Prevalensi Manifestasi Oral Penderita Tuberkulosis Di Rsup H. Adam Malik, Rs. Pirngadi Dan RS. Bhayangkara Medan

(1)

PREVALENSI MANIFESTASI ORAL PENDERITA TUBERKULOSIS DI RSUP H. ADAM MALIK, RS. PIRNGADI

DAN RS. BHAYANGKARA MEDAN

Oleh :

JEVIN FEBRY TANDIAN NIM :070600044

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MULUT FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Ilmu Penyakit Mulut Tahun 2011


(2)

Jevin Febry Tandian

Prevalensi Manifestasi Oral Penderita Tuberkulosis Di RSUPH.Adam Malik, RS.Pirngadi Dan RS.Bhayangkara Medan

xiii + 47 Halaman

Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi granulomatous yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini terutama menyerang paru-paru namun juga memiliki kemampuan untuk menyerang hampir seluruh bagian dari tubuh termasuk rongga mulut. Lesi mukosa mulut yang dapat terjadi pada penderita TB antara lain : Ulser, Osteomielitis, pembesaran gingival dan Glossitis tuberkulosa.

Prevalensi lesi-lesi mukosa mulut merupakan suatu hal yang penting untuk mengetahui dan mengevaluasi kesehatan mulut dan kebutuhan perawatan pada penderita Tuberkulosis. Di Sumatera Utara, khususnya di kota Medan penelitian mengenai prevalensi manifestasi Oral pada Penderita Tuberkulosis jarang dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat ada tidaknya lesi-lesi mukosa mulut pada penderita Tuberkulosis di 3 Rumah Sakit besar di kota Medan, yaitu RSUPH.Adam Malik, RS.Pirngadi Dan RS.Bhayangkara Medan untuk mengetahui jenis, jumlah, lokasi serta prevalensi lesi-lesi mukosa mulut.

Penelitian ini dilakukan secara survey deskriptif dengan pendekatan cross

sectional, untuk mengetahui prevalensi dan manifestasi oral penderita TB di

RSUPH.Adam Malik, RS.Pirngadi dan RS.Bhayangkara, Medan dengan melibatkan 100 orang penderita Tuberkulosis (60 orang laki-laki dan 40 orang perempuan) yang diperiksa secara klinis dan hasilnya dicatat di rekam medik.


(3)

Prevalensi lesi-lesi mukosa mulut pada penderita Tuberkulosis adalah 3%. Lesi yang ditemukan hanya berupa Ulser sebesar 2 % pada laki-laki dan 1 % pada perempuan. Pada penelitian ini, tidak ditemukan lesi-lesi berupa osteomyelitis, pembesaran gingiva dan glossitis tuberkulosa.


(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan tim penguji skripsi

Medan, 29 Desember 2010

Pembimbing Tanda Tangan

1. Syuaibah Lubis,drg ... NIP : 130 365 329


(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan tim penguji pada tanggal 29 Desember 2010

TIM PENGUJI

Ketua : Wilda Hafni Lubis, drg.,Msi. Anggota : Ravina Naomi Tarigan,drg., Sp.PM

.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Prevalensi Manifestasi Oral Penderita Tuberkulosis Di RSUP H. Adam Malik, RS. Pirngadi Dan RS. Bhayangkara Medan” dalam rangka memenuhi kewajiban penulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini penulis ingin mengucapkan rasa hormat dan terima kasih yang tak terhingga kepada orangtua tercinta, Ayahanda Eddy Chen dan Ibunda Metty br. Karo-Karo serta adik penulits Melfi Augus Tandian atas segenap perhatian, dukungan moril dan materil, motivasi, harapan dan doa, serta cinta dan kasih sayang yang melimpah dan telah mendoakan penulis sehingga mampu menyelesaikan pendidikan ini.

Selanjutnya dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Syuaibah Lubis, drg selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing dan mengarahkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Nazruddin, drg., Sp.Ort., Ph.D selaku dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.


(7)

2. Wilda Hafni Lubi, drg.,M.Si. selaku Ketua Departemen Ilmu Penyakit Mulut dan seluruh staf pengajar serta karyawan Departemen Ilmu Penyakit Mulut.

3. Seluruh staf pengajar Departemen Ilmu Penyakit Mulut : Sayuti Hasibuan, drg., Sp.PM , Ravina Naomi Tarigan, drg., Sp.PM, Indri, drg dan Nurdiana,drg., Sp.PM atas saran dan masukan sehingga skripsi ini dapat menjadi lebih baik lagi.

4. M.Zulkarnain, drg., M.Kes selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan perhatian dan motivasi kepada penulis selama menjalani pendidikan di FKG USU.

5. Sahabat-sahabat terbaikku Stephani, Robert, Andy, Wenti, Suli, Ulipe dan seluruh teman-teman angkatan 2007 serta teman-teman seperjuangan di Departemen Ilmu Penyakit Mulut atas kebersamaan, dukungan dan semua hal yang telah diberikan kepada penulis selama menjalani perkuliahan.

Dengan kerendahan hati penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangsih dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, 29 Desember 2011 Penulis,

(JEVIN FEBRY TANDIAN)


(8)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Permasalahan... 3

1.3 Tujuan Penelitian... 4

1.4 Manfaat Penelitian... 4

BAB 2 LESI-LESI RONGGA MULUT AKIBAT PENYAKIT TUBERKULOSIS 2.1 Pengertian TB ... 5

2.2 Cara penularan TB ... 5

2.3 Gejala umum penderita TB ... ... 6

2.4 Diagnosa TB ... 7

2.5 Patogenesis keterlibatan rongga mulut pada penyakit Tuberkulosis... 7

2.6 Evaluasi dan penanggulangan gigi dan mulut penderita Tuberkulosis... 9

2.6.1 Pasien dengan resiko tinggi... 10

2.6.2 Pasien dengan resiko sedang... 10

2.6.3 Pasien dengan resiko rendah... 11

2.7 Lesi Oral Tuberkulosis... 11


(9)

2.7.2 Oseteomyelitis... 14

2.7.3 Gingiva enlargement... 16

2.7.4 Glossitis Tuberkulosa... 17

KERANGKA KONSEP ... 19

KERANGKA TEORI ... 20

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 21

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... . 21

3.3 Populasi dan Sampel ... 21

3.3.1 Populasi ... 21

3.3.2 Sampel ... 21

3.4 Besar Sampel ... 22

3.5 Identifikasi Variabel Penelitian ... 23

3.5.1 Variabel Bebas ... 23

3.5.2 Variabel Terikat ... 23

3.5.3 Variabel Tak Terkendali ... 23

3.6 Definisi Operasional ... 24

3.7 Sarana Penelitian ... 25

3.7.1 Alat dan Bahan ... 25

3.7.2 Formulir Pencatatan ... 25

3.8 Cara Pengumpulan Data ... 25

3.8.1 Data Demografi ... 25

3.8.2 Data Klinik ... 25

3.9 Pengolahan Data ... 26

3.10 Analisa Data ... 26

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 27

BAB 5 PEMBAHASAN ... 30

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 36

DAFTAR PUSTAKA ... 37 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. M. Tuberkulosis……….. 6

2. M. Bovis ……… 6

3. Ulser pada bagian bukkal mukosa….……….…. 13

4. Ulser pada bibir……… 13

5. Ulser pada lidah………... 13

6. Penderita Osteomyelitis Tuberkulosis ... 15

7. Radiografi Osteomyelitis Tuberkulosis ... 15

8. Gingiva enlargement pada penderita TB ... 17

9. Glossitis Tuberkulosa pada penderita TB ... 18

10.Distribusi Lesi Mukosa Mulut Berupa Ulser Pada Masing-Masing Rumah Sakit ……….. 28

11.Data Demografi Distribusi Penderita TB Berdasarkan Kelompok Umur, Latar Tingkat Pendidikan Dan Jenis Kelamin. ... . 30


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel

1. Prevalensi Lesi-Lesi Mukosa Mulut Berserta Lokasinya Pada Pasien

TB……….……… 27


(12)

Jevin Febry Tandian

Prevalensi Manifestasi Oral Penderita Tuberkulosis Di RSUPH.Adam Malik, RS.Pirngadi Dan RS.Bhayangkara Medan

xiii + 47 Halaman

Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi granulomatous yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini terutama menyerang paru-paru namun juga memiliki kemampuan untuk menyerang hampir seluruh bagian dari tubuh termasuk rongga mulut. Lesi mukosa mulut yang dapat terjadi pada penderita TB antara lain : Ulser, Osteomielitis, pembesaran gingival dan Glossitis tuberkulosa.

