9
pemberian pendapat audit. Jenis auditor ahli lebih memperhatikan atypical, sebaliknya auditor yang non ahli lebih
memperhatikan informasi typical. Adapun persamaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu
adalah sama-sama membahas mengenai faktor – faktor yang berpengaruh terhadap keahlian audit, sedangkan perbedaannya yaitu terletak pada, jumlah
sampel dan periode penelitian, sehingga penelitian ini bukan merupakan replikasi
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Auditing
2.2.1.1. Pengertian Auditing
Sebelum mempelajari auditing dan profesi akuntan publik dengan mendalam, sebaiknya kita perlu mengetahui definisi auditing terlebih
dahulu. Menurut Arens dan Loebbecke 1997: 1 auditing sebagai proses
pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang
yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dimaksudkan dengan kriteria-kriteria yang telah
ditetapkan. Auditing seharusnya dilakukan oleh seorang yang independen dan kompeten.
Sedangkan menurut Mulyadi 2002 : 11 ditinjau dari sudut profesi akuntan publik, auditing adalah pemeriksaan secara objektif atas
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
10
laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara
wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan atau organisasi tersebut.
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa auditing adalah suatu proses yang sistematik untuk mendapatkan dan
mengevaluasi bukti-bukti mengenai tindakan dan kejadian ekonomi yang bertujuan memberikan tingkat kesesuaian antara informasi dengan
kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.
2.2.1.2. Standar Auditing
Standar auditing menurut Standar Profesional Akuntan Publik IAI, 2009 : 150.2 yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia sebagai berikut : 1
Standar Umum a
Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis sebagai auditor.
b Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
c Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor
wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
11
2 Standar Pekerjaan Lapangan
a Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan semestinya. b
Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat,
saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan. c
Bahan bukti kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi
sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
3 Standar Pelaporan
a Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum. b
Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang didalamnya prinsip akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam
penyusunan laporan keuangan periode berjalan dalam hubungannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan dalam
periode sebelumnya. c
Pengungkapan informasi dalam laporan keuangan harus dipandang memadai kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit.
d Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat
mengenai laporan keungan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan, jika pendapat
secara keseluruhan tidak dapat diberikan maka alasannya harus
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
12
dinyatakan. Dalam semua hal yang nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, laporan auditor harus memuat petunjuk
yang jelas mengenai sifat pekerjaan auditor, jika ada dan tingkat tanggung jawab yang dipikulnya.
2.2.1.3. Standar Profesional Akuntan Publik
Ada lima macam standar profesional yang diterbitkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik sebagai aturan mutu pekerjaan
akuntan publik Mulyadi, 2002 : 34, yaitu : 1
Standar Auditing Merupakan pedoman audit atas laporan keuangan historis
yang terdiri dari 10 standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Auditing PSA. PSA berisi ketentuan-ketentuan dan panduan
utama yang harus diikuti oleh akuntan publik dalam melaksanakan perikatan audit.
2 Standar Atestasi
Memberikan kerangka untuk fungsi atestasi bagi jasa akuntan publik yang mencakup tingkat keyakinan tertingggi yang lebih rendah
dalam jasa non audit. Standar atestasi terdiri dari 11 standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Atestasi PSAT.
3 Standar Jasa Akuntansi dan Review
Standar ini memberikan kerangka fungsi non atestasi bagi jasa akuntan publik yang mencakup jasa akuntansi dan review. Standar ini
dirinci dalam bentuk pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
13
4 Standar Jasa Konsultasi
Memberikan panduan bagi akuntan publik didalam penyediaan jasa konsultasi bagi masyarakat. Jasa konsultasi pada
hakikatnya berbeda dari Jasa atestasi akuntan publik terhadap asersi pihak ketiga. Dalam jasa atestasi, para praktisi menyajikan suatu
kesimpulan mengenai keandalan suatu asersi tertulis yang menjadi tanggung jawab pihak lain, yaitu pembuat asersi asseres. Dalam jasa
konsultasi, para praktisi menyajikan temuan, kesimpulan dan rekomendasi. Umumnya, pekerjaan jasa konsultasi dilaksanakan
untuk kepentingan klien. 5
Standar Pengendalian Mutu Memberikan panduan bagi kantor akuntan publik di dalam
melaksanakan pengendalian mutu jasa yang dihasilkan oleh kantornya dengan mematuhi berbagai standar yang diterbitkan oleh
Dewan Standar Profesional Akuntan Publik dan Aturan Etika Kopartemen Akuntan Publik yang diterbitkan oleh Kompartemen
Akuntan Publik, Ikatan Akuntan Indonesia.
