soal yang sesuai untuk mengukur kemampuan aspek ini adalah: menggunakan, meramalkan, menghubungakan, menggeneralisasi, memilih, mengembangkan, mengorganisasi, mengubah, menyusun kembali, mengklasifikasikan, menghitung, menerapkan, menentukan, dan memecahkan masalah.

Aspek keempat ialah analisis, sesuai dengan namanya pada aspek ini kata kerja operasional yang sering digunakan antara lain: menganalisis, membedakan, menemukan, dan menarik kesimpulan. Aspek kelima ialah sintesis (synteshis), dalam aspek ini melibatkan produksi komunikasi yang unik, rencana operasi (proposal penelitian), atau satu set hubungan abstrak (skema untuk

mengklasifikasi informasi).

Aspek terakhir ialah penilaian (evaluasi) di mana aspek ini merupakan gabungan dari kelima aspek sebelumnya, kata kerja operasional untuk merumuskan

indicator pada aspek ini adalah: menafsirkan, menduga, mempertimbangkan, mengevaluasi, menentukan, membandingkan, membakukan, membenarkan, mengkritik, dan sebagainya.

Berpedoman pada penjelasan mengenai hasil belajar di atas, dapat didefinisikan bahwa hasil belajar diperoleh berdasarkan kemampuan siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran serta sebagai evaluasi pada akhir proses pembelajaran. Hasil belajar dapat menjadi tolok ukur atas pencapaian siswa dalam menyerap atau memahami isi pesan pembelajaran yang disampaikan oleh guru dengan berbagai metode.


(34)

Aspek kedua sebagai hasil belajar yang diamati dalam penelitian ini ialah keterampilan proses sains (KPS). Keterampilan Proses sains pada hakekatnya dimiliki oleh setiap siswa, hanya saja dibutuhkan suatu aktivitas tertentu sebagai latihan dalam menunjang munculnya KPS siswa secara utuh. Karena KPS juga akan meningkat ketika pengalaman belajar siswa semakin bertambah.

Keterampilan proses terdiri dari sejumlah keterampilan yang satu sama lain sebenarnya tak dapat dipisahkan, namun ada penekanan khusus dalam masing-masing keterampilan tersebut. Berikut ini indikator KPS menurut Rustaman (2006: 86):

a) Melakukan pengamatan (observasi) menggunakan alat indera; b) Menafsirkan pengamatan (interpretasi); c) Mengelompokkan

(klasifikasi); d) Meramalkan (prediksi) mencakup; e) Berkomunikasi; f) Berhipotesis,; g) Merencanakan percobaan atau penyelidikan; h) Menerapkan konsep atau prinsip; dan i) Mengajukan pertanyaan.

Pendapat ini memaparkan bahwa dalam pencapaiannya KPS memiliki sembilan indikator pencapaian yang meliputi aspek-aspek mengenai aktivitas siswa di antaranya yaitu pada kegiatan pertama melakukan pengamatan(observasi), dalam hal ini pengamatan dilakukan dengan menggunakan kelima panca indera.

Kegiatan pengamatan ini terfokus pada fakta yang relevan dan memadai terhadap ciri-ciri objek yang diamati. Kegiatan kedua yaitu menafsirkan pengamatan (interpretasi) yang prosesnya berupa mencatat setiap hasil pengamatan

berdasarkan percobaan yang dilakukan. Kegiatan ketiga yaitu mengelompokkan, dalam kegiatan ini suatu objek yang diamati dikelompokkan berdasarkan hal-hal seperti mencari perbedaan, mengontraskan ciri-ciri, mencari kesamaan,


(35)

Kegiatan keempat yaitu meramalkan, berupa keterampilan meramalkan, menajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan suatu kecenderungan atau pola yang sudah ada. Kegiatan kelima yaitu berkomunikasi, berupa Membaca grafik, tabel, atau diagram dari hasil percobaan.

Menggambarkan data empiris dengan grafik, tabel atau diagram juga termasuk berkomunikasi. Selain itu termasuk ke dalam berkomunikasi juga adalah menjelaskan hasil percobaan. Kegiatan keenam yaitu berhipotesis, hipotesis menyatakan hubungan antara dua variabel, atau mengajuka perkiraan penyebab sesuatu terjadi. Berhipotesis diungkapkan cara melakukan pemecahan masalah karena dalam rumusan hipotesis biasanya terkandung cara untuk mengujinya. Kegiatan ketujuh yaitu merencanakan percobaan atau penyelidikan. Beberapa kegiatan menggunakan pikiran termasuk ke dalam keterampilan proses

merencanakan penyelidikan.

Apabila dalam lembar kegiatan siswa tidak dituliskan alat dan bahan secara khusus, tetapi tersirat dalam masalah yang dikemukakan, berarti siswa diminta merencanakan dengan cara menenetukan alat dan bahan untuk penyelidikan tersebut. Selanjutnya menentukan variabel kontrol dan variabel bebas, menentukan apa yang diamati, diukur atau ditulis, serta menentukan cara dan langkah kerja juga termasuk merencanakan penyelidikan. Sebagaimana dalam penyusunan rencana kegiatan penelitian perlu ditentukan cara mengolah data untuk dapat disimpulkan maka dalam merencanakan penyelidikan pun terlibat kegiatan menentukan cara mengolah data sebagai bahan untuk menarik kesimpulan.


(36)

Kegiatan kedelapan yaitu menerapkan konsep atau prinsip. Setelah memahami konsep suatu hal kemudian siswa menerapkan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru. Kegiatan terakhir yaitu mengajukan pertanyaan. Pertanyaan yang diajukan dapat meminta penjelasan tentang apa, mengapa, bagaimana ataupun menanyakan latar belakang hipotesis. Dengan demikian jelaslah bahwa bertanya tidak sekedar bertanya, tapi melibatkan pikiran. Menurut Diedrich yang dikutip oleh Sardiman (2004: 101):

117 macam kegiatan siswa berupa keterampilan proses antara lain digolongkan sebagai berikut: a)Visual activities; b) Oral activities; c) Listening activities; d) Writing activities; e) Drawing activities; f) Motor activities; g) Mental activities; dan h) Emotional activities.