Prevalensi lesi-lesi mukosa mulut merupakan suatu hal yang penting untuk mengetahui dan mengevaluasi kesehatan mulut dan kebutuhan perawatan pada penderita Tuberkulosis. Di Sumatera Utara, khususnya di kota Medan penelitian mengenai prevalensi manifestasi Oral pada Penderita Tuberkulosis jarang dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat ada tidaknya lesi-lesi mukosa mulut pada penderita Tuberkulosis di 3 Rumah Sakit besar di kota Medan, yaitu RSUPH.Adam Malik, RS.Pirngadi Dan RS.Bhayangkara Medan untuk mengetahui jenis, jumlah, lokasi serta prevalensi lesi-lesi mukosa mulut.

Penelitian ini dilakukan secara survey deskriptif dengan pendekatan cross

sectional, untuk mengetahui prevalensi dan manifestasi oral penderita TB di

RSUPH.Adam Malik, RS.Pirngadi dan RS.Bhayangkara, Medan dengan melibatkan 100 orang penderita Tuberkulosis (60 orang laki-laki dan 40 orang perempuan) yang diperiksa secara klinis dan hasilnya dicatat di rekam medik.


(13)

Prevalensi lesi-lesi mukosa mulut pada penderita Tuberkulosis adalah 3%. Lesi yang ditemukan hanya berupa Ulser sebesar 2 % pada laki-laki dan 1 % pada perempuan. Pada penelitian ini, tidak ditemukan lesi-lesi berupa osteomyelitis, pembesaran gingiva dan glossitis tuberkulosa.


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar belakang

Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi granulomatous yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang dapat mengenai beberapa bagian dari tubuh termasuk rongga mulut.1 Penyakit TB telah menginfeksi 1/3 penduduk dunia, menurut WHO (World Health Organization) sekitar 8 juta penduduk dunia diserang TB dengan kematian 3 juta orang per tahun (WHO, 1993).2 Di Indonesia TB kembali muncul sebagai penyebab kematian utama setelah penyakit jantung dan saluran pernafasan.2 Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga tahun 1995 menunjukkan bahwa TB merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan pada semua golongan usia dan nomor satu dari golongan infeksi.2

Lesi TB pada rongga mulut sebenarnya jarang ditemukan, dapat terjadi primer atau sekunder.3 TB oral sekunder terlihat pada kira-kira 0,05%-1,5% kasus dan biasanya terjadi pada dewasa.1 TB di rongga mulut, paling sering adalah fase sekunder dari TB paru.4 Pada TB, lokasi yang paling sering terkena adalah lidah, lokasi lainnya termasuk bibir, pipi, palatum lunak, uvula, gingiva dan mukosa alveolar.5


(15)

Bedasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mignogna(2000) yang meneliti 27 pria dan 15 wanita yang menderita TB dengan kisaran umur 3-73thn (umur rata-rata 31 tahun) mempunyai manifestasi klinis di rongga mulut berupa ulkus sebesar 69,1%, keterlibatan tulang 21,4%, kelenjar ludah dan kelenjar limfa pada 14,3% dengan total 79,4% pasien TB paru mempunyai lesi sekunder. Weaker(1995) melaporkan hanya 1–1,5% kasus TB paru dapat melibatkan mukosa mulut, palatum, lidah, tonsil dan faring.6 Frekuensi manifestasi oral TB adalah kontroversial, kebanyakan penelitian menunjukkan frekuensi yang rendah. Katz(1994) menemukan bahwa kira-kira 20% dari pasien dengan penyakit ini pada paru-paru mempunyai keterlibatan rongga mulut.5

Selama ini penelitian-penelitian yang berkenaan dengan penyakit TB yang dilakukan di Indonesia, hanya terbatas pada penyakit penyerta serta penanggulangan dan pemberantasan/penyembuhan penderita TB.7-8 Sementara penelitian-penelitian sehubungan dengan prevalensi kelainan-kelainan mukosa mulut pada penderita TB hanya banyak dilakukan di luar negeri seperti di India, China, Amerika dan Eropa dengan hasil yang berbeda-beda. Dalam penelitian tersebut, ditemukan lesi-lesi mukosa mulut pada penderita TB diantaranya : ulserasi, nodul, plak, granuloma, dan proliferasi mukosa.8 Bila sudah mengenai tulang, penyakit TB menyebabkan osteomielitis kronik.9 Lesi utama dari penderita TB, mempunyai manifestasi TB di rongga mulut berupa ulser kronik yang tidak kunjung sembuh.10 Terdapat beberapa laporan kasus tentang keterlibatan rongga mulut pada pasien TB seperti: Laporan kasus oleh Ramakant Dixit,dkk (2008) melaporkan bahwa terdapat ulser pada mukosa bibir atas pada pasien TB laki-laki yang berusia 34 tahun10. Gabriel Rodriges


(16)

dkk, (2001) melaporkan bahwa terdapat multipel ulser pada gingiva disertai nodul pada pasien laki-laki yang berusia 33 tahun11. Prem.P.Gupta,dkk (2007) dalam laporan kasusnya melaporkan bahwa terdapat Glossitis tuberkuloma pada permukaan dorsal lidah pada pasien laki-laki berumur 25 tahun.12 Munish Kohli,dkk (2005) melaporkan bahwa terdapat Tuberkuloma osteomielitis pada mandibula pada pasien perempuan berusia 53 tahun dan pasien laki-laki berusia 18 tahun.13

Atas fakta tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai lesi-lesi mukosa mulut pada pendertia TB di kota Medan. Penelitian akan dilakukan di Rumah Sakit Umum Pendidikan Haji Adam Malik, Rumah Sakit Pirngadi dan Rumah Sakit Bhayangkara Medan, dimana berdasarkan data ketiga rumah sakit diatas dijumpai penderita TB paru rawat inap dengan rata-rata pasien sebanyak 20 orang pasien TB/bulan.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah terdapat lesi-lesi mukosa mulut pada penderita TB di Rumah Sakit Umum Pendidikan Haji Adam Malik, Rumah Sakit Pirngadi dan Rumah Sakit Bhayangkara, Medan

2. Berapa prevalensi dari setiap lesi tersebut di Rumah Sakit Umum Pendidikan Haji Adam Malik, Rumah Sakit Pirngadi dan Rumah Sakit Bhayangkara, Medan


(17)

1.3 Tujuan Penelitian

- Untuk mengetahui apakah ada lesi–lesi mukosa mulut pada penderita TB di Rumah Sakit Umum Pendidikan Haji Adam Malik, Rumah Sakit Pirngadi dan Rumah Sakit Bhayangkara, Medan.

- Untuk mengetahui prevalensi dari setiap lesi tersebut di Rumah Sakit Umum Pendidikan Haji Adam Malik, Rumah Sakit Pirngadi dan Rumah Sakit Bhayangkara, Medan.

1.4 Manfaat penelitian

Dengan mengetahui lesi lesi mukosa mulut yang terdapat pada penderita TB, maka diharapkan :

- Dokter gigi dapat memberikan perawatan yang sebaik baiknya dalam menunjang kesehatan Penderita TB secara keseluruhan

- Sebagai data awal bagi peneliti-peneliti lain untuk menelaah lebih lanjut kaitan antara penyakit TB dengan timbulnya kelainan pada mukosa mulut -Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar bagi program pemerintah dalam bidang kesehatan gigi dan mulut untuk meningkatkan kualitas hidup penderita TB


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian TB

Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi bakteri menahun yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang ditandai dengan pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi.1-3 Mycobacterium tuberculosis merupakan kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru dan berbagai organ tubuh lainnya.4 Penyakit TB ini biasanya menyerang paru tetapi dapat menyebar ke hampir seluruh bagian tubuh termasuk meningens, ginjal, tulang dan nodus limfe.14 Infeksi awal biasanya terjadi 2-10 minggu setelah terpajan. Individu kemudian dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan atau ketidakefektifan respon imun.14

2.2. Cara Penularan TB

Tuberkulosis menular melalui udara, biasanya kontak pertama dengan penyebab TB terjadi karena tidak sengaja menghirup udara, debu atau dahak yang mengandung basil-basil Mycobacterium tuberculosis.1-3 Droplet yang mengandung kuman ini dapat terhirup oleh orang lain. Jika kuman tersebut sudah menetap dalam paru dari orang yang menghirupnya, maka kuman mulai membelah diri (berkembang biak) dan terjadilah infeksi dari satu orang ke orang lain.14 Batuk, berbicara, dan meludah menghasilkan percikan kecil yang berisi banyak kuman TB yang melayang-layang di udara.14 Kemungkinan seseorang terinfeksi TB ditentukan oleh konsentrasi


(19)

droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.14 Jika orang lain menghirup kuman tersebut maka dia dapat terinfeksi. Infeksi biasanya terjadi pada kontak yang berulang.1,2 Kadang-kadang TB dapat terjadi akibat meminum susu sapi yang tidak di pasteurisasi yang mana mengandung M.bovis dan bakteri-bakteri lainnya.15