2.2.1.4. Tahap-Tahap Pelaksanaan Audit
Menurut Mulyadi 2002 : 121 tahap audit atas laporan keuangan meliputi:
1 Penerimaan Perikatan Audit
Langkah awal pekerjaan audit atas laporan keuangan berupa pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak penugasan
audit dari klien.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
14
Ada 6 Enam langkah yang perlu ditempuh oleh auditor didalam mempertimbangkan penerimaan penugasan audit dari calon
kliennya, yaitu: a
Mengevaluasi integritas manajemen. b
Mengidentifikasi keadaan khusus dan risiko luar biasa. c
Menilai kompetensi untuk melakukan audit. d
Menilai independensi. e
Menentukan kemampuan untuk menggunakan kemahiran profesionalnya dengan kecermatan dan keseksamaan.
f Membuat surat perikatan audit.
2 Perencanaan Audit
Setelah menerima penugasan audit dari klien, langkah berikutnya adalah perencanaan audit. Ada 7 tujuh tahap yang harus
ditempuh, yaitu: a
Memahami bisnis dan industri klien b
Melaksanakan prosedur analitik c
Mempertimbangkan tingkat meterialitas awal d
Mempertimbangkan risiko bawaan e
Mempertimbangkan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap saldo awal, jika perikatan dengan klien berupa audit tahun
pertama f
Mengembangkan strategi audit awal terhadap asersi signifikan g
Memahami pengendalian intern klien.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
15
3 Pelaksanaan Pengujian Audit
Tahap ini disebut juga dengan pekerjaan lapangan yang tujuan utamanya adalah untuk memperoleh bukti audit tentang efektivitas
struktur pengendalian intern klien dan kewajaran laporan keuangan klien. Secara garis besar pengujian audit dapat dibagi menjadi tiga,
yaitu: a
Pengujian analitis analytical tests. b
Pengujian pengendalian tests of control. c
Pungujian substantive substantive tests. 4
Pelaporan Audit Langkah akhir dari suatu proses pemeriksaan auditor adalah
penerbitan laporan audit. Oleh karena itu, auditor harus menyusun laporan keuangan auditan audited financial statement, penjelasan
laporan keuangan notes to financial statement dan pernyataan pendapat auditor.
2.2.2. Ciri – ciri Psikologis
2.2.2.1. Ciri – ciri Pribadi dan Profesi Auditor
Menurut Lawrence B. Sawyer yang dikutip Kosasih 1981: 65 ciri auditor yang kompeten adalah :
1. Adaptability
yaitu mampu menyesuaikan diri terhadap berbagai masalah hal keadaan pada perusahaan yang diperiksa, mudah
berubah sesuai dengan keadaan, cepat bereaksi terhadap masalah baru, cara manajemen baru, atasan baru dan lain – lain.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
16
2. Understanding
yaitu pandai memahami apa yang dikehendaki orang lain, apa maksud dari perbuatan tindakan, mengetahui bagaimana
permasalahannya, tahu apa yang dapat diterima orang lain, tahu apa latar belakang dasar pemikiran orang lain dan lain – lain.
3. Determination
yaitu mampu menentukan tindakan dan tujuan yang hendak dicapai, mampu mengatasi segala rintangan yang dihadapi
dan bertindak tegas dalam pengambilan keputusan dengan menerima segala konsekwensinya.
4. Independent
yaitu mampu bertindak jujur dan objektif, tidak dipengaruhi pertimbangan pihak luar dan pertimbangan pribadinya
serta selalu memihak kepada kebenaran. 5.
Trustworthiness yaitu dapat dipercayai tanpa keraguan, selalu
mengemukakan fakta yang benar ditinjau dari segala segi. 6.
Objectivity yaitu bertindak selalu objektif yang berarti akan
mengatakan adanya tells it like it is dan bukan apa yang disukainya. 7.
