Prevalensi Katarak dengan Diabetes Melitus di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2012

(1)

PREVALENSI KATARAK DENGAN DIABETES MELLITUS

DI RSUP.H. ADAM MALIK MEDAN

TAHUN 2012

TESIS

Oleh:

FAISAL BUSTAMI

NIM : 107110006

PROGRAM MAGISTER SPESIALIS ILMU KESEHATAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

RSUP H. ADAM MALIK

2013


(2)

(3)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Tesis ini adalah hasil karya penulis sendiri, dan semua baik yang kutipan maupun dirujuk telah penulis nyatakan dengan benar.

NAMA : Faisal Bustami NIM : 107110006 Tanda Tangan :


(4)

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Faisal Bustami NIM : 107110006

Program Studi : Ilmu Kesehatan Mata Jenis Karya : Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara hak bebas Royalti Non –ekslusif ( Non Exclusif Free Right ), atas tesis saya yang berjudul :

Prevalensi Katarak dengan Diabetes Melitus di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2012 “

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Ekslusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media / formatkan, mengelola dalam bentuk database, merawat dan mempublikasikan tesis saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis dan pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya .

Dibuat di : Medan

Pada Tanggal : 31 Oktober 2013 Yang Menyatakan


(5)

ABSTRAK

Tujuan: Penelitian bertujuan mendapatkan angka kejadian katarak dengan diabetes mellitus di RSUP.H.Adan Malik Medan Tahun 2012

Metode: Penelitian ini adalah penelitian Deskriptif. Data subjek penelitian diambil dari data rekam medis penderita katarak dengan diabetes mellitus yang

berobat di poli mata RSUP.H.Adam Malik Medan

Hasil : Data pasien berjumlah 72 orang yang didiagnosa katarak dengan diabetes mellitus, Dari hasil diperoleh angka penderita katarak dengan diabetes mellitus tahun 2012 yang terbanyak adalah umur 61-70 tahun 25 orang (34,70%), mata yang terkena bilateral 66 orang (91,66%), perempuan 36 orang (52,80%), suku Toba 21 orang (29,20%), Pendidikan SMA 26 orang (36,10%), Pekerjaan PNS 29 orang (40,30%), visus 1/300- LP 39 orang (54,2%), Lamanya menderita tidak diketahui 25 orang (34,70%), Prevalensi katarak dengan diabetes mellitus 0,88 %.

Kesimpulan: angka katarak dengan diabetes mellitus tahun 2012 adalah umur 61-70 tahun, mata yang terkena bilateral, perempuan, suku Toba, Pendidikan SMA, Pekerjaan PNS, Tajam Penglihatan 1/300- LP, Lamanya menderita tidak diketahui, Prevalensi katarak dengan diabetes mellitus 0,88 %.

Kata Kunci: katarak dengan diabetes mellitus,umur 61-70 tahun, bilateral, perempuan, suku Toba, Pendidikan SMA, PNS, Tajam Penglihatan, Lamanya Diabetes mellitus.


(6)

ABSTRACT

Purpose: The research aims to obtain the incidence of cataracts with diabetes mellitus in Adam Malik Medan hospital

in 2012.

Method: This research is a descriptive study. Data subjects were taken from medical records of cataract patients with diabetes mellitus who seek treatment in the eyes of Adam

Malik Medan Hospital.

Result: Data totaling 72 patients who were diagnosed with diabetes mellitus cataract, From the results obtained number of cataract patients with diabetes mellitus in 2012 the vast majority were aged 61-70 years is 25 people (34.70%), bilateral affected eye is 66 people (91.66%), women is 36 people (52.80%), ethnic Toba is 21 people (29.20%), high school education is 26 people (36.10%), PNS is 29 people (40.30%), vision 1/300- LP is 39 people (54.2%), length of suffering is not known 25 people (34.70%), prevalence of cataract with diabetes mellitus 0.88%. Conclusion: number of cataract with diabetes mellitus in 2012 were aged 61-70 years, affected eye bilateral, women, ethnic Toba, High School Education, Employment PNS, Sharp Vision 1/300- LP, suffered unknown duration, prevalence of cataract with diabetes mellitus 0, 88

%.

Keyword: cataract with diabetes mellitus, aged 61-70 years, bilateral, women, ethnic Toba, Education High School, PNS, visual acuity, duration of diabetes mellitus


(7)

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmaanirrohim,

Puji syukur yang tak terhingga penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis ini untuk memenuhi salah satu kewajiban dalam menyelesaikan Program Pendidikan Dokter Spesialis pada Ilmu Kesehatan Mata di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Rasa hormat, penghargaan dan ucapan terimakasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada:

1. Dr. Delfi, SpM (K), M. Ked (Oph), selaku Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Mata FK USU yang telah memberikan kesempatan pada penulis mengikuti pendidikan dan keahlian dalam Program Pendidikan Dokter Spesialis.

2. Dr. Hj. Aryani Atiyatul Amra, SpM, Mked (Oph) dan Dr. Bobby R Erguna Sitepu, SpM, M.Ked (Oph) selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Ilmu Kesehatan Mata FK USU yang telah sangat banyak membantu, membimbing dan mengarahkan penulis menjadi dokter Spesialis Mata yang siap mengamalkan spesialisasi tersebut kepada masyarakat.

3. Prof. Dr. H. Aslim D Sihotang, SpM (KVR) dan Dr. Delfi, SpM (K), M. Ked (Oph), sebagai pembimbing yang senantiasa memberikan dorongan dan bimbingan, serta telah meluangkan waktu untuk berdiskusi sehingga memberikan kemudahan dan kelancaran dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian tesis ini.


(8)

4. Para Guru-guru, Dr. H. Mohd. Dien Mahmud, SpM, Dr. H. Chairul Bahri AD, SpM, Dr. H. Azman Tanjung, SpM, Prof. Dr. H. Aslim D Sihotang, SpM (KVR), Dr. Masang Sitepu, SpM, Dr. Suratmin, SpM (K), Dr. H.Bachtiar, SpM (K), (Alm) Dr. H. Abdul Gani, SpM, Dr. Hj. Adelina Hasibuan SpM, Dr. Hj. Nurhaida Djamil, SpM, Dr. Beby Parwis, SpM, Dr. Syaiful Bahri, SpM, Dr. Riza Fatmi SpM, Dr. Pinto Y Pulungan, SpM (K), Dr. Hj.Heriyanti Harahap, SpM, Dr. Hj. Aryani Atiyatul Amra,SpM, M.Ked (Oph), Dr. Delfi, SpM (K), M.Ked (Oph), Dr. Nurchaliza H Siregar, SpM, M.Ked (Oph), Dr. Masitha Dewi Sari, SpM, M.Ked (Oph) Dr, Rodiah Rahmawaty Lubis, SpM, M.Ked (Oph), Dr. Bobby Ramses Erguna Sitepu, SpM, M.Ked (Oph), Dr. T. Siti Harilza Zubaidah, SpM, M.Ked (Oph), Dr. Vanda Virgayanti, SpM, M.Ked (Oph), Dr. Ruly Hidayat SpM, M.Ked (Oph), Dr. Fithria Aldy SpM, M.Ked (Oph), Dr. Marina Albar, SpM, M.Ked (Oph), penulis haturkan hormat dan terimakasih yang tak terhingga atas perhatian, kesabaran, bimbingan, dan kesediaan berbagi pengalaman selama mendidik penulis di bagian Ilmu Kesehatan Mata.

5. Drs. Abdul Djalil Amri Arma, M.Kes, selaku pembimbing statistik yang telah banyak meluangkan waktu dalam diskusi dan pengolahan data penelitian ini.

6. Keluarga besar Perdami Sumatera Utara, yang telah memberikan kesempatan pada penulis menjadi bagian dari keluarga besar Perdami dan membantu penulis dalam meningkatkan keahlian di bidang kesehatan mata.

