Bahasa Tubuh Siswa Tunarungu Di Sekolah Luar Biasa B Negeri Cicendo Bandung Dalam Proses Interaksi Dengan Gurunya

(1)

ABSTRACT

Body Language Of Deaf Students At Sekolah Luar Biasa B

Negeri Cicendo Bandung In The Process Of Interaction

With Their Teachers

By

Leni WASTIKA NIM.41806029

This research under the guidance of Rismawaty, S.Sos.M.Si.

This study aims to determine body language of deaf students at sekolah luar biasa B Negeri Cicendo Bandung In The Process Of Interaction With Their Teacher. This study discusses the four pieces of research questions, among others, about the hand gesture, head movement, facial expressions and body language also gaze.

This study uses a qualitative approach with descriptive methods, file collection techniques used in this study were interviews, observation, library research, supported by the internet by searching through purposive sampling technique of sampling the number of informants in this research four people consisting of two teachers and two those students who are considered able to represent students SLB B Negeri Cicendo Bandung other.

From the results of research through interviews to be submitted to the four informants, it is known that the hand gesture that they use in every interaction between teachers and students integrate two local hand signals and hand signals are standardized by the government to equate the meaning of hand signals. Head movements that they use the same preformance as the interaction with normal people in general. For facial expression and eye gaze in the interaction of students and teachers play an important role because it is through facial expressions and their eyes who want to understand what messages are delivered in every interaction for deaf students is more expressive

The conclusion body language deaf students in their use at every interaction is not so different from normal people in general, which distinguishes only in every process of meaning in each language that the body was done mainly on the interaction of students and teachers. body language beyond the standardized language used in every student and teacher interaction is known with deaf slang. will always be a symbol of the exchange process occurs at each interaction using body language

Advice can be given for SLB B should use body language, especially raw hand gesture more socialized back in school to facilitate interaction.


(2)

ABSTRAK

BAHASA TUBUH SISWA TUNARUNGU DI SEKOLAH LUAR BIASA B NEGERI CICENDO BANDUNG DALAM PROSES INTERAKSI

DENGAN GURUNYA Oleh

LENI WASTIKA NIM.41806029

Skripsi ini dibawah bimbingan Rismawaty, S.Sos.M.Si.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Bahasa Tubuh Siswa Tunarungu Disekolah Luar Biasa B Negeri Cicendo Bandung Dalam proses dengan gurunya. Penelitian ini membahas 4 buah pertanyaan penelitian antara lain mengenai isyarat tangan, gerakan kepala, ekspresi wajah dan tatapan mata juga bahasa tubuh.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif, teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, studi pustaka, dengan ditunjang oleh internet searching melalui teknik sampling purposive sampling jumlah informan dalam penelitiann ini 4 orang yang terdiri dari 2 orang guru dan 2 orang siswa yang dianggap dapat mewakili siswa SLB B Negeri Cicendo Bandung yang lainnya.

Dari hasil penelitian melalui wawancara yang diajukan kepada 4 informan tersebut. Dapat diketahui bahwa isyarat tangan yang mereka gunakan dalam setiap interaksi antara guru dan siswanya.memadukan 2 isyarat tangan yaitu lokal dan isyarat tangan yang dibakukan oleh pemerintah untuk menyamakan makna isyarat tangan. Gerakan kepala yang mereka gunakan dalam interaksi sama halnya dengan orang-orang normal pada umumnya, untuk ekspresi wajah dan tatapan mata dalam interaksi siswa dan gurunya sangatlah berperan penting karena melalui ekspresi wajah dan pandangan matalah mereka mengerti pesan apa yang ingin disampaikan dalam setiap interaksi karena siswa tunarungu lebih ekspresif.

Kesimpulannya Bahasa tubuh siswa tunarungu dalam penggunaannya pada setiap interaksi tidak begitu berbeda dengan orang-orang normal pada umumnya, yang membedakan hanyalah pada setiap proses pemberian makna pada setiap bahasa tubuh yang dilakukan terutama pada interaksi siswa dan gurunya. bahasa tubuh diluar bahasa yang dibakukan yang digunakan dalam setiap interaksi siswa dan gurunya ini dikenal dengan bahasa gaul tunarungu. maka selalu terjadi proses pertukaran simbol pada setiap interaksi menggunakan bahasa tubuh.

Saran yang dapat diberikan bagi SLB B Negeri Cicendo Bandung sebaiknya penggunaan bahasa tubuh terutama isyarat tangan baku lebih banyak disosialisasikan kembali disekolah untuk mempermudah interaksi.


(3)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang butuh bersosialisasi. Upaya manusia untuk berinteraksi dengan lingkungannya diwujudkan melalui komunikasi. Pada umumnya masyarakat penyandang masalah sosial tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam masyarakat, misalnya saja penyandang tunarungu. Mereka tidak seperti masyarakat yang lainnya yang bisa dengan mudah berbicara. Para tunarungu harus menggunakan suatu cara untuk dapat berbicara dan berinteraksi.

Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat gangguan pendengaran adalah Gangguan pendengaran sangat ringan (27-40dB), Gangguan pendengaran ringan (41-55dB), Gangguan pendengaran sedang (56-70dB), Gangguan pendengaran berat (71-90dB), Gangguan pendengaran ekstrim/tuli (di atas 91dB). Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara1.

Awal tahun 2000 bila mencermati televisi ada beberapa sinetron yang mengangkat tokoh utama yang memilki keterbatasan dalam berbicara atau

1

Sumber : http://duniaanak.lumbalumbi.com/2010/01/25/anak-berkebutuhan-khusus/


(4)

tunarungu contohnya Pelangi di Matamu yang di tayangkan di RCTI, selanjutnya awal tahun 2010 ini ada pula sinetron yang menggangkat tokoh utama yang memiliki cacat fisik, baik itu tunarungu, tunanetra, atau bahkan cacat mental contoh sinetronnya 3 Mas Ketir tokoh tunarungunya di perankan oleh oi. Sinetron tersebut menggambarkan komunikasi bagi penyandang tunarungu sebagia hal yang sulit sekaligus sangat mudah dan tidak banyak berbeda dengan manusia normal. Penyandang tunarungu pun digambarkan sebagai orang yang mampu untuk menerjemahkan setiap bahasa lisan dan realitas yang mengikutinya.

Berbagai keterbatasan yang diderita para penyandang tunarungu terutama dalam berkomunikasi tentunya mempersulit mereka dalam berinteraksi, seperti siswa-siswi di SLB B Negeri Cicendo Bandung, SLB B Negeri Cicendo Bandung adalah sebuah sekolah yang berlokasi di jalan Cicendo Bandung No.2. sekolah ini memilki siswa-siswi dari TK sampai SMA, siswa-siswinya adalah siswa-siswi luar biasa, dengan kata lain mereka memiliki keterbatasan dalam berbicara atau tunarungu, untuk itu siswanya berkomunikasi dengan menggunakan komunikasi nonverbal.

Menurut Mark L Knapp istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis pada saat yang sama, kita harus menyadari bahwa banyak peristiwa dan perilaku nonverbal ini ditafsirkan melalui simbol-simbol verbal . ( Mulyana, 2009 : 348 )

Dalam pengertian ini, peristiwa dan perilaku nonverbal itu tidak sungguh-sungguh bersifat non verbal.


(5)

Dilihat dari fungsinya, perilaku nonverbal mempunyai beberapa fungsi, Paul Ekman menyebutkan lima fungsi pesan nonverbal seperti yang dapat dilukiskan dengan perilaku mata, yakni sebagai berikut

Emblem, gerakan mata tertentu merupakan simbol yang memilki kesetraan dengan simbol verbal. Kedipan mata dapat mengatakan . saya tidak sungguh-sungguh.

Iilustrator, pandangan ke bawah dapat menunjukan depresi atau kesedihan.

Regulator, kontak mata berarti saluran percakapan terbuka memalingkan muka menandakan ketidaksediaan berkomunikasi. Penyesuai, kedipan mata yang cepat meningkat ketika orang berada dalam tekanan. Itu merupakan respons tidak disadari yang merupakan upaya tubuh untuk mengurangi kecemasan.

Affect display, perbesaran manik mata (pupil dilation) menunjukan peningkatan emosi, isyarat wajah lainnya menunjukan perasaan takut, terkejut, atau senang. ( Mulyana, 2009 : 349 )

Meskipun secara teoritis komunikasi nonverbal dapat dipisahkan dari komunikasi verbal, dalam kenyataannya kedua jenis komunikasi itu jalin menjalin dalam komunikasi tatap muka sehari-hari, sebagaimana ahli berpendapat, terlalu mengada-ngada membedakan kedua jenis komuniksi ini. dalam bahasa tanda Amerika untuk kaum tunarungu gerakan tangan yang digunakan sebenarnya bersifat linguistic (verbal). Menurut Ray L. Birdwhistell, 65 % dari komunikasi tatap muka adalah nonverbal, sementara menurut Albert Mehrabian, 93% dari semua makna sosial dalam komunikasi tatap muka diperoleh dari isyarat-isyarat nonverbal, dalam pandangan Birdwhistell, sebenarnya manusia mampu mengucapkan ribuan suara vocal, dan wajah dapat menciptakan 250.000 ekspresi yang berbeda. Secara keseluruhan, seperti dikemukakan para pakar, manusia dapat menciptakan sebanyak 700.000 isyarat fisik yang terpisah.


(6)

Manusia adalah mahluk sosial yang harus selalu mengadakan interaksi dengan sesamanya secara langsung. Bagi para penyandang tunarungu hal ini tentu tidak mudah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan siswa tunarugu di SLB B Negeri Cicendo Bandung dalam melakukan komunikasi untuk berinteraksi terutama dengan gurunya adalah dengan melakukan salah satu bentuk komunikasi non verbal yakni bahasa tubuh, kata bahasa berarti alat untuk melukiskan sesuatu pikiran, perasaan, atau pengalaman, alat ini terdiri dari kata-kata. bahasa tubuh itu sendiri adalah ilmu yang di telaah oleh bidang ilmu kinetika (kinesics) menurut Ray L. Birdwhistell. Setiap anggota tubuh seperti tangan, kepala, kaki dan bahkan tubuh secara keseluruhan dapat digunakan sebagai isyarat simbolik.

Birdwhistell membuat daftar tujuh asumsi yang menjadi dasar teorinya mengenai bahasa tubuh.

Setiap gerakan tubuh memiliki potensi makna dalam konteks komunikasi. Orang orang selalu dapat memberikan makna pada setiap aktivitas tubuh.

Perilaku dapat dianalisis karena perilaku terorganisasi, dan organisasi perilaku ini dapat dianalisis secara sistematis.