Uraian di atas menjelaskan mengenai penggolongan kegiatan siswa yang

diklasifikasikan sebagai keterampilan proses. Hal-hal tersebut timbul pada proses pembelajaran berlangsung. Siswa benar-benar diarahkan agar KPS pada diri siswa muncul sebagai akibat dari kegiatan pemelajaran seperti melakukan ekperimen dan berdiskusi serta melakukan presentasi ke depan kelas.

Keterampilan visual ini mencakup beberapa kegiatan misalnya membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, dan pekerjaan orang lain. Keterampilan oral meliputi: menyatakan, merumuskan bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi. Listening activities, seperti: mendengarkan, percakapan diskusi, musik, dan pidato. Writing activities, seperti: menulis cerita, karangan, laporan, angket, dan menyalin. Drawing

activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, dan diagram. Motor activities, misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis,


(37)

melihat hubungan dan mengambil keputusan. Mental Activities, misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis dan melihat hubungan dan mengambil keputusan. Emotional activities, misalnya: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, berani, tenang, dan gugup. Adanya

kegiatan-kegiatan tersebut siswa dapat menunjukkan sikap emosional dari diri masing-masing baik berupa ekspresi senang atau tidak maupun setuju atau tidak setuju. Uraian mengenai KPS di atas menjadi pedoman dalam mendeskribsikan

pengertian KPS secara garis besar atau keterampilan proses sains yaitu suatu pendekatan pembelajaran di mana keterampilan tersebut sebagai aktivitas yang dilakukan siswa dalam rangkaian kegiatan pembelajaran beruapa latihan kemampuan yang meliputi kemampuan fisik, mental, dan sosial yang saling berkaitan satu sama lain.

Aspek ketiga sebagai hasil belajar yang diamati dalam penelitian ini adalah

aktivitas belajar. Aktivitas belajar merupakan prinsip yang sangat penting didalam interaksi belajar mengajar. Menurut Sardiman (2001: 93) dalam belajar perlu ada aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat, untuk mengubah tingkah laku. Jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Sanjaya (2007: 132) menyatakan bahwa:

Belajar adalah berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai tujuan yang diharapkan. Aktivitas tidak terbatas pada aktivitas fisik, akan tetapi juga meliputi aktivitas yang bersifat psikis seperti aktivitas mental.


(38)

Proses belajar tidak akan terjadi apabila siswa hanya melakukan aktivitas fisik saja atau mental saja. Dienrich yang dikutip oleh Hamalik (2001:172)

mengemukakan bahwa:

Aktivitas yang melibatkan fisik dan mental sebagai berikut: a) kegiatan visual,; b) kegiatan lisan (oral); c) kegiatan mendengarkan; d) kegiatan menulis; e) kegiatan menggambar; e) kegiatan metrik; dan f) kegiatan mental.

Penjelasan oleh Dienrich mengenai penggolongan aktivitas yang melibatkan fisik dan mental di atas berisi tentang segala aktivitas belajar yang melibatkan tujuh aspek kegiatan. Aspek pertama visual yang didalamnya membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan dan pekerjaan orang lain lisan, mendengarkan, menulis, menggambar, metrik, dan mental. Kedua kegiaan oral seperti:

menyatakan, merumuskan, bertanya, memberikan saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi dan interupsi.

Ketiga mendengarkan seperti: mendengarkan uraian percakapan, diskusi, musik dan pidato. Keempat menulis, seperti: menulis cerita, karangan, laporan, angket dan menyalin. Kelima menggambar, seperti: menggambar, membuat grafik peta dan diagram. Keenam metrik, seperti: melakukan percobaan, membuat konstruksi model, mereparasi, bermain, berkebun dan berternak. Terakhir mental, seperti: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan dan cara mengambil keputusan. Kegiatan emosional, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang dan gugup.

Ketujuh aspek kegiatan tersebut merupakan aktivitas yang muncul pada saat proses pembelajaran berlangsung. Adanya kegiatan-kegiatan yang menunjang


(39)

seperti melakukan ekperimen, diskusi, Tanya jawab dan lain-lain, secara tidak langsung akan menuntut siswa dalam melakukan berbagai aktivitas belajar tersebut. Hamalik (2004: 175) juga berpendapat bahwa:

Penggunaan asas aktivitas besar nilainya bagi pengajaran para siswa, oleh karena: a) Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung

mengalami sendiri.; b) berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara integral; c) memupuk kerja sama yang harmonis di kalangan siswa; d) para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri; e) memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi demokratis; f) mempererat hubungan sekolah dan

masyarakat, dan hubungan antara orang tua dengan guru; g) pengajaran diselenggarakan secara realistis dan konkret sehingga mengembangkan pemahaman dan berfikir kritis serta menghindarkan verbalistis; dan h) pengajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam kehidupan di masyarakat.

Aktivitas merupakan segala sesuatu yang dilakukan oleh seseorang untuk mencapai tujuan. Semakin banyak aktivitas yang dilakukan siswa maka proses pembelajaran yang terjadi akan semakin baik. Aktivitas belajar merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan individu untuk mencapai perubahan tingkah laku. Seperti yang diungkapkan oleh Sardiman (2004: 21):

Pada prinsipnya belajar adalah berubah. Dalam hal ini yang dimaksudkan belajar berarti usaha merubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga terbentuk percakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri.

Tingkat keberhasilan dalam proses pembelajaran bergantung pada diri siswa. Berawal dari minat dengan segala aktivitas-aktivitas selama mengikuti pembelajaran menjadi salah satu penunjang keberhasilan pembelajaran. Oleh karena itu aktivitas siswa perlu diperhatikan sebab hal ini berperan penting dalam


(40)

menentukan prestasi belajar siswa. Aktivitas belajar meliputi aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Kegiatan belajar dua aktivitas tersebut saling terkait sehingga dalam pembelajaran peserta didik diharapkan mempunyai keserasian antara aktivitas fisik dengan aktivitas mental yang dilakukan sehingga akan menghasilkan pembelajaran yang optimal.