Responsibility yaitu penuh rasa tanggung jawab untuk melaksanakan
tugas secara tuntas dan berusaha kerja sebaik – baiknya. Sedangkan menurut Robert Halk yang dikutip Widjaya 1994: 9
orang yang berada pada profesi akuntansi tinggi mempunyai ciri – ciri karakteristik sifat – sifat sebagai berikut :
1. Mereka mempunyai keinginan maju terus.
2. Mereka bekerja keras.
3. Mereka tidak takut mengambil keputusan.
4. Mereka mempunyai banyak keingintahuan intelektual.
5. Mereka senang atas pekerjaan yang mereka lakukan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
17
Akuntan biasanya dianggap sebagai salah satu profesi seperti organisasi lainnyamisalnya IDI Ikatan Dokter Indonesia, PWI
Persatuan Wartawan Indonesia. Supaya dikatakan profesi, ia harus memiliki beberapa syarat sehingga masyarakat sebagai objek dan sebagai
pihak yang memerlukan profesi, mempercayai hasil kerjanya. Menurut Harahap 1991: 23 adapun ciri profesi, yaitu sebagai berikut :
1. Memiliki bidang ilmu yang ditekuninya yaitu yang merupakan
pedoman dalam melaksanakan keprofesiannya. 2.
Memiliki kode etik sebagai pedoman yang mengatur tingkah laku anggotanya dalam profesi itu.
3. Berhimpun dalam suatu organisasi resmi yang diakui oleh masyrakat
atau pemerintah. 4.
Keahliannya dibutuhkan masyarakat. Sedangkan menurut John O. Miller dalam bukunya Training for a
profession yang dikutip oleh Harahap 1991: 24 menyebutkan ciri – ciri
profesi sebagai berikut : 1.
Para anggota memiliki pengetahuan dan keahlian yang diperolehnya dari latihan akademik pada lembaga perguruan tinggi.
2. Para anggota mempertahankan suatu standar etik yang tinggi
berdasarkan otonomi dan kebebasan. 3.
Para anggota termasuk dalam suatu ikatan yang dibentuk untuk melindungi dan memperhatikan kepentingan anggota dan ikatan tadi
mempergunakan standar etik untuk melindungi masyarakat. 4.
Para anggotanya dalam memberikan jasa kepada masyarakat umum, dapat bekerja sendiri sebagai akuntan publik, atau sebagai pegawai
pada suatu kantor akkuntan publik.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
18
2.2.2.2. Tanggung Jawab Auditor
Tanggung jawab auditor terbatas pada melaksanakan pemeriksaan audit dan melaporkan hasilnya sesuai dengan norma pemeriksaan
akuntan. Luasnya pertanggungjawaban dalam pemeriksaan menurut Jusuf
1997: 118 dapat dikelompokan sebagai berikut : 1.
Kecurangan pegawai Dalam profesi auditing telah ditegaskan bahwa auditor tidak
bertanggung jawab untuk menemukan usaha penipu oleh karyawan selama pemeriksaan telah dilakukan menurut norma pemeriksaan
akuntan.Jika auditor berkewajiban membongkar semua penipuan material, pengujian auditing harus lebih banyak diperluas, karena ada
banyak macam penipuan yang sukar peka terhadap kemungkinan adanya kesalahan yang disengaja dalam menilai pengendalian
internal. Prosedur audit harus diperluas jika auditor menemukan kelemahan dalam pengendalian atau kegagalan mengikuti prosedur
yang telah ditetapkan, jika menggangap kesalahan atau kelainan yang material dapat timbul karenanya.
2. Kecurangan Manajemen
Kecurangan oleh manajemen pada dasarnya sulit diungkapkan karena kemungkinan bahwa salah satu atau beberapa anggota
manajemen memegang kendali atas pengendalian inernal. Kesalahan bisa berupa penghapusan transaksi, laporan yang keliru mengenai
jumlah angka yang dicatat. Audit tidak dapat sepenuhnya memberi
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
19
jaminan untuk menemukan kecurangan yang penting, tapi auditor harus waspada akan adanya penipuan dalam hal adanya tekanan yang
berat terhadap manajemen atau tidak adanya kejujuran manajemen. 3.
Tindakan melanggar hukum oleh klien Auditor biasanya tidak dapat diharapkan untuk
mengungkapkan adanya tindakan melanggar hukum, selama suatu audit hanya menyangkut masalah keuangan, dan bukan masalah
hukum. Namun demikian pemeriksaan terhadap pengendalian internal, pertanyaan – pertanyaan terhadap manajemen, dan surat
menyurat dengan pengacara dan prosedur audit lain dapat mengungkapkan adanya tindakan melanggar hukum.
