84
i. pelecehan terhadap aparat keamanan, dan lain-lain.
64
3. Sanksi-Sanksi Pidana Terhadap Tindak Pidana Narkotika
Sanksi hukum berupa pidana, diancamkan kepada pembuat tindak pidana kejahatan dan pelanggaran punishment adalah merupakan ciri
perbedaan hukum pidana dengan jenis hukum yang lain. Sanksi pidana umumnya adalah sebagai alat pemaksa agar seseorang mentaati norma-
norma yang berlaku, dimana tiap-tiap norma mempunyai sanksi sendiri- sendiri dan pada tujuan akhir yang diharapkan adalah upaya pembinaan
treatment. Di dalam rancangan KUHP Tahun 1982, yang disusun oleh Tim
Pengkajian Bidang Hukum Pidana dapat dijumpai tujuan pembinaan. 1. Untuk mencegah dilakukannya tindak pidana dengan menegakkan
norma hukum demi pengayoman masyarakat. 2. Untuk memasyarakatkan terpidana dengan mengadakan pembinaan,
sehingga menjadikannya orang yang baik dan berguna. 3. Untuk menyelesaikan konflik yang ditimbulkan oleh tindak pidana,
memulihkan keseimbangan, dan mendatangkan rasa damai dalam masyarakat.
4. Untuk membebaskan rasa bersalah pada terpidana.
65
Di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 10 diatur mengenai jenis-jenis pidana atau hukuman.
a. Pidana Pokok 1. Pidana mati
2. Pidana penjara
64
Drs.Sunarmo, Nark oba Bahaya dan Upaya P encegahannya, penerbit P T, Bengawan Ilmu Semarang. 2007. Hal 16
65
Aruan Sakidjo, Huk um Pidana Dasar Aturan Umum Huk um Pidana Kodifik asi, penerbit Ghalia Indonesia. 1988. hal 70.
85
3. Kurungan 4. Denda
b. Pidana Tambahan 1. Pencabutan hak-hak tertentu
2. Perampasan barang-barang tertentu 3. Pengumuman putusan hakim
Ketentuan mengenai pidana ini berlaku juga terhadap tindak pidana narkotika, hal ini sesuai menurut ketentuan Pasal 102 Undang-Undang
No. 22 Tahun 1997, pada intinya mengemukakan bahwa masih tetap diberlakukan undang-undang lama sepanjang tidak bertentanga n danatau
belum diganti dengan peraturan baru berdasarkan undang-undang ini. Sanksi terhadap tindak pidana narkotika yang disebutkan dalam
Bab XII Undang-Undang No. 22 Tahun 1997 yang terdapat pada Pasal 78 sampai Pasal 99 adalah tindak kejahatan, kecuali tersebut dalam Pasal
100 adalah merupakan pelanggaran. Di dalam pasal-pasal tersebut jelas sanksi yang diatur oleh Pasal
10 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP, dan itu diatur pula secara tegas dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 1997, termasuk
didalamnya mengenai hukuman Pidana Mati. Yang dinyatakan secara tegas dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 1997, pasa Pasal 80 dan
beberapa pasal kemudian. Jika ditinjau melalui pendekatan filosofis kemanusiaan bahwa
hukuman dengan pidana mati sangat pantas dijatuhkan kepada para
86
penyalah guna narkotika tersebut, terutama terhadap jaringan dan para pengedarnya. Oleh karena akibat dari perbuatan tersebut sangat berat
bobot kejahatannya, yang pada akhirnya dapat menghancurkan hampir kebanyakan generasi muda dari sebuah bangsa. Negara Tetangga seperti
Singapura, Malaysia, dan Hongkong sudah menerapkan hukuman mati tersebut. Seperti lazimnya berat ringan penjatuhan pidana sangat
tergantung kepada proses sidang peradilan dan keyakinan serta penilaian hakim yang melakukan pemeriksaan atas suatu perkara pidana.
4. Bahaya Dan Akibat Penyalahgunaan Serta Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Tindak Pidana Narkotika
Sebelum menginjak pada pembahasan mengenai bahaya dan akibat penyalahgunaan narkotika serta faktor-faktor penyebab terjadinya,
maka terlebih dahulu penulis akan mencoba menguraikan secara teoritis tentang teori sebab akibatteori kausalitas tindak pidana.
Teori kausalitasteori sebab akibat ini dimaksudkan untuk mencari: 1. sebab akibat perbuatan pidana;
2. menentukan pertanggungan jawab pelaku. Betapa pentingnya teori ini dibicarakan karena mengingat adanya
penggolongan delik formil dan materil di dalam tindak pidana. Dalam menganalisa sebab akibat dari suatu tindak pidana, maka
disini dapat dikemukakan beberapa pendekatan melalui teori sebab- akibat.
87
A. Von Buri dengan teori Conditio sine Quanon, bahwa tiap-tiap