5
4. PEMBAHASAN
Dari hasil pengeboran landaian suhu SMN-1
diketahui bahwa
batuan penyusun sumur landaian suhu SMN-1
mulai dari permukaan hingga kedalaman 706,00 m disusun oleh batuan vulkanik
berupa andesit,
andesit basaltik,
perselingan breksi tufa, dan breksi andesit serta sisipan tufa dengan
dominasi oleh batuan breksi andesit yang diduga sebagai produk aliran lava
dari Gunung Tinjau Laut ?. Sedangkan batuan penyusun sumur landaian suhu
SMN-2 mulai dari permukaan hingga kedalaman 427,00 m disusun oleh
batuan vulkanik berupa andesit, breksi tufa,
breksi andesit
serta sisipan
batulempung dengan dominasi oleh batuan andesit dan breksi andesit yang
juga diduga sebagai produk aliran lava dari Gunung Tinjau Laut ?.
Pada umumnya batuan di sumur SMN-1 dan SMN-2 telah dipengaruhi oleh
proses hidrotermal, hal ini diperlihatkan oleh mineral ubahan yang dijumpai di
hampir semua interval kedalaman.
Hasil analisis megaskopis dari inti bor SMN-1 dijumpai ubahan mulai dari
permukaan hingga kedalaman akhir dengan intensitas ubahan bervariasi dari
lemah hingga sedang-kuat SMTM = 2
– 71. Secara keseluruhan tipe ubahan
didominasi tipe argilik dicirikan oleh himpunan mineral lempungan, silika,
montmorilonit, smektit
hingga tipe
propilitik dicirikan
oleh himpunan
mineral klorit, kalsit, zeolit, smektit yang berfungsi sebagai batuan penudung
panas caprock.
Hasil analisis megaskopis dari inti bor SMN-2 dijumpai ubahan mulai dari
permukaan hingga kedalaman akhir dengan intensitas ubahan bervariasi dari
lemah hingga sedang SMTM = 4
– 49. Secara keseluruhan tipe ubahan
didominasi tipe
argillic didominasi
mineral lempungan, klorit, montmorilonit, smektit yang juga berfungsi sebagai
batuan penudung panas caprock.
Hilang sirkulasi sebagian partial loss circulation dijumpai di SMN-1, yakni
hilang sirkulasi lumpur pembilas secara partial PLC di kedalaman 102,00 m.
Banyak dijumpai kekar-kekar gerus, rekahan-rekahan dan breksiasi yang
sebagian terisi mineral lempung, oksida besi dan kalsit. PLC diduga disebabkan
oleh permeabilitas sekunder berupa rekahan, pengekaran hingga breksiasi
pada satuan andesitbreksi andesit serta permeabilitas primer yang cukup tinggi
berupa rongga antar butir pada batuan piroklastik.
Influx air pada SMN-2 dijumpai mulai di kedalaman 161,80 m. Banyak dijumpai
kekar-kekar gerus, rekahan-rekahan dan breksiasi yang sebagian terisi mineral
lempung, oksida besi dan kalsit. Influx diduga disebabkan oleh masuknya air
formasi pada batuan yang memiliki permeabilitas sekunder berupa rekahan,
pengekaran
hingga breksiasi
pada satuan andesitbreksi
andesit serta
permeabilitas primer yang cukup tinggi berupa rongga antar butir pada batuan
piroklastik.
Koreksi temperatur
menggunakan metode Horner Plot untuk mendapatkan
nilai temperatur
formasi initial
temperature dengan
hasil sebagai
berikut; Initial Temperature temperatur formasi
Sumur SMN-1 di kedalaman 150 m sebesar 69,163°C. di kedalaman 315 m
sebesar 73,085°C, di kedalaman 500 m sebesar 87,382°C, di kedalaman 700 m
sebesar 113,103°C.
Initial Temperature temperatur formasi Sumur SMN-2 di kedalaman 140 m
sebesar 35,7596°C, di kedalaman 300 m sebesar 57,7696°C, di kedalaman 419 m
sebesar 78,11699°C.
Untuk Sumur SMN-1 nilai landaian suhu dari permukaan hingga kedalaman 150
m diperoleh sekitar 28,8
o
C100 meter.
Dari kedalaman 150 m hingga 315 m nilai landaian suhu turun dengan nilai
sebesar 2,38
o
C100 meter. Kemudian
nilai landaian suhu dari kedalaman 315 m hingga 500 m kembali naik dengan
nilai sebesar
7,7
o
C100 meter.
Selanjutnya dari kedalaman 500 m
6
hingga 700 m nilai landaian suhu mencapai 12,86
o
C100 meter. Gambar 12. Dari keseluruh data tersebut jika
ditarik rata-rata landaian suhu secara keseluruhan
maka didapatkan
nilai landaian suhu pada sumur SMN-1
sebesar 12,1
o
C100 meter.
Nilai landaian
suhu SMN-2
dari permukaan hingga kedalaman 140 m
diperoleh sekitar 10,5
o
C100 meter.
Sedangkan dari kedalaman 140 m hingga 300 m nilai landaian suhu naik
sedikit dengan nilai sebesar 13,8
o
C100 meter. Kemudian nilai landaian suhu dari
kedalaman 300 m hingga 419 m kembali naik dengan nilai sebesar 17,1
o
C100 meter Gambar 13. Dari keseluruh data
logging tersebut jika ditarik rata-rata landaian suhu secara keseluruhan maka
didapatkan nilai landaian suhu pada sumur SMN-2 sebesar 13,7
o
C100 meter.
5. KESIMPULAN DAN SARAN