Gambar 1. M.Tuberculosis15

Gambar 2. M.Bovis 15

2.3 Gejala umum penderita Tuberkulosis

Gejala umum penderita TB adalah batuk terus menerus dan berdahak selama 3 (tiga) minggu atau lebih. Gejala lain yang sering dijumpai antara lain : dahak bercampur darah, batuk darah, sesak napas dan rasa nyeri dada, badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun, rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat malam walau tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari sebulan.16


(20)

2.4 Diagnosa Tuberkulosis

Diagnosa penyakit TB secara umum dapat ditegakkan dengan : anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak), pemeriksaan patologi anatomi (PA), rontgen dada (foto thorax), dan uji tuberkulin.16 Pada pasien asimtomatik, umumnya dideteksi dengan positifnya uji tuberkulin dan foto x-ray yang menunjukkan adanya TB. Diagnosis pada pasien simtomatik, dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisik. Namun, di Indonesia, pada saat ini, uji tuberkulin tidak mempunyai arti dalam menentukan diagnosis TB pada orang dewasa, sebab sebagian besar masyarakat sudah terinfeksi dengan Mycobacterium tuberculosis karena tingginya prevalensi TB.16 Uji tuberkulin positif hanya menunjukkan bahwa yang bersangkutan pernah terpapar dengan

Mycobacterium tuberculosis. Di lain pihak, pada penderita HIV/AIDS, malnutrisi

berat, TB milier dan Morbili dapat menunjukkan hasil uji tuberkulin yang negatif meskipun orang tersebut menderita Tuberkulosis.17 Tes khusus untuk mendiagnosa TB disebut PCR (Polymerase Chain Reaction) yang digunakan untuk mendeteksi material genetik bakteri. Tes ini sangat sensitif dimana dapat mendeteksi jumlah yang sangat kecil dari bakteri TB dan spesifik hanya untuk mendeteksi bakteri TB.18

2.5 Patogenesis keterlibatan rongga mulut pada penyakit TB

Tuberkulosis adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang paru-paru namun juga memiliki kemampuan untuk menyerang hampir seluruh bagian dari tubuh termasuk rongga mulut.5 Penyakit ini bersifat aerobik dan menyebar dari satu orang ke orang lain dan umumnya memerlukan kontak yang berulang untuk


(21)

penyebarannya.5 Penyakit TB berkembang ketika sistem imun tidak dapat melawan infeksi bakteri tersebut.5 Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi penderita TB adalah daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya karena gizi buruk atau HIV/AIDS.5

Bentuk primer dari penyakit TB paling sering mengenai paru. Namun pada banyak pasien, infeksi tersebut tidak menyebar, dan seiring dengan meningkatnya daya tahan tubuh pasien, maka bagian tubuh yang mengalami infeksi mengalami penyembuhan berupa fibrosis dan kalsifikasi.18-19 Pada sedikit pasien, penyakit paru yang berkelanjutan, menyebar ke organ lain melalui self-inoculation melalui sputum yang terinfeksi, darah atau sistem limfatik yang mengakibatkan bentuk sekunder dari penyakit TB.5

Lesi TB rongga mulut, dapat berupa infeksi primer dan sekunder dari infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis.2-5 Patogenesis biasanya karena inokulasi sendiri melalui sputum yang terinfeksi tetapi dapat juga terjadi melalui aliran darah. Inokulasi langsung sering melibatkan gingiva, soket gigi dan lipatan bukal.5

Kasus yang paling sering dari TB di rongga mulut disebabkan infeksi sekunder dari TB paru. Permukaan mukosa oral yang sehat relatif resisten terhadap kuman Mycobacterium tuberculosis karena saliva juga mempunyai efek bakteriostatik. Saliva mempunyai efek proteksi yang dapat mencegah terjadinya lesi TB rongga mulut, walaupun banyak basil yang berkontak dengan permukaan mukosa rongga mulut yang khas pada kasus TB paru.5 Luka kecil pada mukosa merupakan tempat yang disenangi oleh mikroorganisme. Faktor predisposisi lain termasuk oral


(22)

2.6 Evaluasi dan penanggulangan gigi dan mulut pada penderita TB Evaluasi dental ditujukan pada pasien dengan penyakit aktif terutama yang melibatkan rongga mulut. Riwayat medis harus termasuk pertanyaan mengenai adanya penyakit TB pada anggota keluarga selain kemungkinan lain terpaparnya penyakit ini. Uji tuberkulin sebelumnya harus dicatat, pasien dengan TB yang dideteksi harus ditanya mengenai tingkat perkembangan penyakit, tipe dan durasi perawatan yang diterima, dan status terbaru aktivitas penyakit.

Pada penanggulangan dental, pencegahan harus dilakukan untuk mengurangi kemungkinan terinfeksi. Karena penyebaran utama infeksi tersebut paling banyak melalui droplet yang berada di udara, masker harus digunakan ketika merawat pasien dengan riwayat TB. Perhatian yang mendalam harus dilakukan untuk tehnik sterilisasi. Sterilisasi dengan gas, harus digunakan untuk handpiece yang tidak dapat di-autoclave.

Berdasarkan riwayat dan konsultasi yang jelas, pasien dapat dikelompokkan pada 3 kategori resiko : 5

2.6.1 Pasien dengan resiko tinggi

1. Pasien TB yang terlihat dengan simtom penyakit aktif (demam, menggigil, berkeringat pada malam hari, mengeluarkan dahak dan kehilangan berat badan)


(23)

Pasien dengan penyakit yang aktif, biasanya memiliki manifestasi oral merupakan pasien yang sangat menular. Prosedur dental sebaiknya ditunda dan dirujuk ke dokter spesialis untuk penanganan lebih lanjut.

Apabila terdapat lesi oral yang mengarah ke TB ketika dilakukan pemeriksaan, prosedur dental harus ditunda dan pasien dirujuk untuk mendapatkan evaluasi dan penanganan lebih lanjut. Jika diperlukan penanganan darurat, proteksi diri harus ditingkatkan seperti : masker dan sarung tangan double, sterilisasi yang adekuat, handpiece yang tidak dapat di-autoclave harus disterilisasi gas.

2.6.2 Pasien dengan resiko sedang

1. Pasien dengan test tuberkulin positif tetapi tidak ada tanda-tanda penyakit aktif.

2. Pasien yang ada tanda pada pemeriksaan x-ray dada yang diduga telah menderita TB sebelumnya tetapi tidak ada tanda penyakit aktif.

3. Pasien yang telah dirawat TB tetapi tidak adekuat dan tidak ada tanda penyakit aktif.

Pasien ini sudah pernah terinfeksi TB dan penyakit tersebut dapat kembali aktif. Mereka tidak mempunyai ciri-ciri penyakit aktif, jadi secara teori tidak infeksius. Perawatan dental dapat dilakukan dengan proteksi standar.

2.6.3 Pasien dengan resiko rendah

1. Pasien yang diketahui menderita TB yang telah mendapat perawatan yang adekuat tanpa adanya tanda-tanda penyakit aktif


(24)

2. Pasien dengan riwayat keterpaparan TB tetapi test kulit negatif dan adanya tanda menderita penyakit.

Perawatan dilakukan sesuai prosedur normal.

2.7 Lesi Oral Tuberkulosis

Lesi oral pada penderita TB jarang ditemui. Banyak penelitian yang dilakukan tetapi biasanya hanya menunjukkan prevalensi kurang dari 1% per populasi sampel.18

2.7.1 Ulser

Ulser adalah suatu luka terbuka dari kulit atau jaringan mukosa yang memperlihatkan disintegrasi dan nekrosis jaringan yang sedikit demi sedikit.19,20 Lesi ulseratif di mukosa pada penderita TB berupa ulkus yang irregular, tepi yang tidak teratur, dengan sedikit indurasi, dan sering disertai dasar lesi berwarna kuning, disekeliling ulkus juga dijumpai satu atau beberapa nodul kecil.19 Lesi pada TB primer sangat jarang ditemukan, terlihat pada penderita TB usia muda dan berupa ulser tunggal yang sakit dengan pembesaran kelenjar limfa.21 Lesi pada TB sekunder lebih sering ditemui terutama pada penderita TB paru lesi biasanya berupa ulser tunggal kronis, irregular di kelilingi oleh eksudat dan sangat menyakitkan.21 Lesi lebih sering dijumpai pada pasien usia menengah ke atas.21

Tempat yang paling sering terjadi ulser adalah lidah selanjutnya bibir.19 Pada lidah, ulkus TB paling sering terjadi pada bagian lateral, ujung, dan dorsum lidah.5 Walaupun lidah merupakan tempat paling sering terjadinya lesi oral TB, lesi oral dapat juga mengenai gingiva, dasar mulut, palatum, bibir dan mukosa bukal.19 Pada