Bertolok ukur pada penjelasan mengenai aktivitas siswa di atas, dapat

didefinisikan bahwa aktivitas siswa muncul akibat proses pembelajaran dilakukan secara sadar dengan melibatkan fisik dan mental siswa yang diharapkan bisa menghasilkan pembelajaran yang optimal. Aktivitas belajar siswa dapat diukur dengan berpedoman pada besar nilai yang diperoleh siswa yang kemudian dinamakan tingkat keaktifan siswa. Seseorang dikatakan aktif belajar jika dalam belajarnya mengerjakan sesuatu yang sesuai dengan tujuan belajarnya, memberi tanggapan positif terhadap suatu peristiwa dan mengalami atau turut merasakan sesuatu dalam proses belajarnya.

Aspek selanjutnya sebagai hasil belajar yang diamati ialah karakter siswa.

Menurut Mumpuniarti (2012) Karakter adalah sebuah sifat-sifat yang mencirikan kepribadian seseorang yang membedakan dengan yang lain. Dengan demikian, karakter adalah ciri-ciri tingkah laku seseorang yang menandai individu berbeda dengan individu lainnya.

Ciri-ciri tersebut berpedoman pada tingkah laku yang tercemin sebagai moral seseorang. Karakter erat kaitannya dengan sebuah badan dan isinya. Badan dengan suatu ciri moral pada setiap individu perlu dibentuk karakternya supaya terbentuk beberapa perilaku, Zuchdi (2011: 166-167) mengatakan bahwa:


(41)

Karakter berwujud menghormati dan menghargai orang lain (respect), keterbukaan dan adil (fairness), dan kepedulian (caring). Kemudian setiap individu yang telah terbentuk memiliki ciri khas dengan tiga nilai tersebut ditempatkan pada perilaku berupa: (a) menghormati dan menghargai orang lain tanpa memandang latar belakang yang menyertainya; (b) menjunjung tinggi martabat dan kedaulatan orang lain; (c) memiliki sikap toleransi yang tinggi; (d) mudah menerima orang dengan tanpa memandang latar belakang; (e) senantiasa mengedepankan keadilan; serta (f) kepedulian terhadap kondisi penderitaan orang lain dengan kasih sayang dan ikhlas mau membantu yang memerlukan.

Pendapat Zuchdi mengenai wujud karakter di atas dapat dipahami bahwa dalam proses pembelajaran diharapkan terbentuknya karakter siswa secara utuh yaitu dalam wujud menghormati dan menghargai orang lain. Karakter ini dapat terbentuk dengan dilaksanakannya kegiatan pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk saling berinteraksi satu sama lain. Contoh nyata yang sering ditemukan di kelas yaitu kegiatan eksperimen dan diskusi. Dalam kegiatan tersebut siswa akan lebih banyak berinteraksi dan berkerjasama baik dengan teman sejawatnya maupun dengan guru. Uno (2007) juga berpendapat bahwa:

Karakter siswa adalah keseluruhan pola kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil dari pembawaan dan lingkungan sosialnya sehingga menentuan pola aktivitas dalam meraih cita-citanya.

Karakteristik siswa adalah aspek-aspek atau kualitas perseorangan siswa yang terdiri dari minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar kemampuan berfikir, dan kemampuan awal yang dimiliki.

Pedapat mengenai karakter siswa di atas, dapat dipahami bahwa karakter siswa berkaitan erat dengan aspek-aspek belajar atau kualitas perseorangan siswa yang terdiri dari minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar kemampuan berfikir, dan kemampuan awal yang dimiliki. Hal ini menjadikan karakter sebagai tolok ukur dari kemampuan yang ada pada diri siswa yang muncul akibat interaksi sosial dalam proses pembelajaran. Karakter siswa juga dapat dipahami sebagai


(42)

kemampuan awal dalam meraih cita-citanya. Dalam pembentukan karate siswa pada proses pembelajaran, siswa diajak untuk berfikir bagaimana menentukan langkah-langkah dalam melewati masa depan mereka kelak hingga mereka sampai pada cita-cita yang mereka inginkan.

Aspek terakhir sebagai hasil belajar yang diamati ialah sikap siswa. Setiap individu dapat mendefinisikan sikap dengan berbagai cara dan setiap definisi itu memiliki perbedaan satu sama lain. Salah satunya Trow dalam Djaali (2008: 114) berpendapat bahwa sikap sebagai suatu kesiapan mental atau emosional dalam beberapa jenis tindakan pada situasi yang tepat. Dalam pendapatnya, Trow lebih menekankan pada kesiapan mental atau emosional seseorang terhadap sesuatu objek.

Hal yang erat kaitannya dengan sikap pada proses pembelajaran yaitu belajar. Pada dasarnya belajar merupakan poses perolehan kemampuan yang berasal dari suatu pengalaman sehingga seseorang menjadi tahu atau lebih mengetahui tentang suatu hal. Ada beberapa pengertian belajar ditinjau dari beberapa sumber, di antaranya, Skinner dalam Sutikno (2013: 3) mengartikan belajar sebagai suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Sedangkan, menurut Morgan dalam Djaali (2008: 115) mengartikan belajar sebagai suatu perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku sebagai akibat atau hasil dari pengalaman yang lalu.

Beberapa pengertian tersebut dapat menjadi pedoman dalam mendefinisikan bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru, sebagai hasil pengalamannya sendiri


(43)

dalam interaksi dengan lingkungannya. Pengertian belajar tersebut kemudian dihubungkan dengan sikap siswa sehingga sikap belajar dapat diartikan sebagai kecenderungan perilaku seseorang dalam mempelajari hal-hal yang bersifat akademik dengan berwujud dalam bentuk perasaan senang atau tidak senang, setuju atau tidak setuju, suka atau tidak suka terhadap hal-hal tersebut. Sikap belajar akan berpengaruh terhadap proses pembelajaran, terutama sikap belajar positif menentukan intensitas kegiatan yang lebih tinggi dibanding dengan sikap belajar yang negatif.

B. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini dilaksanakan pada kegiatan pembelajaran materi alat ukur dan pengukuran menggunakan media TIK yang diposisikan sebagai simulasi dan komplemen, di mana situasi yang tercipta di dalam kelas menyerupai situasi yang sebenarnya namun diringkas dengan lebih mudah dengan memanfaatkan media TIK simulasi ini bertujuan untuk memahami konsep, prinsip, dan keterampilan tertentu sesuai dengan bidang kajian yang sedang dibahas. Pemanfaatan media TIK simulasi ini dimaksudkan sebagai pelengkap dalam menyampaikan isi pesan pembelajaran.