7. Direktur RSUP H. Adam Malik Medan dan RSU Dr. Pirngadi Medan, yang telah memberikan fasilitas dan kesempatan yang seluas-luasnya kepada penulis dalam menjalani pendidikan.


(9)

8. Rektor Universitas Sumatera Utara, Dekan dan Ketua TKP PPDS I Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan penulis kesempatan untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Mata di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

9. PPDS Ilmu Kesehatan Mata (Abang dan Kakak senior dan Teman-teman serta adik-adik semua) yang telah memberikan bantuan dan dorongan semangat, sekaligus mengisi hari-hari penulis dengan persahabatan, kerjasama, keceriaan dan kekompakan dalam menjalani kehidupan sebagai residen.

10. Seluruh perawat/paramedik di RSUP H. Adam Malik dan RSU Dr. Pirngadi Medan dan di berbagai tempat di mana penulis pernah bertugas selama pendidikan, dan seluruh pegawai administrasi Departemen Ilmu Kesehatan Mata FK USU, terimakasih atas bantuan dan kerjasama yang telah diberikan selama ini.

Rasa hormat dan terimakasih tak terhingga kepada kedua orangtua penulis tercinta, ayahanda (alm) H.Bustami,BA dan ibunda Hj.Masmaimun Hsb, tak terbalaskan segala doa, kebaikan,kasih sayang dan pengorbanan , hanya doa tulus dari ananda agar Allah SWT membalas kebaikan ayah dan ibunda dengan Ridha Nya. Terimakasih penulis haturkan pula kepada kedua mertua, ayahanda H.A.Malik Dalimunthe,SH.MM dan ibunda Hj. Mariawaty, Amkeb.

Kepada istri tercinta, Dr. Nurmawaty Dalimunthe juga ananda tersayang Najla Nafa Bustami dan Carissa Nafa Bustami, terimakasih atas pengertian, kesabaran, kasih sayang, doa dan motivasi yang menjadi semangat ayahanda dalam menyelesaikan pendidikan ini.


(10)

Akhirnya kepada semua yang telah berpartisipasi penulis ucapkan terimakasih setulus-tulusnya, semoga Allah SWT membalas dengan kebaikan. Amin

Harapan penulis semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita, khususnya bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran USU.

Medan, 2013 Penulis


(11)

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan masalah... 3

1.3 Tujuan Penelitian... 3

1.4 Manfaat Penelitian... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 5

2.1. Defenisi... 5

2.2 Anatomi... 5

2.3 Faktor Resiko... 8

2.4 Gejala Klinis... 10

2.5 Tipe Katarak... 12

2.2 Kerangka Konsepsional... 14

2.4 Struktur RSUP.H ADAM MALIK Medan... 15

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 16

3.1 Rancangan Penelitian... 16

3.2 Pemilihan Tempat Penelitian... 16

3.3 Populasi Penelitian... 16

3.4 Besar Sampel... 16

3.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi... 16

3.6 Identifikasi Variabel... 17


(12)

3.8 Jalannya Penelitian dan Cara Kerja... 18

3.9 Analisa Data... 18

3.10 Personalia Penelitian... 18

3.11 Pertimbangan Etika... 18

3.12 Biaya Penelitian... 18

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 19

4.1 Hasil Penelitian... 19

4.2 Pembahasan…... 28

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 31

5.1 Kesimpulan…... 31

5.2 Saran…... 33


(13)

ABSTRAK

Tujuan: Penelitian bertujuan mendapatkan angka kejadian katarak dengan diabetes mellitus di RSUP.H.Adan Malik Medan Tahun 2012

Metode: Penelitian ini adalah penelitian Deskriptif. Data subjek penelitian diambil dari data rekam medis penderita katarak dengan diabetes mellitus yang

berobat di poli mata RSUP.H.Adam Malik Medan

Hasil : Data pasien berjumlah 72 orang yang didiagnosa katarak dengan diabetes mellitus, Dari hasil diperoleh angka penderita katarak dengan diabetes mellitus tahun 2012 yang terbanyak adalah umur 61-70 tahun 25 orang (34,70%), mata yang terkena bilateral 66 orang (91,66%), perempuan 36 orang (52,80%), suku Toba 21 orang (29,20%), Pendidikan SMA 26 orang (36,10%), Pekerjaan PNS 29 orang (40,30%), visus 1/300- LP 39 orang (54,2%), Lamanya menderita tidak diketahui 25 orang (34,70%), Prevalensi katarak dengan diabetes mellitus 0,88 %.

Kesimpulan: angka katarak dengan diabetes mellitus tahun 2012 adalah umur 61-70 tahun, mata yang terkena bilateral, perempuan, suku Toba, Pendidikan SMA, Pekerjaan PNS, Tajam Penglihatan 1/300- LP, Lamanya menderita tidak diketahui, Prevalensi katarak dengan diabetes mellitus 0,88 %.

Kata Kunci: katarak dengan diabetes mellitus,umur 61-70 tahun, bilateral, perempuan, suku Toba, Pendidikan SMA, PNS, Tajam Penglihatan, Lamanya Diabetes mellitus.


(14)

ABSTRACT

Purpose: The research aims to obtain the incidence of cataracts with diabetes mellitus in Adam Malik Medan hospital

in 2012.

Method: This research is a descriptive study. Data subjects were taken from medical records of cataract patients with diabetes mellitus who seek treatment in the eyes of Adam

Malik Medan Hospital.

Result: Data totaling 72 patients who were diagnosed with diabetes mellitus cataract, From the results obtained number of cataract patients with diabetes mellitus in 2012 the vast majority were aged 61-70 years is 25 people (34.70%), bilateral affected eye is 66 people (91.66%), women is 36 people (52.80%), ethnic Toba is 21 people (29.20%), high school education is 26 people (36.10%), PNS is 29 people (40.30%), vision 1/300- LP is 39 people (54.2%), length of suffering is not known 25 people (34.70%), prevalence of cataract with diabetes mellitus 0.88%. Conclusion: number of cataract with diabetes mellitus in 2012 were aged 61-70 years, affected eye bilateral, women, ethnic Toba, High School Education, Employment PNS, Sharp Vision 1/300- LP, suffered unknown duration, prevalence of cataract with diabetes mellitus 0, 88

%.

Keyword: cataract with diabetes mellitus, aged 61-70 years, bilateral, women, ethnic Toba, Education High School, PNS, visual acuity, duration of diabetes mellitus


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Diabetes melitus (DM) merupakan masalah kesehatan yang perlu diwaspadai di Indonesia. Prevalensi diabetes melitus untuk Indonesia cukup besar menurut RISKESDAS; sebesar 14,7% populasi dikawasan Urban terancam DM. Jika di proyeksikan ,sebanyak 8,2 juta penduduk di urban dan 5,5 juta penduduk area pedesaan di Indonesia mengalami diabetes yang artinya akan terjadi penambahan jumlah penderita katarak yang signifikan.¹

Meskipun telah banyak penelitian mengenai katarak, belum dapat menentukan penyebab katarak yang pasti dimana faktor degenerasi lensa merupakan penyebab utama kekeruhan lensa tersebut. Diduga banyak faktor yang berperan dalam degenerasi lensa, antara lain usia, paparan ultraviolet, serta gizi. Selain itu katarak juga bisa lebih cepat terjadi pada penderita Diabetes melitus, mata yang mengalami trauma, riwayat infeksi intraokular atau pernah mengalami operasi intraokular sebelumnya.³

Di Indonesia prevalensi katarak adalah 0,7% dari total penduduk dengan catatan kurang dari 10% mendapatkan terapi dan katarak dapat mengenai semua umur karena pada saat ini banyak dikalangan anak muda yang menderita diabetes melitus yang merupakan salah satu faktor munculnya katarak. Setiap pria maupun wanita mempunyai resiko yang sama terkena katarak. Jumlah katarak pada penderita diabetes melitus pada RSUD Dr.Soetomo Surabaya tahun 2010 adalah 60% dari 1267 penderita dan lebih besar pada penderita usia lanjut (>55 tahun) dari pada usia produktif (<55 tahun).⁴