Walaupun aktivitas tubuh memiliki keterbatasan biologis, namun penggunaan gerak tubuh dalam interaksi dianggap sebagai bagian dari sistem sosial. Kelompok masyarakat yang berbeda menggunakan gerakan tubuh yang juga berbeda.

Orang dipengaruhi oleh gerak tubuh orang lain yang dilihatnya.

Cara-cara gerak tubuh yang berfungsi dalam komunikasi dapat dipelajari.

Makna yang ditemukan dalam riset bahasa tubuh diperoleh melalui studi perilaku dan juga perilaku riset yang digunakan.

Gerak tubuh seseorang memilki keunikan, namun ia tetap menjadi bagian dari sistem sosial yang lebih besar yang diterima bersama. (morissan-corry wardhany, 2009 : 94 )

Bahasa Tubuh adalah salah satu aspek komunikasi nonverbal di samping aspek-aspek komunikasi nonverbal lainnya yang berkenaan dengan benda, seni, ruang


(7)

dan waktu ( Mulyana, 2008 : 158). Dalam bahasa tubuh ini mengandung pesan non verbal yang dihasilkan dari proses komunikasi non verbal.

Menurut Prof. Dr. Deddy Mulyana, M.A., Ph.D dalam bukunya yang berjudul Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar mengemukakan bahwa yang termasuk kedalam bagian dari bahasa tubuh adalah sebagai berikut :

1. Isyarat Tangan 2. Gerakan Kepala

3. Postur Tubuh dan Posisi Kaki 4. Ekspresi Wajah dan Tatapan Mata

( Mulyana, 2009 : 353-372 )

Seperti yang kita tahu bahasa tubuh itu merupakan isyarat simbol, simbol adalah sesuatu yang digunakan atau dianggap mewakili sesuatu yang lain. (Kuswarno, 2008 : 167 ).suatu symbol disebut signifikan atau memiliki makna bila simbol itu membangkitkan pada individu yang menyampaikannya, respons yang sama seperti yang juga akan muncul pada individu yang dituju. ( Mulyana, 2003 : 78)

Semua bahasa tubuh yang digunakan untuk menyampaikan pesan berbeda-beda karena berdasarkan atas budayanya. Bahasa tubuh yang berlaku di kalangan siswa tunurungu di SLB B Negeri Cicendo Bandung berdasarkan hasil pengamatan di lapangan Pertama, isyarat tangan atau berbicara dengan tangan termasuk apa yang disebut emblem, yang punya makna dalam suatu budaya atau subkultur, meskipun isyarat tangan yang digunakan sama maknanya boleh jadi berbeda atau isyarat fisiknya berbeda namun maksudnya sama. Contohnya saja siswa tunarungu mengacungkan telunjuk yang maksud mereka adalah huruf D, tetapi untuk orang normal memaknainya angka 1.


(8)

Kedua, gerakan kepala, sama seperti isyarat tangan, gerakan kepala memilki berbagai arti yang berbeda, dibeberapa Negara, anggukan kepala malah berarti tidak , untuk simbol gerakan kepala tunarungu di Indonesia sama seperti orang normal pada umumnya mengangguk berarti ya dan mengelengkan kepala berarti tidak karena sudah di bakukan untuk budaya di Indonesia,. Ketiga, ekspresi wajah dan tatapan mata, banyak orang mengagap perilaku nonverbal yang paling banyak berbicara adalah ekspresi wajah, khususnya pandangan mata meskipun mulut tidak berkata-kata, ekspresi wajah dan pandangan mata tergantung pada suasana hati dan merupakan perilaku nonverbal utama yang mengekspresikan keadaan emosional seseorang. Contohnya, tunarungu mengekspresikan rasa senang mereka dengan ekspresi wajah yang sama dengan orang normal pada umumnya, hanya mereka lebih dalam mengekpresikannya bisa dengan tersenyum-senyum bahkan melompat-lompat.

Penyandang tunarungu tidak terbiasa dengan pola dan struktur bahasa lisan, yang banyak melibatkan kemampuan mendengar, sehingga sering terjadi mereka tahu kata tetapi tidak mengetahui maknanya atau sebaliknya. Sehingga sangat wajar siswa tunarungu memiliki sistem kebahasaannya sendiri. Perbedaan bahasa tubuh tunarungu dengan orang pada umumnya tidak banyak berbeda yang membedakan hanyalah isyarat pada tangannya yang tunarungu gunakan lebih sering dan lebih banyak.

Begitu banyaknya cara untuk berinteraksi walaupun berbeda-beda makna tetapi interaksi itu perlu dan harus dilakukan. Interaksi itu sendiri adalah


(9)

Hubungan hubungan yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorang-orangan dengan kelompok manusia. ( Sukanto, 1990 : 61 ) Sedangkan konsep interaksi dalam pandangan Blumer, berarti bahwa para peserta masing-masing memindahkan diri mereka secara mental kedalam posisi orang lain.

Betapa pentingnya berinteraksi dalam kehidupan manusia sehingga sebuah keterbatasan tidak menjadi hambatan untuk berinteraksi. Untuk itu dari uraian yang telah dikemukakan di atas, penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut Bagaimana Bahasa Tubuh Siswa Tunarungu Di Sekolah Luar Biasa B Negeri Cicendo Bandung Dalam Proses Interaksi Dengan Gurunya ?

1.2. Identifikasi Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang serta rumusan masalah yang telah dikemukanan di atas, maka penulis mengindentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana isyarat tangan siswa tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung dalam proses interaksi dengan gurunya ?

2. Bagaimana gerakan kepala siswa tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung dalam proses interaksi dengan gurunya ?

3. Bagaimana ekspresi wajah dan tatapan mata siswa tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung dalam proses interaksi dengan gurunya ?

4. Bagaimana bahasa tubuh siswa tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung dalam proses interaksi dengan gurunya ?


(10)

1.3. Maksud dan Tujuan

1.3.1. Maksud

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Bagaimana Bahasa Tubuh Siswa Tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung Dalam Proses Interaksi dengan Gurunya .

1.3.2. Tujuan

Dari berbagai permasalahan seperti yang terdapat dalam identifikasi masalah maka tujuan penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui isyarat tangan siswa tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung dalam proses interaksi dengan gurunya. 2. Untuk mengetahui gerakan kepala siswa tunarungu Di SLB B

Negeri Cicendo Bandung dalam proses interaksi dengan gurunya. 3. Untuk mengetahui ekspresi wajah dan tatapan mata siswa

tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung dalam proses interaksi dengan gurunya.

4. Untuk mengetahui bahasa tubuh siswa tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung dalam proses interaksi dengan gurunya.


(11)

1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan khasanah dalam mengembangkan ilmu komunikasi secara umum dan dalam penyelenggaraannya secara realistis mengenai ilmu kehumasan dalam bidang bahasa tubuh siswa tunarungu dalam interaksi dengan gurunya secara khusus.

1.4.2. Kegunaan Praktis

Adapun hasil penelitian bagi kegunaan praktis, diharapkan hasil penelitian ini dapat :

1. Bagi Peneliti

Dijadikan sebagai bahan pengalaman dan pengetahuan, khususnya mengenai Bagaimana Bahasa Tubuh Siswa Tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung Dalam Proses Interaksi Dengan Gurunya Sebagai proses belajar untuk dapat menerapkan pengetahuan yang diterima selama perkuliahan dan mempertajam daya nalar.

2. Bagi Universitas

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan literatur dalam menambah wawasan yang teliti yaitu mengenai Bagaimana Bahasa Tubuh Siswa Tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung Dalam Proses Interaksi Dengan Gurunya.


(12)

3. Bagi SLB B Negeri Cicendo Bandung

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang dapat digunakan untuk mengetahui interaksi antara siswa tunarungu dan gurunya dalam proses interaksi sosial serta memberikan masukan dan bahan informasi bagi SLB B Negeri Cicendo Bandung dan siapapun yang berminat untuk meneliti masalah ini lebih lanjut.

1.5. Kerangka Pemikiran

1.5.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran merupakan alur pikir penulis yang dijadikan sebagai skema pemikiran yang melatar belakangi penelitian ini mengingat fungsinya sangat penting dalam penelitian ini, penulis mengemukakan kerangka pemikiran tersebut sebagai berikut.

Karena keterbatasan yang diderita oleh siswa tunarungu dalam berbicara tentunya sangat sulit untuk melakukan komunikasi, padahal hal ini sangat mutlak perlu untuk melakukan interaksi. Bahasa dan komunikasi merupakan produk dari interaksi suatu kelompok masyarakat, sama hal nya dengan bahasa tubuh yang merupakan komunikasi pesan nonverbal (tanpa kata-kata). Bahasa Tubuh adalah salah satu aspek komunikasi nonverbal di samping aspek-aspek komunikasi nonverbal lainnya yang berkenaan dengan benda, seni, ruang dan waktu ( Mulyana, 2008 : 158). Dengan kata lain dapat di artikan sebagai isyarat simbolik.


(13)

Menurut Prof. Dr. Deddy Mulyana, M.A., Ph.D dalam bukunya yang berjudul Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar mengemukakan bahwa yang termasuk kedalam bagian dari bahasa tubuh adalah sebagai berikut :

1. Isyarat Tangan 2. Gerakan Kepala

3. Postur Tubuh dan Posisi Kaki 4. Ekspresi Wajah dan Tatapan Mata

( Mulyana, 2009 : 353-372 )

Bahasa tubuh yang berlaku di kalangan siswa tunurungu di SLB B Negeri Cicendo Bandung berdasarkan hasil pengamatan di lapangan adalah Pertama, isyarat tangan atau berbicara dengan tangan termasuk apa yang disebut emblem, yang punya makna dalam suatu budaya atau subkultur, meskipun isyarat tangan yang digunakan sama maknanya boleh jadi berbeda atau isyarat fisiknya berbeda namun maksudnya sama. Kedua, gerakan kepala, sama seperti isyarat tangan, gerakan kepala memilki berbagai arti yang berbeda, dibeberapa Negara, anggukan kepala malah berarti tidak . Ketiga, ekspresi wajah dan tatapan mata, banyak orang menganggap perilaku nonverbal yang paling banyak berbicara adalah ekspresi wajah, khususnya tatapan mata meskipun mulut tidak berkata-kata.

Sedangkan interaksi adalah hubungan hubungan yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia,maupun antara orang perorangan dengan kelompok-kelompok manusia ( Soekanto, 1990 : 61 )

Teori yang mendukung penelitian ini adalah teori interaksi simbolik, yang mana Interaksi simbolik pada awalnya merupakan suatu gerakan pemikiran pada


(14)

ilmu sosiologi yang di bangun oleh George Herbert Mead dan karyanya kemudian menjadi inti dari aliran pemikiran yang dinamakan Chicago school.