(25)

gingiva juga dijumpai erosi mukosa yang bergranul, dan kadang disertai dengan periodontitis marginal.5

Ulser di rongga mulut yang disebabkan oleh kuman TB tidak dapat dibedakan secara klinis dengan lesi oral yang bersifat malignan/ganas.22 Adanya ulser kronis pada rongga mulut, dapat didiagnosa banding dengan suatu keganasan, sarkoidosis, ulser sifilis, lesi ulser aftosa, infeksi jamur, traumatik injury, karsinoma sel skuamosa, dan limfoma. Namun sering sekali, ulser TB ini tidak diperhatikan oleh petugas medis.21,22 Oleh karena itu, biopsi diperlukan untuk menegakkan diagnosis. Apusan saliva dapat menunjukkan adanya kuman penyebab TB bila diwarnai dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen. Kultur bakteri juga diperlukan untuk memastikan diagnosis.21,22


(26)

Gambar 4. Ulser pada bibir10

Gambar 5.Ulser pada lidah

2.7.2.1Osteomyelitis

Tuberkulosis pada tulang adalah salah satu bentuk dari osteomyelitis kronis, dimana lebih sering ditemukan pada pasien muda dan pasien stadium akhir.23 Karena oesteomyelitis TB jarang ditemui, penyakit ini jarang menimbulkan kecurigaan


(27)

dokter saat mendiagnosa, terutama bila tidak ada riwayat penyakit sistemik dan terapi. 24

Basil-basil tuberkuli dapat menginfeksi tulang rongga mulut antara lain melalui :

1. Kontak langsung antara sputum atau susu sapi yang terinfeksi dengan gigi karies pulpa terbuka, bekas luka pencabutan, margin gingiva dan perforasi akibat erupsi gigi

2.Perluasan regional dari lesi jaringan lunak yang melibatkan tulang dibawahnya

3.Melalui jalur peredaran darah25

Secara klinis osteomielitis TB dimulai dengan pembengkakan yang berkembang lambat, menyebabkan nekrosis tulang yang lambat dan dapat melibatkan seluruh mandibula. Radiografi menunjukkan daerah radiolusen yang irregular dan tulang trabekular yang mengabur, destruksi tulang dimulai dengan erosi pada kortex dengan adanya kecenderungan perbaikan berkala dan digantikan oleh jaringan granulasi.25

Jaringan granulasi kemudian berkembang menjadi abses periosteal, membengkak dan tidak sakit. Abses dapat pecah di intraoral maupun ekstraoral membentuk sinus, dapat pula menyebabkan fraktur patologi dan sequestra.26

Diagnosa dari kasus TB mandibula sulit dilakukan karena tidak ada tanda spesifik dan hanya manifestasi berupa pembengkakan lokal dari rahang yang dapat disalah diagnosa dengan abses piogenik dan bila terdapat sinus multiple dapat diragukan


(28)

sebagai aktinomikosis. Diagnosis harus dilakukan dengan pemeriksaan histopatologis dan ditemukannya organisme pada lesi.13

Gambar 7 Penderita Osteomyelitis Tuberkulosis13


(29)

2.7.3 Gingival enlargement (pembesaran gingiva)

Manifestasi oral Tuberkulosis pada gingiva dapat ditemukan berupa gingival

enlargement. Proses inflamasi bermula dari papil-papil interdental dan meluas ke

gingiva sampai ke jaringan periodontal. Gingival enlargement atau pembesaran gusi ini tampak berupa petechiae dan bergranul serta mudah berdarah.28

Pada umumnya, gingival enlargement pada penderita TB tidak sakit, meluas secara progresif dan berkelanjutan dari margin gingiva ke daerah vestibular yang rendah dan berhubungan dengan pembesaran kelenjar limfa.28 Manifestasi oral TB berupa gingival enlargement difus merupakan tanda dini dari penyakit TB tanpa pembesaran kelenjar limfa dan tanpa penyakit sistemik TB, dimana manifestasi TB pada gingiva umumnya hanya berupa ulser atau granuloma.28

Penyebab terjadinya gingival enlargement atau pembesaran gingiva pada penyakit TB berhubungan dengan efek proteksi dari rongga mulut yaitu karena adanya efek proteksi dari epitel sel skuamosa yang dapat melawan masuknya basil bakteri secara langsung. Perlawanan ini mengakibatkan bertambah tebalnya epitel mukosa oral dan bertambah besar dan tebalnya gingiva.28

Infeksi Tuberkulosis pada gingiva sangat jarang ditemui. Lesi oral biasanya terjadi pada penderita TB paru sekunder. Oleh karena itu untuk mengindentifikasi lesi oral diperlukan pemeriksaan secara menyeluruh. Diagnosa yang tepat dan perawatan secepatnya akan menunjukkan prognosis yang baik. TB gingiva harus dibedakan dari


(30)

2.7.4 Glossitis tuberkulosa

Tuberkulosis yang bermanifestasi di lidah jarang dijumpai, kebanyakan ditemukan pada penderita TB paru. TB pada lidah, lebih sering dijumpai pada laki-laki dengan ratio 4:1 dimana kebanyakan penderita adalah pasien dengan ekonomi rendah. Salah satu manifestasi TB pada lidah selain ulser adalah peradangan lidah atau Glossitis.12

Pada penyakit TB, glossitis disebabkan oleh infeksi bakteri TB yang banyak pada saliva di rongga mulut terutama pada sputum sehingga menyebabkan suatu peradangan yang sering terlihat sebagai granuloma. Tuberkuloma atau granuloma tuberkulosa dapat terjadi pada penderita TB karena penumpukan basil TB pada lidah melalui proses yang lambat yang mengenai lidah, pada penderita TB juga dapat terjadi tuberkuloma yang terlihat sebagai suatu glossitis yang sering didiagnosa sebagai makroglossia.29,30

Diagnosa banding dari lesi tuberkulosa lidah dapat berupa malignansi, penyakit granulomatosa, sifilis, ulser traumatik, ulser aftosa dan infeksi jamur.30


(31)

(32)

KERANGKA KONSEP

Penderita TB paru rawat inap

-Ulser

- Tuberkular osteomyelitis - Gingival enlargement - Glossitis tuberkulosa


(33)

Glossitis Tuberkulosa Osteomyelitis Gingival Enlargement/

pembesaran gingiva Ulser

Kerangka Teori

Tuberkulosis (TB)


(34)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian dilakukan secara survey deskriptif dengan pendekatan cross

sectional. Survey deskriptif dengan pendekatan cross sectional ini dilakukan untuk

mendapatkan gambaran penyebaran manifestasi oral pada penderita TB di RSUPH.Adam Malik, RS.Pirngadi dan RS.Bhayangkara, Medan.

3.2 Tempat dan waktu penelitian

Penelitian dilakukan di RSUPH.Adam Malik, RS.Pirngadi dan RS.Bhayangkara.Penelitian dilakukan di ketiga rumah sakit tersebut karena banyaknya penderita TB rawat inap dan kemudahan untuk mendapatkan sampel. Waktu penelitian adalah sampai jumlah sampel terpenuhi.

3.3Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi penelitian adalah para penderita TB di RSUPH.Adam Malik, RS.Pirngadi dan RS.Bhayangkara Medan pada bulan Oktober-November 2010

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah para penderita TB rawat inap di RSUPH.Adam Malik, RS.Pirngadi dan RS.Bhayangkara Medan. Metode pemilihan


(35)

sampel adalah dengan purposive non probability dimana pemilihan subjek penelitian berdasarkan atas cirri-ciri populasi yang berhubungan dengan cirri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya.

Kriteria Inklusi Kelompok sampel penderita TB: -Pasien TB rawat inap

-Pasien yang bersedia diperiksa rongga mulutnya -Pasien yang dapat membuka mulut dengan baik

Kriteria Eksklusi kelompok sampel penderita TB: -Pasien TB rawat jalan

3.4 Besar sampel

Untuk mendapatkan besar sampel yang akan diambil dalam penelitian ini penulis menggunakan persentase prevalensi lesi-lesi mukosa oral pada penderita TB di Turki berdasarkan penelitian Mignona yaitu 69,1 %(penderita TB yang berumur 3thn-73thn yang meliputi 27 pria dan 15 wanita), diperoleh sampel dengan menggunakan rumus :

N=Za2.p.q/d2

Dimana : Za = confidence level 95%(1,96)

p = Persentase prevalensi lesi-lesi mukosa oral q = 1-p

d = presisi relative 10% n = 1,962.0691 (1-0,691)/0,12


(36)

=82

Jumlah sampel minimum yang didapat adalah 82 orang. Maka jumlah sampel yang akan diambil pada penelitian ini adalah 100 orang.