(16)

Di negara berkembang di seluruh dunia selain masalah sosial dan ekonomi, maka kebutaan masih merupakan masalah yang besar. Pada tahun 1990, WHO memperkirakan prevalensi kebutaan berkisar antara 0,3%-0,7% dan angka ini diperkirakan akan meningkat setiap tahunnya.⁴'⁵Menurut WHO pada tahun 2002, penyebab kebutaan paling utama adalah Katarak (47,8%), Glaukoma (12,3%), Uveitis (10,2%), Age macular degereration (AMD)(8,7%), Trakhoma (3,6%), Corneal Opacity(5,1%), dan diabetic retinopathy (4,8%).⁶

Di indonesia, katarak merupakan penyebab utama kebutaan dengan prevalensi buta katarak 0,7% dari prevalensi kebutaan 1,5% pada tahun 1996, walaupun katarak adalah penyakit usia lanjut, namun 16-20% buta katarak telah dialami oleh penduduk Indonesia pada usia 40-54 tahun yang menurut kriteria Biro Pusat Statistik (BPS) termasuk usia produktif. Makin tinggi angka harapan hidup penduduk Indonesia maka jumlah penderita katarak makin meningkat, sehingga pelayanan bedah katarak semakin bertambah. Operasi katarak adalah satu-satunya cara untuk mencegah kebutaan akibat katarak yang dilakukan oleh seluruh Spesialis mata di Indonesia, baik di rumah sakit maupun secara massal.⁷'⁸

Tingginya angka penderita katarak dan penderita diabetes melitus menjadi latar belakang bagi peneliti untuk melakukan penelitian di RSUP.H.Adam Malik Medan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Jumlah penderita katarak dengan diabetes melitus di RSUP.H.Adam Malik Medan periode januari- desember 2012.


(17)

1.3 TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan umum

Penelitian bertujuan untuk mendapatkan angka kejadian katarak dengan diabetes melitus di RSUP.H.Adam Malik Medan tahun 2012.

2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui umur rata-rata penderita katarak dengan diabetes melitus

2. Untuk mengetahui jenis kelamin terbanyak penderita katarak dengan diabetes melitus.

3. Untuk mengetahui tingkat pendidikan rata-rata penderita katarak dengan diabetes melitus.

4. Untuk mengetahui pekerjaan terbanyak pada penderita katarak dengan diabetes melitus

5. Untuk mengetahui suku terbanyak pada penderita katarak dengan diabetes melitus

6. Untuk mengetahui lamanya menderita diabetes melitus sehingga terjadi komplikasi katarak.

7. Untuk mengetahui apakah katarak pada penderita diabetes melitus diderita pada satu mata atau kedua mata.


(18)

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Dengan penelitian ini dapat diketahui angka penderita katarak dengan diabetes melitus di RSUP.H.Adam Malik Medan sehingga dapat digunakan sebagai data untuk penelitian di masa-masa mendatang.


(19)

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. DEFENISI

Diabetes melitus (DM) adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa didalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara sempurna. Insulin adalah hormon yang dilepaskan oleh pankreas,yang merupakan zat utama yang bertanggung jawab dalam mempertahankan kadar gula darah yang tepat. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronik degeneratif tersering dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tertinggi di dunia. Word Health Organization (WHO) melaporkan bahwa Indonesia merupakan negara urutan keempat dengan jumlah penderita DM terbanyak. Jumlah ini akan mencapai 21,3 juta pada tahun 2030.¹'⁹

Katarak adalah kekeruhan lensa. Kejernihan lensa dapat terganggu oleh karena proses degenerasi yang menyebabkan kekeruhan serabut lensa. Katarak memiliki derajat kepadatan yang sangat bervariasi dan dapat disebabkan oleh berbagai hal salah satunya adalah penyakit sistemik seperti diabetes melitus.¹º

2.1.1. Anatomi

Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang panjangnya kira-kira 15 cm, lebar 5 cm, mulai dari duodenum sampai ke limpa dan beratnya rata-rata 60-90 gram. Terbentang pada vertebrata lumbalis 1 dan 2 di belakang lambung.³


(20)

Pankreas merupakan kelenjar endokrin yang terbesar yang terdapat di dalam tubuh baik hewan maupun manusia. Bagian depan (kepala) kelenjar pankreas terletak pada lekukan yang dibentuk oleh duodenum dan bagian pilorus dari lambung. Bagian badan yang merupakan bagian utama dari organ ini merentang ke arah limpa dengan bagian ekornya menyentuh atau terletak pada alat ini. Dari segi perkembangan embriologis, kelenjar pankreas terbentuk dari epitel yang berasal dari lapisan epitel yang membentuk usus.³

Insulin di sentesis sel beta pankreas dari proinsulin dan di simpan dalam butiran berselaput yang berasal dari kompleks Golgi. Pengaturan sekresi insulin dipengaruhi efek umpan balik kadar glukosa darah pada pankreas. Bila kadar glukosa darah meningkat diatas 100 mg/100ml darah, sekresi insulin meningkat cepat. Bila kadar glukosa normal atau rendah, produksi insulin akan menurun. Selain kadar glukosa darah, faktor lain seperti asam amino, asam lemak, dan hormon gastrointestina merangsang sekresi insulin dalam derajat berbeda-beda. Fungsi metabolisme utama insulin untuk meningkatkan kecepatan transpor glukosa melalui membran sel ke jaringan terutama sel-sel otot, fibroblas dan sel lemak.³

Lensa adalah suatu struktur bikonveks, vaskular, tidak berwarna , dan hampir transparan sempurna, lensa tidak mempunyai asupan darah ataupun inervasi syaraf, dan bergantung sepenuhnya pada akuos humor untuk metabolisme dan pembuangan. Lensa terletak dibelakang iris dan di depan korpus vitreous. Posisinya di topang oleh Zonula Zinni, terdiri dari serabut-serabut kuat yang melekat ke korpus siliaris.⁷'¹⁰

Diameter lensa adalah 9-10 mm dan tebalnya bervariasi sesuai dengan umur, mulai dari 3,5 mm(saat lahir) dan 5 mm(dewasa).⁷'¹⁰


(21)

Lensa dapat membiaskan cahaya karena memiliki indeks refraksi, normalnya 1,4 di sentral dan 1,36 di perifer. Dalam keadaan non akomodatif, kekuatannya 15-20 dioptri(D).⁷

Struktur lensa terdiri dari kapsul yang tipis, transparan, dikelilingi oleh membran hialin yang lebih tebal pada permukaan anterior dibanding posterior.¹⁰ Lensa disokong oleh serabut zonular berasal dari lamina nonpigmented epithelium pars plana pars plikata dari pada corpus siliaris.Zonular ini termasuk kedalam lensa di regio equator.⁷ Epitel berada tepat dibelakang kapsul anterior lensa terdapat satu lapisan sel epitel. Dibagian ekuator, sel ini aktif membelah dan membentuk serabut lensa baru sapanjang kehidupan.⁷'¹⁰ Nukleus pada bagian sentralnya terdiri serabut serabut tua. Terdiri beberapa zona berbeda, yang menumpuk kebawah sesuai dengan perkembangannya. Korteks pada bagian perifer terdiri dari serabut-serabut lensa yang muda.⁷'¹⁰

Enam puluh lima persen lensa terdiri dari air, sekitar 35% protein dan sedikit sekali mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa dari pada dikebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi.¹⁰

Secara fisiologi lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu:

• Kenyal atau lentur karena memegang peranan penting dalam akomodasi untuk menjadi untuk menjadi cembung.

• Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan.

• Terletak ditempatnya.