Dari teori tersebut kemudian di modifikasi ulang oleh Blumer untuk tujuan tertentu, karakteristik ide ini adalah suatu hubungan yang terjadi secara alami antara manusia dalam masyarakat dan hubungan masyarakat individu dengan individu. Interaksi yang terjadi antar individu berkembang melalui simbol-simbol yang mereka ciptakan. Realitas sosial merupakan rangkaian peristiwa yang terjadi pada beberapa individu dalam masyarakat. Interaksi yang dilakukan antar individu itu berlangsung secara sadar dan keterkaitan dengan gerak tubuh, vocal, suara, dan ekspresi tubuh, yang semuanya itu mempunyai maksud yang disebut dengan simbol . Symbol adalah suatu rangsangan yang mengandung makna dan nilai yang dipelajari bagi manusia, dan respons manusia terhadap symbol adalah dalam pengertian makna dan nilainya alih-alih dalam pengertian stimulasi fisik dari alat-alat indranya.

Pendekatan interaksi simbolik yang dimaksudkan Blumer mengacu pada tiga premis utama, yaitu :

1. Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada pada sesuatu itu bagi mereka.

2. Makna itu diperoleh dari hasil interaksi sosial yang digunakan oleh orang lain, dan

3. Makna-makna tersebut disempurnakan di saat proses interaksi sosial berlangsung. ( Kuswarno, 2008 : 22 )

Dan dapat disimpulkan bahwa interaksi simbolik itu adalah interaksi antar individu yang terjadi melalui simbol-simbol yang diciptakan oleh individu yang berinteraksi tersebut. (kuswarno, 2008 : 162 ).


(15)

1.5.2. Kerangka Konseptual

Pada prinsipnya bahasa tubuh sebagai bahasa yang digunakan oleh tunarungu dalam berinteraksi, karena interaksi merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas. Tunarungu memiliki keterbatasan dalam berkomunikasi tetapi mereka tetap harus melakukan komunikasi untuk interaksi mereka sehingga mereka dapat melakukan segala aktivitas-aktivitas mereka, keterbatasan tersebut tidak menjadi halangan untuk berkomunikasi karena mereka berkomunikasi dengan lebih banyak menggunakan bahasa tubuh mereka. Untuk itu melalui penelitian ini peneliti ingin melihat bagaimana bahasa tubuh siswa tunarungu di SLB B Negeri Cicendo Bandung dalam proses interaksi Dengan gurunya.

Penelitian ini lebih menyoroti pada proses interaksi antara siswa tunarungu dan gurunya dalam penggunaan bahasa tubuh. Komunikasi yang terjadi antara dua individu yang berbeda kemampuan cara komunikasinya .Siswa tunarungu dengan keterbatasan berbicaranya sedangkan gurunya yang memiliki kemampuan berbicara. penelitian ini dikaitkan dengan teori interaksi simbolik. Yang mana interaksi simbolik merupakan interaksi antar individu yang terjadi melalui simbol-simbol yang diciptakan oleh individu yang saling berinteraksi tersebut. (kuswarno,2008 : 162 ).

Jika dilihat dari teori yang dipakai maka proses pengaplikasiannya terhadap penelitian ini dapat dilihat dari gambar 1.1 berikut ini:


(16)

Gambar 1.1

Penggunaan bahasa tubuh siswa tunarungu dan gurunya dalam interaksi

(Sumber : Modifikasi peneliti terhadap teori interaksi simbolik )

Dari gambar di atas dapat di jabarkan bahwa bahasa tubuh yang digunakan siswa tunarungu sama dengan bahasa tubuh yang digunakan oleh gurunya. bahasa tubuh sering digunakan dalam proses interaksi mereka untuk menjadikan komunikasi lebih efektif. Kesemuanya termasuk proses simbolik atau pertukaran simbol, simbol yang mereka ciptakan sendiri saat mereka sedang berinteraksi dan mendapatkan makna dari bahasa tubuh tersebut seperti yang di uraikan oleh Blumer makna yang diperoleh dari hasil interaksi yang dilakukan oleh orang lain ( Kuswarno, 2008 : 22). Siswa tunarungu akan mendapatkan makna bahasa tubuh itu dari hasil interaksi dengan gurunya begitu pun gurunya mendapatkan makna bahasa tubuh dari hasil interaksi melalui pertukaran simbol dengan siswanya.

Isyarat tangan Gerakan kepala Ekspresi wajah dan tatapan mata

Isyarat tangan Gerakan kepala Ekspresi wajah dan tatapan mata interaksi

interaksi


(17)

1.6. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan judul penelitian yaitu Bahasa Tubuh Siswa Tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung Dalam Proses Interaksi Antara Siswa Dan Gurunya , maka peneliti mengajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana isyarat tangan siswa tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung dalam proses interaksi Dengan gurunya ?

a. Ada berapa macam bahasa isyarat tangan yang berlaku di SLB B Negeri Cicendo Bandung dalam proses interaksi ?

b. Bagaimana cara memahami gerakan tangan yang dilakukan dalam proses interaksi ?

c. Bagaimana makna macam-macam gerakan tangan yang dilakukan oleh Siswa Tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung Dalam proses interaksi dengan gurunya ?

d. Bagaimana membedakan abjad jari dan angka mengunakan jari yang dilakukan oleh siswa tunarungu di SLB B Negeri Cicendo Bandung dalam proses interaksi dengan gurunya ?

e. Bagaimana penguasaan gerakan tangan yang dilakukan oleh siswa tunarungu di SLB B Negeri Cicendo Bandung dalam proses interaksi dengan gurunya ?

f. Apakah ada kendala atau kesulitan yang dihadapi untuk memahami gerakan tangan dalam proses interaksi dengan gurunya ? Bagaimana mengatasi kendala tersebut ?


(18)

2. Bagaimana gerakan kepala Siswa siswa tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung dalam proses interaksi dengan gurunya ?

a. Bagaimanakah makna simbol anggukan kepala yang digunakan Siswa Tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung dalam proses interaksi dengan gurunya ?

b. Bagaimanakah makna simbol gelengan kepala yang digunakan Siswa Tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung dalam proses interaksi dengan gurunya ?

c. Seberapa sering penggunaan gerakan kepala yang dilakukan oleh siswa tunarungu di SLB B Negeri Cicendo Bandung dalam proses interaksi dengan gurunya ?

3. Bagaimana ekspresi wajah dan tatapan mata siswa tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung dalam proses interaksi dengan gurunya ?

a. Bagaimana cara guru memahami ekspresi emosi atau perasaan siswa tunarungu pada saat proses interaksi ?

b. Apakah setiap berinteraksi selalu menggunakan ekspresi wajah dan tatapan mata ?

c. Apakah ada kendala untuk memahami ekspresi wajah dan tatapan mata pada saat interaksi ?

4. Bagaimana bahasa tubuh siswa tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung dalam proses interaksi dengan gurunya ?


(19)

a. Bagaimana cara menyamakan makna bahasa tubuh yang dilakukan siswa dan gurunya pada saat proses interaksi ?

b. Bagaimana posisi siswa dan gurunya saat melakukan interaksi menggunakan bahasa tubuh ?

c. Apakah kedekatan siswa dan gurunya mempengaruhi pengunaan bahasa tubuh saat proses interaksi ?

d. Apakah ada perbedaan bahasa tubuh siswa tunarungu saat berinteraksi dengan gurunya dan pada saat berinteraksi dengan temannya ?

e. Situasi seperti apa yang di nilai tepat saat interaksi dengan siswa menggunakan bahasa tubuh ?

f. Apakah ada media lain yang membantu pada saat proses interaksi berlangsung ?

1.7. Subjek Penelitian dan Informan

1.7.1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah sesuatu, baik orang, benda ataupun lembaga (organisasi), yang sifat keadaannya akan diteliti. Dengan kata lain subjek penelitian adalah sesuatu yang di dalam dirinya melekat atau terkandung objek penelitian.2

Dalam setiap penelitian, subjek penelitian yang dipilih erat hubungannya dengan masalah yang akan dipelajari. Dalam penelitian ini

2


(20)

yang menjadi subjek penelitian adalah siswa dan guru di SLB B Negeri Cicendo Bandung, sekolah ini memiliki 39 guru dan 127 siswa.

1.7.2. Informan

Informan adalah seseorang yang memberikan informasi kepada orang lain yang belum mengetahuinya. Dalam hal ini, informan merupakan sumber data penelitian yang utama yang memberikan informasi dan gambaran mengenai pola perilaku dari kelompok masyarakat yang di teliti. (Kuswarno, 2008 : 162)

Teknik pengambilan informan adalah menggunakan Purposive sampling. Dimana informan menjadi sumber informasi yang mengetahui tentang penelitian yang sedang diteliti, dengan pertimbangan bahwa merekalah yang paling mengetahui informasi penelitian. Informan yang diambil yaitu 2 orang guru dan 2 orang siswa.

Tabel 1.1 Informan Guru

No Nama Jabatan Ket

1 Endah Mulyani Guru SMP, SMA

2 Sri Wulan Guru SD


(21)

Tabel 1.2 Informan Siswa

No Nama Kelas

1 Haris Bagus Utomo 2 SMA

2 Agus Supriyatna 1 SMP

Sumber: Observasi lapangan tahun 2010

1.8. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Berdasarkan pada metode penulis yang diuraikan oleh Deddy Mulyana yang di kutip dari bukunya Metodologi Penelitian Kualitatif

Metode penelitian kualitatif dalam arti penelitian kualitatif tidak mengandalkan bukti berdasarkan logika matematis, prinsip angka, atau metode statistik. Penelitian kualitatif bertujuan mempertahankan bentuk dan isi perilaku manusia dan menganalisis kualitas-kualitasnya, alih-alih mengubah menjadi entitas-entitas kuantitatif (Mulyana, 2003 : 150)

Sedangkan yang dimaksud dengan metode deskriptif dalam penelitian kualitatif adalah

Metode Deskriptif yaitu suatu metode dengan cara mempelajari masalah-masalah dan tata cara yang berlaku dalam masyarakat, serta situasi-situasi tertentu dengan tujuan penelitian yaitu mengambarkan fenomena secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat. (Rakhmat, 2002 : 22 )

1.9. Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


(22)

1. Wawancara Mendalam

Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Hal-hal ini digunakan bila ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam serta jumlah responden sedikit (Ridwan, 2002 : 29).

Teknik wawancara yang digunakan yaitu teknik wawancara mendalam merupakan wawancara yang dilakukan peneliti untuk memperoleh informasi dari seseorang mengenai suatu hal secara rinci dan menyeluruh. ( Kuswarno, 2008 : 170 ) Peneliti melakukan tanya jawab secara langsung atau tatap muka dengan orang orang yang memiliki keterlibatan langsung dalam penulisan skripsi ini. Peneliti melakukan wawancara dengan guru dan siswa di SLB B Negeri Cicendo Bandung.