3.5 Identifikasi Variabel Penelitian

3.5.1 Variabel Bebas :Penderita TB Paru rawat inap 3.5.2 Variabel terikat :Lesi-lesi mukosa oral

-Ulser

- Tuberkular osteomyelitis - Gingival enlargement - Glossitis tuberkulosa 3.5.3 Variabel tak terkendali: - Jenis kelamin

- Penyakit sistemik lain yang menyertai penyakit TB pasien

- obat-obatan yang digunakan - oral hygiene

3.6 Defenisi Operasional

Penderita TB rawat inap adalah penderita TB paru yang dirawat inap di rumah sakit dan dapat diketahui dari rekam medik dan wawancara.

Ulser adalah Tukak dengan pinggiran yang tidak teratur dan tepi yang bergaung, tertutup oleh lapisan fibrin yang berwarna kuning kelabu yang sudah sampai pada lapisan basal dan mempunyai batas yang jelas, dapat terjadi pada lidah, gingiva, bibir, mukosa bukal dan sudut mulut.19


(37)

Tuberkular osteomyelitis adalah infeksi tulang ataupun sum-sum tulang, biasanya disebabkan oleh bakteri piogenik atau Mycobacterium tuberkulosis pada mandibula atau maksila, dengan persentase paling banyak pada mandibula. Secara klinis terlihat berupa pembengkakan difus dan lokal pada rahang, konsistensi keras sakit bila dipalpasi, kadang-kadang dapat terlihat fistula yang mengeluarkan pus pada sudut rahang.

Gingival enlargement (Pembesaran gingiva) adalah pembesaran pada papil

gingiva, tidak sakit, meluas secara progresif atau berkelanjutan dari margin gingiva ke daerah vestibular yang rendah. Diagnosa dapat ditegakkan dengan Test Patologi.32

Glossitis tuberkulosa (tuberkuloma) adalah peradangan atau infeksi pada lidah yang menyebabkan lidah membengkak, membesar dan berubah warna. Papil-papil lidah hilang yang menyebabkan lidah kelihatan halus serta terlihat seperti penkejuan pada lidah berwarna kekuningan pada penderita TB.30

3.7 Sarana Penelitian 3.7.1 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan untuk pemeriksaan dalam rongga mulut adalah kaca mulut, sonde, pinset disposable, sarung tangan, masker, kapas, lampu senter serta kamera untuk dokumentasi penelitian.

3.7.2 Formulir Pencatatan

Formulir pencatatan terdiri dari blanko rekam medik yang mencakup data demografi (nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, suku) dan data klinik subjektif dan objektif (pemeriksaan ekstra oral dan intra oral).


(38)

3.8 Cara pengumpulan Data 3.8.1 Data Demografi

Data demografi diperoleh dengan cara melakukan wawancara langsung terhadap para penderita TB dan melalui data sekunder yang diperoleh di rumah sakit.

3.8.2 Data klinik

Data klinik dapat diperoleh dengan melakukan pemeriksaan rongga mulut terhadap subjek sebagai berikut :

- Subjek didudukkan dengan keadaan rileks, posisi pemeriksa berdiri di depan subjek (Jika tidak bisa duduk, pemeriksaan dilakukan dengan posisi terlentang).

- Pemeriksaan klinis dilakukan peneliti dengan bantuan asisten peneliti dengan menggunakan kaca mulut dan lampu penerangan senter.

- Catat lesi–lesi rongga mulut yang terlihat pada subjek pada blanko rekam medik terutama lesi-lesi yang menjadi lesi target. Lokasi lesi juga dicatat. Kriteria diagnosa lesi sesuai dengan kriteria definisi operational.

3.9 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan cara manual dan ditabulasikan. 3.10 Analisa data

Data yang sudah terkumpul kemudian ditabulasikan dan analisa data dilakukan dengan cara perhitungan persentase setiap lesi-lesi mukosa mulut yang terlihat pada subjek.


(39)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Subjek penelitian yang diperiksa berjumlah 100 orang, terdiri dari 60 orang laki-laki (60%) dan 40 orang perempuan (40%). Data demografi sampel pada penelitian ini menunjukkan distribusi penderita TB berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin yaitu : untuk kelompok umur 19-32 tahun sebesar 18 % pada laki-laki dan 5 % pada perempuan, kelompok umur 33-46 tahun sebesar 12 % pada laki-laki dan 6 % pada perempuan, kelompok umur 47-60 tahun sebesar 20 % pada laki-laki dan 18 % pada perempuan, kelompok umur 61-74 tahun sebesar 8 % pada laki-laki dan 9 % pada perempuan dan untuk kelompok umur 75-88 tahun sebesar 2% pada laki-laki dan 2 % pada perempuan .

Sedangkan berdasarkan tingkat pendidikan dan jenis kelamin menunjukkan tingkat pendidikan dari 92 orang penderita TB dimana yang berlatar pendidikan SD sebesar 17,4 % pada laki-laki 19,5 % pada perempuan, SMP sebesar 18,5 % pada laki-laki dan 9,8 % pada perempuan, SMA sebesar 14 % pada laki-laki dan 8,7 % pada perempuan, Diploma sebesar 5,4 % pada laki-laki dan 1 % pada perempuan, dan Sarjana sebesar 4,3 % pada laki-laki dan 1 % pada perempuan (Gambar 10).


(40)

Gambar 10. DISTRIBUSI PENDERITA TB BERDASARKAN LATAR TINGKAT PENDIDIKAN DAN JENIS KELAMIN

Dari 100 orang penderita TB yang diperiksa, hanya 3 orang penderita yang terdapat lesi-lesi mukosa mulut berupa Ulser yaitu 2 % pada laki-laki dan 1 % pada perempuan. Tidak ditemukan lesi-lesi berupa osteomyelitis, pembesaran gingiva dan glossitis tuberkulosa (Tabel 1).


(41)

TABEL 1. PREVALENSI LESI-LESI MUKOSA MULUT BERSERTA LOKASINYA PADA PASIEN TB

Gambar 11. Lesi ulser mukosa mulut pada penderita TB di RSUP H.Adam Malik Lesi- lesi mukosa mulut Jumlah % Lokasi

Ulser 3 3 % Mukosa labial dan mukosa bukal

Osteomyelitis 0 - -

Gingival enlargement

(Pembesaran gingiva)

0 - -


(42)

Gambar 12. Lesi ulser mukosa mulut pada penderita TB di RS. Pirngadi

Gambar 13 menunjukkan distribusi mukosa mulut penderita ulser pada masing-masing rumah sakit yaitu 2 orang (2%) di RSUP H.ADAM MALIK yang kesemuanya ada pada laki-laki dan 1 orang (1%) di RS. PIRNGADI pada perempuan dan tidak ditemukan lesi mukosa mulut berupa ulser pada RS. BHAYANGKARA.


(43)

Gambar 13. DISTRIBUSI LESI MUKOSA MULUT BERUPA ULSER PADA MASING-MASING RUMAH SAKIT

Penelitian ini menunjukkan prevalensi penyakit lain yang menyertai 100 orang penderita TB selain penyakit TB itu sendiri, dimana hanya 10 orang pasien yang mempunyai penyakit lain yang menyertai (Tabel 2) yaitu :

Tabel 2. PREVALENSI PENYAKIT LAIN YANG MENYERTAI PASIEN TB Penyakit lain yang menyertai Jumlah Persentase

AIDS 5 5 %

Psoriasis 3 3 %


(44)

Diabetes Mellitus 3 3 %

Tumor Paru 1 1 %


(45)

BAB 5 PEMBAHASAN

Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan utama di seluruh dunia, khususnya di negara berkembang. Tuberkulosis dilaporkan sebagai infeksi penyebab utama kematian lebih kurang tiga juta orang penduduk setiap tahunnya. Angka kematian yang disebabkan oleh TB masih merupakan masalah penting di berbagai negara terutama di negara berkembang dan di negara dengan kasus kekurangan gizi, tetap merupakan masalah yang serius. Insidens bervariasi antara daerah yang satu dengan yang lain tergantung dari beberapa faktor antara lain kemiskinan, rendahnya status sosial ekonomi, rendahnya resistensi tubuh, dan kondisi kekebalan atau sistem imun penduduk.32

Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun 450.000 kasus baru TB dimana sekitar 1/3 penderita ditemukan di puskesmas, 1/3 ditemukan di pelayanan rumah sakit atau klinik pemerintahan dan swasta, praktek swasta dan sisanya belum terjangkau unit pelayanan kesehatan. Sedangkan kematian karena TB diperkirakan 175.000 per tahun. Penyakit TB menyerang sebagian kelompok usia kerja produktif, penderita TB kebanyakan berasal dari kelompok sosio-ekonomi rendah.2

Berkaitan dengan data demografi pasien, penderita TB yang terdapat di RSUP H. Adam Malik, RS. Pirngadi dan RS.Bhayangkara yang berusia 19-85 tahun, paling banyak pada kelompok jenis kelamin laki-laki sebesar 60 %, dimana untuk kelompok usia, yang terbanyak adalah kelompok usia 47-60 tahun sebesar 38 %. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian oleh Misnadiarly (2002) dimana penderita TB


(46)

lebih banyak ditemukan pada laki-laki dari pada perempuan paling banyak pada kelompok usia 40-59 tahun dan lebih sedikit lagi diatas 60 tahun.33 Hal ini disebabkan karena laki-laki umumnya lebih memiliki faktor-faktor predisposisi terhadap terjadinya TB seperti merokok, kurangnya kebersihan baik dalam hal kebersihan, makanan dan lingkungan.