(22)

• Tidak kenyal pada orang dewasa yang akan mengakibatkan presbiopia,

• Keruh atau yang disebut katarak.

• Tidak berada ditempat atau subluksasi dan dislokasi.

Lensa orang dewasa di dalam perjalanan hidupnya akan menjadi bertambah besar dan berat.²¹'²²

2.1.2. Faktor Resiko

Faktor resiko terjadinya katarak sangat bervariasi bergantung dari proses patogenesis, proses umur, genetik, makanan, Diabetes melitus, radiasi ultra violet, merokok merupakan faktor penyebab terjadinya katarak.¹¹

Katarak adalah penyakit degeneratif yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor intrinsik maupun faktor ekstrinsik. Faktor instrinsik yang berpengaruh antara lain adalah umur, jenis kelamin dan faktor genetik, sedangkan faktor ekstrinsik yang berpengaruh antara lain adalah pendidikan dan pekerjaaan yang berdampak langsung pada status sosial ekonomi dan status kesehatan seseorang serta faktor lingkungan, dalam hubungannya dengan paparan sinar ultraviolet.⁸'¹¹


(23)

1. Pekerjaan

3. pendidikan 2. Lingkungan

Radikal bebas

4. Nutrisi Antioksidan

5. Perokok

6. Diare 8. Alkohol 7. Diabetes 9. Obat-obatan 10. Gender

Gambar 1. Proses terjadinya katarak (dikutip dari gambar II.3 ) faktor resiko buta katarak usia produktip ( Tinjauan khusus terhadap enzim Glutation reduktase dan Ribolflavin darah ).

Diabetes melitus dapat mempengaruhi kejernihan lensa, indeks refraksi, dan amplitudo akomodatif. Dengan meningkatnya kadar gula darah ,maka meningkat pula kadar glukosa dalam akuos humor. Oleh karena glukosa dari akuos humor masuk kedalam lensa dengan cara difusi, maka kadar glukosa dalam lensa juga meningkat. Sebagian glukosa tersebut

Ultra violet

Gangguan struktur protein

K A T A R A K


(24)

dirubah oleh enzim aldose reduktase menjadi sorbitol, yang tidak dimetabolisme tapi tetap berada dalam lensa.¹²'¹⁹

2.1.3. Gejala Klinis

Diabetes melitus umumnya terlihat lemah, lemas, dan tidak bugar, adapun gejala umum yang dirasakan oleh penderita diabetes adalah:

1. Banyak kencing terutama pada malam hari 2. Gampang haus dan banyak minum

3. Mudah lapar dan banyak makan 4. mudah lelah dan sering mengantuk 5. Penglihatan kabur

6. Sering pusing dan mual

7. Koordinasi gerak anggota tubuh terganggu 8. Berat badan menurun terus

9. Sering kesemutan dan gatal-gatal pada tangan dan kaki ²'¹⁹'²⁰.

Kekeruhan lensa dapat terjadi tanpa menimbulkan gejala, dan dijumpai pada pemeriksaan mata rutin. Gejala katarak yang sering di keluhkan adalah:

1. Silau

Pasien katarak sering mengeluh silau, yang bisa bervariasi keparahannya mulai dari penurunan sensitivitas kontras dalam lingkungan yang terang hingga silau pada saat


(25)

siang hari atau sewaktu melihat lampu mobil atau kondisi serupa di malam hari. Keluhan ini khususnya dijumpai pada tipe katarak posterior subkapsular.¹⁴'¹⁵

2. Diplopia monokular atau polypia

Terkadang, perubahan nuklear terletak pada lapisan dalam nukleus lensa, menyebabkan daerah pembiasan multipel ditengah lensa.¹⁵ Daerah ini dapat dilihat dengan refleks merah retinoskopi atau oftalmoskopi direk. Tipe katarak ini kadang-kadang menyebabkan diplopia monokular atau polypia. ¹⁴'¹⁵

3. Halo

Hal ini bisa terjadi pada beberapa pasien oleh karena terpecahnya sinar putih menjadi spektrum warna oleh karena meningkatnya kendungan air dalam lensa.¹⁶

4. Distorsi

Katarak dapat menyebabkan garis lurus kelihatan bergelombang, sering dijumpai pada stadium awal katarak.¹⁶'¹⁷

5. Penurunan tajam penglihatan

Katarak menyebabkan penurunan penglihatan progresif tanpa rasa nyeri. Setiap tipe katarak biasanya mempunyai gejala gangguan penglihatan yang berbeda-beda, tergantung pada cahaya, ukuran pupil dan derajat miopia.¹⁶


(26)

6. Sensitivitas Kontras

Sensitivitas kontras mengukur kemampuan pasien untuk mendeteksi variasi tersamar dalam bayangan dengan menggunakan benda yang bervariasi dalam hal kontras, luminance, dan frekuensi spasial.¹⁶

7. Myopic Shift

Perkembangan katarak dapat terjadi peningkatan dioptri kekuatan lensa, yang umumnya menyebabkan miopia ringan atau sedang. Umumnya, pematangan katarak nuklear ditandai dengan kembalinya penglihatan dekat oleh karena meningkatknya miopia akibat peningkatan kekuatan refraktif lensa nuklear sklerotik, sehingga kacamata atau bifokal tidak diperlukan lagi. Perubahan ini disebut ”second sight”. Namun seiring dengan perubahan kualitas optikal lensa, keuntungan tersebut akhirnya hilang juga.¹⁴'¹⁵

2.5. Tiga tipe katarak senilis, adalah: 1. Katarak Nuklear

Beberapa derajat nuklear skeloris dan penguningan dikatakan normal pada pasien dewasa setelah melewati usia menengah. Secara umum, kondisi ini hanya sedikit mengganggu fungsi penglihatan. Sklerosis dan penguningan dalam jumlah yang berlebihan disebut katarak nuklear, yang menyebabkan kekeruhan sentral.¹² Tingkatan sklerosis, penguningan dan kekeruhan di evaluasi dengan slit-lamp secara oblik. ¹²'¹⁸ dan pemeriksaan refleks merah dengan pupil dilatasi.¹² Bila sudah lanjut, nukleus berwarna coklat( katarak brunescent) dan konsistensinya keras.¹⁸


(27)

2. Katarak Kortikal

Perubahan komposisi ion pada korteks lensa dan perubahan hidrasi pada serabut lensa menyebabkan kekeruhan kortikal.¹² Gejala katarak kortikal yang sering dijumpai adalah silau.¹²'¹⁸ Akibat sumber cahaya fokal, seperti lampu mobil.¹² Monokular diplopia bisa juga dijumpai. Tanda pertama pembentukan katarak kortikal terlihat dengan slit-lamp sebagai vakuola dan celah air(water clefts) di korteks anterior atau posterior.¹²

3. Katarak Posterior Subkapsular Katarak Posterior Subkapsular (Posterior subcapsular cataract=PSCs) sering dijumpai pada pasien yang lebih muda dari pada katarak nuklear atau kortikal. PSCs berlokasi lapisan kortikal posterior dan biasanya aksial. Indikasi pertama pembetukan PSCs adalah kilauan warna yang samar ( subtle iridescent sheen ) pada lapisan kortikal posterior yang terlihat dengan slit-lamp.¹²

Pasien sering mengeluh silau dan penglihatan jelek pada kondisi cahaya terang karena PSCs menutupi pupil ketika miosis akibat cahaya terang, akomodasi atau miotikum. Penglihatan dekat lebih jelek dari pada penglihatan jauh. Beberapa pasien juga mengalami monokular diplopia. ¹²'¹⁸

2.2.KERANGKA KONSEPSIONAL

Kerangka konsepsional merupakan kerangka yang menggambarkan dan mengarahkan asumsi mengenai elemen elemen yang diteliti. Berdasarkan dari rumusan masalah yang telah dipaparkan dalam latar belakang dan dari tinjauan kepustakaan yang ada, maka kerangka konsep digambarkan sebagai berikut :


(28)

Kerangka konsep :

2.4. STRUKTUR RSUH.ADAM MALIK MEDAN

Penelitian dilakukan di RSUP. H..Adam Malik Medan yang dibangun diatas tanah seluas 10 Ha, berlokasi dijalan Bunga Lau No. 17 Km 12, Kecamatan Medan Tuntungan, Propinsi Sumatera Utara.

Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan merupakan RS kelas A dan RS pendidikan sesuai dengan SK MENKES. Rumah Sakit ini juga sebagai pusat rujukan wilayah Pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat dan Riau dan bertanggung jawab kepada Direktur Jendral

Pekerjaan

Katarak Pada

Penderita

Diabetes Melitus

Lamanya diabetes melitus

Lateralisasi Jenis Kelamin

Umur Pendidikan


(29)

Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan, wajib melaksanakan sistem pelaporan rumah sakit.


(30)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1. RANCANGAN PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif retrospektif, dengan mengambil data sampel dari catatan rekam medis pasien yang datang berobat ke RSUP.H. Adam Malik Medan Periode Januari- Desember 2012.

3.2.PEMILIHAN TEMPAT PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit H. Adam Malik Medan Periode Januari- Desember 2012.

3.3. POPULASI PENELITIAN

Populasi penelitian adalah seluruh pasien yang berkunjung ke poli mata RSUP.H. Adam Malik Medan tahun 2012.

3.4. BESAR SAMPEL

Besar sampel di tentukan dengan metode consecutive sampling, yaitu semua objek yang didiagnosa Katarak dengan diabetes melitus.

3.5 KRITERIA INKLUSI DAN EKSLUSI Kriteria Inklusi :

• Semua pasien dengan diagnosa Katarak dengan Diabetes melitus.


(31)

• Umur penderita > 7 tahun Kriteria ekslusi :

 Penderita Katarak dengan diabetes melitus disertai hipertensi

 Dijumpai kelainan di segment anterior

 Umur penderita < 7 tahun 3.6. IDENTIFIKASI VARIABEL

 Variabel terikat adalah katarak dengan diabetes melitus di poliklinik mata

 Variabel bebas adalah : a. Jenis kelamin b. Umur

c. Pendidikan d. Suku

e. Pekerjaan

f. Lamanya menderita diabetes melitus g. Lateralisasi

3.7. BAHAN DAN ALAT

Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Data dari rekam medis

2. Kertas 3. Pulpen 4. Pinsil 5. Penghapus


(32)

3.8 JALANNYA PENELITIAN DAN CARA KERJA

Pengumpulan data diambil dari rekam medis pasien yang berkunjung ke poliklinik mata RSUP.H. Adam Malik Medan tahun 2012 dengan didiagnosa katarak dengan diabetes melitus. Semua data pasien dicatat, setelah data terkumpul diolah dalam bentuk tabel.

3.9 ANALISIS DATA

Analisa data dilakukan secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabulasi data. 3.10. PERSONALIA PENELITIAN

Peneliti : Faisal Bustami 3.11. PERTIMBANGAN ETIKA

Usulan penelitian ini terlebih dahulu disetujui oleh rapat bagian ilmu penyakit mata FK-USU/RSUP H.Adam Malik medan. Penelitian ini kemudian diajukan untuk disetujui oleh rapat komite etika Fakultas Kedokteran universitas Sumatera Utara.

3.12 BIAYA PENELITIAN


(33)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini berbentuk deskriptif yang dilakukan selama tahun 2012 yaitu jumlah pasien yang datang berobat ke Poliklinik Mata RSUP.H. Adam Malik Medan yang dicatat dari rekam medis pada periode Januari sampai dengan Desember 2012 yang berjumlah 8120 pasien. Dari jumlah tersebut dijumpai sampel penderita katarak sebanyak 505 orang pada katarak dengan diabetes melitus bilateral (dua mata) dan unilateral (satu mata) sebanyak 72 orang.

Tabel 4.1. jumlah penderita Katarak dengan Diabetes melitus berdasarkan umur

Umur Satu mata Dua mata Total

n % n % n %

8 – 20 0 0,00 0 0,00 0 0,00 21 – 30 0 0,00 0 0,00 0 0,00 31 – 40 0 0,00 0 0,00 0 0,00 41 – 50 3 4,20 5 6,90 8 11,10 51 – 60 3 4,20 21 29,10 24 33,30 61-70 0 0,00 25 34,70 25 34,70 > 70 0 0,00 15 20,80 15 20,80 Jumlah 6 8,33 66 91,66 72 100,00


(34)

Dari tabel 4.1. ini menunjukkan bahwa jumlah penderita katarak dengan diabetes melitus terbanyak dijumpai pada kelompok umur 61-70 tahun sebesar 25 orang (34,70 % ) , dimana hanya dijumpai katarak dengan diabetes melitus pada dua mata.

Tabel 4.2. Jumlah penderita Katarak dengan Diabetes Melitus berdasarkan mata yang terkena

Mata yang terkena n %

(lateralitas)

unilateral 6 8,33

bilateral 66 91,66

Jumlah 72 100,00

Dari tabel 4.2. ini menunjukkan bahwa jumlah penderita katarak dengan diabetes melitus lebih banyak mengenai 2 mata daripada 1 mata, yaitu sejumlah 66 orang ( 91,66 %).


(35)

Tabel 4.3. Jumlah penderita Katarak dengan Diabetes Melitus Berdasarkan Jenis Kelamin

Satu mata Dua mata Total

Jenis kelamin n % n % n %

Laki-laki 4 5,60 30 41,60 34 47,20 perempuan 2 2,80 36 50,00 36 52,80 Jumlah 6 8,33 66 91,66 72 100,00

Dari tabel 4.3. ini menunjukkan bahwa jumlah penderita katarak dengan diabetes melitus dijumpai perempuan lebih besar dari laki-laki. Pada perempuan lebih besar dua mata daripada satu mata yaitu sebanyak 36 orang ( 50,00 %), dan satu mata sebanyak 2 orang (2,80 %). Sedangkan pada laki-laki lebih besar dua mata daripada satu mata yaitu sebanyak 4 orang ( 5,60 %), dan dua mata sebanyak 30 orang (41,60 %).


(36)

Tabel 4.4. Jumlah penderita katarak dengan Diabetes Melitus berdasarkan suku.

Satu mata Dua mata Total

Suku n % n % n %

Toba 0 00,00 21 29,20 21 29,20 Mandailing 0 0,00 6 8,30 6 8,30 Karo 0 0,00 8 11,10 8 11,10 Aceh 2 2,80 6 8,30 8 11,10 Chinese 0 0,00 3 4,20 3 4,20 Jawa 0 0,00 4 5,60 4 5,60 Padang 0 0,00 2 2,80 2 2,80 Melayu 0 0,00 10 13,90 10 13,90 Nias 3 4,20 1 1,40 4 5,60 Lain – lain 1 1,40 5 6,90 6 8,30 Jumlah 6 8,33 66 91,66 72 100,00

Dari tabel 4.4. ini menunjukkan bahwa jumlah penderita katarak dengan diabetes melitus yang terbanyak adalah toba ,yaitu sebesar 21 orang ( 29,20 % ) dan dijumpai pada kedua mata.


(37)

Tabel 4.5. Jumlah penderita katarak dengan Diabetes Melitus berdasarkan tingkat pendidikan.

Tingkat Satu mata Dua mata Total

Pendidikan n % n % n %

Tidak Sekolah 0 0,00 3 4,20 3 4,20

SD 0 0,00 12 16,70 12 16,70

SMP 1 1,40 18 25,00 19 26,40

SMA 3 4,20 23 31,90 26 36,10

Akademi 0 0,00 5 6,90 5 6,90 Perguruan Tinggi 2 2,80 5 6,90 7 9,70 Jumlah 6 8,33 66 91,66 72 100,00

Dari tabel 4.5. ini menunjukkan bahwa jumlah penderita katarak dengan diabetes melitus terbanyak pada tingkat SMA sebesar 26 orang ( 36,10 % ), dimana pada dua mata lebih banyak yaitu 23 orang (31,90 %).