Penelitian ini dilaksanakan pada kelas VII SMP sebagai sampel penelitian yang diberikan pretest tentang materi alat ukur dan pengukuran. Kemudian dicatat hasil pretest siswa, lalu mulai diberikan suatu pengalaman belajar yang lebih konkret yaitu berupa proses pembelajaran dengan metode demostrasi dan media TIK simulasi sebagai model pembelajarannya. Media TIK digunakan untuk


(44)

melengkapi materi pembelajaran yang diterima peserta didik di dalam kelas. Sebagai komplemen berarti materi pembelajaran melalui ICT diprogramkan untuk menjadi materi reinforcement (pengayaan) yang bersifat enrichment atau remedial bagi peserta didik di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran konvensional. Penelitian ini menggunakan metode demonstrasi dengan tujuan untuk

memperlihatkan proses terjadinya suatu peristiwa sesuai pesan pembelajaran. Awalnya guru memberikan pretest guna mengukur kemampuan awal siswa pada hasil belajar ranah kognitif. Kemudian, guru mendemonstrasikan secara langsung macam-macam alat ukur, cara kerja alat ukur berupa fungsi atau kegunaan, bentuk alat ukur beserta fungsi setiap bagian alat, dan tata cara pembacaan hasil

pengukuran.

Proses pembelajaran dilengkapi dengan simulasi berupa media yang telah dibuat sesuai dengan alat yang ada pada pembelajaran tersebut. Selanjutnya siswa dituntut untuk dapat melakukan percobaan berdasarkan simulasi yang telah dilakukan terhadap masing-masing alat ukur yang tersedia sesuai dengan kegiatan ilmiah, yaitu: (a) merumuskan hipotesis; (b) merancang eksperisimen; (c)

mengumpulkan data; (d) melaksanakan eksperimen; (e) mengolah data hasil ekperimen; (f) menarik kesimpulan; dan (g) menyusun laporan hasil kegiatan secara berkelompok. Setelah masing-masing kelompok selesai melakukan eksperimen, satu kelompok diminta untuk mendemonstrasikan hasil percobaan yang dilakukan di depan kelas dan kelompok lain memperhatikan, hal ini dilakukan secara bergantian hingga semua kelompok mendapat giliran.


(45)

Hal yang perlu ditekankan pada proses ini ialah mengingatkan siswa yang menjadi pengamat untuk memperhatikan kelompok yang sedang mendemonstrasikan hasil percobaan mereka, dikarenakan seluruh materi yang dijelaskan akan digunakan sebagai acuan guru memberikan penilaian hasil belajar dalam ranah kognitif, hasil belajajar dalam ranah KPS, aktivitas, karakter, dan sikap masing-masing siswa selama proses pembelajaran. Sehingga, tidak menutup kemungkinan siswa dianjurkan untuk mencatat point-point inti yang dapat menjadi bahan belajar mereka serta terlibat aktif dalam proses diskusi. Setelah proses diskusi selesai, guru mulai memberikan posttest untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa. Berdasarkan uraian tersebut maka digambarkan alur pembelajaran yang disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Alur Pembelajaran Materi Alat Ukur SISWA KELAS VII

PROSES PEMBELAJARAN

PEMANFAATAN MEDIA TIK SIMULASI SEBAGAI KOMPLEMEN DEMONSTRASI PADA PEMBELAJARAN MATERI ALAT UKUR

SIKAP SISWA TERHADAP MEDIA TIK SIMULASI KARAKTER

SISWA AKTIVITAS

SISWA HASIL

BELAJAR RANAH

KPS HASIL

BELAJAR RANAH KOGNITIF

PRETEST

POSTTEST

HASIL BELAJAR FISIKA

Dibandingkan dengan


(46)

Gambar 2 menunjukkan alur pembelajaran materi alat ukur yang dilakukan dengan memanfaatkan media TIK simulasi sebagai komplemen demonstrasi, di mana hasil belajar ranah kognitif siswa yang berupa pretest dan postest

dibandingkan dan diamati perbedaannya. Sedangkan untuk hasil belajar ranah KPS, aktivitas siswa, karakter siswa, dan sikap siswa terhadap media TIK simulasi masing-masing dideskripsikan sesuai dengan keadaan pada saat proses pembelajaran alat ukur yang berlangsung di kelas. Berdasarkan uraian tersebut maka digambarkan alur kerangka pikir peneliti yang disajikan pada Gambar 3.

Keterangan: Keterangan:

Alur tindakan Pengaruh tindakan Materi Alat Ukur

Pemanfaatan Media Tik Simulasi Sebagai Komplemen Demonstrasi Pada Pembelajaran Materi Alat Ukur

SIKAP Guru mendemonstrasikan penggunaan alat ukur

dengan menunjukkan alat ukur sebenarnya

Pretest

Guru mendemonstrasikan kembali penggunaan alat ukur dengan media TIK Simulasi sebagai Komplemen

KARAKTER AKTIVITAS


(47)

Gambar 3. Diagram Kerangka Pikir C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis pada penelitian ini adalah: 1. Hipotesis

H0 = Tidak ada peningkatan hasil belajar ranah kognitif pada pembelajaran alat ukur menggunakan media TIK Simulasi sebagai Komplemen Demonstrasi di SMP Kelas VII

H1 = Ada peningkatan hasil belajar ranah kognitif pada pembelajaran alat ukur menggunakan media TIK Simulasi sebagai Komplemen

Demonstrasi di SMP Kelas VII

HASIL BELAJAR KOGNITIF Siswa membentuk kelompok dan melakukan

pengukuran secara langsung menggunakan alat ukur yang sebenarnya serta berdiskusi mengerjakan LKS


(48)

2. Keterampilan Proses Sains (KPS) siswa akan semakin tumbuh dalam keterampilan mengukur, keterampilan membandingkan, keterampilan membuat data, keterampilan infering data, dan keterampilan

mengomunikasikan setelah melakukan pembelajaran dengan Pemanfaatan Media TIK Simulasi sebagai Komplemen Demonstrasi pada Pembelajaran Alat Ukur di SMP.