Para penderita TB pada penelitian ini juga memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda-beda dimana 92 orang yang memiliki latar belakang pendidikan lebih banyak laki-laki dari pada perempuan namun sebagian besar hanya berpendidikan sampai SD, SMP dan SMA dimana paling banyak berpendidikan hanya sampai SD yaitu sebesar 34 %. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa penyakit TB umumnya diderita pasien dengan kalangan sosio-ekonomi lemah, maka hal itu pun sejalan dengan latar belakang pendidikan yang mereka peroleh, umumnya paling banyak dikarenakan kurangnya kemampuan dalam hal materi untuk dapat mencapai pendidikan yang lebih tinggi. Latar belakang pendidikan berperan penting terhadap terjadinya penyakit TB dan terhadap kondisi kesehatan rongga mulut seseorang. Latar belakang pendidikan yang rendah menyebabkan kurangnya pengetahuan akan pentingnya menjaga kebersihan baik makanan maupun lingkungan dan kesehatan agar terhindar dari penyakit TB dan pentingya mengetahui lesi-lesi TB pada rongga mulut yang dapat menjadi deteksi dini penyakit TB. Hasil ini sama dengan survey yang dilakukan oleh Lolong (2004) bahwa resiko didiagnosis TB pada mereka yang berpendidikan rendah adalah 1,2 kali lebih tinggi dibanding mereka yang berpendidikan tinggi.34


(47)

Prevalensi distribusi responden yang pernah didiagnosis TB pada masyarakat pendidikan rendah sedikit lebih tinggi dibanding masyarakat dengan pendidikan tinggi yaitu 1,8 % : 1,5 %. Selain kurangnya perhatian terhadap kebersihan dan kesehatan, pada masyarakat ekonomi rendah, umumnya tidak mau memeriksakan diri ketika terserang batuk-batuk yang panjang, yang merupakan tanda-tanda awal penyakit TB yang bila diperiksakan lebih dini, dapat meningkatkan presentase kesembuhan. Selain itu, pada masyarakat ekonomi rendah yang telah menderita TB dan mendapat pengobatan, akibat kurang mampunya dalam hal ekonomi dalam membeli obat TB tersebut, sehingga tidak melanjutkan pengobatan, memiliki potensi yang sangat besar untuk menderita TB relaps, yang persentase kesembuhannya sangat kecil.

Dalam penelitian ini, dari 100 orang yang diperiksa, hanya 3 orang ( 3 %) yang menunjukkan lesi-lesi mukosa mulut, dimana lesi yang ditemukan hanya berupa ulser. Hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Sezer,dkk (2004) bahwa prevalensi lesi-lesi mukosa mulut kurang dari 1 % dari kasus Tuberkulosis paru, dan frekuensi antara 0,05-3,65 % lesi mukosa mulut pada penderita TB pernah dilaporkan pada tahun 1996. Namun, hasil ini lebih tinggi dibandingkan dengan Rubin (1927) (cited from Muthusamy E) setelah mempelajari 5000 kasus TB menemukan 72 penderita dengan lesi oral dengan persentase sebesar 1,44 % .21

Weaver (cited from Awasthi S) melaporkan bahwa hanya 1-1,5 % dari kasus TB paru yang melibatkan mukosa oral, palatum, lidah, tonsil dan faring. Sementara Garg,dkk (cited from Awasthi S) menemukan kasus-kasus manfestasi TB di lidah


(48)

pada saat biopsi eksisi. Menon,dkk (cited from Awasthi S) juga melaporkan suatu kasus lesi TB primer di lidah tanpa adanya penyebaran pada bagian tubuh lainnya.

Pada penelitian ini, tidak ditemukan lesi rongga mulut lain pada penderita TB selain ulser. Hal ini dikarenakan jarangnya presentase dari pembesaran gingiva, osteomyelitis dan glossitis itu sendiri pada penderita TB. Untuk osteomyelitis, sangat jarang dikarenakan mandibula dan maksila mengandung sedikit tulang kanselous, yang memudahkan tempat berkembangnya basil TB. Menurut Gupta (2007) osteomyelitis TB merupakan bentuk yang sangat jarang dan hanya terlihat pada 1 % penderita TB dan umumnya terjadi pada pasien TB anak dikarenakan tingginya vaskularisasi ke tulang pada bayi dan anak-anak memudahkan penyebaran basil TB melalui darah ke jaringan tulang.13,33 Dilaporkan bahwa paling banyak kasus osteomyelitis TB merupakan infeksi sekunder dari penyakit TB dan diketahui bahwa hanya 4 kasus infeksi primer TB yang menjadi osteomyelitis TB pernah dilaporkan.33

Pada penelitian ini juga tidak ditemukan lesi glossitis, hanya dari wawancara langsung dan rekam medik, beberapa pasien mengalami simtom pada lidah berupa rasa sakit, rasa terbakar, mulut kering dan kehilangan pengecapan. Soni,dkk menyatakan bahwa gejala umum yang dialami pasien TB pada lidah adalah rasa sakit dan membengkak, yang bervariasi dari yang terlihat sampai tidak terlihat secara klinis, dimana pasien juga mengeluh adanya gejala berupa rasa tidak enak, rasa sakit dan rasa terbakar.30 Soni dkk, hanya menemukan 0,8 % kasus TB pada lidah dengan manifestasi berupa glossitis yaitu 10 kasus dari 1250 kasus TB. 30 Gupta,dkk (2007) melaporkan bahwa lesi TB pada lidah baik infeksi primer dan sekunder hanya terjadi kurang dari 0,2 % dari keseluruhan kasus TB. Persentase ini sangat kecil mengingat


(49)

TB lidah merupakan kasus yang sangat jarang, walaupun sputum dengan basil TB sangat banyak berada pada lidah, Pertahanan lidah sendiri dalam melawan basil TB masih sangat sulit dijelaskan. Bagaimanapun, pH dari rongga mulut, pembersihan lidah oleh saliva, pertahanan dari otot otot lidah, dan sebagian kecil kelenjar limfa yang terdapat pada bagian anterior lidah dapat menjadi alasan yang logis mengapa kasus lesi TB di lidah masih merupakan hal yang sangat jarang terjadi. Sebagaimana pada penelitian ini tidak ditemukan lesi lidah pada 100 pasien yang diteliti.30

Perkembangan Tuberkulosis yang melibatkan rongga mulut merupakan kasus yang sangat jarang, bahkan pada populasi dimana insidens penderita TB sangat tinggi. Saliva dipercaya mempunyai efek proteksi yang dapat menyebabkan sedikitnya prevalensi lesi-lesi mukosa mulut akibat penyakit TB meskipun banyaknya basil Mycobacterium tuberkulosis yang berkontak dengan mukosa rongga mulut pada kasus-kasus yang khas penyakit TB. Faktor lain yang dapat berperan pada pertahanan rongga mulut dari basil TB adalah keberadaan saprophyte, yang merupakan perlawanan dari otot lurik rongga mulut pada invasi bakteri dan tebalnya sel-sel epitel yang dapat melindungi dari invasi basil TB. Dipercaya bahwa mikroorganisme dapat masuk ke mukosa melalui luka kecil di permukaan mukosa. Sedangkan faktor lokal yang dapat berperan pada invasi bakteri termasuk oral hygiene yang jelek, leukoplakia, trauma lokal, dan iritasi oleh karena mengunyah cengkeh atau tembakau, abses dental, fraktur rahang, dan periodontitis.8,10

Tuberkulosis merupakan penyakit sistemik yang terutama menyerang paru. Berdasarkan data yang diperoleh dari wawancara langsung maupun dari rekam medik di rumah sakit, diketahui bahwa ada beberapa penyakit lain (selain penyakit TB itu


(50)

sendiri dan komplikasinya), yang menyertai pasien TB. Penyakit seperti AIDS, Psoriasis, Sindroma Nefrotik, Diabetes Melitus, Tumor Paru, dan Malaria juga dijumpai pada penelitian ini. Pada penyakit AIDS, menurunnya imunitas tubuh menyebabkan penyebaran basil TB ke berbagai organ tubuh penderita menjadi lebih cepat. Psoriasis dan Tumor Paru dihubungkan dengan penderita TB yang mempunyai kebiasaan merokok. Sindroma nefrotik merupakan penumpukan cairan akibat tidak berfungsinya ginjal dengan sempurna. Pada penderita TB, Sindroma Nefrotik merupakan komplikasi akibat menumpuknya cairan di paru pada pasien dengan kegagalan ginjal. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh sekelompok parasit yang bernama plasmodium yang hidup di intra sel darah merah. Pada penderita TB malaria dapat merupakan penyakit penyerta yang didapat melalui gigitan nyamuk saat berada di rumah sakit ataupun di lingkungan tempat tinggalnya.