(38)

Tabel 4.6. Jumlah kebutaan akibat katarak berdasarkan pekerjaan. Satu mata Dua mata Total

Pekerjaan n % n % n %

PNS 3 4,20 26 36,10 29 40,30 Wiraswasta 1 1,40 10 13,90 11 15,30

IRT 1 1,40 17 23,60 18 25,00

Petani 0 0,00 12 16,70 12 16,70 Nelayan 1 1,40 1 1,40 2 2,80 Jumlah 6 8,33 66 91,66 72 100,00

Dari tabel 4.6. ini menunjukkan bahwa jumlah katarak dengan diabetes melitus berdasarkan pekerjaan terbanyak pada PNS sebesar 29 orang ( 40,30 %), lebih banyak pada dua mata sebanyak 26 orang ( 36,10%).


(39)

Tabel 4.7. Jumlah kebutaan akibat katarak berdasarkan Tajam penglihatan ( Visus ).

Tajam Satu mata Dua mata Total

Penglihatan n % n % n %

6/18-6/60 2 2,80 13 18,00 15 20,80 5/60-3/60 0 0,00 7 9,7 7 9,7 2/60-1/60 3 4,20 8 11,10 11 15,3 1/300-LP 1 1,40 38 52,80 39 54,2 NLP 0 0,00 0 0,00 0 0,00 Jumlah 6 8,33 66 91,66 72 100,00

Dari tabel 4.7. ini menunjukkan bahwa jumlah katarak dengan diabetes melitus terbanyak dengan Tajam Penglihatan ( Visus )1/ 300-LP sebanyak 39 orang yaitu pada dua mata sebanyak 38 orang ( 52,80 % ) dan satu mata 1 orang (1,4 % ).


(40)

Tabel 4.8. Jumlah katarak dengan Diabetes melitus berdasarkan lamanya Menderita Diabetes Melitus.

Lamanya Satu mata Dua mata Total

DM n % n % n %

1-3 Thn 2 2,80 8 11,10 10 13,90 4-6 Thn 1 1,40 14 19,40 15 20,80 7-9 Thn 0 0,00 6 8,30 6 8,30 10-13 Thn 0 0,00 9 12,50 9 12,50 > 13 Thn 1 1,40 6 8,30 7 9,70 Tidak Diketahui 2 2,80 23 31,90 25 34,70 Jumlah 6 8,33 66 91,66 72 100,00

Dari tabel 4.8. ini menunjukkan bahwa jumlah katarak dengan diabetes melitus terbanyak berdasarkan lamanya menderita diabetes melitus Tidak diketahui sebesar 25 orang ( 34,7 %)lebih besar pada dua mata sebanyak 23 orang ( 31,90 % )


(41)

Tabel 4.9. Estimasi Prevalensi katarak dengan Diabetes Melitus di RSUP.Haji Adam Malik Medan tahun 2012

RSUP.Haji Adam Malik Medan Estimasi CI (95 %)

(Batas Bawah;Batas Atas) Prevalensi Katarak dengan

Diabetes Melitus

0,88 % ( 0,69% ; 1,07% )

Dari jumlah sampel pasien 8120 didapatkan 72 orang adalah pasien katarak dengan diabetes melitus prevalensi didapatkan dengan rumus jumlah penderita / jumlah populasi dikali 100%, sehingga prevalensi katarak dengan diabetes melitus di RSUP.H. Adam Malik Medan adalah 0,88 %.


(42)

BAB V PEMBAHASAN

Dari tabel 4.1. ini menunjukkan bahwa jumlah penderita katarak dengan diabetes melitus terbanyak dijumpai pada kelompok umur 61-70 tahun sebesar 25 orang (34,70 % ) , dimana hanya dijumpai katarak dengan diabetes melitus pada dua mata yakni 25 orang. Distribusi umur ini sesuai dengan meningkatnya usia harapan hidup dari 55 – 65 tahun menyebabkan peningkatan kasus mata degeneratif seperti katarak dan pasien termuda penderita katarak dengan diabetes melitus yaitu usia 41-50 tahun sebesar 8 orang (11,1%)

Dari tabel 4.2. ini menunjukkan bahwa jumlah penderita katarak dengan diabetes melitus lebih banyak mengenai dua mata daripada 1 mata, yaitu sejumlah 66 orang ( 91,66 %), dan pada satu mata sebanyak 6 orang (8,33%). Hal ini sesuai dengan pemeriksaaan langsung di RSUP.H.Adam Malik Medan yang dilakukan peneliti kepada 20 orang pasien usia diatas 60 tahun dijumpai 19 orang menderita katarak pada kedua mata dan 1 orang pada satu mata.

Dari tabel 4.3. ini menunjukkan bahwa jumlah penderita katarak dengan diabetes melitus dijumpai perempuan lebih besar dari pada laki-laki yakni 38 orang (52,80%) . Pada perempuan lebih besar dua mata daripada satu mata yaitu sebanyak 36 orang ( 50,00 %), dan satu mata sebanyak 2 orang (2,80 %). Sedangkan pada laki-laki lebih besar dua mata daripada satu mata yaitu sebanyak 30 orang ( 41,60 %), dan satu mata sebanyak 4 orang (5,60 %).Hal ini sesuai dengan penelitian prof.Dr.dr.Sjamsu Budiyono Sp.M(k) tahun 2006 di RSU.Dr. Soetomo Surabaya dimana dijumpai wanita lebih besar daripada laki-laki yaitu sebesar 52,12 % dan laki-laki 47,88 %.


(43)

Dari tabel 4.4. ini menunjukkan bahwa jumlah penderita katarak dengan diabetes melitus yang terbanyak adalah toba ,yaitu sebesar 21 orang ( 29,20 % ) dan hanya dijumpai pada dua mata. Hal ini dimungkinkan bahwa suku Toba adalah pasien diabetes melitus dengan katarak yang lebih banyak berobat ke RSUP.Haji Adam Malik Medan yang dirujuk dari daerah.

Dari tabel 4.5. ini menunjukkan bahwa jumlah penderita katarak dengan diabetes melitus terbanyak pada tingkat SMA sebesar 26 orang ( 36,1 % ), dimana pada dua mata lebih banyak yaitu 23 orang (31,80 %). Hal ini dimungkinkan dikarenakan pasien yang berkunjung ke RSUP.H.Adam Malik lebih banyak pada tingkat pendidikan SMA, namun demikian tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan proses terjadinya katarak.

Dari tabel 4.6. ini menunjukkan bahwa jumlah katarak dengan diabetes melitus berdasarkan pekerjaan terbanyak pada PNS sebesar 29 orang ( 40,30 %), lebih banyak pada dua mata sebanyak 26 orang ( 36,10%). Hal ini sesuai dengan penelitian-penelitian yang menunjukkan bahwa pekerjaan yang lebih sering mengalami stres dan duduk dalam waktu yang lama dan kurang berolah raga merupakan faktor resiko besar terkena diabetes melitus.

Dari tabel 4.7. ini menunjukkan bahwa jumlah katarak dengan diabetes melitus terbanyak dengan Tajam Penglihatan ( Visus )1/ 300-LP sebanyak 39 orang yaitu pada dua mata sebanyak 38 orang ( 52,80 % ) dan satu mata 1 orang (1,40% ). Hal ini dikarenakan sebagian besar pasien yang berobat ke RSUP.H.Adam Malik adalah pasien yang berobat dari daerah dengan katarak matur.