3. Aktivitas siswa akan semakin berkembang dalam bertanya, menjawab, menanggapi, memperhatikan, mengerjakan LKS, membuat catatan, berdiskusi, dan presentasi setelah melakukan pembelajaran dengan Pemanfaatan Media TIK Simulasi sebagai Komplemen Demonstrasi pada Pembelajaran Alat Ukur di SMP.

4. Karakter siswa akan semakin terbentuk dalam tekun bekerja, teliti dalam membaca hasil ukur, tanggung jawab dalam melaksanakan dan

menyelesaikan tugas, jujur dalam menuliskan data, percaya diri ketika menyajikan/melaporkan hasil pengukuran, menghargai pendapat ketika berdiskusi (terbuka), dan bekerjasama dalam melaksanakan tugas setelah melakukan pembelajaran dengan Pemanfaatan Media TIK Simulasi sebagai Komplemen Demonstrasi pada Pembelajaran Alat Ukur di SMP.

5. Sikap positif siswa akan semakin tumbuh setelah melakukan pembelajaran dengan Pemanfaatan Media TIK Simulasi sebagai Komplemen Demonstrasi pada Pembelajaran Alat Ukur di SMP.


(49)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2013/2014 pada akhir Agustus 2013 di SMP Negeri 3 Tulang Bawang Tengah (TBT) Desa Mulya Kencana Kecamatan Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat.

B. Subjek Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 3 Mulya Kencana Tulang Bawang Tengah kelas VII semester ganjil tahun ajaran 2013/2014 yang terdiri dari lima kelas.

2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini diambil 1 dari 5 kelas , yaitu kelas VII A SMP Negeri 3 Mulya Kencana Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat yang berjumlah 37 Siswa yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 26 siswa perempuan.


(50)

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini adalah: pemanfaatan media TIK simulasi (X), hasil belajar ranah kognitif (O1), hasil belajar KPS (O2), karakter siswa (O3), aktivitas siswa (O4), dan sikap siswa terhadap pemanfaatan TIK (O5).

D. Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara langsung dalam kegiatan pembelajaran pada kelas VII A di SMP Negeri 3 Tulang Bawang Tengah. Desain penelitian yang

digunakan ialah one shot case study. Prosedur desain one-shot case study pada penelitian ini adalah memberikan perlakuan pada sekelompok subjek tertentu kemudian dilakukan pengukuran terhadap variabel-variabel yang diamati. Desain penelitian ini secara visual disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4. Desain Penelitian One-Shot Case Study

Sistem notasi di atas adalah:

X : Digunakan untuk mewakili pemaparan (exposure) suatu kelas VII SMP yang diuji terhadap suatu perlakuan berupa pemanfaatan media TIK

Simulasi sebagai Komplemen Demonstrasi pada Pembelajaran Alat Ukur di SMP

X

O1 O2 O3 O4 O5


(51)

O1 : Menunjukkan adanya suatu pengukuran terhadap hasil belajar siswa pada ranah kognitif

O2 : Menunjukkan adanya suatu pengukuran atau observasi terhadap keterampilan proses sains (KPS) siswa

O3 : Menunjukkan adanya suatu pengukuran atau observasi terhadap karakter siswa

O4 : Menunjukkan adanya suatu pengukuran atau observasi terhadap aktivitas siswa

O5 : Menunjukkan adanya suatu pengukuran berupa kuisioner terhadap sikap siswa

Penelitian ini memiliki tujuh variabel yaitu pemanfaatan media TIK simulasi, hasil belajar siswa pada ranah kognitif, hasil belajar siswa pada ranah KPS, karakter siswa, aktivitas siswa, dan sikap siswa yang timbul pada proses pembelajaran, dan materi alat ukur. Dalam pelaksanaan penelitian, kelas yang menjadi sampel diberikan tes awal (pretest) berupa soal uraian untuk mengetahui pemahaman belajar siswa sebelum dilakukan proses pembelajaran dengan

memanfaatkan media TIK simulasi sebagai komplemen demonstrasi, kemudian diberikan perlakuan. Ketika proses pembelajaran berlangsung, guru melakukan observasi terhadap keterampilan proses sains, aktivitas siswa, dan karakter siswa. Pada akhir pembelajaran siswa diberikan tes akhir (posttest) berupa soal pilihan ganda. Kemudian hasil pretest dan posttest pada hasil belajar siswa ranah kognitif dibandingkan. Setelah posstest dilakukan, guru memberi kuisioner (angket) terhadap sikap siswa.


(52)

E. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini adalah data kuatitatif meliputi: hasil belajar siswa ranah kognitif, hasil belajar siswa ranah KPS, aktifitas siswa, karakter siswa, dan sikap siswa yang diperoleh dari hasil proses pembelajaran.

Hasil belajar ranah kognitif diperoleh dari nilai tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest). Pretest ini didapatkan sebelum siswa mengikuti proses pembelajaran dengan memanfaatkan media TIK simulasi dan posttest didapatkan setelah siswa mengikuti proses pembelajaran dengan memanfaatkan media TIK simulasi. Hasil belajar ranah KPS, aktivitas, dan karakter siswa diperoleh dari lembar observasi. Sikap siswa diperoleh dari kuisioner atau angket yang dibeikan oleh guru setelah proses pembelajaran dengan pemanfaatan media TIK simulasi berakhir.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

1. Hasil belajar siswa diperoleh dengan teknik tes hasil belajar (achievement test) pada kelas VII SMP N 3 Tulang Bawang Tengah meliputi pretest dan posttest.

2. Keterampilan proses sains diperoleh dengan teknik non tes berupa observasi yang dilakukan dengan menggunakan instrumen berupa lembar observasi (pengamatan).

3. Aktivitas siswa diperoleh dengan teknik non tes berupa observasi yang dilakukan dengan menggunakan instrumen berupa lembar observasi (pengamatan).


(53)

4. Karakter siswa diperoleh dengan teknik non tes berupa observasi yang dilakukan dengan menggunakan instrumen berupa lembar observasi (pengamatan).