2.2.2.3. Tipe Auditor
Menurut Mulyadi 2002: 28 orang atau kelompok orang yang melaksanakan audit dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu :
1. Auditor Independen
Auditor professional yang menyediakan jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas laporan keungan
yang dibuat oleh kliennya. Audit tersebut terutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai informasi keuangan seperti :
kreditur, investor, calon kreditur, calon investor dan instansi pemerintah terutama instansi pajak
2. Auditor Pemerintah
Auditor yang bekerja di instansi pemerintah yang tugas pokoknya adalah melakukan audit atas pertanggungjawaban
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
20
keuangan yang disajikan oleh unit – unit organisasi atau entitas pemerintah atau pertanggungjawaban keuangan yang ditujukan
kepada pemerintah. 3.
Auditor Intern Auditor yang bekerja dalam perusahaan yang tugas pokoknya
adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan efisiensi dan
efektifitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi.
2.2.2.4. Aspek Independensi Auditor
Menurut Halim 2001: 21 dalam Dedy 2009 membagi kedalam 3 tiga aspek Independensi Auditor, yaitu antara lain :
1. Independensi dalam fakta Independence in fact
Yaitu Auditor harus mempunyai kejujuran yang tinggi, keterkaitan yang erat dengan objektivitas.
2. Independensi dalam penampilan Independence in Appearance
Artinya pandangan pihak lain terhadap diri auditor sehubungan dengan pelaksanaan audit. Auditor harus menjaga
kedudukannya sedemikian rupa sehingga pihak lain akan mempercayai sikap independensi dan objektivitas. Meskipun auditor
telah menjalankan audit dengan baik secara independen dan objektif, pendapat yang dinyatakan melalui laporan audit tidak akan dipercaya
oleh para pemakai jasa auditor independen, bila ia tidak mampu mempertahankan independensi dalam penampilan. Oleh karena itu
independensi dalam penampilan sangat penting bagi perkembangan profesi auditor.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
21
3. Independensi dari sudut keahliannya Independence in Competence
Artinya Auditor yang awam dalam elektronik data processing system
tidak memenuhi independensi keahlian bila ia mengaudit perusahaan yang pengolahan datanya menggunakan sistem informasi
terkomputerisasi. Independensi dari sudut keahliannya terkait erat dengan kecakapan profesional auditor
2.2.3. Komponen Pengetahuan
Menurut Winardi 1989: 10 komponen pengetahuan adalah bagian – bagian yang saling berhubungan satu sama lainnya yang membentuk satu
kesatuan yang seimbang yang dicapai berdasarkan pengalaman- pengalamannya yang mendahului lahirnya ilmu pengetahuan.
Selanjutnya menurut Winardi 1989: 21, pengetahuan dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
1. Pengetahuan yang memiliki suatu objek pengalaman
Suatu objek yaitu hal yang dipersoalkan, baik yang bersifat konkrit atau abstrak.Suatu objek pengalaman adalah suatu objek yang
dialami atau dapat diamati dan sifatnya berdasarkan kejadian yang dialami dalam keseharian.
2. Pengetahuan yang tidak memiliki suatu objek pengalaman
Suatu pengetahuan yang tidak banyak jumlah pengabdiannya tetapi mencakup apa yang dikenal mengetahui yang sifatnya adalah
pengetahuan formil, jadi tidak memiliki objek pengalaman.
2.2.4. Strategi Penentuan Keputusan
2.2.4.1. Keputusan Yang Diambil Auditor Berkaitan Dengan Bukti Audit
Seorang auditor dalam melaksanakan tugasnya harus dapat mengumpulkan serta mengevaluasi bukti-bukti yang akan digunakan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
22
untuk mendukung pendapat yang akan diberikannya, dimana bukti-bukti tersebut memberikan dasar-dasar yang rasional dalam membentuk
judgement Dalam proses pengumpulan bukti audit, Mulyadi 2002: 91
berprndapat bahwa auditor melakukan empat pengambilan keputusan yang saling berkaitan, yaitu :
1. Penentuan prosedur audit yang akan digunakan
Untuk mengumpulkan bukti audit, auditor menggunakan prosedur audit. Daftar prosedur audit untuk seluruh audit unsur
tertentu disebut program audit. Pada umumnya program audit juga menyebutkan besarnya sampel, tanggal pelaksanaan program audit,
dan pelaksana audit. 2.
Penentuan besarnya sampel untuk prosedur audit tertentu Jika prosedur audit telah ditetapkan, auditor dapat menentukan
besarnya sampel yang berbeda dari suatu unsur dengan unsur yang lain.
3. Penentuan unsur tertentu yang harus dipilih sebagai anggota sampel
Setelah besarnya sampel ditentukan untuk prosedur audit tertentu, auditor masih harus memutuskan unsur mana yang akan
dipilih sebagai anggota sampel untuk diperiksa. 4.