2. Observasi

Pengamatan yang dilakukan untuk memperoleh data yang nyata dan jelas mengenai kegiatan yang akan diteliti. Jenis observasi yang dilakukan penulis adalah observasi tidak langsung, dimana peneliti hanya sewaktu-waktu saja meninjau lokasi penelitian.

3. Studi Pustaka (literature)

Suatu tekhnik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dengan menelaah teori-teori, pendapat-pendapat, serta buku-buku yang membahas tentang komunikasi non verbal dan bahasa tubuh.


(23)

4. Internet Searching

Suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dengan melakukan pencarian data melalui layanan teknologi internet. Karena dalam internet terdapat banyak bahasan dan sumber data yang berguna dan dinamis tentang perkembangan penelitian yang dalam hal ini mengenai bahasa tubuh.

1.10. Teknik Analisa Data

Dalam penelitian perlu diadakan tahapan-tahapan penelitian yang memungkinkan peneliti untuk tetap berada dijalur yang benar dan memilki langkah-langkah yang akan diambil dalam penelitian. Tahapan-tahapan penelitian ini berguna sebagai sistematika proses penelitian yang akan mengarahkan peneliti dengan patokan jelas sebagai gambaran dari proses penelitian dan digunakan sebagai proses analisis data. Setelah memperoleh data penelitian, maka hal yang dilakukan selanjutnya adalah sebagai berikut:

1. Penyeleksian data, pemeriksaan, kelengkapan dan kesempurnaan data serta kejelasan data yang terkumpul.

2. Pengklasifikasian data yaitu, pengelompokkan data dan memilah-milah data sesuai dengan jenisnya.

3. Pengolahan data. Menurut Rosady Ruslan pengolahan data mencakup kegiatan mengedit (editing) data. Pengeditan data merupakan proses pengecekkan dan penyesuaian yang perlu dilakukan terhadap data penelitian. (Rusadi, 2005:155)


(24)

4. Menganalisis data dengan deskripsi peneliti dan memasukkan beberapa teori yang sesuai dengan kajian yang diteliti.

1.11. Lokasi dan Waktu Penelitian 1.11.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di SLB B Negeri Cicendo Bandung. Jalan Cicendo No. 2 Kel. Babakan Ciamis Kec. Sumur Bandung Kota Bandung 40117 Telp. (022) 4211855, Email : www.slbncicendo_bdg@yahoo.co.id

1.11.2. Waktu Penelitian

Penelitian yang dilaksanakan peneliti dimulai pada bulan maret 2010 sampai bulan Juli 2010, mulai dari persiapan, pelaksanaan hingga ke penyelesaian dengan perincian waktu dapat dilihat pada tabel 1.3 berikut


(25)

Tabel 1.3 Waktu Penelitian

No Kegiatan Maret April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pengajuan judul

2 Penulisan Bab 1

Bimbingan

3 Seminar UP

4 Penulisan Bab II

Bimbingan

5 Penulisan Bab III

Bimbingan

6 Pengumpulan Data

Wawancara

Bimbingan

7 Pengolahan Data

Penulisan Bab IV

Bimbingan

8 Penulisan Bab V Bimbingan 9 Penyusunan Bab 10 Sidang kelulusan


(26)

1.12. Sistematika Penelitian

Untuk memberikan gambaran penelitian ini secara sistematis, peneliti membagi susunan skripsi ke dalam lima bab, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi penelitian, maksud dan tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kerangka pemikiran, pertanyaan penelitian, subjek penelitian dan infoman , metode penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisa data, , serta lokasi dan waktu penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan Tinjauan tentang Komunikasi, meliputi: pengertian komunikasi, proses komunikasi, dan tujuan komunikasi.

Tinjauan tentang Antar Pribadi meliputi pengertian, factor pembentuk komunikasi antar pribadi, jenis-jenis dan fungsi komunikasi antar pribadi.

Tinjauan tentang komunikasi non verbal yang meliputi pengertian dan fungsi komunikasi nonverbal.

Tinjauan tentang bahasa tubuh.

Tinjauan tentang tunarungu yang meliputi pengertian, klasifikasi tunarungu.


(27)

Tinjauan tentang interaksi yang meliputi pengertian dan factor-faktor.

Tinjauan tentang interaksi simbolik.

BAB III OBYEK PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang objek penelitian atau gambaran umum Sekolah Luar Biasa B Cicendo Bandung meliputi: sejarah singkat, visi dan missi, lambang, struktur organisasi, sarana dan prasarana, siswa tunarungu di SLB B Negeri Cicendo Bandung, guru di SLB B Negeri Cicendo Bandung.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan tentang deskripsi analisis responden, deskripsi analisis hasil penelitian, deskripsi pembahasan hasil penelitian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bab terakhir yang berisikan tentang kesimpulan penelitian serta saran yang diberikan peneliti sehubungan dengan hasil penelitian


(28)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Mengenai Komunikasi

2.1.1. Pengertian Komunikasi

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris berasal dari communication, berasal dari kata latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna antara pemberi pesan dengan penerima pesan. Jadi, apabila dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama terdapat kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan.

Beberapa pakar komunikasi memberikan definisi komunikasi diantaranya dikutip oleh Effendi sebagai berikut, Carl I. Hovland dalam Effendi (1986: 63) mendefinisikan komunikasi sebagai Suatu proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang-perangsang, biasanya lambang-lambang dalam bentuk kata-kata untuk merubah tingkah laku orang lain (komunikan) . Jadi, hakikat komunikasi merupakan proses pernyataan antar manusia. Yang berhubungan dengan pikiran, atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya.

Menurut Lewis Caroll, Komunikasi merupakan suatu proses memindahkan, mengoperkan atau menyampaikan sesuatu secara teliti dari jiwa yang satu kepada


(29)

jiwa yang lain, dan hal itu adalah tepat seperti pekerjaan yang harus kita ulangi dan ulangi lagi (Praktikto, 1983: 10). Untuk mencapai komunikasi yang efektif dan efisien tidak semudah seperti yang dibayangkan orang. Banyak hal-hal yang harus diperhatikan agar pesan atau pernyataan yang disampaikan kepada orang lain bisa dimengerti serta dipahami.

Komunikasi akan dapat berhasil baik apabila timbul saling pengertian, yaitu jika kedua belah pihak, si pengirim dan penerima informasi memahami. Tirman Sirait mengemukakan pendapatnya tentang pengertian komunikasi sebagai berikut, Komunikasi adalah suatu tingkah laku perbuatan atau kegiatan penyampaian atau pengoperan lambang-lambang yang mengandung arti atau makna-makna informasi dari seseorang kepada orang lain, atau lebih jelasnya suatu pemindahan atau pengoperan informasi mengenai pikiran dan perasaan-perasaan . (Tirman, 1982: 11)

Definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian komunikasi tidak berarti hanya menyampaikan sesuatu kapada orang lain, akan tetapi bagaimana caranya penyampaian itu agar penerima mudah mengerti dan memahami dengan perasaan ikhlas. Keberhasilan suatu komunikasi sangat dibutuhkan oleh faktor manusianya. Karena manusia memiliki akal dan pikiran serta perasaan untuk dapat menentukan sikap, dan manusia merupakan sarana utama terjadinya suatu komunikasi.


(30)

Di atas telah disinggung bahwa komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan. Menurut Effendy (2000: 31) proses komunikasi dapat ditinjau dari dua perspektif.

1. Proses Komunikasi dalam Perspektif Psikologi

Proses komunikasi perspektif ini terjadi pada diri komunikator dan komunikan. Ketika seorang komunikator berniat akan menyampaikan pesan kepada komunikan, maka, dalam dirinya terjadi proses. Proses ini yakni mengenai isi pesan dan lambang. Isi pesan umumnya adalah pikiran, sedangkan lambang umumnya adalah bahasa. Proses mengemas pesan atau membungkus pikiran dengan bahasa yang dilakukan komunikator itu dinamakan encoding. Hasil encodeng berupa pesan kemudian ia transmisikan atau operkan kepada komunikan.

Kini giliran komunikan terlibat dalam proses komunikasi intrapersonal. Proses dalam diri komunikan disebut decoding. Seolah-olah membuka kemasan atau bungkus pesan yang ia terima dari komunikator tadi. Mengerti isi pesan atau pikiran komunikator, maka komunikasi terjadi. Sebaliknya bilamana tidak mengerti, maka komunikasi tidak terjadi.


(31)

Proses ini berlangsung ketika komunikator mengoperkan atau melemparkan dengan bibir kalau lisan atau tangan jika tulisan pesannya sampai ditangkap oleh komunikan. Penangkapan pesan oleh komunikan itu dapat dilakukan dengan indera telinga atau indera mata, atau indera-indera lainnya.

Proses komunikasi dalam perspektif ini kompleks atau rumit, sebab bersifat situasional, bergantung pada situasi ketika komunikasi itu berlangsung. Adakalanya komunikan seorang, maka komunikasi dalam situasi seperti itu dinamakan komuniksi interpersonal atau komunikasi antarpribadi, kadang-kadang komunikannya sekelompok orang; komunikasi dalam situasi seperti itu disebut komunikasi kelompok; acapkali pula komunikannya tersebar dalam jumlah yang relatif amat banyak sehingga untuk menjangkaunya diperlukan suatu media atau sarana, maka komunikasi dalam situasi seperti itu dinamakan komunikasi massa.

Untuk jelasnya proses komunikasi dalam perspektif mekanistis dapat diklasifikasikan menjadi proses komunikasi primer dan secara skunder.

a. Proses Komunikasi secara Primer

Proses komunikasi secara primer (primsary process) adalah penyampaian pikiran oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan suatu lambang (symbol) sebagai media atau saluran. Lambang ini umumnya bahasa, tetapi dalam situasi-situasi


(32)

komunikasi tertentu lambang-lambang yang dipergunakan dapat berupa kial (gesture) yakni gerak tubuh, gambar, warna, dan lain sebagainya.

