Menyadari kefanaan manusia membuat penulis merasa takut sekaligus berharap mendapatkan keselamatan pada kehidupan setelah kematian.
8. Ketergantungan manusia pada alam
Lukisan penulis yang mengangkat tema tersebut berjudul “Langit Terluka
”, lukisan tersebut terinspirasi dari lirik lagu yang berjudul “Langit Terluka”. Lukisan tersebut menggambarkan kerusakan alam berupa kekeringan
yang disebabkan keserakahan manusia dalam memanfaatkan alam yang berujung pada tindak eksploitasi. Penulis melalui lukisan ini ingin mengatakan
bahwa keberlangsungan kehidupan manusia tergantung pada caranya menyikapi alam.
Lirik-lirik lagu ciptaan Ebiet G. Ade mempunyai tema yang beragam, seperti religi, kehidupan, cinta, alam, sosial, politik, bencana, dll. Dari ratusan
karya- karyanya, terdapat 10 buah lirik yang menjadi inspirasi penciptaan lukisan penulis, adapun lirik- lirik tersebut sebagai berikut:
1. Kosong
Ketika diam menjerat aku ke dalam ruang hampa. Angin berhembus tajam mengiris, menusuk rembulan.
Bayanganmu seperti lenyap disapu gelombang. Perahuku terombang-ambing dan tenggelam.
Ketika hening merenggut aku ke dalam galau jiwa. Suara ranting meronta- ronta merobek mentari.
Dekapanmu masih terasa hangat dalam darah. Bintang gemintang bersembunyai dalam kelam.
Kosong,,,pikiran hampa menerawang. Kosong,,,langit terasa semakin gelap.
Entah bermimpi tentang apa terpenggal-penggal. Entah sujud kepada siapa aku berserah.
Kosong,,,pikiran hampa menerawang.
Kosong,,,langit terasa semakin gelap. Mestinya aku hanya diam dalam tawakal,
atau kuurai airmata dalam sembahyang.
2. Potret Hitam Putih
Coba kalian dengar lagi satu cerita dariku Adalah seseorang bersiul riuh tak menentu
Dia hanya ingin membuang debu dan resah di hati, Dia hanya ingin melepas dendam panas membakar sepi.
Setelah lepas SMA terpaksa jadi anak jalanan. Digantungkan rindu bangku-bangku pada malam hening dan bisu.
Dibayangkan kawan sebaya telah pada sarjana, sedang baginya bertumpu beban tak seranta dirampungkan.
Tak pelak lagi adalah si bungsu, jalan tertatih tapi tak ada ragu. Sekarang dia coba bernyanyi bagi siapa saja.
Bagi bapak-ibunya, bagi kakak- kakaknya, bagi semua kerabatnya, bagi kekasihnya, bagi semua.
Dia senandungkan tentang keindahan, tentang kekotoran, tentangkelicikan, tentang kejantanan, tentang kehidupan, tentang cinta,
masih ada saja yang belum ditemukan. Coba mari kita simak lagi apa yang tengah dikerjakan
Sanggupkah dia melintas, menentang arus yang deras Tak ada salahnya bila kita turut berdoa
Agar terkuak hambatan, agar sampai tujuan. Tak pelak lagi adalah si bungsu
Jalan tertatih tapi tak ada ragu Sekarang dia coba bernyanyi bagi siapa saja
Bagi bapak-ibunya, bagi kakak- kakaknya, bagi semua kerabatnya, bagi kekasihnya, bagi semua.
Dia senandungkan tentang keindahan, tentang kekotoran, tentang kelicikan, tentang kejantanan, tentang cinta,
masih ada saja yang belum ditemukan
3. Menjaring Matahari
Kabut, sengajakah engkau mewakili pikiranku, Pekat, hitam berarak menyelimuti matahari.
Aku dan semua yang ada di sekelilingku, merangkak menggapai dalam gelap.
Mendung, benarkah pertanda akan segera turun hujan, Deras, agar semua basah yang ada di muka bumi
Siramilah juga jiwa kami semua, yang tengah dirundung kegalauan. Roda zaman menggilas kita terseret tertatih-tatih
Seumur hidup terus diburu, berpacu dengan waktu.