(44)

Dari tabel 4.8. ini menunjukkan bahwa jumlah katarak dengan diabetes melitus terbanyak berdasarkan lamanya menderita diabetes melitus yaitu Tidak diketahui sebesar 25 orang ( 34,7 %) lebih besar pada dua mata sebanyak 23 orang (31,90%), sedangkan pada satu mata sebanyak 2 orang (2,80%). Hal ini dimungkinkan pasien sudah mengalami gejala diabetes melitus sangat lama tetapi tidak memeriksakan dirinya kedokter disebabkan banyak faktor antara lain: biaya berobat, tempat tinggal yang jauh dari fasilitas kesehatan, dan minimnya pengetahuan pasien tentang penyakit diabetes melitus dan lainnya.

Tabel 4.9. ini menunjukkan bahwa estimasi Prevalensi katarak dengan diabetes melitus di RSUP.H.Adam Malik Medan tahun 2012 adalah 0,88 %, dimana batas bawah 0,69% sedangkan batas atas yakni 1,07%. Data diperoleh dari jumlah sampel pasien 8120 didapatkan 72 orang adalah pasien katarak dengan diabetes melitus prevalensi didapatkan dengan rumus jumlah penderita / jumlah populasi dikali 100%.


(45)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

1. Katarak dengan diabetes melitus terbanyak dijumpai pada kelompok umur 61-70 tahun sebesar 25 orang (34,70 % ) , dimana hanya dijumpai katarak dengan diabetes melitus pada dua mata yakni 25 orang.

2. Jumlah penderita katarak dengan diabetes melitus lebih banyak mengenai dua mata daripada 1 mata, yaitu sejumlah 66 orang ( 91,66 %), dan pada satu mata sebanyak 6 orang (8,33%).

3. jumlah penderita katarak dengan diabetes melitus dijumpai perempuan lebih besar dari pada laki-laki yakni 38 orang (52,80%). Pada perempuan lebih besar dua mata daripada satu mata yaitu sebanyak 36 orang ( 50,00 %), dan satu mata sebanyak 2 orang (2,80 %). Sedangkan pada laki-laki lebih besar dua mata daripada satu mata yaitu sebanyak 30 orang ( 41,60 %), dan satu mata sebanyak 4 orang (5,60 %).

4. Suku Toba adalah jumlah penderita katarak dengan diabetes melitus yang terbanyak ,yaitu sebesar 21 orang ( 29,20 % ) dan hanya dijumpai pada dua mata. Hal ini dimungkinkan bahwa suku Toba adalah pasien diabetes melitus dengan katarak yang lebih banyak berobat ke RSUP.Haji Adam Malik Medan yang dirujuk dari daerah.

5. Penderita katarak dengan diabetes melitus terbanyak pada tingkat SMA sebesar 26 orang ( 36,1 % ), dimana pada dua mata lebih banyak yaitu 23 orang (31,80 %). Namun demikian tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan proses terjadinya katarak.


(46)

6. Katarak dengan diabetes melitus berdasarkan pekerjaan terbanyak pada PNS sebesar 29 orang ( 40,30 %), lebih banyak pada dua mata sebanyak 26 orang ( 36,10%). Hal ini sesuai dengan penelitian-penelitian yang menunjukkan bahwa pekerjaan yang lebih sering mengalami stres dan duduk dalam waktu yang lama dan kurang berolah raga merupakan faktor resiko besar terkena diabetes melitus.

7. Penderita katarak dengan diabetes melitus terbanyak dengan Tajam Penglihatan ( Visus )1/ 300-LP sebanyak 39 orang yaitu pada dua mata sebanyak 38 orang ( 52,80 % ) dan satu mata 1 orang (1,40% ).

8. Penderita katarak dengan diabetes melitus terbanyak berdasarkan lamanya menderita diabetes melitus yaitu Tidak diketahui sebesar 25 orang ( 34,7 %) lebih besar pada dua mata sebanyak 23 orang (31,90%), sedangkan pada satu mata sebanyak 2 orang (2,80%)

9. estimasi Prevalensi katarak dengan diabetes melitus di RSUP.H.Adam Malik Medan tahun 2012 adalah 0,88 %, dimana batas bawah 0,69% sedangkan batas atas yakni 1,07%. Data diperoleh dari jumlah sampel pasien 8120 didapatkan 72 orang adalah pasien katarak dengan diabetes melitus prevalensi didapatkan dengan rumus jumlah penderita / jumlah populasi dikali 100%.


(47)

B. SARAN

Sangat dibutuhkannya pengetahuan bagi masyarakat secara umum mengenai penyakit katarak dengan diabetes melitus sehingga dapat memperbaiki pola hidup pada masyarakat.

Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara memberikan konseling, dan penyuluhan-penyuluhan kesehatan yang berkaitan dengan penyakit katarak dengan diabetes melitus secara berkesinambungan.


(48)

DAFTAR PUSTAKA

1. Wild s,Roglic G,Green A, Sicree R, King H, Global prevalence of diabetes estimates for the year 2000 and projections for 2030. Diabetes Care, 2004;27: 53-1074.

2. Anatomi dan Fisiologi. Available from:

diabetes-melitus

3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor.1473/ MENKES/ SK/ X/ 2005, Tentang Rencana Strategi Nasional Penanggulangan Gangguan Penglihatandan Kebutaan Untuk Mencapai Vision 2020,p2-6

.

4. Prevalensi Katarak 0,7% dari Total Penduduk Available from :

5. Kebutaan RI Tertinggi di Asia. Available from:

http: //m.republika.co.id/berita/Gaya hidup/info -sehat/10/11/11/146020.

http: //www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewarticle&sid=2865

6. 1,5% Penduduk Indonesia Mengalami Kebutaan. Available from: .

http: //www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewarticle&sid=3233

7. American Academy of Ophthalmology, 2009-2010, Anatomy in lens and Cataract.Section 11.Chapter 1.Basic and Clinical Science Course: 2011-2012.p5-9.

.

8. Sirlan F.Blindness Reduction Rate,is it infortant to Evaluate/ Majalah Ophthalmologica Indonesia. Volume 3. No.3. September-Desember 2006.CV.Usaha Prima. Jakarta;2006.p241.

9. Wild s,Roglic G,Green A, Sicree R, King H, Global prevalence of diabetes estimates for the year 2000 and projections for 2030. Diabetes Care, 2004;27: 53-1074.


(49)

10. Khurana A.K Community Ophthalmologi. Chapter 20, in Comprehensive ophthalmology.Fourth Edition, New Delhi, New Age International Limited Publisher, 2007,p443-446.

11. Balasubramanian D, Bansal AK, Basti S, Bhatt KS, Murthy JS, Rao CM. The biology of cataract. The Hyderbad Cataract research group. Indian J Ophthalmology( Serial online) 1993(Cited 2008 Mar 12);41:153-71. Available from:

12. American Academy of Ophthalmology, Pathology in Lens and Cataract, Section 11. Chapter 5. Basic and Clinical Science Course; 2011-2012.p43-51.

http;//www.ijo.in/text.asp?1993/41/4/153/25600.

13. Gejala Umum Diabetes Melitus. Available from:

http:// info kesehatan 101.blogspot.com/2012

14. Ocampo VVD. Foster CS. Cataract, Senile. Available from: .

15. American Academy of Ophthalmology, Evaluationt and Management of Cataract in Adult in Lens and Cataract. Section 11. Chapter 7. Basic and Clinical Sciencde Course; 2011-2012.p 75-77.

http:// www.emedicine.com

16. Khurana AK.Community Ophthalmology in Comprehensive Ophthalmology. Fourht Edition. Chapter 8.New Delhi. New Age International Limited Publisher, 2007.p 167-176.

17. Langston DP.The Crystalline Lens and Cataract in Manual of Ocular Diagnosis and Therapy. Fifth Edition. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia; 2002.p142.

18. Kanski JJ. Lens in Clinical Ophthalmology A Systematic Approach. Sixth Edition. Chapter 12. Philadelphia ST Louis. Elsevier Limited; 2003.p337-338.