Dalam komunikasi, bahasa disebut lambang verbal (verbal symbol) sedangkan lambang-lambang lainnya yang bukan bahasa dinamakan lambang nirverbal (non verbal symbol)

1. Lambang verbal

Dalam proses komunikasi bahasa sebagai lambang verbal paling banyak dan paling sering digunakan, oleh karena hanya bahasa yang mampu mengungkapkan pikiran komunikator mengenai hal atau peristiwa, baik yang konkret maupun yang abstrak, yang terjadi masa kini, masa lalu, dan masa yang akan datang. Bahasa mempunyai dua jenis pengertian yang perlu dipahami oleh komunikaor. Yang pertama adalah pengertian denotatif, adalah yang mengandung makna sebagaimana tercantum dalam kamus (dictionary meaning) dan diterima secara umum oleh kebanyakan orang yang sama kebudayaannya dan bahasanya. Perkataan yang denotatif tidak menimbulkan interpretasi yang berbeda pada komunikan ketika diterpa pesan-pesan komunikasi. Sebaliknya apabila komunikator menggunakan kata-kata konotatif. Kata-kata konotatif mengandung pengertian emosional atau evaluatif. Oleh karena itu dapat menimbulkan interpretasi yang berbeda pada komunikan.


(33)

2. Lambang nirverbal

Seperti disinggung di atas, lambang nirverbal adalah lambang yang dipergunakan dalam komunikasi, yakni bukan bahasa, misalnya kial, isyarat dengan tubuh, antara lain kepala, mata, bibir, tangan, dan jari.

b. Proses Komunikasi secara Sekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Komunikator menggunakan media kedua ini karena komunikan dijadikan sasaran komunikasinya jauh tempatnya atau banyak jumlahnya atau kedua-duanya, jauh dan banyak. Kalau komunikan jauh, dipergunakanlah surat atau telepon, jika banyak dipakailah perangkat pengeras suara; apabila jauh dan banyak, dipergunakan surat kabar, radio atau televisi.

Komunikasi dalam proses secara sekunder ini semakin lama semakin efektif dan efisien, karena didukung oleh teknologi komunikasi yang semakin canggih, yang ditopang oleh teknologi-teknologi lainnya yang bukan teknologi komunikasi.

c. Proses komunikasi secara Linier

Istilah linier mengandung makna lurus. Jadi proses linier berarti perjalanan dari titik ke titik lain secara lurus. Dalam konteks komunikasi, proses secara linier adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan sebagai titik terminal. Komunikasi linier ini berlangsung


(34)

dalam situasi komunikasi tatap muka (face-to-face communication) maupun dalam situasi komunikasi bermedia (mediated communication)

d. Proses Komunikasi secara Sirkuler

Sirkuler sebagai terjemahan dari perkataan circular secara harfiah berarti bulat, bundar atau berkeliling sebagai lawan dari perkataan linier tari yang bermakna lurus. Dalam konteks komunikasi yang dimaksudkan dengan proses secara sirkular itu adalah terjadinya feedback atau umpan balik, yaitu terjadinya arus dari komunikan ke komunikator. Oleh karena itu adakalanya feedback tersebut mengalir dari komunikan ke komunikator itu adalah respone atau tanggapan komunikan terhadap pesan yang ia terima dari komunikator. Konsep umpan balik ini dalam proses komunikasi amat penting karena dengan terjadinya umpan balik, komunikator mengetahui apakah komunikasinya itu berhasil atau gagal, dengan kata lain perkataan apakah umpan baliknya itu positif atau negatif.

2.1.3.Unsur-Unsur Komunikasi

Unsur-unsur dalam proses komunikasi yaitu : 1. Sender

Sender adalah komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang.


(35)

2. Encoding

Encoding adalah penyandian, yakni proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk lambang.

3. Message

Message adalah pesan yang merupakan seperangkat lambing bermakna yang disampaikan oleh komunikator.

4. Media

Media adalah saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan.

5. Decoding

Decoding adalah pengawasandian, yaitu proses dimana komunikan menetapkan makna pada lambing yang disampaikan pada komunikator kepadanya.

6. Receiver

Receiver adalah komunikan yang menerima pesan dari komunikator. 7. Response

Response adalah tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah diterima pesan.

8. Feedback

Feedback adalah umpan balik, yakni tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator.


(36)

9. Noise

Noise adalah gangguan tak terencana yang terjadi pada proses komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan pesan yang disampaikan komunikator kepadanya.

2.2. Tinjauan Mengenai Komunikasi Antar Pribadi 2.2.1. Pengertian Komunikasi Antarpribadi

Seluruh kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari komunikasi. Oleh karena itu, semua kegiatan yang dilakukan manusia secara potensial tidak dapat terlepas dari komunikasi.

Komunikasi, menurut bentuknya, dapat dikelompokkan menjadi komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok, dan komunikasi massa. Fokus perhatian dalam penelitian ini adalah komunikasi antarpribadi, yaitu komunikasi siswa dan gurunya.

secara teoritis, komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara dua orang, dimana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi jenis ini bisa berlangsung secara berhadapan muka (face to face) bisa juga melalui sebuah medium, umpamanya telepon. Ciri khas komunikasi antarpribadi ini adalah sifatnya yang dua arah atau timbal balik (Effendy, 1986 : 50).


(37)

Adapun pengertian komunikasi yang diungkapkan oleh Joseph A. Devito dalam bukunya The Interpersonal Communication Book (1984 : 4) bahwa

komunikasi antarpribadi merupakan proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antar dua orang, atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika . (Effendy, 1993 : 59).

Menurut Vandeber (1986) bahwa komunikasi antarpribadi merupakan suatu proses interaksi dan pembagian makna yang terkandung dalam gagasan atau perasaan. (Liliweri, 1997 :12).

Effendy (1986) mengemukakan juga bahwa pada hakikatnya komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara seorang komunikator dengan komunikan . (Liliweri,1997 : 12).

Pada dasarnya komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh komunikator mempunyai tujuan untuk mengubah sikap, pendapat, dan perilaku komunikan dengan cara mengirimkan pesan dan prosesnya yang dialogis. Seperti yang telah dikemukakan oleh Onong Uchjana Effendy (1993 : 61) bahwa dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya, komunikasi antarpribadi dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan, opini, dan perilaku komunikan. Alasannya adalah karena komunikasi antarpribadi umumnya berlangsung secara tatap muka (face to face) antara komunikator dan komunikan saling bertatap muka, maka terjadilah kontak pribadi (personal contact). Ketika komunikator menyampaikan pesan kepada komunikan, umpan balik berlangsung seketika dan komunikator mengetahui pada saat itu tanggapan komunikan terhadap pesan yang dilontarkan.


(38)

2.2.2. Faktor-Faktor Pembentuk Komunikasi Antarpribadi

Setiap kegiatan yang dijalankan oleh manusia dikarenakan timbul faktor-faktor yang mendorong manusia tersebut untuk melakukan suatu pekerjaan. Begitu pula dengan kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang terlibat, didorong oleh faktor-faktor tertentu.

Mengapa manusia ingin melaksanakan komunikasi dengan yang lainnya, khususnya jenis komunikasi antarpribadi yang sifatnya langsung dan tatap muka antara pihak yang melaksanakan kegiatan komunikasi tersebut.

Ada beberapa ahli yang menyebutkan bahwa manusia berkomunikasi dengan orang lain karena didorong oleh beberapa faktor. Halloran (1980) mengemukakan faktor-faktor yang mendorong manusia ingin berkomunikasi diantaranya adalah

a. Perbedaan pribadi b. Pemenuhan kekurangan c. Perbedaan motivasi manusia d. Pemenuhan akan harga diri

e. Kebutuhan atas pengakuan orang lain

Cassagrande (1986) juga berpendapat, manusia berkomunikasi karena : a. Memerlukan orang lain untuk saling mengisi kekurangan dan


(39)

b. Dia ingin terlibat dalam proses perubahan

c. Dia ingin berinteraksi hari ini dan memahami pengalaman masa lalu, dan mengantisipasi masa depan.

d. Dia ingin menciptakan hubungan baru (Liliweri, 1997 : 45)

Setiap orang selalu berusaha untuk melengkapi kekurangan atas perbedaan-perbedaan yang dia miliki. Perubahan tersebut terus berlangsung seiring dengan perubahan masyarakat. Manusia mencatat berbagai pengalaman relasi dengan orang lain di masa lalu, memperkirakan apakah komunikasi yang dia lakukan masih relevan untuk memenuhi kebutuhan di masa datang.

Jadi, minat komunikasi antarpribadi didorong oleh pemenuhan kebutuhan yang belum atau bahkan tidak dimiliki oleh manusia. Setiap manusia mempunyai motif yang mendorong dia untuk berusaha memenuhi kebutuhannya.

2.2.3. Jenis-Jenis Komunikasi Antarpribadi

Seperti bentuk komunikasi lainnya, komunikasi antarpribadi pun mempunyai jenis-jenis yang berbeda dengan bentuk komunikasi yang lain. Menurut Onong Uchjana Effendy (1993 : 62) mengungkapkan bahwa secara teoritis komunikasi antarpribadi diklasifikasikan menjadi dua jenis menurut sifatnya, yakni :


(40)

1. Komunikasi Diadik (Dyadic Communication)

Komunikasi diadik adalah komunikasi antarpribadi yang berlangsung antar dua orang yakni yang seorang adalah komunikator yang menyampaikan pesan dan seorang lagi yang menerima pesan. Oleh karena perilaku komunikasinya dua orang, maka dialog yang terjadi berlangsung secara intens, komunikator memusatkan perhatiannya hanya pada diri komunikan seorang itu.

2. Komunikasi Triadik (Triadic Communication)

Komunikasi triadik adalah komunikasi antarpribadi yang pelakunya terdiri dari tiga orang, yakni seorang komunikator dan dua orang komunikan. Apabila dibandingkan dengan komunikasi diadik, maka komunikasi diadik lebih efektif, karena komunikator memusatkan perhatiannya hanya pada satu komunikan, sehingga ia dapat menguasai frame of reference komunikan sepenuhnya juga umpan balik yang berlangsung, merupakan kedua faktor yang sangat berpengaruh terhadap efektif tidaknya proses komunikasi.

Demikianlah kelebihan, keuntungan, dan kekuatan komunikasi antarpribadi dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya. Untuk mengetahui dan memahami komunikasi antarpribadi secara khusus kita dapat melihat beberapa ciri komunikasi antarpribadi berdasarkan pendapat dari beberapa ahli mengenai pengertian komunikasi antarpribadi.

Maka dapat dirumuskan ciri-ciri komunikasi antarpribadi menurut Liliweri (1997 : 13), yakni :


(41)

2. terjadi secara kebetulan diantara peserta yang identitasnya kurang jelas. 3. Mengakibatkan dampak yang disengaja dan tidak disengaja.

4. Kerapkali berbalas-balasan

5. Mempersyaratkan hubungan paling sedikit dua orang dengan hubungan yang bebas dan bervariasi, ada keterpengaruhan.

6. Harus membuahkan hasil

7. Menggunakan lambang-lambang yang bermakna

Itulah ciri-ciri komunikasi antarpribadi yang dapat memudahkan kita untuk membedakan nya dengan jenis komunikasi yang lain.