5. Sikap siswa diperoleh dengan teknik non tes berupa pengisian kuisioner (angket) terhadap sikap siswa dengan menggunakan instrumen penelitian berupa lembar kuisioner (angket) siswa.

G. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah: a) Menetapkan sampel

b) Mengadakan pretest pada awal pembelajaran

c) Melaksanakan proses pembelajaran dengan pemanfaatan media TIK simulasi sebagai komplemen demonstrasi pada materi alat ukur dan pengukuran. d) Melakukan Observasi terhadap keterampilan proses sains siswa

e) Melakukan Observasi terhadap karakter siswa f) Melakukan Observasi terhadap aktivitas siswa

g) Mengadakan posttest pada akhir pembelajaran untuk mengetahui dan memperoleh data mengenai hasil belajar siswa ranah kognitif

h) Mengadakan kuisioner (angket) terhadap sikap siswa dengan menggunakan instrumen penelitian berupa lembar kuisioner (angket) siswa.

i) Membandingkan hasil belajar prestest dan posttest untuk mengetahui

perbedaan hasil belajar ranah kognitif setelah dilakukakan pembelajaran alat ukur


(54)

j) Mendeskripsikan keterampilan proses sains siswa k) Mendeskripsikan karakter siswa

l) Mendeskripsikan aktivitas siswa m) Mendeskripsikan sikap siswa n) Membuat kesimpulan.

Data hasil belajar siswa ranah kognitif diambil oleh guru peneliti dengan

menggunakan teknik tes. Teknik yang dilakukan yaitu dengan cara memberikan pretest pada awal pembelajaran dan posttest pada akhir pembelajaran alat ukur. Kemudian membandingkan perbedaan antara kedua hasil tes tersebut.

Data keterampilan proses sains (KPS), aktivitas, dan karakter siswa diamati oleh observer pada saat proses pembelajaran alat ukur berlangsung. Terdapat 3 observer pada setiap pertemuan. Observer pertama bertugas mengamati keterampilan proses sains siswa, observer kedua bertugas mengamati aktivitas siswa, dan observer ketiga bertugas mengamati karakter siswa. Setiap observer diberikan 1 lembar observasi yang berbeda.

Lembar observasi yang dibagikan oleh setiap observer mempermudah observer dalam menilai apakah setiap siswa menunjukkan ketiga aspek yang diamati atau tidak. Selain itu setiap siswa juga sudah diberikan nomor yang dipasang pada masing-masing siswa sebagai identitas supaya observer lebih mudah dalam mencatat siswa pada nomor berapa sajakah yang menunjukkan ketiga aspek yang diamati tanpa perlu menghafalkan nama siswa satu-persatu.


(55)

Pengambilan data yang dilakukan observer menggunakan teknik penyapuan yang dilakukan setiap 10 menit pertama sepanjang pembelajaran berlangsung. Pada pengambilan data KPS dan karakter siswa, teknik ini dilakukan dengan cara mencatat secara sekilas setiap siswa yang menunjukkan sub keterampilan dan karakter yang tertera pada lembar observasi kemudian memberikan skor berdasarkan prediktor pada masing-masing sub keterampilan dan karakter tersebut.

Pengambilan data aktivitas ini tidak jauh berbeda dengan data KPS dan karakter yaitu secara bertahap observer mencatat setiap aktivitas siswa setiap 10 menit dari 10 menit pertama pada awal pembelajaran hingga 80 menit. Sehingga pada data aktivitas siswa cenderung mengalami kesamaan aktivitas yang muncul baik secara individu maupun kelompok.

Data sikap siswa diambil pada akhir pembelajaran alat ukur oleh guru peneliti dengan teknik pemberian kuisioner (angket) terhadap sikap siswa dengan

menggunakan instrumen penelitian berupa lembar kuisioner (angket) siswa yang berisi 20 pernyataan mengenai pembelajaran alat ukur dengan memanfaatkan media TIK simulasi sebagai komplemen demonstrasi.

H. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Instrumen memberi perlakuan/ proses pembelajaran meliputi: a) Lembar Kerja Siswa Alat-alat Ukur dan Pengukuran; b) Silabus alat ukur; c) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Alat-alat Ukur dan Pengukuran;


(56)

d) Tes unjuk kerja KPS; e) Alat-alat ukur; f) Buku siswa materi alat ukur dan pengukuraan; g) Media TIK simulasi Alat-alat Ukur dan Pengukuran.

2. Instrumen mengumpulkan data meliputi: a) Soal prestest dan posttest hasil belajar ranah kognitif; b) Lembar observasi hasil belajar ranah KPS; c) Lembar observasi aktivitas siswa; d) Lembar observasi karakter siswa; e) Lembar kuisioner (angket) untuk mengukur sikap siswa.

I. Analisis Instrumen

Analisis instrumen pada penelitian ini adalah: 1. Validitas Isi

Validitas mengacu pada kemampuan instrumen pengumpulan data untuk

mengukur apa yang harus diukur, untuk mendapatkan data yang relevan dengan apa yang sedang diukur, dengan kata lain sebuah instrumen dianggap memiliki validitas yang tinggi jika instrumen tersebut benar-benar dapat dijadikan alat untuk mengukur sesuatu secara tepat. Validitas merupakan ciri yang harus dimiliki oleh instrumen pengukuran karena berhubungan langsung dengan dapat tidaknya data dipercaya kebenarannya.

Pada dasarnya macam-macam validitas yaitu: validitas subjektif, validitas isi, vaiditas kriteria, dan validitas konstruk (construct validity). Berdasarkan hal tersebut, validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi adalah validitas yang ditilik dari segi isi tes itu sendiri sebagai


(57)

alat pengukur hasil belajar peserta didik, isinya telah dapat mewakili secara representatif terhadap keseluruhan materi atau bahan pelajaran yang seharusnya diteskan (diujikan). Validitas isi sebenarnya identik dengan pembicaraan

tentang populasi dan sampel. Kalau saja keseluruhan materi pelajaran yang telah diberikan kepada peserta didik atau sudah diperintahkan untuk dipelajari oleh peserta didik kita anggap sebagai populasi, dan isi tes hasil belajar dalam mata pelajaran yang sama kita anggap sebagai sampelnya maka tes hasil belajar dalam mata pelajaran tersebut dapat dikatakan telah memiliki validitas isi, apabila isi tes tersebut (sebagai sampel), dapat menjadi wakil yang representatif (layak =

memadai) bagi seluruh materi pelajaran yang telah diajarkan atau telah diperintahkan untuk dipelajari (sebagai populasi).