(50)

19. Wild s,Roglic G,Green A, Sicree R, King H, Global prevalence of diabetes estimates for the year 2000 and projections for 2030. Diabetes Care, 2004;27: 53-1074.

20. Soewondo P, Soegondo S, Suastika K, Pranoto A, Soeatmadji Dw, Tjokroprawira A, the DiabCare Asia 2008 Study – Out comes on control and complication of tipe 2 diabetic patients in Indonesia. Med J Indones, 2010:19 (4);43-235.

21. Vaughan DG, Asbury T. Riordan- Eva P Ofthalmologi Umum Edisi 14, Penerbit Widya Medika, Jakarta 2000.

22. James Broce, New Chris, Bron Anthon; Lecture Notes Oftalmologi edisi 9, Penerbit Erlangga Medical Series, Jakarta, 2005.

23. Andrew Pollreisz& ursula schmidt erfurh;Diabetic cataract-pathogenesis,Epidemiology and treatment, Journal of Ophthalmology volume 2010.


(51)

(52)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Identitas

Nama : dr. Faisal Bustami

Tempat / Tgl Lahir : Rantau Prapat, 30 Mei 1980 Suku : Melayu / Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Jl. Tuamang no. 11 Medan Istri : dr. Nurmawaty Dalimunthe Anak : Najla Nafa Bustami

Carissa Nafa Bustami II. Pendidikan

SD 112143 Rantau Prapat, Tamat Tahun 1993 MTS Negeri Rantau Prapat, Tamat Tahun 1996 MAN 1 Medan, Tamat Tahun 1999

S1 Universitas Islam Sumatera Utara, Tamat Tahun 2007 III. Riwayat Pekerjaan

Dokter PNS di Dinas Kesehatan Kabupaten Padang Lawas Utara, Tahun 2009 – sekarang

IV. Perkumpulan Profesi Anggota IDI Medan

Pengurus IDI Sumatera Utara


(53)

V. Tulisan

1. Ocular Surface Squamous Neoplasia After Corneal Graft

2. Randomized Trial of Intravitreal Clindamycin And Dexamethasone Versus Pyrimethamine, Sulfadiazine, and Prednisolone in Treatment of Ocular Toxoplasmosis

3. Factors Influencing the Reliability of Autorefractometry After LASIK for Myopia and Myopic Astigmatism


(1)

DAFTAR PUSTAKA

1. Wild s,Roglic G,Green A, Sicree R, King H, Global prevalence of diabetes estimates for the year 2000 and projections for 2030. Diabetes Care, 2004;27: 53-1074.

2. Anatomi dan Fisiologi. Available from:

diabetes-melitus

3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor.1473/ MENKES/ SK/ X/ 2005, Tentang Rencana Strategi Nasional Penanggulangan Gangguan Penglihatandan Kebutaan Untuk Mencapai Vision 2020,p2-6

.

4. Prevalensi Katarak 0,7% dari Total Penduduk Available from :

5. Kebutaan RI Tertinggi di Asia. Available from:

http: //m.republika.co.id/berita/Gaya hidup/info -sehat/10/11/11/146020.

http: //www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewarticle&sid=2865

6. 1,5% Penduduk Indonesia Mengalami Kebutaan. Available from: .

http: //www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewarticle&sid=3233

7. American Academy of Ophthalmology, 2009-2010, Anatomy in lens and Cataract.Section 11.Chapter 1.Basic and Clinical Science Course: 2011-2012.p5-9.

.

8. Sirlan F.Blindness Reduction Rate,is it infortant to Evaluate/ Majalah Ophthalmologica Indonesia. Volume 3. No.3. September-Desember 2006.CV.Usaha Prima. Jakarta;2006.p241.

9. Wild s,Roglic G,Green A, Sicree R, King H, Global prevalence of diabetes estimates for the year 2000 and projections for 2030. Diabetes Care, 2004;27: 53-1074.


(2)

10. Khurana A.K Community Ophthalmologi. Chapter 20, in Comprehensive ophthalmology.Fourth Edition, New Delhi, New Age International Limited Publisher, 2007,p443-446.

11. Balasubramanian D, Bansal AK, Basti S, Bhatt KS, Murthy JS, Rao CM. The biology of cataract. The Hyderbad Cataract research group. Indian J Ophthalmology( Serial online) 1993(Cited 2008 Mar 12);41:153-71. Available from:

12. American Academy of Ophthalmology, Pathology in Lens and Cataract, Section 11. Chapter 5. Basic and Clinical Science Course; 2011-2012.p43-51.

http;//www.ijo.in/text.asp?1993/41/4/153/25600.

13. Gejala Umum Diabetes Melitus. Available from:

http:// info kesehatan 101.blogspot.com/2012

14. Ocampo VVD. Foster CS. Cataract, Senile. Available from: .

15. American Academy of Ophthalmology, Evaluationt and Management of Cataract in Adult in Lens and Cataract. Section 11. Chapter 7. Basic and Clinical Sciencde Course; 2011-2012.p 75-77.

http:// www.emedicine.com

16. Khurana AK.Community Ophthalmology in Comprehensive Ophthalmology. Fourht Edition. Chapter 8.New Delhi. New Age International Limited Publisher, 2007.p 167-176.

17. Langston DP.The Crystalline Lens and Cataract in Manual of Ocular Diagnosis and Therapy. Fifth Edition. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia; 2002.p142.

18. Kanski JJ. Lens in Clinical Ophthalmology A Systematic Approach. Sixth Edition. Chapter 12. Philadelphia ST Louis. Elsevier Limited; 2003.p337-338.


(3)

19. Wild s,Roglic G,Green A, Sicree R, King H, Global prevalence of diabetes estimates for the year 2000 and projections for 2030. Diabetes Care, 2004;27: 53-1074.

20. Soewondo P, Soegondo S, Suastika K, Pranoto A, Soeatmadji Dw, Tjokroprawira A, the DiabCare Asia 2008 Study – Out comes on control and complication of tipe 2 diabetic patients in Indonesia. Med J Indones, 2010:19 (4);43-235.

21. Vaughan DG, Asbury T. Riordan- Eva P Ofthalmologi Umum Edisi 14, Penerbit Widya Medika, Jakarta 2000.

22. James Broce, New Chris, Bron Anthon; Lecture Notes Oftalmologi edisi 9, Penerbit Erlangga Medical Series, Jakarta, 2005.

23. Andrew Pollreisz& ursula schmidt erfurh;Diabetic cataract-pathogenesis,Epidemiology and treatment, Journal of Ophthalmology volume 2010.


(4)

(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Identitas

Nama : dr. Faisal Bustami

Tempat / Tgl Lahir : Rantau Prapat, 30 Mei 1980

Suku : Melayu / Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Jl. Tuamang no. 11 Medan

Istri : dr. Nurmawaty Dalimunthe

Anak : Najla Nafa Bustami

Carissa Nafa Bustami II. Pendidikan

SD 112143 Rantau Prapat, Tamat Tahun 1993 MTS Negeri Rantau Prapat, Tamat Tahun 1996 MAN 1 Medan, Tamat Tahun 1999

S1 Universitas Islam Sumatera Utara, Tamat Tahun 2007 III. Riwayat Pekerjaan

Dokter PNS di Dinas Kesehatan Kabupaten Padang Lawas Utara, Tahun 2009 – sekarang

IV. Perkumpulan Profesi Anggota IDI Medan

Pengurus IDI Sumatera Utara


(6)

V. Tulisan

1. Ocular Surface Squamous Neoplasia After Corneal Graft

2. Randomized Trial of Intravitreal Clindamycin And Dexamethasone Versus Pyrimethamine, Sulfadiazine, and Prednisolone in Treatment of Ocular Toxoplasmosis

3. Factors Influencing the Reliability of Autorefractometry After LASIK for Myopia and Myopic Astigmatism