2.2.4. Fungsi-fungsi komunikasi Antarpribadi

Setiap bentuk komunikasi memilik fungsinya masing-masing untuk dijalankan oleh orang yang melakukan kegiatan komuniaksi. Adapun fungsi komunikasi antarpribadi menurut Allo Liliweri (1994:27) bahwa fungsi-fungsi komunikasi antarpribadi terdiri atas:

a. Fungsi Sosial

Komunikasi antarpribadi secara otomatis mempunyai fungsi sosial karena proses komunikasi beroperasi dalam konteks sosial yang orang-orangnya berinteraksi satu sama lain. Dalam keadaan demikian, maka fungsi sosial komunikasi antarpribadi mengandung aspek-aspek:

1. Manusia berkomunikasi untuk mempertemukan biologis dan psikologis.


(42)

3. Manusia berkomunikasi untuk mengembangkan hubungan timbale balik. 4. Manusia berkomunikasi untuk meningkatkan dan merawat mutu diri manusia. 5. Manusia berkomunikasi untuk menangani konflik.

b. Fungsi Pengambilan Keputusan

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa manusia sering disebut sebagai makhluk sosial. Namun manusia dikaruniai otak, akal sebagai sarana berfikir yang tidak dimiliki oleh dimiliki oleh makhluk lainnya. Karenanya maka ia mempunyai kemampuan untuk mengambil keputusan yang sering diambil manusia dilakukan dengan berkomunikasi karena mendengarkan pendapat, saran, pengalaman, gagasan, pikiran, maupun perasaan orang lain. Pengambilan keputusan meliputi penggunaan informasi dan pengaruh yang kuat dari orang lain. Ada dua aspek dari fungsi pengambilan keputusan jika dikaitkan dengan komunikasi yaitu:

1. Manusia berkomunkasi untuk membagi informasi.

2. Manusia berkomunikasi untuk mempengaruhi orang lain.

Pada dasarnya orang melaksankan kegiatan komunikasi baik berkomuniaksi antarpribadi, komunikasi kelompok, maupun komunikasi massa yang dilakukan oleh manusia mempunyai tujuan utama ialah : mempengaruhi. Yaitu mempengaruhi untuk memaksa orang lain, mengubah sikap, dan mengambil suatu tindakan tertentu yang sesuai dengan harapan dan keinginan komunikator.


(43)

2.3 Tinjauan Mengenai Komunikasi Non Verbal 2.3.1 Definisi

Komunikasi non verbal pastilah merupakan kata yang sedang populer saat ini.setiap orang nampaknya tertarik pada pesan yang dikomunikasikan oleh gerakan tubuh, gerkan mata, ekspresi wajah, sosok tubuh, pengguna jarak atau ruang kecepatan dan volume bicara, bahkan juga keheningan. Komuniksi nonverbal sama pentingnya dengan komunikasi verbal meski terkadang diabaikan.

Menurut Mark L Knapp istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis pada saat yang sama, kita harus menyadari bahwa banyak peristiwa dan perilaku nonverbal ini ditafsirkan melalui simbol-simbol verbal . ( Mulyana, 2009 : 348 )

Dalam pengertian ini, peristiwa dan perilaku nonverbal itu tidak sungguh-sungguh bersifat non verbal.

2.3.2. Fungsi Komunikasi Non Verbal

Dilihat dari fungsinya, perilaku nonverbal mempunyai beberapa fungsi, Paul Ekman menyebutkan lima fungsi pesan nonverbal seperti yang dapat dilukiskan dengan perilaku mata, yakni sebagai berikut :

Emblem, gerakan mata tertentu merupakan simbol yang memilki kesetraan dengan simbol verbal. Kedipan mata dapat mengatakan .

saya tidak sungguh-sungguh.

Iilustrator, pandangan ke bawah dapat menunjukan depresi atau kesedihan.


(44)

Regulator, kontak mata berarti saluran percakapan terbuka memalingkan muka menandakan ketidaksediaan berkomunikasi. Penyesuai, kedipan mata yangcepat meningkat ketika orang berada dalam tekanan. Itu merupakan respons tidak disadari yang merupakan upaya tubuh untuk mengurangi kecemasan.

Affect display, perbesaran manik mata (pupil dilation) menunjukan peningkatan emosi, isyarat wajah lainnya menunjukan perasaan takut, terkejut, atau senang. ( Mulyana, 2009 : 349 )

Meskipun secara teoritis komunikasi nonverbal dapat dipisahkan dari komunikasi verbal, dalam kenyataannya kedua jenis komunikasi itu jalin menjalin dalam komunikasi tatap muka sehari-hari, sebagaimana ahli berpendapat, terlalu mengada-ngada membedakan kedua jenis komuniksi ini. dalam bahasa tanda Amerika untuk kaum tunarungu gerakan tangan yang digunakan sebenarnya bersifat linguistic (verbal).

Menurut Ray L. Birdwhistell, 65 % dari komunikasi tatap muka adalah nonverbal, sementara menurut Albert Mehrabian, 93% dari semua makna sosial dalam komunikasi tatap muka diperoleh dari isyarat-isyarat nonverbal, dalam pandangan Birdwhistell, sebenarnya manusia mampu mengucapkan ribuan suara vocal, dan wajah dapat menciptakan 250.000 ekspresi yang berbeda. Secara keseluruhan, seperti dikemukakan para pakar, manusia dapat menciptakan sebanyak 700.000 isyarat fisik yang terpisah.

2.4 Tinjauan Mengenai Bahasa Tubuh

Hingga kini belum ada suatu teori pun yang diterima luas bagaimana bahasa itu muncul dipermukaan bumi, ada dugaan kuat bahasa non verbal muncul sebelum bahasa verbal. Teoretikus Kontemporer mengatakan bahwa bahasa adalah ekstensi perilaku sosial. Yang mana bahasa tubuh merupakan


(45)

salah satu klasifikasi dari bahasa nonverbal. Bahasa Tubuh adalah salah satu aspek komunikasi nonverbal di samping aspek-aspek komunikasi nonverbal lainnya yang berkenaan dengan benda, seni, ruang dan waktu ( Mulyana, 2008 : 158). Dalam bahasa tubuh ini mengandung pesan non verbal yang dihasilkan dari proses komunikasi non verbal. Dengan kata lain dapat di artikan sebagai isyarat simbolik.

Menurut Prof. Dr. Deddy Mulyana, M.A., Ph.D dalam bukunya yang berjudul Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar mengemukakan bahwa yang termasuk kedalam bagian dari bahasa tubuh adalah sebagai berikut :

1. Isyarat Tangan 2. Gerakan Kepala

3. Postur Tubuh dan Posisi Kaki 4. Ekspresi Wajah dan Tatapan Mata ( Mulyana, 2009 : 353-372 )

Bahasa tubuh itu sendiri adalah ilmu yang di telaah oleh bidang ilmu kinetika (kinesics) menurut Ray L. Birdwhistell. Setiap anggota tubuh seperti tangan, kepala, kaki dan bahkan tubuh secara keseluruhan dapat digunakan sebagai isyarat simbolik.

Birdwhistell membuat daftar tujuh asumsi yang menjadi dasar teorinya mengenai bahasa tubuh.

Setiap gerakan tubuh memiliki potensi makna dalam konteks komunikasi. Orang orang selalu dapat memberikan makna pada setiap aktivitas tubuh.

Perilaku dapat dianalisis karena perilaku terorganisasi, dan organisasi perilaku ini dapat dianalisis secara sistematis.

Walaupun aktivitas tubuh memiliki keterbatasan biologis, namun penggunaan gerak tubuh dalam interaksi dianggap sebagai bagian dari sistem sosial. Kelompok masyarakat yang berbeda menggunakan gerakan tubuh yang juga berbeda.


(46)

Orang dipengaruhi oleh gerak tubuh orang lain yang dilihatnya. Cara-cara gerak tubuh yang berfungsi dalam komunikasi dapat dipelajari.

Makna yang ditemukan dalam riset bahasa tubuh diperoleh melalui studi perilaku dan juga perilaku riset yang digunakan.

Gerak tubuh seseorang memilki keunikan, namun ia tetap menjadi bagian dari sistem sosial yang lebih besar yang diterima bersama. (morissan-corry wardhany, 2009 : 94 )

2.5 Tinjauan Mengenai Tunarungu

2.5.1 Pengertian Tunarungu

Istilah tunarungu berasal dari dua kata, yaitu kata Tuna dan kata Rungu. Tuna berarti kekurangan atau ketidakmampuan, sedangkan Rungu berarti mendengar. Untuk itu tunarungu berarti ketidak mampuan dalam mendengar, Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara1

2.5.2. Klasifikasi Tunarungu

Bentuk mimik anak Tunarungu berbeda dengan anak berkebutuhan khusus lainnya. Hal ini karena mereka kurang mendengar atau bahkan tidak mendengar sama sekali serta mempergunakan panca indera telingan dan mulut. Oleh sebab itu, mereka tidak terlalu paham dengan apa yang dibicarakan atau dimaksudkan orang lain. Pengertian Tunarungu tu sendiri yaitu

1

http://id.wikipedia.org/wiki/Anak_berkebutuhan_khusus#Tunarungu3 :52


(47)

seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar sebagian atau seluruhnya, diakibatkan tidak berfungsinya sebagian atau seluruh indera pendengaran. Berdasarkan Tingkat Kerusakan/Kehilangan Kemampuan Mendengar :

1. Gangguan pendengaran sangat ringan(27-40dB),

2. Gangguan pendengaran ringan(41-55dB),

3. Gangguan pendengaran sedang(56-70dB),

4. Gangguan pendengaran berat(71-90dB),

5. Gangguan pendengaran ekstrim/tuli(di atas 91dB).

2.6 Tinjauan Mengenai Interaksi

2.6.1. Tinjauan Meengenai Interaksi

Interaksi sosial didahului oleh suatu kontak sosial, hal mana kemudian memungkinkan interaksi tadi karena adanya komunikasi. Proses komunikasi yang menentukan proses sosial. begitu pun sebaliknya, proses sosial pun menentukan proses komunikasi. Hal ini karena semua proses komunikasi dalam garis besarnya ditentukan oleh struktur norma-norma. Maka jelaslah bahwa proses sosial selain menentukan cara komunikasi juga tergantung dari unsur komunikasi,


(48)

yaitu terutama intensitas komunikasi, frekuensi interaksi dan pikiran-pikiran yang mendahului interaksi.

Dalam hal menganalisa proses-proses interaksi di antara individu-individu dalam masyarakat, terdapat dua hal yang menjadi syarat-syarat terjadinya interaksi yang pertama adalah dengan adanya kontak sosial dan yang kedua adalah adanya komunikasi. Kata kontak berasal dari bahasa latin con atau cum ,yang artinya bersama-sama dan tango yang artinya menyentuh. Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu ( Soekanto, 1990 : 64 65 ).