(51)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa prevalensi lesi-lesi mukosa oral pada penderita TB di 3 rumah sakit besar di Kota Medan yaitu RSUPH.Adam Malik, RS.Pirngadi dan RS.Bhayangkara hanya mencapai 3%. Hal ini menunjukkan bahwa lesi TB di dalam rongga mulut, merupakan kasus yang sangat jarang dengan persentase yang rendah. Namun demikian, lesi TB pada rongga mulut, tidak boleh diabaikan, karena dapat merupakan pertanda dini dari penyakit TB itu sendiri dan hal ini harus disadari oleh dokter gigi karena dokter gigi mempunyai peranan penting dalam mendeteksi penyakit Tuberkulosis pada pasien

Penelitian ini hanya menguraikan secara umum lesi-lesi mukosa mulut pada penderita TB, oleh karena itu, diharapkan adanya penelitian lanjutan untuk melakukan evaluasi lebih lanjut terhadap kaitan serta hubungan antara penyakit sistemik, obat-obatan, kebiasaan serta faktor-faktor lainnya terhadap timbulnya lesi-lesi mukosa mulut pada penderita TB. Selain itu juga, diharapkan agar dokter gigi memahami dan mengetahui lesi-lesi di rongga mulut yang dapat menjadi pertanda dini penyakit TB. Dokter gigi diharapkan dapat menyadari pentingnya perlindungan proteksi bagi diri sendiri agar tidak tertular dengan basil-basil TB yang umumnya banyak terdapat pada saliva pasien. Pada penelitian selanjutnya, diharapkan agar dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui hubungan dan patogenesis penyakit TB dengan terjadinya lesi mukosa mulut.


(52)

DAFTAR PUSTAKA

1.

Agustus 2010 (abstrak)

2. Anonymous . <

Agustus 2010)

3. Misnadiarly. Penelitian Survey Penyakit Penyerta pada Penderita TB

Paru/Mycobacteriosis Paru secara Restrospektif . Center for Research and

Development of Disease Control, NIHRD; 2002.

4. Anonymous.2010.Tuberculosis(TB)<http://www.medicinenet.com/tuberculosi s/article.htm> (12 Agustus 2010)

5. Sonis ST, Fazio RC, Fang L. Principles and Practise of Oral Medicine. 2nd Edition, London: WB Saunders Co, 1995:190-197

6. D.P.Von Arx and A.Husain. Oral Tuberculosis. British Dental Journal 2001; 190:420-422.

7. Mignogna, M., Muzio, L., Favia, G., Ruoppo, E., Sammartino, G., Zarrelli, C. and Bucci, E. (2000), Oral tuberculosis: a clinical evaluation of 42 cases.

Oral Diseases, 6: 25–30 (abstrak).

8. Jagadish E, Rekha S, George C.M, Santosh K, Rabin K.C, Mary V.J. primary Oral Tuberculosis:Report of two cases. Indian Journal of Dental


(53)

9. Awasthi S,Singh V,Nizamuddin M. Tuberculosis of Oral Mucosa. The

Internet Journal of Infectious Disease. 2010; 8: 2

10.Dixit R, Sharma S, Nuwal P. Tuberculosis of Oral Cavity (Case Report). Indian J Tuberculosis 2008; 55:51-53

11.Rodriges G, Carnelio S, and Valliathan M. Primary Isolated Gingival

Tuberculosis. The Brazilian J of Infectious Disease 2001;11(1):172-173

12.Gupta PP, Fotedar S, Agarwal D, Sansanwal P. Case Report : Primary

Tuberculosis Glossitis In An Immunocompetent Patient, Hong Kong Med J

2007;13:330-1

13.Kohli M, Siddiqui SR .Tubercular Osteomylitis of the mandible:two case

report. Saraswati Dental Colege and Hospital

14.Syamsulina R dan Kristanti P. Manifestasi Oral, Imunopatogenesa Dan

Penatalaksanaan Tuberculosis. Fakultas Kedokteran Gigi Univ Hang Tuah.

(abstrak)

15.Bupa’s Health Information Team. Tuberculosis (TB). 2010.

16.Israr YA, Christopher A.P, Julianti R, Tambunan R, Hasriani A. Tuberculosis

Paru (TBC). 2009. Files of DrsMed, Faculty of Medicine – University of

Riau.

17.Primatasari A. Pemberantasan Penyakit TB Paru dan Strategi Dots, Bagian Paru Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, 2003,e-USU Repository


(54)

18.Regezi JA, Sciuba JJ Oral Pathology : Clinical Pathologic Correlations. London: WB Saunders Co, Philadelphia,1989:38-39

19.Pinborg J.J. Atlas Penyakit Mukosa Mulut.Edisi Keempat . Jakarta: Binarupa Aksara,1994; 4: 24-5,56-7.

20.Langlais PR, Miller CS. Kelainan Rongga Mulut yang Lazim. Ed1.Jakarta: Hipokrates,1998: 2,3

21.Muthusamy E. Oral Tuberculosis : Two Cases Reports. Departement of Medicine District Hopsital.2009; 468-471.

22.Linppincot C. J.B, Burket’s Oral Medicine Diagnosis and Treatment. Ninth edition, JB Linppincot Company ,Philadelphia 1994:440-445

23.A.A. Khan, Ansar A. Khan, And A.A. Iraqi. Tuberculosis of mandible. Muslim University, Aligarh. Ind. J. Tub., 22(4)

24.K.B. Gupta, M. Manchanda, S.P.S. Yadav and A.Mittal. Case Report

Tubercular Osteomyelitis Of Mandible. Indian J Tuberc 2005; 52:147-150

25.Morris L.Robbins Jr, Tuberculosis in your Dental Practise: Can it Happen?. Journal of the Tennessee Dental Association 89-2.

26.S. Kant, S. Sharma, S. K. Verma & R. Singh : Isolated Tubercular

Osteomyelitis Of The Mandible . The Internet J Orthopedic Surgery. 2008

Volume 9 Number 2

27.E.Muthusamy. Oral Tuberculosis : Two Cases Reports. Departement of Medicine District Hopsital.2009; 468-471.


(55)

28.Karthikeyan BV, Pradeep AR, Sharma CGD. Primary Tuberculous Gingival

Enlargement A Rare Entity. J Cant Dent Assoc 2006; 72(7):645-8

29.Anonymous. 2010. Glossitis

September 2010)

30.Soni NK, Chatterji P, Nahata SK. Case Report : Tuberculosis of the Tongue. Ind.J.Tub; 28(1) 2008.

31.Anonymous. Tuberculosis (TB) Mendiagnosa

Tuberkulosis

November 2010)

32.Revianti S, Parishini K. Manifestasi Oral, imunopatogenesa dan

penatalaksanaan tuberculosis.

<http://asic.lib.unair.ac.id/journals/abstrak/MKG%2036%202%202003%20% 3B%20Syamsulina%20%3B%20Manifestasi%202.pdf> (21 November 2010) (abstrak)

33.Gupta KM, Singh M. Primary Tuberculosis of Mandible. J Indian Pediatrics 2007; 44: 5c3-54.

34.Lolong DB, PAngaribuan L, Lubis A. Laporan akhir analisis lanjut survey

prevalensi tuberculosis 2004 investigasi faktor lingkungan dan faktor resiko tuberculosis Indonesia

(21 November 2010)


(56)

35.Sitepu MY. Karakteristik penderita TB Paru relaps yang berobat dibalai

pengobatan penyakit paru-paru(BP4) Medan tahun 2000-2007.Skripsi


(57)

Jadwal Waktu Pelaksanaan Penelitian

No Kegiatan Waktu Pelaksanaan (bulan)

I II III IV V VI

1. Persiapan XXX

2. Pengumpulan data XXX XXX

3. Pengolahan data XXX

4. Analisa data XXX

5. Penulisan laporan XXX

6. Seminar XXX

7. Penjilidan dan penggandaan


(58)

LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN

Selamat pagi kakek/nenek/bapak/ibu,

Perkenalkan nama saya Jevin Febry Tandian , saat ini saya sedang menjalani pendidikan dokter gigi di Universitas Sumatera Utara. Saya ingin memberitahukan kepada kakek/nenek/bapak/ibu bahwa saya sedamg melakukan penelitian dengan judul “Prevalensi Manifestasi Oral Penderita Tuberkulosis Di RSUPH.Adam Malik, RS.Pirngadi Dan RS.Bhayangkara Medan”

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kelainan-kelainan pada jaringan lunak mulut pada pasien-pasien TB di rumah sakit. Manfaat dari penelitian ini adalah agar dokter dan pegawai rumah sakit lebih memperhatikan kondisi rongga mulut penderita TB dan dapat memberikan perawatan yang sebaik-baiknya.