Penentuan waktu yang cocok untuk melaksanakan prosedur audit tertentu
Karena audit terhadap laporan keungan meliputi satu jangka waktu tertentu, biasanya 1 tahun, maka auditor mulai dapat
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
23
mengumpulkan bukti audit segera setelah awal tahun. Biasanya audit baru dapat diselesaikan beberapa minggu atau bulan setelah tanggal
neraca. Maka prosedur audit dapat digunakan pada awal tahun yang diaudit. Akhir tahun yang diaudit, atau beberapa munggu atau bulan
setelah tanggal neraca.
2.2.4.2. Prosedur Pengambilan Keputusan
Kuantitas informasi yang akan diperoleh auditor dalam suatu pekerjaan audit sangatlah kompleks. Banyaknya jumlah informasi yang
harus diproses dan tahapan pekerjaan yang harus dilakukan untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan mengindikasikan tingkat kompleksitas
tugas yang sedang dihadapi oleh auditor. Pengetahuan yang memadai mengenai karakteristik yang dimiliki perusahaan akan mempengaruhi
pandangan auditor terhadap bukti atau informasi yang ditemukan. Dalam ilmu pengambilan keputusan menurut Harahap 1997: 15
dikenal tahap–tahap yang diikuti dalam proses pengambilan keputusan, proses yang umum adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi persoalan dengan cara membandingkan keinginan
dengan kejadian yang sebenarnya. 2.
Merumuskan persoalan utama. 3.
Merinci persoalan utama. 4.
Merumuskan berbagai alternatif pemecahan. 5.
Memutuskan pilihan yang terbaik. 6.
Melaksanakan keputusan. 7.
Memonitor dan menindaklanjuti.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
24
Untuk lebih jelasnya berikut ini merupakan gambar prosedur pengambilan keputusan, yang daisajikan pada gamabr 2.2, yaitu sebagai
berikut :
Gambar 2.2 : Prosedur pengambilan keputusan
Sumber : Sofyan Safri Harahap, 1997, Akuntansi Islam, PT. Bumi Aksara, Jakarta, Halaman 16
2.2.4.3. Faktor–faktor Pengambilan Keputusan
Menurut Umar 1999: 31 ada tiga factor utama yang mempengaruhi seorang pengambil keputusan decision maker suatu
organisasi untuk mengambil sebuah keputusan, yaitu :
1. Kondisi internal dan eksternal organisasi
Ada beberapa faktor utama untuk menilai kondisi internal organisasi, antara lain ketersediaan dana, kualitas sumber daya
manusia, peralatan yang dimiliki, struktur organisasi, system organisasi, dan lain – lain. Semua itu dapat menjadi kekuatan
perusahaan untuk terus bertahan dan berkembang, atau dapat pula menjadi yang sebaliknya.Faktor – faktor sosial, ekonomi, politik,
hukum dan budaya masyarakat.Semua faktor itu harus turut dipertimbangkan oleh pihak manajemen dalam pengambilan
keputusan. Pemilihan
alternatif Penentuan
tujuan Mengambil
keputusan Melaksanakan
tindakan
Umpan balik
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
25
2. Ketersediaan informasi
Ketersediaan informasi menjadi faktor yang sangat penting untuk menilai proses dan kualitas hasil keputusan yang diambil oleh
manajemen. Dalam suatu organisasi, kualitas maupun kuantitas masalah yang harus dipecahkan bervariasi, tetapi harus diselesaikan
menurut urutan prioritasnya sehingga diperoleh hasil yang prima. 3.
Keterampilan pengambil keputusan Nilai – nilai yang dimiliki oleh seorang pengambil keputusan,
misalnya manajer, tergantung pada beberapa faktor utama, seperti intelegensi, kapasitas, rasa tanggung jawab dan lain – lain.
Tipe-tipe pengambil keputusan yang dilatarbelakangi oleh pengkombinasian nilai dari faktor – faktor diatas, dapat dibagi atas lima
tipe yang penjelasan ringkasnya disajikan dibawah ini : 1.
Tipe ketergantungan Salah satu tipe pengambil keputusan yang kurang mempunyai
pendirian dan lemahnya penguasaan masalah yang dihadapi sehingga ia memerlukan bantuan orang lain.