1. Antara orang perorangan

2. Antara orang perorangan dengan kelompok manusiaatau sebaliknya

3. Antara kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya.

Interaksi sosial sebagai proses pengaruh-mempengaruhi, menghasilkan hubungan tetap yang akhirnya memungkinkan pembentukan struktur sosial. Dalam kegiatan interaksi sosial, maka interaksi menggunakan komunikasi. Dengan demikian, maka komunikasi adalah alat dari interaksi, alat dari proses sosial. Karenanya pula, maka unsur-unsur komunikasi menjadi faktor penentu dalam interaksi sosial, faktor ini adalah :

a.penggunaan lambang

b.pemberian arti ataupun interpretasi


(49)

d.tujuan penggunaan lambang

Gillin dan Gillin pernah mengadakan penggolongan yang lebih luas mengenai proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial, yaitu :

1. Proses yang asosiatif (processes of association) yang terbagi ke dalam tiga bentuk khusus lagi, yakni:

a. Akomodasi .

Istilah akomodasi dipergunakan dalam dua arti yaitu untuk menunjuk pada suatu keadaan dan untuk menunjuk pada suatu proses. Akomodasi yang menunjuk pada suatu keadaan, berarti adanya suatu keseimbangan (equilibrium) dalam interaksi antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku di dalam masyarakat.

Sebagai suatu proses, akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha untuk mencapai kestabilan.

Menurut Gillin dan Gillin akomodasi adalah suatu pengertian yang digunakan oleh para sosiolog untuk menggambarkan suatu proses dalam hubungan-hubungan sosial yang sama artinya dengan pengertian adaptasi (adaptation) yang dipergunakan oleh ahli-ahli biologi untuk menunjuk pada suatu proses di mana mahluk-mahluk hidup menyesuaikan dirinya dengan alam sekitarnya. Dengan pengertian tersebut dimaksudkan sebagai suatu proses di mana orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia


(50)

yang mula-mula saling bertentangan, saling mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi ketegangan-ketegangan. Sebenarnya pengertian adaptasi menunjuk pada perubahan-perubahan organis yang disalurkan melalui kelahiran, di mana mahluk-mahluk hidup menyesuaikan diri dengan alam sekitarnya sehingga dapat mempertahankan hidupnya.

Akomodasi sebenarnya merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan, sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya.

b. Asimilasi dan akulturasi.

Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut. Ia ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tidak, sikap dan proses-proses mental dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan tujuan-tujuan bersama. Apabila orang-orang melakukan asimiliasi ke dalam suatu kelompok manusia atau masyarakat, maka dia tidak lagi membedakan dirinya dengan kelompok tersebut yang mengakibatkan bahwa mereka dianggap sebagai orang asing.

2. Proses yang disosiatif (processes of dissociation) yang mencakup : a. persaingan

b. persaingan yang meliputi kontravensi dan pertentangan atau pertikaian (conflict) ( Soekanto, 1990:70,75,80,81).


(51)

Setelah meninjau faktor yang menentukan interaksi sosial dan hubungannya dengan proses sosial, interaksi dapat dikatakan sebagai suatu proses perubahan yang teratur, sebagai akibat dari proses pengaruh mempengaruhi. Maka interaksi sosial yaitu proses dimana manusia saling pengaruh-mempengaruhi dengan merumuskan pikiran, perasaan, harapan dan kecemasan masing-masing.

2.6.2 Faktor- faktor yang Menyebabkan Terjadinya Proses Interaksi

Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada berbagai faktor, antara lain, faktor imitasi, faktor sugesti, faktor identifikasi dan faktor simpati. Faktor faktor tersebut dapat bergerak sendiri-sendiri secara terpisah maupun dalam keadaan tergabung. Adapun faktor-faktor tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :

1. Faktor Imitasi

Faktor ini memiliki peranan penting dalam proses interaksi sosial. Salah satu segi positifnya adalah bahwa imitasi dapat mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai yang berlaku. Namun demikian imitasi mungkin pula mengakibatkan terjadinya hal-hal negatif yang menyimpang.Selain itu imitasi juga dapat melemahkan atau bahkan mematikan pengembangan daya kreasi seseorang.


(52)

2. Faktor Sugesti

Faktor ini berlangsung apabila seseorang memberi suatu pandangan atau sesuatu sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh pihak lain. Proses ini hampir sama dengan dengan imitasi akan tetapi titik tolaknya berbeda. Sugesti berlangsung apaabila pihak yang menerima dilanda oleh emosi, hal mana menghambat daya berpikirnya secara rasional.

3. Faktor Identifikasi

Faktor ini merupakan kecenderungan-kecenderungan atau keinginan-keinginan dalam diri seseorang utnuk menjadi sama dengan pihak lain. Identifikasi sifatnya lebih mendalam dibandingkan dengan imitasi, karena kepribadian seseorang dapat terbentuk melalui proses ini. Proses identifikasi dapat terjadi dengan sendirinya ( secara tidak sadar ), maupun dengan disengaja. Walaupun dapat terjadi secara tidak sadar, proses identifikasi berlangsung dalam suatu keadaan di mana seseorang yang beridentifikasi benar-benar mengenal pihak lain yang menjadi idealnya.

4. Faktor Simpati

Proses ini merupakan suatu proses di mana seseorang merasa tertarik pada pihak lain. Dalam proses ini perasaan memegang peranan sangat penting. Namun dorongan utama pada simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain yang dianggap kedudukannya lebih tinggi dan harus dihormati karena mempunyai kemampuan dan kelebihan tertentu yang patut dijadikan contoh. ( Soekanto, 1990 : 62 - 64 ).


(53)

2.7 Teori yang digunakan dalam Penelitian 2.7.1 Teori Interaksi Simbolik

Teori yang mendukung penelitian ini adalah teori interaksi simbolik, yang mana interaksi simbolik itu sendiri adalah interaksi antar individu yang terjadi melalui simbol-simbol yang diciptakan oleh individu yang berinteraksi tersebut. (kuswarno, 2008 : 162 ). Interaksi simbolik pada awalnya merupakan suatu gerakan pemikiran pada ilmu sosiologi yang di bangun oleh George Herbert Mead dan karyanya kemudian menjadi inti dari aliran pemikiran yang dinamakan Chicago school.

Dari teori tersebut kemudian di modifikasi ulang oleh Blumer untuk tujuan tertentu, karakteristik ide ini adalah suatu hubungan yang terjadi secara alami antara manusia dalam masyarakat dan hubungan masyarakat individu dengan individu. Interaksi yang terjadi antar individu berkembang melalui simbol-simbol yang mereka ciptakan. Realitas sosial merupakan rangkaian peristiwa yang terjadi pada beberapa individu dalam masyarakat. Interaksi yang dilakukan antar individu itu berlangsung secara sadar dan keterkaitan dengan gerak tubuh, vocal, suara, dan ekspresi tubuh, yang semuanya itu mempunyai maksud yang disebut dengan simbol . Symbol adalah suatu rangsangan yang mengandung makna dan nilai yang dipelajari bagi manusia, dan respons manusia terhadap symbol adalah dalam pengertian makna dan


(54)

nilainya alih-alih dalam pengertian stimulasi fisik dari alat-alat indranya. Pendekatan interaksi simbolik yang dimaksudkan Blumer mengacu pada tiga premis utama, yaitu :

1. Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada pada sesuatu itu bagi mereka.

2. Makna itu diperoleh dari hasil interaksi sosial yang digunakan oleh orang lain, dan

3. Makna-makna tersebut disempurnakan di saat proses interaksi sosial berlangsung. ( Kuswarno, 2008 : 22 )


(55)

BAB III

OBJEK PENELITIAN

3.1. Sejarah SLB B Negeri Cicendo Bandung

Perkumpulan penyelenggaraan pengajaran kepada anak-anak Tuli Bisu di Indonesia didirikan pada tanggal 3 Januari 1930 atas inisiatif Ny. CM Roelfsema Wesselink istri Dokter H.I.Roelfsema, seorang ahli THT di Indonesia, pada waktu itu di kediaman beliau Jln. Riau No.20 Bandung didirikan sekolah dan srama yang pertama dengan jumlah murid 6 orang kemudian pindah ke Gude Hosfitaweg No. 27 Bandung, tidak lama kemudian didatangkan 2(dua) orang guru ahli dari Nederland yaitu Tuan DW.Bloemink dari Nona E Gudberg, yang kemudian Tuan DW. Bloemink diangkat menjadi direktur, berkat kebijakan Tn. KAR Bosscha beliau menyerahkan uang sebesar f 50.000 kepad dewan kota praja Bandung pada waktu itu.

Maka pendiri gedung sekolah dan asama di atas sebidang tanah di desa Cicendo, distrik Bandung, Kabupaten Bandung, Karisidenan Priangan di bangun dengan peletakan Batu pertama oleh Hoogedelgeboren Vrouwe A.C de Jonge, General Baronesse Van Wassenoar, istri dari Gouverneur General Van Nederland Disch Indie, Zijne Excellentie Mr. .D.C de Jonge, pada tanggal 6 Mei 1933. Pada tanggal 18 Desember 1933 gedung sekolah dan


(56)

asrama selesai dan di buka secara resmi, dengan jumlah murid 26 orang diantaranya 6 orang tinggal di luar asrama dipergunakan oleh tentara Jepang (selama peperangan Jepang ) dan setelah peperangan Jepang berakhir lembaga pendidikan sekolah dan asrama dipergunakan untuk klinik bersalin, kemudian pada tanggal 1 Juni 1949 gedung sekolah dan asrama dikembalikan kepada perkumpulan, sehingga sekolah dan asrama bisa dikembalikan sebagaimana mestinya dan kemudian kementrian pendidikan dan pengajaran mendatangkan guru ahli dari Nederland yaitu Jivan Doorn diangkat menjadi direktur lembaga LPATB (Lembaga Pendidikan Anak Tuli Bisu ) Tahun 1950.