Upaya yang telah ditempuh dalam rangka mengetahui kesesuaian dari Intrumen tes hasil belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan jalan menganalisis kesesuaian antara indikator soal dan butir soal pada tes hasil belajar baik pretest maupun posstest. Setelah diuji validitas isi atau kesesuaian maka setiap butir soal telah diperoleh kategori sesuai atau tidak sesuai pada setiap nomor soal yang digunakan.

2. Reliabilitas

Syarat lainnya yang juga penting bagi penelitian ini adalah reliabilitas. Reliabilitas (Reliability, keterpercayaan) menunjuk pada pengertian apakah sebuah instrumen dapat mengukur sesuatu yang diukur secara konsisten dari waktu ke waktu. Jadi,


(58)

kata kunci untuk syarat kualifikasi suatu instrumen pengukur adalah konsistensi, keajegan, atau tidak berubah-ubah.

Tes reliabilitas dibuat identik setiap tampilannya, kecuali substansi item yang ada dapat berbeda. Kedua tes tersebut sebaiknya mempunyai karakteristik sama. Karakteristik yang dimaksud termasuk, misalnya: mengukur variabel yang sama, mempunyai jumlah item yang sama, mempunyai petunjuk, cara scoring, dan interpretasi yang sama.

Tes reliabilitas ini menggunakan program SPSS 17.0 yang kemudian akan diperoleh nilai Cronbach's Alpha pada hasil belajar pretest dan posttest. Setelah itu dianalisis menggunakan ketentuan jika Cronbach's Alpha > 0,50 baik pada pretest maupun posstest maka item-item soal pada hasil belajar pretest dan posttest bersifat reliabel dan dapat digunakan.

J. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data hasil belajar siswa ranah kognitif berupa pretest dan posttest, hasil belajar siswa ranah KPS, aktivitas siswa, karakter siswa, dan sikap siswa yang ditunjukkan pada proses

pembelajaran.

1. Analisis Data Hasil Belajar Ranah Kognitif

Data yang diperoleh adalah berupa skala interval. Maka untuk menganalisis data hasil belajar ranah kognitif fisika siswa harus diolah dulu ke dalam skor GAIN,


(59)

kemudian dilakukan uji prasyarat analisis uji normalitas. Selanjutnya adalah pengujian hipotesis menggunakan uji berpasangan yaitu uji Paired Sampel –Test menggunakan SPSS 17.00. Berikut ini pemaparan mengenai cara menghitung skor N-GAIN, uji normalitas, dan Paired Sampel T-Test:

a) Menghitung Skor N-GAIN

N-GAIN diperoleh dari pengurangan skor pretest dengan posttest dibagi oleh skor maksimum dikurang skor pretest. Secara matematis persamaan tesebut dapat dituliskan sebagai berikut:

�= � − � � ���� − � � Keterangan:

g = N-GAIN Spost = Skor posttest Spre = Skor pretest Smax = Skor Maksimum

Dari hasil perhitungan N-GAIN di atas, kemudian dapat dikategorikan sebagai nilai tinggi dengan rentang nilai 0,7 ≤ N-GAIN ≤ 1, sedang dengan rentang nilai 0,3 ≤ N-GAIN ≤ 0,7, dan rendah dengan rentang nilai N-GAIN ≤ 0,3.


(60)

b) Uji Normalitas

Tujuan dari dilakukannya uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah suatu variabel normal atau tidak. Normal di sini dalam arti mempunyai distribusi yang normal. Normal atau tidaknya variabel berdasarkan distribusi normal dari mean dan standar deviasi yang sama. Jadi, uji normalitas pada dasarnya melakukan perbandingan anatara data yang akan diolah dengan data berdistribusi normal yang memiliki mean dan standar deviasi yang sama dengan data tersebut.

Uji normalitas diperlukan sebagai syarat dilakukannya parametric-test. Data yang mempunyai distribusi normal berarti memiliki sebaran yang normal pula, dengan demikian data dari sampel tersebut dianggap dapat mewakili populasi. Dalam penelitian ini, uji normalitas menggunakan program SPSS 17.00 dengan metode Kolmogrov-Smirnov.

Hasil analisis uji normalitas terdiri dari beberapa bagian yang dapat digunakan untuk melakukan interpretasi hasil analisis yang sudah dilakukan. Untuk

membaca hasil analisis uji normalitas yaitu dengan membandingkan antara data yang dianalisis dengan data berdistribusi normal. Akibatnya jika tes tersebut signifikan (p < 0.05) maka data tersebut disebut data yang tidak normal

distribusinya. Hal ini dikarenakan setelah dilakukan perbandingan ternyata data tersebut berbeda dengan kurva normal.

Berbeda dengan kurva normal berarti merupakan data yang tidak normal


(61)

data yang dinalisis adalah data yang mempunyai distribusi normal. Hal ini dikarenakan kurva pada data tersebut sama dengan kurva normal.

c) Paired Sample T Test

Paired Sample T Test adalah uji t di mana sampel saling berhungan antara satu sama lain. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menguji perbedaan rata-rata antara hasil belajar pretest dan posstest.

Pada penelitian ini digunakan Paired Sample T Test untuk membandingkan hasil belajar ranah kognitif siswa berupa pretest dengan perlakuan pertama, yaitu sebelum dilaksanakan proses pembelajaran dengan memanfaatkan media TIK simulasi sebagai komplemen demonstrasi pada materi pengukuran, dan posttest dengan perlakuan kedua, yaitu setelah dilaksanakan proses pembelajaran dengan memanfaatkan media TIK simulasi sebagai komplemen desmonstrasi pada materi alat ukur dan pengukuran.

