2.9 WOC terlampir
10
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian 1. Anamnesa
a. Keadaan Umum: Takipnea, dispnea, sesak nafas, pernafasan menggunakan otot aksesoris pernafasan
dan sianosis sentral. b. Riwayat Penyakit Sekarang:
Sesak nafas, bisanya berupa pernafasan yang cepat dan dangkal. Batuk kering dan demam yang terjadi lebih dari beberapa jam sampai seharian. Kulit terlihat pucat atau
biru. c. Riwayat Penyakit Dahulu
Sepsis, Shock hemoragi, pankreatitis hemoragik, Luka bakar hebat, Tenggelam DIC Dissemineted Intravaskuler Coagulation, Pankreatitis, Uremia, Bedah Cardiobaypass
yang lama, PIH Pregnand Induced Hipertension, Peningkatan TIK, Trauma hebat cedera kepala, cedera dada, rudapaksa paru, Radiasi, Fraktur majemuk emboli
lemak berkaitan dengan fraktur tulang panjang seperti femur, Riwayat merokok. d. Riwayat Penyakit Keluarga
e. Riwayat Alergi
2. Pemeriksaan Fisik
B1 Breath : sesak nafas, nafas cepat dan dangkal, batuk kering, ronkhi basah, krekels
halus di seluruh bidang paru, stridor, wheezing. B2 Blood
: pucat, sianosis stadium lanjut, tekanan darah bisa normal atau meningkat terjadinya hipoksemia, hipotensi terjadi pada stadium lanjut
shock, takikardi biasa terjadi, bunyi jantung normal tanpa murmur atau gallop.
B3 Brain : kesadaran menurun seperti bingung dan atau agitasi, tremor.
B4 Bowel : -
11
B5 Bladder : - B6 Bone
: kemerahan pada kulit punggung setelah beberapa hari dirawat.
3. Pemeriksaan Diagnostik
LED : meningkat pada hampir semua kasus, jumlah eosinofilnya normal.
Tes fungsi paru : normal atau menunjukkan defek restriktik disertai gangguan pertukaran
udara. BGA
: hasil BGA menunjukkan adanya hipoksemia. Biopsi Darah
: PaO
2
FiO
2
200 = ARDS PaO
2
FiO
2
300=ALI Foto thorak dan CT
: terdapat infiltrasi jaringan parut lokasi terpusat pada region perihilir paru yang biasanya multivokal. Pada tahap lanjut, interstisial bilatareral difus dan alveolar
infiltrate menjadi bukti dan dapat melibatkan semua lobus paru.Ukuran jantung normal, berbeda dari edema paru kardogenik. Gas darah arteri seri membedakan gambaran
kemajuan hipoksemia, hipokapnea dapat terjadi pada tahap awal sehubungan dengan hiperventilasi. Alkalosis respiratorik dapat terjadi pada tahap dini dan pada tahap lanjut
terjadi asidosis metabolik. Tes fungsi paru, Pengukuran pirau, dan kadar asam laktat meningkat Doenges1999 Hal 218 – 219 .
Shunt Measurement QsQt : tidak terdapat korelasi antara FiO
2
dengan PaO
2.
Alveolar-Arterial Gradient A-a gradient
Berguna dalam membedakan ekstrapulmoner dan paru penyebab resp. failure. kegagalan.
For any age, an Aa gradient 20 mm of Hg is always abnormal. Untuk setiap usia, seorang Aa gradien 20 mm Hg selalu abnormal.
A-a
O2
Gradient = [ Fi
O2
Atmospheric Pressure - H
2
O Pressure - Pa
CO2
0.8 ] - Pa
O2
from ABG
Normal Gradient Estimate = Age4 + 4 High gradients result from impaired diffusion or, more commonly, by ventilation-perfusion
inequality of the shunting variety. A normal A-a gradient is less than 10 torr. The age years 4 + 4 is another conservative estimate of a normal gradient.
12
The calculations above assume 100 humidity at sea level and a respiratory quotient of 0.8, using the alveolar gas equation to determine PAO2:
P
A
O
2
= F
i
O
2
760 - 47 - P
a
CO
2
0.8 A-a gradient = P
A
O
2
- P
a
O
2
Lactic Acid Level
3.2 Diagnosa Keperawatan