Kemudian diteruskan oleh Yn. Vander Beek pada bulan Oktober 1951, pada September 1952 lembaga ini diresmikan sebagai Sekolah Rakyat Latihan Luar Biasa. Tidak lama kemudian pada tahun 1954 Departemen Pendidikan menetapkan lembaga pendidikan untuk para penyandang cacat di Indonesia dinamakan Sekolah Luar Biasa (SLB) SLB B Cicendo Bandung berstatus swasta, yaitu kepunyaan P3ATR yang juga ditetapkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menjadi sekolah latihan SGPLB (Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa) . setelah Tn. Van Der Beek pulang ke Negeri Belanda, yang menjadi kepala sekolah adalah Bapak Saleh Bratawidjaya BA. Pada tahun 1956 beliau pensiun kemudian dijabat oleh Bapak RA. Suwandi Tirtaatmadja dari tahun 1977 sampai dengan tahun 1986 dan dan kepengurusan P3ATR diketuai oleh Gubernur Jenderal Belanda (pada jaman Belanda ) setelah perkumpulan diserahkan kepada Republik Indonesia yang menjadi ketua atau Direktur P3ATR dipegang oleh Gubernur Jawa Barat yaitu Bapak R.Moc. Sanusi Harja Dinata, seterusnya secara


(57)

tradisi yang menjadi ketua / Direktur P3ATR langsung dipegang oleh Gubernur akan tetapi pada waktu Gubernur Jawa Barat Bapak Solihin GP. Tradisi ini berubah karena pada waktu itu Bapak Solihin GP tidak bersedia menjadi ketua / Direktur, maka beliau menunjuk Bapak Irawan Sarpingi (Direktur Taksi 4848) sebagai ketua P3ATR sampai jabatan Gubernur Selesai, kemudian Gubernur Jawa Barat Bapak Aang Kunaefi menunjuk Bapak Ir. Enco Padmakusumah menjadi ketua P3ATR . pada waktu Bapak Yogi SM menjadi Gubernur, beliau menunjuk Bapak RH.Gartina Dindadipura SH. Sebagai ketua P3ATR hingga SLB-B P3ATR setelah Bapak Saleh Bratawijaya BA pensiun, diganti oleh Bapak Jajuri BA dan diganti oleh Bapak Uu Surnawinata S.Pd. karena beliau dimutasi di Sumedang, kemudian diganti oleh ibu Dra. Kartika kemudian beliau dimutasi di Purwakarta bulan September 2003, maa kemudian diganti oleh Bapak Priyono, S.Pd mulai bulan September- sekarang.

Hasil penelitian relawan VHO berkebangsaan Belanda yaitu Tn. Frend menyimpulkan bahwa pelayanan pembelajaran di SLB-B YP3ATR Cicendo Bandung. Tidak bisa digabungkan antara penyandang Tunarungu murni dengan tunarungu plus ( tunarungu plus gangguan lain ). Maka pada tahun 1996 SLB-B YP3ATR di jadikan 2 sekolah SLB yaitu SLB-B I, YP3ATR yang melayani pendidikan tunarungu murni dan SLB B II YP3ATR melayani pendidikan tunarungu plus gangguan lain, dan kepala sekolah SLB-B YP3ATR pada waktu itu Bapak Uu Sumawinata S.Pd kepala sekolah SLB-B YP3ATR ibu Dra. Elly Srimelinda S.Pd. kepala SLB-B I diganti oleh ibu Dra. Kartika dan kepala SLB-B II diganti oleh ibu Dra. Eti Rochaeti dan Kepala sekolah SLB-B I diganti Bapak


(58)

Priyono. S.Pd. dengan perubahan zaman dan dengan beberapa kali lembaga ini ada perubahan nama, mulai dari SLB P3ATB (perkumpulan penyelenggaraan pengajaran anak tli bisu ) berubah menjadi LPATB (Lembaga pendidikan nak tuli bisu) kemudian berubah menjasi P3ATR (perkumpulan penyelenggaraan pengajaran anak tunarungu) dan berubah lagi menjadi YP3ATR (yayasan perkumpulan penyelenggaraan pengajaran anak tunarungu).

Dengan memperhatikan dan melihat sejarah SLB-B Cicendo Bandung yang sangat bersejarah dan mempetahankan cita-cita luhur para pendiri SLB- B Cicendo Bandung, serta melihat bagunan bersejarah (sarana dan prasarana) yang kurang terawat. Maka keluarga sekolah serta orang tua murid dan tokoh masyarakat di kota Bandung memandang perlu SLB-B Cicendo Bandung harus dipertahankan keberadaannya dan ditingkatkan layanan pendidikannya. Dengan cara SLB-B I dan II YP3ATR/ P3ATR dinegrikan ( Dikelola oleh pemerintah ) maka dengan perjuangan yang panjang dan kebersamaan yang tinggi SLB-B 1 dan II YP3ATR/P3TR Cicendo Bandung atas dasar pengkajian dari berbagai pihak yang berkompeten dan rekomendasi dari Gubernur Jawa Barat, dan surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, terhitung Mulai tanggal 2 Januari 2009 SLB-B I dan B II YP3ATR / P3ATR beralih status menjadi SLB Negeri Cicendo Kota Bandung dan telah diresmikan pada tanggal 26 Februari 2009 oleh Gubernur Jawa Barat.


(59)

3.2. Visi Dan Misi SLB B Negeri Cicendo Bandung

3.2.1. Visi

SLB B Negeri Cicendo Bandung menjadikan institusi di kota Bandung dalam menghasilkan peserta didik yang kompeten berkomunikasi dan memilki LIFESKILL.

3.2.2. Misi

1. SLB Negeri Cicendo menjadi lembaga yang memilki fasilitas untuk penyelenggaraan pendidikan.

2. Menciptakan suasana pengajar yang berkepemimpinan mandiri dan manajemen yang efektif

3. Memilki staf pengajar dan administrasi yang kompeten, professional dan berakhlak mulia

4. Menciptakan suasana belajar yang komunikatif dan efektif.

5. Mempersiapkan peserta didik yang terampil komunikasi dan memilki life skill (kecakapan hidup) dan berakhlak mulia.

6. Mengikuti perkembangan tunarungu

7. Menyediakan berabagai jalur dan program pendidikan yang bertaraf nasional sesuai dengan perkembangan pendidikan tunarungu.


(60)

8. Menyediakan pembinaan, perkembangan dan arahan terhadap lulusan tunarungu dalam pasca sekolah untuk bekerja secara mandiri.

3.3. Lambang SLB B Negeri Cicendo Bandung

3.3.1. Lambang

Sebagaimana sekolah lainnya yang memliki ciri berupa lambang begitupun SLB yang memilki lambang. Karena berada dibawah provinsi Jawa Barat maka lambang untuk SLB ini mengikuti lambang Provinsi Jawa Barat, sebagai berikut :

Gambar 3.1 Lambang SLB

Sumber : internet. www.logojabar.com


(1)

KATA PENGANTAR

Assalamua laikum Wr.Wb

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan ridho-Nya yang telah memberikan kekuatan dan petunjuk serta ketabahan bagi penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul Bahasa Tubuh Siswa Tunarungu Di Sekolah Luar Biasa B Negeri Cicendo Bandung Dalam Proses Interaksi Dengan Gurunya .

Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang dialami peneliti, terbatasnya kemampuan, pengetahuan dan wawasan menjadi hambatan terbesar dalam penyusunan skripsi ini. Tetapi berkat kerja keras, optimis dan dukungan dari semua pihak, akhirnya peneliti bisa menyelesaikannya dengan semaksimal mungkin. Saran dan kritik yang membangun peneliti harapkan agar dapat memberikan manfaat dan kemajuan bagi peningkatan peneliti dimasa yang akan datang.

Peneliti juga pada kesempatan ini ingin mengucapkan terima kasih kepada seseorang yang terdekat dengan peneliti yaitu kedua orang tua yang tersayang, bapak dan mama yang telah memberikan dukungan, biaya, pengorbanan, kesabaran dan do anya selama ini,

Tak lupa penulispun ingin megucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Yang Terhormat :


(2)

1. Bapak Prof. Dr. J.M Papasi, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, yang telah membantu peneliti khususnya dalam mengeluarkan surat permohonan penelitian untuk melakukan penelitian di sekolah luar biasa B Cicendo Bandung dan pengesahaan pada laporan ini.

2. Ibu Rismawaty, S.Sos., M.Si., selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi dan dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi yang telah banyak membantu peneliti baik saat peneliti melakukan kegiatan perkuliahan dan bimbingan skripsi maupun saat mengurus berbagai perizinan yang cukup membantu kelancaran melaksanakan penelitian.

3. Ibu Melly Maulin, S.Sos., M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi serta merangkap Dosen Wali bagi Penulis, yang telah membantu penulis dalam proses pengambilan mata kuliah serta motivasi yang ibu berikan kepada penulis.

4. Staf Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada penulis dari awal sampai akhir perkuliahan. 5. Sekretariat Program Studi Ilmu Komunikasi, Ibu Astri Ikawati A.md.,

Kom, dan Ibu Ferina Tanjung Permata S.Ds, selaku sekretariat Ilmu Komunikasi yang telah memperlancar kegiatan akademik di Universitas Komputer Indonesia

6. Bapak Priyono, S.Pd selaku kepala sekolah SLB B Negeri Cicendo Bandung yang telah memberikan ijin peneliti untuk melakukan penelitian. 7. Seluruh Jajaran guru terutama kepada Ibu Endah Mulyani, S.Pd dan Ibu


(3)

banyak membantu peneliti dalam mencari informasi di SLB B dan berkenan memjadi informan dalam penelitian ini.

8. Staf Karyawan Tata Usaha di SLB B Negeri Cicendo Bandung yang telah membantu terutama dalam pembuatan balasan surat keterangan dalam perijinan penelitian ini dan informasi seputar SLB B.

9. Seluruh siswa-siswi di SLB B Negeri Cicendo Bandung terutama untuk Haris Bagus Utomo dan Agus Supriatna, yang telah berkenan untuk menjadi informan pada penelitian ini.

10. Untuk Keluargaku, kakakku, keponakan-keponakanku tersayang yang selalu memberikan dorongan dan doanya.

11. Sahabat terbaikku Garnita Erdian Putri dan Ilham Hambali, yang sudah banyak membantu peneliti dalam teknis pencarian, penyusunan skripsi ini juga semangat yang di berikan kepada peneliti.

12. Remehngentep U r my best friends all of my life juga Teman-teman satu bimbingan yang selalu saling menyemangati, suka duka bersama thanks all semangat !!

13. Teman-teman IK Humas 1, IK Humas 2 dan IK Jurnal lainnya yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, semoga persahabatan dan persaudaraan kita tetap terjalin.

14. Semua pihak yang telah membantu sebelum dan selama pelaksanaan penelitian ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.

Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih diperlukan penyempurnaan dari berbagai sudut, baik dari segi isi maupun pemakaian kalimat


(4)

dan kata-kata yang tepat, oleh karena itu, peneliti mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan penulisan pada skripsi ini.

Akhir kata peneliti mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu peneliti dalam melakukan penulisan skripsi ini dan semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca lainnya umumnya. Semoga semua bantuan, dorongan dan bimbingan yang telah diberikan itu akan mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT, Amin.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bandung, Juli 2010


(5)

(6)