2. Tipe eksploitatif
Suatu tipe pengambil keputusan yang ide – ide pengambil keputusannya dating dari orang lain atau bawahannya, dan sekaligus
mengeksploitasi mereka untuk kepentingannya sendiri sehingga ia bisa menutupi ketidakmampuannya.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
26
3. Tipe tabungan
Pengambil keputusan mempunyai banyak ide, tetapi dipendam untuk disampaikan pada saat yang dirasanya tepat demi kepentingan
pribadinya. 4.
Tipe pemasaran Tipe ini dapat dikatakan kebalikan dari tipe tabungan. Tipe ini
ditujukan pada pengambil keputusan yang suka memberitahukan ide – idenya kepada orang lain dengan tujuan negatif, yaitu sekedar
pamer untuk menarik simpati. 5.
Tipe produktif Tipe ini mencirikan pengambil keputusan yang memang
memiliki kemampuan, pengetahuan dan keterampilan, inisiatif, kreatif dan dapat bekerja sama baik dengan bawahan, atasan, maupun
rekan kerja.
2.2.4.4. Jenis–Jenis Keputusan
Menurut Umar 1999: 33 keputusan terbagi atas dua jenis utama yaitu sebagai berikut :
1. Keputusan yang terstruktur
Keputusan yang terstruktur mempunyai aturan-aturan yang jelas dan teliti, dipakai berulang-ulang, dapat diprogramkan sehingga
dapat didelegasikan kepada orang lain maupun kepada perangkat computer. Misalnya keputusan pemayaran gaji karyawan, yaitu kapan
waktu pembuatan laporannya, bagaimana perhitungan besarnya gaji dan kapan dibayarkannya.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
27
2. Keputusan yang tidak terstruktur
Keputusan yang tidak terstruktur sifat munculnya kadang- kadang sifat keputusan yang harus diambil bersifat unik sehingga
analisanya baru, tidak dapat didelegasikan, kadang-kadang alat analisanya tidak lengkap dan bahwa keputusan lebih didominasi oleh
intuisi atau instingnya.
2.2.4.5. Jenis Pendapat
Ada lima tipe pokok laporan audit yang diterbitkan oleh auditor menurut Mulyadi 2002: 90 yaitu sebagai berikut :
1. Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian unqualified
opinion report .
Pendapat wajar tanpa pengecualian diberikan oleh auditor jika tidak terjadi pembatasan dalam lingkup audit dan tidak terdapat
pengecualian yang signifikan mengenai kewajaran dan penerapan prinsip akuntansi berterima umum dalam penyusunan laporan
keuangan, serta pengungkapan memadai dalam laporan keuangan. Laporan audit yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian adalah
laporan yang paling dibutuhkan oleh semua pihak, baik oleh klien, pemakai informasi keuangan, maupun oleh auditor.
Kata wajar dalam paragraf pendapat mempunyai makna : a.
Bebas dari keragu-raguan dan ketidakjujuran. b.
Lengkap informasi.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
28
2. Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian dengan
bahasa penjelasan unqualified opinion report with explanatory language
Jika terdapat hal-hal yang memerlukan bahasa penjelasan, namun laporan keuangan tetap menyajikan secara wajar posisi
keuangan dan hasil usaha perusahaan klien, auditor dapat menerbitkan laporan keuangan audit bentuk baku.
3. Pendapat wajar dengan pengecualian qualified opinion
Jika auditor mempunyai kondisi-kondisi berikut ini, maka ia memberikan pendapat wajar dengan pengecualian dalam laporan
audit. a.
Lingkup audit dibatasi oleh klien. b.
Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak dapat memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi
yang berada diluar kekuasaan klien maupun auditor. c.
Laporan keuangan tidak disususn sesuai dengan prinsipn akuntansi berterima umum.
d. Prinsip akuntansi berterima umum yang digunakan dalam
penyusunan laporan keuangan tidak diterapkan secara konsisten. Dalam pendapat ini auditor menyatakan bahwa laporan
keuangan yang disajikan oleh klien adalah wajar, tetapi ada beberapa unsur yang dikecualikan, yang pengecualiannya tidak mempengaruhi
kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
29
4. Pendapat tidak wajar adverse opinion
Auditor memberikan pendapat tidak wajar jika ia tidak dibatasi lingkup auditnya, sehingga ia dapat mengumpulkan bukti
audit yang kompeten yang cukup untuk mendukung pendapatnya. Jika laporan keuangan diberi pendapat tidak wajar oleh auditor, maka
informasi yang disajikan oleh klien dalam laporan keuangan sama sekali tidak dapat dipercaya, sehingga ia tidak dapat dipakai oleh
pemakai informasi keuangan untuk pengambilan keputusan. 5.