Analisis yang diperlukan dalam uji ini yaitu berupa hipotesis. Hipotesis yang telah diuji adalah:

H0 = Tidak ada perbedaan hasil belajar ranah kognitif pada pembelajaran alat ukur menggunakan media TIK Simulasi sebagai Komplemen Demonstrasi di SMP Kelas VII

H1 = Ada perbedaan hasil belajar ranah kognitif pada pembelajaran alat ukur menggunakan media TIK Simulasi sebagai Komplemen Demonstrasi di SMP Kelas VII


(62)

Dasar pemikiran pada uji ini ialah apabila suatu perlakuan tidak memberi pengaruh maka perbedaan rata-rata adalah nol. Pada uji ini terlihat peningkatan atau penurunan hasil belajar ranah kognitif secara signifikan yang menunjukkan perbedaan antara pretest dan posttest. Ketentuan uji ini ialah H0 diterima dan H1 ditolak jika Thitung lebih kecil dari Ttabel. Tetapi sebaliknya, H0 ditolak dan H1 diterima jika Thitung lebih besar dari Ttabel. Jika ditinjau secara signifikan, H0 ditolak dan H1 diterima jika Sig (2-Tailed)> 0,05, dan sebaliknya.

Data hasil belajar siswa berupa soal tes kemampuan hasil belajar yang berbentuk pilihan jamak yang diambil pada awal dan akhir pembelajaran. Berdasarkan lembar analisis tes hasil belajar siswa yang tertera pada Lampiran 13 maka proses analisis untuk hasil belajar siswa adalah:

1) Skor yang diperoleh dari masing-masing siswa adalah jumlah skor dari setiap soal.

2) Persentase pencapaian hasil belajar siswa diperoleh dengan rumus: % 100

% x

maksimum Skor

diperoleh yang

Skor Belajar

Hasil

Pencapaian

3) Nilai hasil belajar siswa adalah:

Nilai hasil belajar siswa per tes = % Hasil belajar siswa (dihilangkan % nya).

4) Nilai rata-rata hasil belajar siswa diperoleh dengan rumus:

siswa Jumlah

siswa setiap belajar hasil

nilai siswa

belajar hasil

rata


(63)

2. Analisis Data Keterampilan Proses Sains (KPS) Siswa

Data KPS siswa diambil pada setiap pertemuan dengan menggunakan lembar pengamatan terhadap KPS siswa. Data KPS siswa yang dimunculkan adalah aktivitas yang relevan dengan kelima aspek kegiatan pembelajaran seperti yang tertera pada lampiran 15. Kelima aspek hasil belajar sebagai keterampilan proses sains yang diamati adalah:

a. Keterampilan mengukur, indikatornya meliputi: 1) Menggunakan alat ukur yang sesuai dengan benda yang akan diukur; 2) Prosedur mengukur sesuai; 3) Hasil ukur sesuai.

b. Keterampilan membandingkan, indikatornya meliputi: 1) Memilih alat ukur yang sesuai dari dua alat ukur sejenis yang disediakan; 2) Menentukan ketelitian yang lebih tinggi dari dua hasil pengukuran; 3) Menuliskan ketelitian hasil pengukuran.

c. Keterampilan membuat data, indikatornya meliputi: 1) Membuat tabel data hasil pengukuran namun sebagian besar tidak lengkap; 2) Membuat tabel data hasil pengukuran namun sebagian kecil tidak lengkap; 3) Membuat tabel data hasil pengukuran yang lengkap.

d. Keterampilan infering data, indikatornya meliputi : 1) Membuat pernyataan mengenai hasil pengukuran namun tidak tepat; 2) Membuat pernyataan mengenai hasil pengukuran namun kurang tepat; 3) Membuat pernyataan yang tepat mengenai hasil pengukuran.

e. Kemampuan mengomunikasikan, indikatornya meliputi: 1)Menggambarkan data dengan grafik atau tabel; 2) Menulis hasil diskusi dan pembahasan; 3) Menjelaskan data secara lisan.


(1)

Lampiran 24

HASIL UJI RELIABILITAS SOAL POSTTEST

Tabel LP24.a. Hasil Uji Case Processing Summary Soal Posttest

N %

Cases Valid 36 81.8

Excludeda 8 18.2

Total 44 100.0

Tabel LP24.b. Hasil Uji Reliability Statistics Soal Posttest Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based

on Standardized Items N of Items

.650 .606 26

Tabel LP24.c. Data Item-Total Statistics Soal Posttest

No Soal Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Squared Multiple Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted

soal1 139.67 519.657 .088 . .650

soal2 140.11 506.959 .219 . .643

soal3 139.78 512.863 .215 . .646

soal4 139.78 514.692 .171 . .647

soal5 140.00 510.171 .191 . .645

soal6 140.78 483.492 .435 . .627

soal7 141.22 499.035 .221 . .641

soal8 140.22 512.863 .111 . .648

soal9 141.78 479.492 .444 . .625

soal10 141.78 494.121 .274 . .637

soal11 140.67 499.657 .244 . .640

soal12 139.89 515.187 .124 . .648

soal13 140.22 505.549 .220 . .643

soal14 140.89 525.816 -.076 . .661

soal15 142.11 475.873 .507 . .621

soal16 139.78 518.349 .084 . .650

soal17 142.33 492.229 .326 . .634

soal18 142.22 490.463 .338 . .633


(2)

No Soal

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance

if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Squared Multiple Correlation

Cronbach's Alpha if

Item Deleted

soal20 140.00 512.000 .158 . .646

soal21 141.78 466.692 .597 . .613

soal22 140.67 499.657 .244 . .640

soal23 140.22 511.035 .138 . .647

soal24 140.78 516.406 .034 . .654

soal25 140.00 524.800 -.063 . .656


(3)

Lampiran 25

HASIL UJI PAIRED SAMPLE T-TEST

Tabel LP25.a. Paired Samples Statistics

Mean N

Std. Deviation

Std. Error Mean Pair 1 PRETEST 45.51 37 10.887 1.790

POSTTES T

71.89 37 11.294 1.857

Tabel LP25.b. Paired Sample Test

N Correlation Sig. Pair 1 PRETEST &

POSTTEST

37 .085 .619

Tabel LP25.c. Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviatio n Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper Pair 1 PRETEST -

POSTTEST

-26.378


(4)

(5)

(6)