Kakek/nenek/bapak/ibu , pada penderita TB , sebenarnya jarang terjadi perubahan pada rongga mulut. Tetapi bila rongga mulut tidak bersih dapat timbul perubahan-perubahan seperti ulkus/ulcer , kandidiasis atau jamuran dan lain sebagainya.

Saya akan mencatat identitas kakek/nenek/bapak/ibu (nama , umur , jenis kelamin , pekerjaan , status perkawinan , pendidikan). Setelah itu , saya akan bertanya beberapa pertanyaan mengenai keluhan-keluhan pada rongga mulut yang kakek/nenek/bapak/ibu rasakan. Adapun pemeriksaan yang akan saya lakukan diantaranya hanya dengan melihat mulut kakek/nenek/bapak/ibu selama beberapa menit. Apabila dijumpai adanya kelainan , saya mohon kesediaan kakek/nenek/bapak/ibu memperbolehkan saya mengambil gambar tersebut.

Partisipasi kakek/nenek/bapak/ibu dalam penelitiian ini bersifat sukarela. Tidak akan terjadi efek samping sama sekali. Apabila selama penelitian berlangsung ada keluhan yang kakek/nenek/bapak/ibu alami , silahkan menghubungi saya , Jevin Febry Tandian (HP:08126093272)

Demikian penjelasan dari saya. Atas partisipasi dan kesediaan waktu kakek/nenek/bapak/ibu , saya ucapkan banyak terima kasih.

Peneliti,


(59)

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

Saya yang bernama dibawah ini :

Nama

:

Jenis kelamin

:

Umur

:

Alamat

:

Setelah mendapatkan keterangan dan penjelasan secara lengkap,

maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan , Saya menandatangani

dan menyatakan bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini.

Medan, / / 2010

Peneliti

Peserta Penelitian

(Jevin Febry Tandian)


(1)

18.Regezi JA, Sciuba JJ Oral Pathology : Clinical Pathologic Correlations. London: WB Saunders Co, Philadelphia,1989:38-39

19.Pinborg J.J. Atlas Penyakit Mukosa Mulut.Edisi Keempat . Jakarta: Binarupa Aksara,1994; 4: 24-5,56-7.

20.Langlais PR, Miller CS. Kelainan Rongga Mulut yang Lazim. Ed1.Jakarta: Hipokrates,1998: 2,3

21.Muthusamy E. Oral Tuberculosis : Two Cases Reports. Departement of Medicine District Hopsital.2009; 468-471.

22.Linppincot C. J.B, Burket’s Oral Medicine Diagnosis and Treatment. Ninth edition, JB Linppincot Company ,Philadelphia 1994:440-445

23.A.A. Khan, Ansar A. Khan, And A.A. Iraqi. Tuberculosis of mandible. Muslim University, Aligarh. Ind. J. Tub., 22(4)

24.K.B. Gupta, M. Manchanda, S.P.S. Yadav and A.Mittal. Case Report Tubercular Osteomyelitis Of Mandible. Indian J Tuberc 2005; 52:147-150 25.Morris L.Robbins Jr, Tuberculosis in your Dental Practise: Can it Happen?.

Journal of the Tennessee Dental Association 89-2.

26.S. Kant, S. Sharma, S. K. Verma & R. Singh : Isolated Tubercular Osteomyelitis Of The Mandible . The Internet J Orthopedic Surgery. 2008 Volume 9 Number 2

27.E.Muthusamy. Oral Tuberculosis : Two Cases Reports. Departement of Medicine District Hopsital.2009; 468-471.


(2)

28.Karthikeyan BV, Pradeep AR, Sharma CGD. Primary Tuberculous Gingival Enlargement A Rare Entity. J Cant Dent Assoc 2006; 72(7):645-8

29.Anonymous. 2010. Glossitis

September 2010)

30.Soni NK, Chatterji P, Nahata SK. Case Report : Tuberculosis of the Tongue. Ind.J.Tub; 28(1) 2008.

31.Anonymous. Tuberculosis (TB) Mendiagnosa

Tuberkulosis November 2010)

32.Revianti S, Parishini K. Manifestasi Oral, imunopatogenesa dan penatalaksanaan tuberculosis.

<http://asic.lib.unair.ac.id/journals/abstrak/MKG%2036%202%202003%20% 3B%20Syamsulina%20%3B%20Manifestasi%202.pdf> (21 November 2010) (abstrak)

33.Gupta KM, Singh M. Primary Tuberculosis of Mandible. J Indian Pediatrics 2007; 44: 5c3-54.

34.Lolong DB, PAngaribuan L, Lubis A. Laporan akhir analisis lanjut survey prevalensi tuberculosis 2004 investigasi faktor lingkungan dan faktor resiko tuberculosis Indonesia

(21 November 2010)


(3)

35.Sitepu MY. Karakteristik penderita TB Paru relaps yang berobat dibalai pengobatan penyakit paru-paru(BP4) Medan tahun 2000-2007.Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.2009.


(4)

Jadwal Waktu Pelaksanaan Penelitian

No Kegiatan Waktu Pelaksanaan (bulan)

I II III IV V VI

1. Persiapan XXX

2. Pengumpulan data XXX XXX

3. Pengolahan data XXX

4. Analisa data XXX

5. Penulisan laporan XXX

6. Seminar XXX

7. Penjilidan dan penggandaan


(5)

LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN

Selamat pagi kakek/nenek/bapak/ibu,

Perkenalkan nama saya Jevin Febry Tandian , saat ini saya sedang menjalani pendidikan dokter gigi di Universitas Sumatera Utara. Saya ingin memberitahukan kepada kakek/nenek/bapak/ibu bahwa saya sedamg melakukan penelitian dengan judul “Prevalensi Manifestasi Oral Penderita Tuberkulosis Di RSUPH.Adam Malik, RS.Pirngadi Dan RS.Bhayangkara Medan”

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kelainan-kelainan pada jaringan lunak mulut pada pasien-pasien TB di rumah sakit. Manfaat dari penelitian ini adalah agar dokter dan pegawai rumah sakit lebih memperhatikan kondisi rongga mulut penderita TB dan dapat memberikan perawatan yang sebaik-baiknya.

Kakek/nenek/bapak/ibu , pada penderita TB , sebenarnya jarang terjadi perubahan pada rongga mulut. Tetapi bila rongga mulut tidak bersih dapat timbul perubahan-perubahan seperti ulkus/ulcer , kandidiasis atau jamuran dan lain sebagainya.

Saya akan mencatat identitas kakek/nenek/bapak/ibu (nama , umur , jenis kelamin , pekerjaan , status perkawinan , pendidikan). Setelah itu , saya akan bertanya beberapa pertanyaan mengenai keluhan-keluhan pada rongga mulut yang kakek/nenek/bapak/ibu rasakan. Adapun pemeriksaan yang akan saya lakukan diantaranya hanya dengan melihat mulut kakek/nenek/bapak/ibu selama beberapa menit. Apabila dijumpai adanya kelainan , saya mohon kesediaan kakek/nenek/bapak/ibu memperbolehkan saya mengambil gambar tersebut.

Partisipasi kakek/nenek/bapak/ibu dalam penelitiian ini bersifat sukarela. Tidak akan terjadi efek samping sama sekali. Apabila selama penelitian berlangsung ada keluhan yang kakek/nenek/bapak/ibu alami , silahkan menghubungi saya , Jevin Febry Tandian (HP:08126093272)

Demikian penjelasan dari saya. Atas partisipasi dan kesediaan waktu kakek/nenek/bapak/ibu , saya ucapkan banyak terima kasih.

Peneliti,


(6)

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

Saya yang bernama dibawah ini :

Nama

:

Jenis kelamin

:

Umur

:

Alamat

:

Setelah mendapatkan keterangan dan penjelasan secara lengkap,

maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan , Saya menandatangani

dan menyatakan bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini.

Medan, / / 2010

Peneliti

Peserta Penelitian

(Jevin Febry Tandian)