Pernyataan tidak memberikan pendapat disclaimer of opinion Jika auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan
auditan, maka laporan ini disebut dengan laporan tanpa pendapat no opinion report. Kondisi yang menyebabkan auditor menyatakan tidak
memberikan pendapat adalah : a.
Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkup audit. b.
Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan kliennya.
2.2.5. Analisis Tugas
2.2.5.1. Penentuan Waktu Penugasan
Umumnya waktu enam sampai dengan sembilan bulan merupakan jangka waktu yang memadai bagi auditor untuk merencanakan secara
seksama pekerjaan audit, sehingga waktu idealnya waktu penugasan audit sudah diterima oleh auditor enam sampai dengan sembilan bulan sebelum
akhir tahun buku klien.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
30
Penugasan auditor mendekati akhir tahun buku klien dapat menyebabkan auditor tidak dapat melaksanakan prosedur penting
sehingga kemungkinan auditor tidak dapat memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan auditan Mulyadi, 2002: 130.
2.2.5.2. Pembuatan Surat Penugasan Audit
Surat penugasan audit dibuat oleh auditor untuk kliennya yang berfungsi untuk mendokumentasikan dan menegaskan penerimaan auditor
atas penunjukan oleh klien, tujuan, lingkup audit. Lingkup tanggung jawab yang dipikul auditor bagi kliennya. Kesepakatan tentang reproduksi
laporan keuangan auditan, serta bentuk laporan yang akan diterbitkan oleh auditor. Baik auditor maupun kliennya berkepentingan terhadap surat
penugasan audit, karena dalam surat tertentu berbagai kesepakatan penting tentang penugasan audit didokumentasikan, sehingga dapat
dicegah terjadinya kesalapahaman yang mungkin timbul antara auditor dengan kliennya Mulyadi, 2002: 131.
2.2.5.3. Isi Pokok Surat Penugasan Audit
Surat penugasan audit menurut Mulyadi 2002: 131 umumnya berisi tentang :
1. Tujuan audit atas laporan keuangan.
2. Tanggung jawab manajemen atas laporan keuangan.
3. Lingkup audit, termasuk penyebutan undang – undang, pernyataan
dari badan professional yang harus dianut oleh auditor.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
31
4. Bentuk laporan atau bentuk komunikasi lain yang akan digunakan
oleh auditor untuk menyampaikan hasil penugasan. 5.
Fakta bahwa audit memiliki keterbatasan bawaan bahwa kekeliruan dan ketidak beresan material tidak akan terdeteksi.
6. Pengaturan reproduksi laporan keungan auditan.
7. Kesanggupan auditor untuk menyampaikan informasi tentang
kelemahan ssignifikan dalam struktur pengendalian intern yang ditemukan oleh auditor dalam auditnya.
8. Akses keberbagai catatan, dokumentasi dan informasi lain yang harus
dalam kaitannya dengan audit. 9.
Dasar yang digunakan oleh auditor untuk menghitung fee audit dan pengaturan penagihannya.
2.2.6. Keahlian Audit
Definisi keahlian sampai saat ini masih belum terdapat definisi operasional yang tepat. Trotter 1986 dalam Mayangsari 2003
mendefinisikan ahli adalah orang yang dengan ketrampilannya mengerjakan pekerjaan secara mudah, cepat, intuisi, dan sangat jarang atau
tidak pernah membuat kesalahan. Hayes-Roth
et.al 1983 dalam Mayangsari 2003: 4 keahkian sebagai keberadaan dari pengetahuan tentang suatu lingkungan tertentu,
pemahaman terhadap masalah yang timbul dalam lingkungan tersebut dan ketrampilan untuk memecahkan permasalahan tersebut.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
32
Selanjutnya pengertian keahlian audit menurut Hiro Tugiman dalam Qudus 2004 adalah keahlian pemeriksaan internal dalam menerapkan
standar, prosedur dan teknik pemeriksaan yang diperlukan dalam melaksanakan pemeriksaan. Selain itu keahlian sendiri berarti kemampuan
yang menerapkan pengetahuan pada persoalan yang umumya dihadapi dan menyelesaikan persoalan tersebut tanpa perlu belajar kembali secara luas
dan bantuan berarti dari pihak lain. Menurut Tan dan Libby dalam Mayangsari 2003, keahlian audit
dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan, yaitu : keahlian teknis dan keahlian non teknis. Keahlian teknis adalah kemampuan mendasar seorang
auditor berupa pengetahuan prosedural dan kemampuan klerikal lainnya dalam lingkup akuntansi dan auditing secara umum. Sedangkan keahlian
non teknis merupakan kemampuan dari dalam diri seseorang auditor yang banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor personal dan pengalaman.
Penelitian Murtanto 1998 dalam Mayangsari 2003 menunjukkan bahwa komponen keahlian auditor di Indonesia, yaitu
1. Komponen pengetahuan, yang merupakan komponen penting dalam
suatu keahlian. Komponen ini meliputi pengetahuan terhadap fakta- fakta, prosedur-prosedur dan pengalaman. Kafer dan Acreman 1989
juga mengatakan bahwa pengalaman akan memberikan hasil dalam menghimpun dan memberikan kemajuan bagi pengetahuan.
2. Ciri-ciri psikologi, seperti kemampuan berkomunikasi, kreativitas
kemampuan bekerja sama dengan orang lain. Gibbins dan larocque’s 1990 menunjukkan bahwa kepercayaan, komunikasi dan kemampuan
untuk bekerja sama adalah unsur penting bagi keahlian audit.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
33
Auditor harus memiliki keahlian yang diperlukan dalam tugasnya, keahlian ini meliputi keahlian mengenai audit yang mencakup antara lain:
merencanakan program pemeriksaan, menyusun program kerja pemeriksaan, melaksanakan program kerja pemeriksaan, menyusun kertas
kerja, menyusun berita pemeriksaan, dan laporan hasil pemeriksaan. Dari keterangan diatas dapat disimpulkan keahlian audit adalah
seseorang yang memiliki tingkat kemahiran dalam melaksanakan tugas pemeriksaan dengan menerapkan standar, prinsip, prosedur dan teknik
pemeriksaan akuntansi secara tepat sesuai dengan ilmu yang dimilikinya.
2.2.7. Keterkaitan Masing-masing Karakteristik Terhadap Keahlian Audit
2.2.7.1. Ciri-ciri Psikologis
Seorang auditor yang ahli adalah seorang auditor yang mempunyai ciri-ciri psikologis yaitu misalnya pandai memahami apa
yang dikehendaki orang lain, apa maksud dari perbuatan tindakan, mengetahui bagaimana permasalahannya, tahu apa yang dapat diterima
orang lain, tahu apa latar belakang dasar pemikiran orang lain Penelitian yang dilakukan oleh Yusuf 1997 menyatakan bahwa seorang auditor
ahli, adalah auditor harus dapat menghindari kelalaian dan ketidakjujuran, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Shanteau dan Peters
1989 dalam Murtanto 1998 yang menyatakan bahwa komunikasi, kreativitas dan kepercayaan pada keahlian sangat penting.
2.2.7.2. Komponen Pengetahuan
Komponen pengetahuan penting dalam suatu keahlian Murtanto, 1998: 42, kemudian Kanfer dan Ackerman 1989 dalam Murtanto
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
34
1998: 41 menyatakan pengalaman yang merupakan komponen pengetahuan dalam auditing sering digunakan sebagai surrogate dari
pengetahuan. Sebab pengalaman akan member hasil didalam menghimpun pengetahuan.
2.2.7.3. Strategi Penentuan Keputusan
Seorang auditor yang ahli harus mempunyai kemampuan memahami criteria yang digunakan serta mampu menentukan jumlah
bahan bukti yang dibutuhkan untuk mendukung pengambilan keputusan.Auditor harus pula mempunyai sikap mental independen.
Sekalipun ia ahli, apabila tidak mempunyai sikap independen dalam mengumpulkan informasi akan tidak berguna, sebab informasi yang
digunakan dalam pengambilan keputusan haruslah tidak bias Amir Abadi Yusuf, 1997: 2. Adapun menurut Mohammadi 1987 dalam Murtanto
1998: 42 para profesional auditing sangat berkepentingan dalam menggembangkan dan menggunakan strategi penentuan keputusan dalam
membuat keputusan.
2.2.7.4. Analisis Tugas
Analisa kualitas hasil kerja auditor adalah hal yang sangat penting. Hal ini karena auditor menarik sebuah kesimpulan audit berdasarkan
pekerjaan audit yang telah dilakukan, sehingga analisis tugas akan mempunyai pengaruh terhadap penentuan keputusan. Analisis tugas juga
mempengaruhi pilihan terhadap bantuan keputusan oleh auditor yang ahli, menururt Mohammadi 1991 dalam Murtanto 1998: 42.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
35
2.3. Kerangka Pikir